Anda di halaman 1dari 11

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3, terkesan rancu apabila disebut keselamatan dan

kesehatan kerja) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3
adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.[1] K3 juga melindungi
rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh
kondisi lingkungan kerja.

K3 cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban
untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi
aman sepanjang waktu.[2] Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan
kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan
perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik
keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri,
ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

K3 merupakan singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Untuk lebih memahami
tentang K3 berikut ini kita akan membahas pengertian, maksud dan tujuan dari K3 (di
rangkum dari berbagai sumber).

Pengertian K3

1. Pengertian secara Filosofis

K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

2. Pengertian secara Keilmuan

Dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah kemungkinan


terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.

3. Pengertian secara OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety Assessment


Series)

K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung
dan tamu) di tempat kerja.

Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga
kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem efisiensi dan produktivitas kerja.

Sasaran K3

1. Menjamin keselamatan pekerja dan orang lain


2. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan
3. Menjamin proses produksi yang aman dan lancar

Norma K3

Norma yang harus dipahami dalam K3:

1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja


2. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Dasar Hukum K3

K3 ditentukan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja:

 UU No.1 tahun 1970


 UU No.21 tahun 2003
 UU No.13 tahun 2003
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER-5/MEN/1996

Jenis Bahaya Dalam K3

 Bahaya Jenis Kimia

Bahaya akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia
berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan
gas bahan kimia.

 Bahaya Jenis Fisika

 Bahaya akibat suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin serta
keadaan udara yang tidak normal yang menyebabkan terjadinya perubahan atau
mengalami suhu tubuh yang tidak normal.
 Bahaya akibat keadaan yang sangat bising yang menyebabkan terjadi kerusakan
pendengaran.

 Bahaya Jenis Proyek/Pekerjaan

 Bahaya akibat pencahayaan atau penerangan yang kurang menyebabkan kerusakan


penglihatan.
 Bahaya dari pengangkutan barang serta penggunaan peralatan yang kurang lengkap
dan aman yang mengakibatkan cedera pada pekerja dan orang lain.

Istilah Bahaya dalam Lingkungan Kerja

 Hazard adalah suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan kecelakaan,


penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada
 Danger adalah tingkat bahaya akan suatu kondisi yang sudah menunjukkan peluang
bahaya sehingga mengakibatkan suatu tindakan pencegahan.
 Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
 Incident adalah munculnya kejadian bahaya yang dapat atau telah mengadakan kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
 Accident adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian baik
manusian maupun benda.

Standar Keselamatan Kerja

Standar keselamatan kerja merupakan pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja


seperti:

1. Perlindungan badan yang meliputi seluruh badan


2. Perlindungan mesin
3. Pengamanan listrik yang harus dicek secara berkala
4. Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran, penerangan
yang cukup, ventilasi yang baik dan jalur evakuasi khusus yang memadai

Alat Pelindung Diri (APD)

APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang disekitarnya. Alat pelindung diri
meliputi:
1. Alat Pelindung Kepala

 Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda-benda yang
dapat melukai kepala.
 Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari paparan
partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap
panas.
 Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun
tekanan.
 Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat
berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.
 Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia,
percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda
keras dan tajam.

2. Alat Pelindung Tubuh

 Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu
panas.
 Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontak atau kecelakaan.
 Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal yang
membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai
identitas pekerja.
3. Alat Pelindung Anggota Tubuh

 Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan dari
api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan, dan goresan benda tajam.
 Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat transportasi
serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
 Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki
dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.K3
juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

ERGONOMI

Ergonomi merupakan bagian yang unik dalam ilmu k3, yang mempelajari tentang interaksi
antara manusia, peralatan dan lingkungan di tempat kerja. Penerapannya dilakukan dengn cara
menyesuaikan pekerjaan, peralatan serta ingkungan kerja, terhadap kapasitas dan limitasi
manusia. ERGONOMI merupakan aspek penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pendekatan disain kerja dan lingkungan kerja
aman, sehat dan nyaman. Ergonomi berkontribusi baik pada bidang safety maupun health di
tempat kerja.

Penyesuaian, disain pada “pekerjaan”, “peralatan, mesin”, “lingkungan kerja” yang digunakan
saat bekerja adalah tujuan dari aplikasi ergonomi.

Bidang jasa yang berkaitan dengan Ergonomi adalah seperti:

 Asesmen bahaya/risiko ergonomi di tempat kerja


 Program ergonomi
 Disain/re-disain pekerjaan, peralatan/mesin, dan lingkungan kerja

Pelayanan jasa diberikan juga dalam bentuk:

 Training, Review Program, dan Audit

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja merupakan bagian dari K3, yang bertujuan untuk menciptakan sistem kerja
yang aman (selamat). Melalui prinsip pencegahan kecelakaan, dan pengendalian risiko di
lingkungan kerja maka setiap aktivitas pekerjaan harus dapat memenuhi tujuan yang minimal
yaitu di atas pemenuhan tuntutan peraturan nasinal serta standar internasional.

Bidang Jasa Safety meliputi “manajemen Keselamatan/Sistem manajemen Keselamatan”


“manajemen Risiko” yang mencakup identifikasi bahaya, asesmen risiko (analisis dan evaluasi
risiko), serta kontrol (pengendalian yang feasibel sesuai hirarki pengendalian yang benar). Di
dalamnya termasuk investigasi & pencegahan kecelakaan, sistem ijin kerja, inspeksi, dll.

Pelayanan jasa diberikan juga dalam bentuk:

 Training, Review Program dan Audit

KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja merupakan bagian dari K3, yang menitikberatkan pada peningkatan kesehatan
kerja dan pemeliharaan kesejahteraan pekerja pada aktivitas pekerjaan. Program kesehatan
kerja dilakukan dalam berbagai kegiatan seperti pemeriksaan kesehatan rutin, penyuluhan
kesehatan, pengawasan kesehatan, pendidikan dan pelatihan bagi setiap karyawan, dll.

Bidang jasa kesehatan kerja bisa mencakup seperti:

 Occupational health management system.


 Health risk assessment
 Health suveillance (mencakup MCU dan semua atributnya, seperti Fitness Status,
Return to work, dsb)
 Medical Emergency Response Plan
 Monitoring Penyakit akibat kerja, penanganannya s/d pelaporannya
 Food Safety
 Ergonomics
 Health Promotion

Pelayanan jasa diberikan dalam bentuk:

 Training , review program, dan audit.

Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (accident) ataupun hampir
celaka (near miss acccident). Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun pekerja lain di sekelilingnya, sehingga diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.

Kesehatan kerja merupakan hubungan dua arah antara pekerjaan dan kesehatan.Kesehatan kerja
tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan kerja misalnya panas, bising debu, zat-zat
kimia dan lain-lain, tetapi hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk
melakukan tugas yang harus dikerjakannya. Tujuan utama kesehatan kerja adalah mencegah
timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya (Suma’mur, 2009).

Menurut Depnaker RI (2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala daya dan upaya
dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi, dan menanggulangi terjadinya
kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian bahaya
dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-
undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Persyaratan Keselamatan Kerja
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970
(Suma’mur, 2009) adalah sebagai berikut :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, hal ini berkaitan dengan upaya pencegahan
kecelakaan dan setiap pekerjaan atau kegiatan berbahaya.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, berkaitan dengan sistem proteksi dan
pencegahan kebakaran (fire protection system) dalam rancangan bangun, operasi, dan
penggunaan sarana, pabrik, banguna dan fasilitas lainnya.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran, meliputi upaya pencegahan bahaya
kebakaran (fire prevention) dalam kegiatan yang dapat mengandung bahaya kebakaran,
menggunakan api atau kegiatan lainnya.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian kebakaran atau
kejadian lainnya. Berkaitan dengan sistem tanggap darurat (emergency response) serta
fasilitas penyelamat di dalam bangunan atau tempat kerja (means of escape).
5. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan. Menyangkut aspek P3K atau pertolongan jika
terjadi kecelakaan termasuk resque dan pertolongan korban.
6. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja. Berkaitan dengan penyediaan alat keselamatan
yang sesuai untuk setiap pekerjaan yang berbahaya.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
Berkaitan dengan keselamatan lingkungan kerja, pencemaran atau buangan industri serta
kesehatan kerja.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, psikis, peracunan,
infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerja.
14. Berkaitan dengan aspek ergonomi di tempat kerja.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. Berkaitan dengan keselamatan
konstruksi dan bangunan mulai dari pembangunan sampai penempatannya.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan
barang.
17. Syarat ini berkaitan dengan kegiatan pelabuhan dan pergudangan.
18. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, berkaitan dengan keselamatan
ketenagalistrikan.
19. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahayanya menjadi
bertambah tinggi .

Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti
dan ditemukan, agar selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta
dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang
kembali. Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja.Golongan pertama adalah faktor mekanisme
dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia.Golongan kedua adalah faktor
manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Hakikatnya, setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan


atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (“K3”). Demikian yang disebut
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”).1[1]

Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang


optimal, diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya keselamatan
dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan, dan rehabilitasi.2[2]

Pada dasarnya ketentuan keselamatan kerja berlaku dalam tempat kerja di mana:3[3]
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan
atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan;
b. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
c. dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik,
gas, minyak atau air;
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di
dalam bumi, maupun di dasar perairan; dilakukan pengangkutan barang, binatang
atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air
maupun di udara;
f. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau
gudang;
g. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
h. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
i. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
j. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
k. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
l. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
m. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
n. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;

1[1] Pasal 86 ayat (1) huruf a UU Ketenagakerjaan

2[2] Penjelasan Pasal 86 ayat (2) UU Ketenagakerjaan

3[3] Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (“UU
1/1970”)
o. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang
menggunakan alat teknis;
p. dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik,
gas, minyak atau air;
q. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

Aturan K3 secara khusus juga dapat kita lihat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (“PP 50/2012”).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (“K3”) adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.4[4]

Jadi, menjawab pertanyaan Anda, berdasarkan ketentuan kriteria tempat kerja yang wajib
menerapkan K3 di atas, jika sebuah perusahaan tidak masuk kriteria tersebut, maka
perusahaan tidak wajib memberlakukan K3.

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam artikel Apakah Semua Perusahaan
Wajib Memberlakukan K3?.

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Soal pernyataan Anda tentang Ahli K3 umum, perlu diketahui bahwa peraturan
menyebutnya dengan istilah Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (“UU
1/1970”).5[5]

4[4] Pasal 1 angka 2 PP 50/2012

5[5] Pasal 1 ayat (6) UU 1/1970 dan Pasal 1 huruf a Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.02/MEN/1992 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (“Permenaker 02/1992”)
Ahli keselamatan kerja bersama para pegawai pengawas ditugaskan menjalankan
pengawasan langsung terhadap ditaatinya UU 1/1970 dan membantu
pelaksanaannya.6[6]

Lebih khusus lagi, Ahli K3 diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.02/MEN/1992 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (“Permenaker 02/1992”).

Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk Ahli K3 pada
tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang memberikan jasa di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja.7[7]

Kriteria tertentu tersebut adalah:8[8]


a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100
orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100
orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi yang besar
risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:9[9]

Berpendidikan Sarjana, Sarjana muda atau sederajat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahliannya sekurang-
kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun:
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai.

Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:10[10]

6[6] Pasal 5 ayat (1) UU 1/1970

7[7] Pasal 2 ayat (1) Permenaker 02/1992

8[8] Pasal 2 ayat (2) Permenaker 02/1992

9[9] Pasal 3 Permenaker 02/1992

10[10] Pasal 9 ayat (1) Permenaker 02/1992


a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut

1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja satu kali dalam 3 (tiga)
bulan, kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan jasa
dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai melakukan
kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat
berhubung dengan jabatannya.

Jadi, ahli K3 ditunjuk bagi tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan
yang memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Jika tidak masuk
kriteria tersebut, maka perusahaan tidak wajib mempunyai Ahli K3. Artinya, tidak semua
perusahaan diwajibkan memiliki Ahli K3.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 Tahun 1992 tentang Tata
Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai