Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

STUDI ALUR PELAYANAN DAN SISTEM DISTRIBUSI DI SATELIT FARMASI


RAWAT INAP DAN IMP
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

3 Februari 2020 – 31 Maret 2020

Disusun oleh:
B. Innya Untari Afriana 20194040030
Imam Budi Pratama 1061911032
Iqbal Katamsi Yahya 20194040021
Ismi Fadhila 14C019020
Khoirun Nisa’ 1061912042
Rambu Ita M. Parawang 1920384279
Vinziana Pratiwi 19811028
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dan menyediakan beberapa pelayanan seperti rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk memberikan pelayanan paripurna Rumah sakit
memerlukan sarana infrastruktur yang memadai dan pengelolaan secara efektif
sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik.
Pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit
yang memberikan pelayanan secara komprehensif untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Unit rawat inap merupakan salah satu
revenew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa
dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan (Nursalam, 2002). Dimana obat
dan alat kesehatan merupakan komponen penting dalam satelit farmasi rawat inap.
Satelit farmasi rawat inap memerlukan pendistribusian obat dan alat kesehatan secara
baik dan merata. Diharapkan dengan terpenuhinya pelayanan obat yang baik dan
merata mampu meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit tersebut.
Menurut Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 distribusi obat adalah suatu
rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau menyerahkan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada
unit pelayanan atau pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Peran distribusi obat sangat penting untuk pelaksanaan kesehatan
pasien rumah sakit karena dengan proses disribusi yang baik maka obat-obatan dan
alat kesehatan akan tersampaikan kepada pasien secara tepat waktu dan dapat
langsung digunakan tanpa harus menunggu lama. Oleh karena itu harus adanya
perencanaan manajemen yang matang dalam proses distribusi tersebut. Beberapa
masalah yang sering terjadi di rumah sakit terkait distribusi obat adalah keterlambatan
pengantaran obat dan alkes ke ruangan pasien rawat inap, maupun ketersediaan obat-
obatan yang digunakan pasien, dan waktu menunggu obat yang terlalu lama.
Karyawan dan pasien akan merasa sangat dirugikan dengan hal tersebut terutama
untuk pasien itu sendiri. Selain/ harus menunggu obat yang datangnya terlambat bila
obat yang dibutuhkan tidak ada atau sedang kosong maka pasien harus membelinya di
apotek luar. Dampaknya rumah sakit menjadi turun pemasukan penjualan obatnya
dan akan sangat berakibat fatal bagi pasien.
Oleh karena itu distribusi di rumah sakit perlu ditingkatkan lagi demi
menunjang kesehatan para pasien di rumah sakit. Dengan demikian pengelolaan obat
harus diproses secara professional, terorganisir dan terencana. Terutama dalam proses
dispensing , pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan sehingga tidak terjadi hal-
hal yang dapat menghambat pelayanan rumah sakit terhadap pasien dan mutu
pelayanan akan meningkat jika rumah sakit memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit di Rawat Inap


Instalasi farmasi rumah sakit merupakan tempat penyelenggaraan semua
kegiatan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit. Instalasi
farmasi RS RSMS dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Farmasi Apotek Rawat
Inap dan dibantu oleh Apoteker Pendamping, Tenaga Teknis Kefarmasian dan
Administrasi yang memenuhi persyatan perundang-undangan yang berlaku,
kompeten dan professional.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Ketentuan
pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu
berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent. Sistem satu pintu adalah
satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi.
Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga
tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi .
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
5. Pemantauan terapi Obat;
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat;
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
(MENKES, 2016)

B. Pelayanan Resep UDD


Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) adalah pendistribusian
perbekalan farmasi yang diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau
beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Kelemahan dari sistem ini adalah meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi dan
meningkatnya biaya operasional. Adapun kelebihan dari sistem distribusi dosis unit
yaitu sebagai berikut:
1. Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya
saja.
2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh IFRS.
3. Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
4. Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
5. Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non profesional yang
lebih efisien.
6. Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.
7. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara
keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai pasien menerima
dosis unit.
8. Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan farmasi bertambah
baik.
9. Apoteker dapat datang ke unit perawatan/ruang pasien, untuk melakukan
konsultasi perbekalan farmasi, membantu memberikan masukan kepada tim,
sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan psaien yang lebih baik.
10. Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan perbekalan
farmasi menyeluruh.
11. Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur
komputerisasi.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk


pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat
dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau Resep individu yang mencapai 18% (Menkes RI 2016).
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
(MENKES, 2016)

C. Penyimpanan Obat
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
(MENKES, 2016)

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk


sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

D. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium


rumah sakit

Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.


1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Fungsi dalam pengelolaan perbekalan farmasi, yaitu: memilih perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan pelayanan rumah sakit, merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi
secara optimal, mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, memproduksi perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit, menerima perbekalan
farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku, menyimpan perbekalan
farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian, mendistribusikan
perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
Fungsi dalam pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan,
yaitu: mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien, mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan, mencegah dan mengatasi
masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan, memantau efektifitas dan
keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan, memberikan informasi kepada
petugas kesehatan, pasien/keluarga, memberi konseling kepada pasien/keluarga,
melakukan pencampuran obat suntik, melakukan penyiapan nutrisi parenteral,
melakukan penanganan obat kanker, melakukan penentuan kadar obat dalam darah,
melakukan pencatatan setiap kegiatan, dan melaporkan setiap kegiatan (KepMenKes,
2004)
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kegiatan dan Alur Pelayanan Kefarmasian di Rawat Inap


Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS)
memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) dari awal penerimaan resep hingga
distribusi obat sampai ke tangan pasien. Tujuan dari pembuatan SPO ini adalah agar
obat yang diberikan kepada pasien rawat inap umum dan BPJS dapat dipahami oleh
petugas sehingga dapat meminimalkan resiko salah penggunaan obat dan
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat. Kategori pasien yang dilayani di Instalasi
ini adalah pasien-pasien yang modok/inap dan pasien yang akan pulang. Dibedakan
menjadi pasien BPJS non PBI dan pasien BPJS PBI serta pasien umum.

Apotek rawat inap di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dikelola oleh 5 apoteker, 14
tenaga teknis kefarmasian dan 7 transporter , dan 1 juru racik. Jam operasional
pelayanan pasien dimulai pukul 07.00 WIB – 21.00 WIB yang dibagi ke dalam 3
shift, yaitu dimulai:

1. Shift satu (pukul 07.00 - 14.00) yaitu 1 Apt, 2 TTK , 1 Administrasi, 1 Transporter
2. Shift dua (pukul 09.30 - 16.30) yaitu 2 Apt, 2 TTK , 1 Administrasi, 1 Transporter
3. Shift tiga (pukul 14.00 - 21.00) yaitu 2 Apt, 2 TTK , 1 Administrasi, 1 Transporter
Sistem pelayanan di apotek rawat inap yaitu melayani resep dan retur pasien rawat
inap. Resep didapat dari perawat tiap bangsal atau koas perawat dan transporter yang
mengambil resep ditiap bangsal setiap hari. Kategori resep yang dilayani adalah resep
non elektronik dan resep elektronik yang sudah dalam satu dokumen pengobatan
pasien selama mondok di RS dan telah diperiksa oleh apoteker farklin ditiap bangsal.
Sistem distribusi pelayanan resep menggunakan distribusi kombinasi ODD (One
Daily Dose) pada sediaan injeksi dengan UDD (Unit Dose Dispensing) pada sediaan
oral untuk pasien rawat inap dan IP (Individual Prescribing) untuk pasien pulang.
Adapun alur pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Inap sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Pelayanan Resep di Satelit Farmasi Rawat Inap


KETERANGAN : :

Resep masuk
A : Skrining Resep
B : Entry Resep dan Pembuatan Etiket
C.1 : Lemari Sediaan Fast Moving
C.2 : Lemari Sediaan Tablet, Injeksi, Syrup dan Salep/Krim
C.3 : Lemari Sediaan Tablet
C.4 : Lemari Sediaan HIGH ALERT
C.5 : Lemari Sediaan TABLET
C.6 : Lemari Sediaan Alkes
C.7 : Lemari Sediaan Infus
D : Meja Dispensing dan Pengemasan
E.1 : Meja Checking 1
E.2 : Meja Checking 2
F : Meja Final Packaging
Alur pelayanan Resep Rawat Inap

1. Resep masuk
Alur pengemasan kembali sudah sesuai dengan SPO yaitu menyiapkan formula,
menyiapkan bahan baku dan peralatan, petugas mencuci tangan dan peralatan harus
bersih, menimbang bahan baku sesuai, memasukan sediaan yang dicarik sesuai
dengan wadahnya, memberi etiket, dan menyimpan pada tempat sesuai.

Sistem Distribusi

Sistem distribusi obat dan alat kesehatan di rawat inap di RSUD Prof dr. Margono
Soekarjo meliputi beberapa tahapan yaitu:

a. Distribusi obat dan alat kesehatan yang di serahkan secara langsung kepada
perawat

Sistem distribusi obat dan alat kesehatan disiapkan menggunakan kartu obat.
Kartu obat yang digunakan ditandai dengan tanda “CITO DITUNGGU”. Setelah
ditandai obat dan alkes disiapkan terlebih dahulu sessuai dengan peresepan. Alat
kesehatan dan obat-obatan diberikan secara langsung kepada perawat. Penyerahan
dilakukan dengan memanggil nama pasien, menanyakan nomor antrian, alamat pasien
dan ruangan pasien serta mencocokannya pada kartu obat. Penyerahan obat juga
dapat dilakukan secara langsung kepada perwakilan anggota keluarga pasien yang
menyerahkan kartu obatnya. Penyerahan obat disini disertai dengan pemberian
informasi obat (PIO) dan konseling kepada keluarga pasien tersebut serta
memberitahu kepada keluarga pasien apabila tidak tahu atau lupa tentang informasi
obat tersebut dapat menanyakan kepada perawat yang bertugas maupun apoteker
yang sedang bertugas di apotik rawat inap.

Resep di apotek rawat inap dikategorikan kedalam resep CITO dan NON CITO.
Resep CITO dibedakan menjadi CITO TUNGGU dan CITO KIRIM. CITO
TUNGGU yaitu resep yang di tunggu oleh pasien atau keluarga pasien dan CITO
KIRIM yaitu resep yang dikirim oleh transporter. Resep CITO artinya adalah resep
didahulukan penyiapannya dibandingkkan resep NON CITO.
Gambar 1.1 Penandaan resep

Untuk pasien yang akan pulang (cito pakai) dengan langkah yaitu menerima
resep cito akan pulang dan retur sediaan farmasi bila ada, memberikan nomor urut
pada keluarga pasien dan label cito pada kartu obat, setelah itu petugas instalasi
melakukan skrinning resep, kemudian petugas melakukan enteri resep dan pencetakan
etiket, kemudian dilakukan dispensing obat sesuai dengan print out resep yang sudah
di entri untuk yang non racikan dan meracik obat untuk obat racikan, setelah
melakukan dispensing petugas akan memasukan obat (mengemas) kedalam plastic
klip yang telah disediaakan sesuai ketentuan, kemudian petugas akan melakukan
double checking yaitu pengecekan kesesuaian nama dan jumlah obat sesuai dengan
resep, dan mengecek kesesuaian nama dan jumlah obat dengan data yang dientri.
Apabila terjadi kesalahan pada data yang dientri, pengambilan obat atau pada
pengemasan obat maka dilakukan perbaikan sebelum diserahkan. Pengecekan ini
dilakukan oleh 2 (dua) orang petugas yang berbeda. Setelah obat selesai dipacking
kemudian petugas akanmemanggil keluarga pasien/perawat ruangan dan memastikan
identitas pasien sudah benar, kemudian obat yang telah diperiksa diserahkan kepada
keluarga pasien/ perawat ruangan beserta informasi obatnya dan
konseling bila perlu. Untuk pasien yang masih di rawat dengan langkah yaitu petugas
instalasi farmasi rawat inap akan menerima kartu obat dan retur obat (bila ada) dari
ruangan perawat dan mencatat dibuku penerimaan resep. Kemudian melakukan
skrining udd secara manual untuk obat oral, melakukan enteri resep dan pencetakan
etiket injeksi, melakukan dispensing obat, memasukan ke dalam wadah, melakukan
double checking bila terjadi kesalahan maka dilakukan perbaikan sebelum diserahkan,
mengantarkan obat keruang rawat, melakukan serah terima obat dengan perawat.
Sehingga alur pelayanan resep rawat inap dapat dikatakan sudah sesuai dengan SPO.

b. Distribusi obat dan alat kesehatan yang diserahkan ke bangsal

Obat dan alat kesehatan disiapkan berdasarkan kartu obat dari ruang perawatan
dan ditandai dengan “CITO KIRIM”. Setelah obat dan alat kesehatan disiapkan lalu
dikemas menggunakan kantong kemas berwarna putih dan menunggu hingga
jumlahnya cukup banyak. Ketika jumlahnya dirasa sudah mencukupi barulah obat
dan alat kesehatan yang telah dikemas tersebut diantar oleh petugas transporter dari
satelit farmasi rawat inap menuju ke ruang perawatan masing-masing pasien sesuai
dengan ruangannya. Selain menerima pesanan kartu obat pasien satelit farmasi rawat
inap juga menerima barang retur dengan prosedur sebagai berikut:
Alur Penerimaan barang retur

Untuk pasien yang masih di rawat menerima kartu obat dan retur obat (bila ada)
dari ruangan dan mencatat dibuku penerimaan resep, melakukan skrining dan dan udd
secara manual untuk obat oral, melakukan enteri resep dan pencetakan etiket injeksi,
melakukan dispensing obat, memasukan ke dalam wadah, melakukan doble checking
bila terjadi kesalahan maka dilakukan perbaikan sebelum diserahkan, mengantarkan
obat keruang rawat, melakukan serah terima obat dengan perawat. Sehingga alur
pelayanan resep rawat inap dapat dikatakan sudah sesuai dengan SPO.

2. Skrining Resep

Skrining resep meliputi skrining administrasi, skrining farmasetis, dan skrining


klinis. Skrining dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)
bertujuan untuk mengurangi kesalahan peresepan. Petugas mendokumentasikan tabel
telaah resep untuk bukti bahwa kegiatan skrining resep telah dilakukan.Apabila
terdapat masalah dalam resep apoteker melakukan konfirmasi resep tersebut ke DPJP
kemudian konfirmasi ke perawat.

Skrining resep sudah sesuai dengan SPO meliputi menerima resep/kartuobat,


memeriksa kelengkapan administerasi resep (nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
BB/TB, paraf dokter), memeriksa persyaratan farmasetis resep, memeriksa
persyaratan klinis, memeriksa ketersediaan obat di stok computer, menghitung dosis
yang sesuai, memberikan etiket, bila ada permasalahan dengan resep mengkonsulkan
dengan dokter, mengisi form skrining dan memberikan paraf.
Gambar 2.1. Contoh Lembar Skrining Resep Pasien Rawat Inap

Alur untuk pasien di kamar bersalin:


Alur untuk pasien di ruang rawat maternal dan neonatal:
Keterangan:
: Pintu Masuk
A : Lemari ATK
B : Lemari Sediaan INFUS
C.1 : Lemari Sediaan INFUS DASAR
C.2 : Lemari Sediaan ALKES
D : Lemari Sediaan HIGH ALERT
E.1 : Lemari Sediaan TABLET GENERIK
E.2 : Lemari Sediaan TABLET PATEN
E.3 : Lemari Sediaan INJEKSI GENERIK
E.4 : Lemari Sediaan ALKES
F : Meja Komputer
G : Lemari Es
H : Meja Dispensing, Peracikan Obat, dan Pengemasan
Sehingga alur pelayanan resep pada instalasi maternal perinatal dapat dikatakan
sudah sesuai dengan SPO.
3. Entry Data
Kegiatan ini adalah kegiatan pengisian data dalam software komputer untuk
validasi resep, biaya resep dan pembuatan etiket. Resep dimasukkan dalam sistem
dengan menggunakan nomor RM pasien. Petugas mencocokkan antara resep yang
diminta dan data pasien yang tersedia. Kemudian petugas memasukkan permintaan
obat beserta jumlah obat, cara pakai dan waktu pemberian obat pada formulir serah
terima obat. Lembar serah terima obat dan etiket kemudian dicetak. Macam-macam
etiket yaitu etiket non UDD, etiket UDD, etiket steril dan etiket racikan. Setiap etiket
kemudian ditempelkan pada wadah yang sesuai, untuk etiket UDD diberikan
berdasarkan waktu pemberian maka dari itu warna dari wadah obat dibedakan antar
waktu pemberian (pagi, siang, sore, malam). Untuk etiket IP digunakan wadah yang
berbeda. Berikut tampilan etiket dan wadah yang digunakan.

Gambar 3.1. Tampilan EntryData


Setiap etiket kemudian ditempelkan pada wadah yang sesuai, untuk etiket UDD
diberikan berdasarkan waktu pemberian maka dari itu warna dari wadah obat
dibedakan antar waktu pemberian (pagi, siang, sore, malam). Untuk etiket IP
digunakan wadah yang berbeda. Berikut tampilan etiket dan wadah yang digunakan.

4. Dispensing dan Coumpounding

Setiap resep yang telah dientri kemudian dilakukan dispensing obat dengan
menempatkan pada keranjang berwarna merah dan biru yang memudahkan dalam
membedakan resep CITO atau NON CITO. Resep CITO ditempatkan pada keranjang
warna merah dan resep NON CITO
ditempatkan dalam keranjang warna
biru. Petugas melakukan dispensing obat
sesuai dengan lembar serah terima yag
tercetak. Obat-obat UDD dikemas kedalam
kemasan yang memiliki warna yang
berbeda, warna kuning untuk pemakaian
pada pagi hari, warna biru untuk pemakaian siang, warna hijau untuk pemakaian sore,
dan warna bening untuk pemakaian malam dan untuk obat-obatan high alert
menggunakan kemasan berwarna merah.

Gambar 4.1. Kemasan Obat UDD Oral

Gambar 4.2 Kemasan Obat UDD Injeksi


Gambar 4.3 Kemasan Obat High Alert

Hal ini bertujuan untuk memudah kan perawat dalam memberikan obat kepada pasien
serta meminimalisir kesalahan pemberian obat. Obat racikan diserahkan kebagian
compounding untuk dilakukan pencampuran obat setelah dilakukan pengecekan
resep. Proses dispensing dan compounding dibawah pengawasan Apoteker
penanggung jawab. Sistem distribusi ODD tidak memiliki pembedaan kemasan,
semua kemasan menggunakan kemasan berwarna bening. Semua obat yang sudah
selesai dikemas kemudian dilakukan pengecekan oleh petugas farmasi.

Gambar 4.2. Proses dispensingdan packing


5. Pengecekan (Double Checking)
Setelah obat dan alkes lengkap maka diserahkan ke bagian pengecekan untuk
dilakukan pengecekan ulang (double checking) Tujuannya adalah meminimalkan
kesalahan pemberian obat dan alat kesehatan. Double checkingmeliputi:
- Tepat Identitsas pasien dan resep yang didapat

- Tepat Obat

- Tepat Dosis

- Tepat Bentuk Sediaan

- Tepat Rute Pemberian

- Tepat waktu pemberian .

