Anda di halaman 1dari 4

Rantai Perbekalan Sediaan Medis

T E R N A TE
2021
A. Definisi

Rantai perbekalan farmasi (pharmaceutical supply chains) adalah suatu jaringan organisasi yang
menggambarkan jalur perpindahan obat, bahan ubat, dan alat kesehatan dari produsen (industri
farmasi) hingga ke tangan konsumen (pasien). Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai perbekalan yang
dimaksud adalah:

o Industri farmasi (IF),


o Pedagang besar farmasi (PBF),
o Fasilitas kefarmasian (Apotek, Unit Farmasi RS)
o Konsumen atau Pasien

Dalam perbekalan farmasi, obat yang dimaksud adalah obat yang diserahkan atas resep dokter
(prescription medicines) atau obat bebas (over the counter (OTC) drugs).

Distribusi perbekalan farmasi adalah bagian dari manajemen stork farmasi yang menangani
arus obat, informasi, dan uang melalui proses pengadaan (procurement), penyimpanan (storage),
pengantaran (transportation), dan pelayanan (delivery) yang sesuai dengan jenis, mutu, jumlah,
waktu, titik asal (point of origin) sampai titik tujuan yang dikehendaki konsumen (point of
destination).

Jaringan distribusi obat yang baik harus menyelenggarakan jaminan mutu, agar obat yang
didistribusikan terjamin mutu, khasiat, dan keabsahannya saat sampai di tangan konsumen atau
pasien.

B. Rantai Perbekalan Sediaan Medis Rumah Sakit Prima Ternate

Uraian :

1. Industri farmasi berfungsi dan memiliki izin untuk memanufaktur obat, bahan obat, dan
menjual perbekalan farmasi tersebut.
2. Pedagang besar farmasi mendapatkan persediaannya melalui industri farmasi, karena
keterbatasan lembaga industri farmasi yang hanya berada di kota-kota besar, maka perbekalan

1
harus didistribusikan kepada PBF yang lebih tersebar dan memiliki metode pengantaran yang
terjaring lebih baik dengan unit-unit farmasi.
3. Unit farmasi rumah sakit memasukkan permintaan perbekalan kepada PBF sesuai dengan
jenis, mutu, jumlah, waktu, titik asal (point of origin), dan titik tujuan yang dikehendaki
konsumen (point of destination)
4. PBF mengirimkan perbekalan medis sesuai dengan permintaan perbekalan dari unit farmasi
rumah sakit.
5. Unit farmasi rumah sakit mendistribusikan obat kepada pasien rumah sakit baik rawat inap
maupun rawat jalan, serta masyarakat umum untuk obat over the counter atau yang dapat
dibeli tanpa resep dokter.

C. Risiko dalam Rantai Perbekalan

Dalam rantai perbekalan di atas, selalu terdapat risiko dalam setiap bagian rantai perbekalan.
Adalah tugas dari setiap pihak yang terlibat untuk memastikan mutu, khasiat, dan keabsahan
persediaan medis.

I. Pihak Terkait : Industri Farmasi

Risiko :

1. Kesalahan dalam pembuatan obat / bahan obat atau kelalaian dalam pengendalian mutu.
2. Kelalaian dalam pengiriman obat kepada pihak PBF

Dampak :

1. Berkurangnya mutu dan khasiat obat yang didistribusikan, dampak terburuk hal ini dapat
memengaruhi orang banyak menggunakan obat yang tidak dikontrol kualitasnya dengan baik.
2. Kelalaian saat pengiriman dapat berdampak dalam berbagai hal, diantaranya keterlambatan
saat ekspedisi atau pengelolaan barang yang tidak semestinya, menghasilkan barang
kadaluarsa dan/atau rusak.

II. Pihak Terkait : Pedagang Besar Farmasi

Risiko :

1. Risiko dalam pengelolaan penyimpanan obat


2. Risiko dalam pendistribusian obat kepada unit-unit instalasi farmasi

2
Dampak :

1. Pengelolaan penyimpanan obat yang tidak dilakukan dengan baik dapat membuat sediaan
medis terkontaminasi atau rusak.
2. Kesalahan dalam pendistribusian obat dapat berdampak pada kerugian bagi PBF maupun
rumah sakit dan unit-unit farmasi lainnya, seperti terlewatnya masa kadaluarsa obat ataupun
kerusakan

III. Pihak Terkait : Unit Farmasi Rumah Sakit Prima Ternate

Risiko :

1. Risiko kelalaian dalam penyimpanan obat (storage)


2. Risiko kelalaian dalam prinsip 7B (Benar Pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Rute,
Benar Waktu Pemberian, Benar Informasi & Edukasi, dan Benar Dokumentasi) saat
pelaksanaan distribusi obat kepada pasien atau masyarakat.

Dampak :

1. Penyimpanan sediaan yang tidak dilakukan dengan baik dapat membuat sediaan medis
terkontaminasi atau rusak.
2. Kelalaian dalam melaksanakan prinsip 7B dapat berdampak fatal terhadap konsumen atau
pasien yang mendapatkan pelayanan kefarmasian di rumah sakit

Usaha Pengurangan Risiko :

1. Melakukan inspeksi berkala terhadap bagian penyimpanan.


2. Melakukan pengecekan kembali sediaan saat akan menyerahkan sediaan kepada unit yang
bersangkutan.
3. Melaksanakan pengecekan kembali terhadap Pasien, Obat, Dosis, Rute, Waktu Pemberian,
Informasi, Edukasi, dan Dokumentasi saat hendak mendistribusikan obat kepada pasien.
4. Melakukan evaluasi berkala terhadap pengendalian distribusi obat kepada unit perawatan,
pasien, dan/atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai