Anda di halaman 1dari 2

Nama : Noorhayati

Nim : 19482011051

“Peran Apoteker dalam Penaganan Covid-19”

Apoteker yang bekerja di berbagai sektor kesehatan memiliki peran strategis


tersendiri dalam mencegah penularan dan penanganan COVID-19. Apoteker tidak hanya
bekerja di apotek dan rumah sakit saja. Ada pula apoteker yang bekerja di perusahaan farmasi
serta distributor obat. Berikut adalah peran apoteker dari berbagai sektor di tengah pandemi
COVID-19:

1. Apoteker di sektor klinis


Apoteker yang bekerja di sektor klinis sebagai tenaga kesehatan di apotek atau rumah
sakit memastikan ketersediaan dan kualitas produk kesehatan baik untuk upaya
pencegahan hingga pengobatan. Produk kesehatan untuk upaya pencegahan meliputi
suplemen, masker, alat pelindung diri, dan hand sanitizer. Sementara untuk
pengobatan meliputi obat-obatan, ventilator, dan gas medis. Apoteker yang bertugas
di rumah sakit melakukan pelayanan kefarmasian untuk memastikan keamanan,
ketepatan pemberian obat, dan efikasi sehingga pasien dapat disembuhkan serta
minim dari efek samping yang tidak diinginkan.

2. Apoteker di apotek
Apoteker di apotek juga mengedukasi masyarakat dalam bagaimana melakukan
pencegahan, memberikan rekomendasi produk untuk usaha pencegahan, serta
memberi informasi terpercaya kepada masyarakat di tengah maraknya berita hoax
terkait COVID-19.

3. Apoteker di Masyarakat
Masyarakat mulai kritis terhadap obat-obatan yang dikonsumsinya. Disnilah peran
apoteker sangat dibutuhkan untuk mengedukasi masyarakat. Apoteker memiliki
tanggung jawab terhadap obat yang tertulis di dalam resep. Apoteker merupakan
konsultan obat bagi dokter maupun pasien yang memerlukannya. Apoteker harus
mampu menjelaskan tentang obat yang berguna bagi pasien karena dia mengetahui
tentang:
a) Cara menggunakan dan meminum obat
b) Efek samping yang timbul jika obat dipakai
c) Stabilitas obat dalam berbagai kondisi
d) Toksisitas dan dosis obat yang digunakan

4. Apoteker di perusahaan farmasi dan distributor


Apoteker yang bekerja di perusahaan farmasi & distributor memastikan ketersediaan
obat-obatan yang diperlukan selama pandemi COVID-19 baik dengan memproduksi
obat yang dibutuhkan ataupun dengan mengimpor obat yang belum dapat diproduksi
di dalam negeri. Perusahaan Farmasi BUMN telah memproduksi obat yang
digunakan sebagai bagian terapi dari COVID-19, yaitu Klorokuin, Oseltamivir, dan
Azitromisin. Ada juga perusahaan farmasi swasta yang memproduksi
Hidroksikuinolon yang dapat digunakan sebagai alternatif Klorokuin. Sebagai catatan,
Indonesia saat ini masih memiliki ketergantungan impor pada bahan baku farmasi.
Dalam memaksimalkan pelayanan farmasi dalam menghadapi pandemi COVID-19,
apoteker yang bekerja di bidang pelayanan harus dapat memastikan bahwa setiap
langkah pelayanan kefarmasian ditegakkan. Mulai dari riwayat penggunaan obat,
pengkajian resep, memastikan rasionalitas obat yang diberikan, monitoring terapi obat
dan juga edukasi mengenai obat-obatan yang digunakan untuk terapi COVID-19.

Dalam Permenkes no.72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah
sakit, bahwa pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan menyeluruh untuk penyediaan
obat bermutu (drug oriented) dan pelayanan langsung kepada pasien (patient oriented), yang
keduanya merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari sistem kesehatan rumah sakit yang
berorientasi pada peningkatan kualitas hidup pasien. Instalasi farmasi sebagai tempat praktek
Apoteker dan Tenaga Tehnis Kefarmasian (TTK) di rumah sakit, merupakan unit yang
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian,
meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (BMHP)
termasuk alat pelindung diri (APD) mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan, pendistribusian, pemantauan dan pelayanan langsung kepada
pasien melalui aktivitas farmasi klinik. Pelayanan farmasi pada penanganan pasien COVID-
19, meliputi:

1) Aspek pengelolaan: menjamin ketersediaan, penyimpanan dan distribusi sediaan


farmasi, alat kesehatan, BMHP dan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai area zonasi
hijau, kuning, merah. Ketersediaan obat untuk terapi antiviral, seperti: Oseltamivir,
Hydroxichloroquin, Lopinavir/ritonavir, Favipiravir (Avigan), Remsdesivir. terapi
untuk berbagai macam penyakit komorbidnya, terapi untuk kondisi emergency
seperti: obat high alert, obat/alkes di trolly emergency), BMHP untuk tindakan
suportif yang membutuhkan alat bantu pernafasan seperti oksigen nasal kanul,
jackson rees, NIV, HFNC, dan ventilator. Juga kebutuhan untuk Tindakan
hemodialysis, CRRT, plasmapheresis, ECMO di ruang isolasi khusus dan tindakan
operasi khusus untuk pasien COVID-19.

2) Aspek pelayanan farmasi klinik: memastikan dan memantau terapi yang diberikan
kepada pasien COVID-19 sesuai indikasi, rejimen dosis, dan waspada potensial/
aktual terjadinya interaksi obat, efek samping obat, serta memberikan informasi dan
edukasi. Pelayanan farmasi klinik ini meliputi: pengkajian peresepan, dispensing obat
dan sediaan secara tehnik aseptik, pemantauan terapi obat baik efektivitas dan
keamanan, pengaturan jam pemberian obat, pengecekan trolly emergency di ruang
isolasi khusus COVID-19 untuk memastikan agar pada saat dibutuhkan pada kondisi
darurat obat tersebut tersedia.

3) Aspek penelitian: mengelola dan memantau penggunaan obat penelitian COVID-19.


Apoteker harus dapat menjamin agar penyimpanan obat penelitian disimpan di lemari
khusus dengan pengendalian monitoring suhu penyimpanan dan pencatatan
penggunaannya.

4) Aspek kolaborasi tim: Apoteker terlibat aktif dalam SATGAS COVID-19 Rumah
Sakit dan Tim PINERE untuk saling berkoordinasi, diskusi, konsultasi tentang
perawatan pengobatan pasien COVID-19 secara multidisiplin dan komunikasi efektif
dengan berbagai pihak yang terkait. Koordinasi aktif dengan tim PINERE dalam
pemantauan pemberian terapi pasien covid, melalui aktivitas morning report setiap
hari sebagai forum koordinasi dan diskusi dalam perawatan dan pengobatan pasien
COVID-19 secara multidisiplin.

Anda mungkin juga menyukai