Yang dilakukan ceklis pada lembar yang disediakan

Gambar 5.1 Proses checking

B. Alur Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi Rawat Inap


Untuk alur pengadaan obat di instalasi farmasi rawat inap RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo dilakukan tiap 3 kali dalam seminggu. Penulisan obat di list
order disesuaikan dengan bentuk sediaan serta dituliskan jumlah sediaan yang
diminta. Instalasi farmasi rawat inap akan menuliskan list order secara
elektronik ditujukan ke gudang farmasi RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo. Saat
obat yang dipesan dating, kemudian disimpan di gudang farmasi rawat inap dan
dikeluarkan sesuai kebutuhan di rak pelayanan.

C. Proses Administrasi di Instalasi Farmasi Rawat Inap


Administrasi di instalasi Farmasi Rawat Inap umum dan BPJS meliputi
perhitungan jumlah resep dan laporan klaim BPJS Rawat Inap. Laporan yang
dikerjakan yaitu laporan penggunaan narkotik dan psikotropik, laporan
penggunaan obat serta kesesuaian stok dengan melampirkan daftar obat expired
date dan near expired date. Kemudian, laporan tersebut dari masing – masing
satelit dikumpulkan ke sekertariat dan selanjutnya dilaporkan ke Departemen
Kesehatan sebulan sekali secara online (email) dan manual sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

D. Permasalah Di Apotek Rawat inap dan Solusinya

1. Kotak wadah etiket UDD, IP, dan High Alert belum seragam sehingga terkesan
kurang rapi. Solusinya adalah dengan menyeragamkan wadah etiket dengan
ukuran yang sama.

2. Wadah etiket belum diberi penamaan, sehingga sering terjadi salah ambil etiket
baik ukuran maupun jenis. Solusinya adalah dengan memberi nama tiap wadah
dan membedakannya dengan warna.

3. Skrining resep terkadang dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian karena


Apoteker yang tidak ada. Namun, menurut PMK 72 tahun 2016 skrining harus
dilakukan oleh apoteker. Solusinya adalah menambah apoteker di Apotek rawat
inap atau memodikasi jadwal keja apoteker yang bertugas di apotek rawat inap.
4. Terdapatnya parkir sepeda di depan pelayanan farmasi terlihat kurang rapi.
Solusinya pemindahan parkir sepeda di lorong Rumah Sakit.
5. Wadah etiket “CITO” terkadang kurang terutama pada hari sabtu, sehingga
menggunakan wadah etiket yang “NON CITO”. Solusinya adalah dengan
mempercepat pembungkusan obat atau dengan penambahan wadah.
6. Gelas ukur yang tidak segera dicuci meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri dan
bekas yang mengering terkesan tidak baik untuk digunakan. Solusinya dengan
membersihkan tabung ukur setiap setelah pemakaian.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Alur pelayanan resep Apotek Rawat Inap RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
dimulai dari penerimaan resep oleh bagian penerimaan kemudian skrining resep, entry
data, print etiket, penyiapan obat (dispensing), packing,double check,kemudian obat
didistribusikan.
2. Sistem distribusi obat di Apotek Rawat Inap RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo dibagi menjadi dua yaitu diserahkan secara langsung ke perawat dengan
diberikan label “CITO TUNGGU”, diserahkan ke bangsal dengan diberikan label
“CITO KIRIM”.
3. Alur pelayanan dan sistem distribusi Apotek Rawat Inap RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo sudah sesuai dengan SOP dan peraturan yang berlaku, namun
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki.
B. Saran
1. Perlu adanya pertimbangan penambahan apoteker di Apotek Rawat Inap
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.
2. Perlu adanya pertimbangan pemindahan tempat parkir sepeda di depan Apotek
Rawat Inap RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.
3. Perlu adanya perbaikan wadah untuk plastik kemasan sehingga tidak terjadi
kesalahan pengambilan
DAFTAR PUSTAKA

[Menkes RI], 2016, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Aditama, T, 2006, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, 3-4, 9, UI, Press, Jakarta.

Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan. 1998, Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang


Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai