Disusun oleh:
B. Innya Untari Afriana 20194040030
Imam Budi Pratama 1061911032
Iqbal Katamsi Yahya 20194040021
Ismi Fadhila 14C019020
Khoirun Nisa’ 1061912042
Rambu Ita M. Parawang 1920384279
Vinziana Pratiwi 19811028
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dan menyediakan beberapa pelayanan seperti rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk memberikan pelayanan paripurna Rumah sakit
memerlukan sarana infrastruktur yang memadai dan pengelolaan secara efektif
sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik.
Pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit
yang memberikan pelayanan secara komprehensif untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Unit rawat inap merupakan salah satu
revenew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa
dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan (Nursalam, 2002). Dimana obat
dan alat kesehatan merupakan komponen penting dalam satelit farmasi rawat inap.
Satelit farmasi rawat inap memerlukan pendistribusian obat dan alat kesehatan secara
baik dan merata. Diharapkan dengan terpenuhinya pelayanan obat yang baik dan
merata mampu meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit tersebut.
Menurut Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 distribusi obat adalah suatu
rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau menyerahkan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada
unit pelayanan atau pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Peran distribusi obat sangat penting untuk pelaksanaan kesehatan
pasien rumah sakit karena dengan proses disribusi yang baik maka obat-obatan dan
alat kesehatan akan tersampaikan kepada pasien secara tepat waktu dan dapat
langsung digunakan tanpa harus menunggu lama. Oleh karena itu harus adanya
perencanaan manajemen yang matang dalam proses distribusi tersebut. Beberapa
masalah yang sering terjadi di rumah sakit terkait distribusi obat adalah keterlambatan
pengantaran obat dan alkes ke ruangan pasien rawat inap, maupun ketersediaan obat-
obatan yang digunakan pasien, dan waktu menunggu obat yang terlalu lama.
Karyawan dan pasien akan merasa sangat dirugikan dengan hal tersebut terutama
untuk pasien itu sendiri. Selain/ harus menunggu obat yang datangnya terlambat bila
obat yang dibutuhkan tidak ada atau sedang kosong maka pasien harus membelinya di
apotek luar. Dampaknya rumah sakit menjadi turun pemasukan penjualan obatnya
dan akan sangat berakibat fatal bagi pasien.
Oleh karena itu distribusi di rumah sakit perlu ditingkatkan lagi demi
menunjang kesehatan para pasien di rumah sakit. Dengan demikian pengelolaan obat
harus diproses secara professional, terorganisir dan terencana. Terutama dalam proses
dispensing , pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan sehingga tidak terjadi hal-
hal yang dapat menghambat pelayanan rumah sakit terhadap pasien dan mutu
pelayanan akan meningkat jika rumah sakit memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Penyimpanan Obat
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
(MENKES, 2016)
Apotek rawat inap di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dikelola oleh 5 apoteker, 14
tenaga teknis kefarmasian dan 7 transporter , dan 1 juru racik. Jam operasional
pelayanan pasien dimulai pukul 07.00 WIB – 21.00 WIB yang dibagi ke dalam 3
shift, yaitu dimulai:
1. Shift satu (pukul 07.00 - 14.00) yaitu 1 Apt, 2 TTK , 1 Administrasi, 1 Transporter
2. Shift dua (pukul 09.30 - 16.30) yaitu 2 Apt, 2 TTK , 1 Administrasi, 1 Transporter
3. Shift tiga (pukul 14.00 - 21.00) yaitu 2 Apt, 2 TTK , 1 Administrasi, 1 Transporter
Sistem pelayanan di apotek rawat inap yaitu melayani resep dan retur pasien rawat
inap. Resep didapat dari perawat tiap bangsal atau koas perawat dan transporter yang
mengambil resep ditiap bangsal setiap hari. Kategori resep yang dilayani adalah resep
non elektronik dan resep elektronik yang sudah dalam satu dokumen pengobatan
pasien selama mondok di RS dan telah diperiksa oleh apoteker farklin ditiap bangsal.
Sistem distribusi pelayanan resep menggunakan distribusi kombinasi ODD (One
Daily Dose) pada sediaan injeksi dengan UDD (Unit Dose Dispensing) pada sediaan
oral untuk pasien rawat inap dan IP (Individual Prescribing) untuk pasien pulang.
Adapun alur pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Inap sebagai berikut:
Resep masuk
A : Skrining Resep
B : Entry Resep dan Pembuatan Etiket
C.1 : Lemari Sediaan Fast Moving
C.2 : Lemari Sediaan Tablet, Injeksi, Syrup dan Salep/Krim
C.3 : Lemari Sediaan Tablet
C.4 : Lemari Sediaan HIGH ALERT
C.5 : Lemari Sediaan TABLET
C.6 : Lemari Sediaan Alkes
C.7 : Lemari Sediaan Infus
D : Meja Dispensing dan Pengemasan
E.1 : Meja Checking 1
E.2 : Meja Checking 2
F : Meja Final Packaging
Alur pelayanan Resep Rawat Inap
1. Resep masuk
Alur pengemasan kembali sudah sesuai dengan SPO yaitu menyiapkan formula,
menyiapkan bahan baku dan peralatan, petugas mencuci tangan dan peralatan harus
bersih, menimbang bahan baku sesuai, memasukan sediaan yang dicarik sesuai
dengan wadahnya, memberi etiket, dan menyimpan pada tempat sesuai.
Sistem Distribusi
Sistem distribusi obat dan alat kesehatan di rawat inap di RSUD Prof dr. Margono
Soekarjo meliputi beberapa tahapan yaitu:
a. Distribusi obat dan alat kesehatan yang di serahkan secara langsung kepada
perawat
Sistem distribusi obat dan alat kesehatan disiapkan menggunakan kartu obat.
Kartu obat yang digunakan ditandai dengan tanda “CITO DITUNGGU”. Setelah
ditandai obat dan alkes disiapkan terlebih dahulu sessuai dengan peresepan. Alat
kesehatan dan obat-obatan diberikan secara langsung kepada perawat. Penyerahan
dilakukan dengan memanggil nama pasien, menanyakan nomor antrian, alamat pasien
dan ruangan pasien serta mencocokannya pada kartu obat. Penyerahan obat juga
dapat dilakukan secara langsung kepada perwakilan anggota keluarga pasien yang
menyerahkan kartu obatnya. Penyerahan obat disini disertai dengan pemberian
informasi obat (PIO) dan konseling kepada keluarga pasien tersebut serta
memberitahu kepada keluarga pasien apabila tidak tahu atau lupa tentang informasi
obat tersebut dapat menanyakan kepada perawat yang bertugas maupun apoteker
yang sedang bertugas di apotik rawat inap.
Resep di apotek rawat inap dikategorikan kedalam resep CITO dan NON CITO.
Resep CITO dibedakan menjadi CITO TUNGGU dan CITO KIRIM. CITO
TUNGGU yaitu resep yang di tunggu oleh pasien atau keluarga pasien dan CITO
KIRIM yaitu resep yang dikirim oleh transporter. Resep CITO artinya adalah resep
didahulukan penyiapannya dibandingkkan resep NON CITO.
Gambar 1.1 Penandaan resep
Untuk pasien yang akan pulang (cito pakai) dengan langkah yaitu menerima
resep cito akan pulang dan retur sediaan farmasi bila ada, memberikan nomor urut
pada keluarga pasien dan label cito pada kartu obat, setelah itu petugas instalasi
melakukan skrinning resep, kemudian petugas melakukan enteri resep dan pencetakan
etiket, kemudian dilakukan dispensing obat sesuai dengan print out resep yang sudah
di entri untuk yang non racikan dan meracik obat untuk obat racikan, setelah
melakukan dispensing petugas akan memasukan obat (mengemas) kedalam plastic
klip yang telah disediaakan sesuai ketentuan, kemudian petugas akan melakukan
double checking yaitu pengecekan kesesuaian nama dan jumlah obat sesuai dengan
resep, dan mengecek kesesuaian nama dan jumlah obat dengan data yang dientri.
Apabila terjadi kesalahan pada data yang dientri, pengambilan obat atau pada
pengemasan obat maka dilakukan perbaikan sebelum diserahkan. Pengecekan ini
dilakukan oleh 2 (dua) orang petugas yang berbeda. Setelah obat selesai dipacking
kemudian petugas akanmemanggil keluarga pasien/perawat ruangan dan memastikan
identitas pasien sudah benar, kemudian obat yang telah diperiksa diserahkan kepada
keluarga pasien/ perawat ruangan beserta informasi obatnya dan
konseling bila perlu. Untuk pasien yang masih di rawat dengan langkah yaitu petugas
instalasi farmasi rawat inap akan menerima kartu obat dan retur obat (bila ada) dari
ruangan perawat dan mencatat dibuku penerimaan resep. Kemudian melakukan
skrining udd secara manual untuk obat oral, melakukan enteri resep dan pencetakan
etiket injeksi, melakukan dispensing obat, memasukan ke dalam wadah, melakukan
double checking bila terjadi kesalahan maka dilakukan perbaikan sebelum diserahkan,
mengantarkan obat keruang rawat, melakukan serah terima obat dengan perawat.
Sehingga alur pelayanan resep rawat inap dapat dikatakan sudah sesuai dengan SPO.
Obat dan alat kesehatan disiapkan berdasarkan kartu obat dari ruang perawatan
dan ditandai dengan “CITO KIRIM”. Setelah obat dan alat kesehatan disiapkan lalu
dikemas menggunakan kantong kemas berwarna putih dan menunggu hingga
jumlahnya cukup banyak. Ketika jumlahnya dirasa sudah mencukupi barulah obat
dan alat kesehatan yang telah dikemas tersebut diantar oleh petugas transporter dari
satelit farmasi rawat inap menuju ke ruang perawatan masing-masing pasien sesuai
dengan ruangannya. Selain menerima pesanan kartu obat pasien satelit farmasi rawat
inap juga menerima barang retur dengan prosedur sebagai berikut:
Alur Penerimaan barang retur
Untuk pasien yang masih di rawat menerima kartu obat dan retur obat (bila ada)
dari ruangan dan mencatat dibuku penerimaan resep, melakukan skrining dan dan udd
secara manual untuk obat oral, melakukan enteri resep dan pencetakan etiket injeksi,
melakukan dispensing obat, memasukan ke dalam wadah, melakukan doble checking
bila terjadi kesalahan maka dilakukan perbaikan sebelum diserahkan, mengantarkan
obat keruang rawat, melakukan serah terima obat dengan perawat. Sehingga alur
pelayanan resep rawat inap dapat dikatakan sudah sesuai dengan SPO.
2. Skrining Resep
Setiap resep yang telah dientri kemudian dilakukan dispensing obat dengan
menempatkan pada keranjang berwarna merah dan biru yang memudahkan dalam
membedakan resep CITO atau NON CITO. Resep CITO ditempatkan pada keranjang
warna merah dan resep NON CITO
ditempatkan dalam keranjang warna
biru. Petugas melakukan dispensing obat
sesuai dengan lembar serah terima yag
tercetak. Obat-obat UDD dikemas kedalam
kemasan yang memiliki warna yang
berbeda, warna kuning untuk pemakaian
pada pagi hari, warna biru untuk pemakaian siang, warna hijau untuk pemakaian sore,
dan warna bening untuk pemakaian malam dan untuk obat-obatan high alert
menggunakan kemasan berwarna merah.
Hal ini bertujuan untuk memudah kan perawat dalam memberikan obat kepada pasien
serta meminimalisir kesalahan pemberian obat. Obat racikan diserahkan kebagian
compounding untuk dilakukan pencampuran obat setelah dilakukan pengecekan
resep. Proses dispensing dan compounding dibawah pengawasan Apoteker
penanggung jawab. Sistem distribusi ODD tidak memiliki pembedaan kemasan,
semua kemasan menggunakan kemasan berwarna bening. Semua obat yang sudah
selesai dikemas kemudian dilakukan pengecekan oleh petugas farmasi.
- Tepat Obat
- Tepat Dosis
1. Kotak wadah etiket UDD, IP, dan High Alert belum seragam sehingga terkesan
kurang rapi. Solusinya adalah dengan menyeragamkan wadah etiket dengan
ukuran yang sama.
2. Wadah etiket belum diberi penamaan, sehingga sering terjadi salah ambil etiket
baik ukuran maupun jenis. Solusinya adalah dengan memberi nama tiap wadah
dan membedakannya dengan warna.
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Alur pelayanan resep Apotek Rawat Inap RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
dimulai dari penerimaan resep oleh bagian penerimaan kemudian skrining resep, entry
data, print etiket, penyiapan obat (dispensing), packing,double check,kemudian obat
didistribusikan.
2. Sistem distribusi obat di Apotek Rawat Inap RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo dibagi menjadi dua yaitu diserahkan secara langsung ke perawat dengan
diberikan label “CITO TUNGGU”, diserahkan ke bangsal dengan diberikan label
“CITO KIRIM”.
3. Alur pelayanan dan sistem distribusi Apotek Rawat Inap RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo sudah sesuai dengan SOP dan peraturan yang berlaku, namun
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki.
B. Saran
1. Perlu adanya pertimbangan penambahan apoteker di Apotek Rawat Inap
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.
2. Perlu adanya pertimbangan pemindahan tempat parkir sepeda di depan Apotek
Rawat Inap RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.
3. Perlu adanya perbaikan wadah untuk plastik kemasan sehingga tidak terjadi
kesalahan pengambilan
DAFTAR PUSTAKA
[Menkes RI], 2016, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Aditama, T, 2006, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, 3-4, 9, UI, Press, Jakarta.