Anda di halaman 1dari 20

Permenkes No 58

Tahun 2014 Tentang


Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah
Sakit
Kelompok 3

Ashilah Haura Arnel (200205096)

Elvitri Dikayanti Z (200205055)

Nayla Al Farisa (200205059)

Shakynna Suandha (200205077)

Tsaniya Yughsyi (200205057)


Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah
Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bermutu dan terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik.
Definisi

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok


ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
Tujuan Pengaturan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit

a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan


Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety).

(pasal 2)
Tugas Instalasi Farmasi di RS

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan


mengawasi seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang
optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi;

2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan
efisien;

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan


Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan
risiko;
4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE)
serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat
dan pasien;

5. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan


Pelayanan Kefarmasian;

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar


pengobatan dan formularium Rumah Sakit.
Fungsi Instalasi Farmasi di RS

a. pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis
Pakai;

dan

b. pelayanan farmasi klinik.


(pasal 3 ayat 1)
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
meliputi:

a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
Pelayanan Farmasi Klinik meliputi: 
a. Pengkajian dan pelayanan Resep;
b. Penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. Rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. Konseling
f. Visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD);
Pasal 6 berbunyi:

1. Penyelenggaraan Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit harus
menjamin ketersediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau.
2. Penyelenggaraan Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit melalui
sistem satu pintu.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan
kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan
demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung
jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga
tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di
Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Kasus - kasus
1. Nyonya S yang baru saja melahirkan, mengalami koma selama dua
hari, setelah diadakan pemeriksaan ternyata pasien tersebut salah
mengkonsumsi obat. Seharusnya pasien mendapatkan obat
methylergotamin yang salah satu fungsinya yaitu untuk mengontrol
pendarahan pada melahirkan atau persalinan dan mempercepat
kembalinya kandungan (uterus) ke keadaan normal, sedangkan obat
yang diberikan oleh apotek yaitu obat yang mengandung
glibenclamide sebagai antidibetik yaitu menurunkan kadar gula
darah. Pasien mengalami koma karena tubuh pasien tidak dapat
mengatasi dengan cara mengeluarkan hormon yang menaikan gula
darah karena pasien bukan penderita diabetes. Dalam kasus ini,
apoteker telah melanggar pasal 3 ayat 3 Permenkes no 58 tahun 2014
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
2. Rumah Sakit (RS) Permata, Kota Bekasi, Jawa Barat, mengakui ada
kelemahan saat melakukan verifikasi pembelian vaksin dari CV Azka
Medical. Manajer Pelayanan Medis Permata Bekasi Siti Yunita
mengatakan, telah terjadi kelalaian pada bagian farmasi rumah sakit
tersebut.

"Obat-obatan yang kami beli kemudian diverifikasi di bagian farmasi.


Namun kami akui terjadi kelemahan, sehingga produk tersebut lolos dan
digunakan pasien," kata Siti, dikutip dari Antara, Sabtu (16/7).
Manajemen Rumah Sakit Permata Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi,
Jawa Barat, mengakui menggunakan satu jenis vaksin yang diduga palsu
pada kurun Oktober 2015-Mei 2016. Dalam kasus ini, bagian farmasi
telah melanggar pasal 6 ayat 1 Permenkes no 58 tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
3. Pemberian Obat Kadaluarsa di RSUD dr. R. Koesma Tuban
 
Kasus Pemberian Obat Kadaluarsa di Rumah Sakit Umum
Daerah(RSUD) dr. R. KoesmaTubanI.KasusIndah Sri Setyorini
(31), menebus obat AmoxsanPediatric Drop pada
Minggu(30/06/2013) di Apotek RSUD Tuban untuk anaknya yang
baru saja lahir. Obat tersebut sudah diminumkan kepada
anaknya sebanyak 2 kali dan Indah baru menyadari bahwaobat
tersebut telah kadaluwarsa. Kemudian, Indah langsung
melaporkan kejadian tersebutkepada Apotek RSUD Tuban dan
pihak Apotek langsung mengganti dengan obat yangbaru
Identifikasi Permasalahan
Pada kasus di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada yaitu:
• Kesalahan terdapat pada apoteker karena memberikan obat yang
sudahkadaluwarsa. Kelalaian apoteker tersebut dapat berdampak fatal
karena obattersebut digunakan oleh pasien bayi yang baru saja lahir.
Hal ini seharusnyadapat diantisipasi mulai dari pengambilan obat,
pemberian label/etiket, sampai ketika apoteker menyerahkan obat ke
pasien. Namun, apoteker tidakmenjelaskan tanggal kadaluwarsa obat,
sehingga baik pasien maupun apotekersama-sama tidak tahu kalau obat
yang digunakan sudah memasuki waktu kadaluwarsa.
• Selain itu, kesalahan juga terletak pada sistem penyimpanan obat karena
terdapat obat yang kadaluwarsa di pelayanan.
Akar Permasalahan
 
Apoteker yang bertanggung jawab baik pada bagian manajemen
maupun pelayanan merupakan pihak yang seharusnya dapat mencegah
kejadian adanya obat kadaluarsa sampai ke tangan pasien.IV. Kajian
Pelanggaran Etika Berdasarkan Kode Etik Apoteker 1. Sumpah
Apoteker Dalam Sumpah Apoteker berbunyi “Saya akan menjalankan
tugas saya dengan sebaik - baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi
luhurj abatan kefarmasian….”
Tindakan Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah(RSUD) dr. R.
Koesma Tuban yang memberikan obat kadaluwarsa kepada pasien
melanggar Sumpah Profesi terutama pada poin4, karena Apoteker
tersebut tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,dimana adanya
kelalaian apoteker dalam memberikan obat yang sudah kadaluwarsa
kepada pasien.
4. Kelalaian Petugas Puskesmas yang Memberikan Obat Kadaluarsa pada
Ibu Hamil
 
Kapolres Jakarta Utara, Kombes Budhi Herdi Susianto menyebut keterangan
pihak Puskesmas Kamal Muara yang memberikan obat lalai saat dalam bertugas.
Pemberian obat kedaluwarsa itu memang tercampur dengan obat-obat lainnya
sehingga petugas puskesmas yang bekerja tak melihat akan hal kedaluwarsa
tersebut. Akibat meminum obat kedaluwarsa itu korban mengalami mual-mual
takkaruan yang kebetulan memang korban juga tengah mengandung anak
pertamanya. Adapun, pihak polisi sudah menyita barang bukti berupa tiga bungkus
obat berjenis vitamin B6 kadaluarsa yang diterima korban, ibu hamil bernama Novi
Sri Wahyuni (21). Novi bersama suami melaporkan Puskesmas Kelurahan Kamal
Muara kepolisi atask asus dugaan kelalaian.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai