Anda di halaman 1dari 17

D H F

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever, selanjutnya disingkat
dengan DHF) ialah penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
nyamiuk Aedes Aeghypti dan DHF menyerang pada anak, remaja, dan dewasa.
Dengan gejala utama demam , nyeri otot dan sendi, manifestasi perdarahan yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama, dan mengakibatkan kenjatan yang dapat
mengakibatkan kematian . (Buku Ajar Penyakit Dalam, Balai penerbit FK UI, Hal.
417 & Arief Mansjoer, 2000, Edisi 3, hal 428).

2. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh Virus Dengue termasuk group B
Arthropod Borne virus (Arboviruses) dan sekarang dikenal sebagai Genus Flavirus,
Family Flaviridiae, dan diisolasi menjadi empat serotype, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-
3, DEN-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan anti body seumur
hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe yang lain. Dan ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotip yang menjadi
penyebab terbanyak dan berkembang dikalangan masysarakat, yang mana ditularkan
melalui vector nyamuk Aedes Aeggypti, Aedes Albopictus dan Aedes Polyhesiensis.
(Demam Berdarah Dengue, Fak. Kedokteran UI, Hal 80, Dr. Mursalam & Rekawati
2005).

3. Tanda dan Gejala


a. Meningkatnya suhu tubuh. i. Ekimosis.
b. Nyeri otot & sendi. j. Perdarahan gusi.
c. Suara Serak. k. Muntah darah.
d. Batuk. l. Melena.
e. Epistaksis. m. Muntah
f. Dysuria.
g. Nafsu makan menurun.

4. Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang berperan pada penularan infeksi Dengue, yaitu manusia,
virus, dan vector perantara. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypty. Nyamuk Aedes Albipictus, Aedes Polinesiensis dan beberapa spesies yang
lain dapat pula menularkan ini tetapi kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat
menularkan Virus Dengue kepada manusia baik secara lansung yaitu setelah
menggigit orang yang sedang mengalami viremia; maupun secara tidak lansung
setelah melalui masa inkubasi didalam tubuhnya selama 8-10 hari (ekstrinsic
incubation period). Pada manusia diperlukan waktu sekitar 4-6 hari (intrinsic
incubation period) sebelum menjadi sakit setelah virus masuk kedalam tubuh. Pada
nyamuk, sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuhnya , maka
nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Sedangkan
pada manusia, penularan dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu
antara 3-5 hari. (Demam Berdarah Dengue, Fak. Kedokteran UI, Hal 80-81).

5. Patogenesis
Virus merupakan mikro organisme yang hanya dapat hidup dalam sel hidup,
maka demi kelansungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai
penjamu (host) terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan penjamu, persaingan akan sembuh sempurna dan timbul
antibody atau perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom Syok Dengue) masih merupakan masalah
kontropersi. Dua masalah yang umum dipakai dalam menjelaskan patogenesis pada
DBD dab SSD, yaitu Hipotesis Infeksi Sekunder (teori secondary heterologous) atau
Hipotesis Immune Enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak lansung
bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan virus dengue serotipe
yang heterolog mempunyai risiko lebih besar untuk kemungkinan mendapatkan
DBD/SSD. Anti bodi heterolog yang telah ada dalam tubuh sebelumnya akan
mengenali virus yang menginfeksi kemudian dan membentuk Kompleks Antigen Anti
Body yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor membran leukosit terutama
Makrofag. Oleh kerena anti body adalah heterolog, maka virus tidak dinetralisasikan
oleh tubuh dan bebas replikasi didalam makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai
Antibodiy Devenden Enhacement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan
infeksi dan replikasi virus dengue didalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan
terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan
keadaan hipovolemia dan syok.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa Virus Dengue sama halnya dengan virus
binatang yang lain, secara genetik dapat berubah sebagai akibat dari tekanan pada
seleksi sewaktu virus malakukan replikasi pada tubuh manusia maupun nyamuk.
Disamping itu terdapat beberapa strain virus yang mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan wabah lebih besar. Ekspresi fenotik dari perubahan fenotik didalam
genon virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, virulensi,
dan potensi terjadinya wabah. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data
epidemiologik dan laboratorium.
Sebagai tanggapan terhadap virus infeksi tersebut. Terjadi (1) aktivitas sistem
komplemen sehingga dikeluarkan Zat Anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intra vaskuler ke
ekstra vaskuler (plasme lekage); (2) Agregasi trombosit sehingga jumlah Trombosit
menurun, apabila kejadian ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi Trombosit
sebagai akibat mobilisasi Sel Trombosit muda dari sumsum tulang, dan (3) Kerusakan
Sel Endotel pembuluh darah yang akan meransang/mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan; (a) Peningkatan permeabilitas
Kapiler sehingga mengakibatkan perembesan Plasma, Hipovolemia, dan Syok.
Perembesan Plasma pada DBD mengakibatkan adanya cairan didalam Rongga Pleura
dan Rongga Peritonial yang berlansung singkat, selama 24-48 jam; (b) kelainan
hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati, trombosotopenia, dam koagulopati,
sehingga mengakibatkan perdarahan hebat. (Demam Berdarah Dengue, Fak.
Kedokteran UI, Hal 82-83)

6. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma
keruang ekstra selular.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, pegal-
pegal diseluruh tubuh, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi
tenggorokan dan hal-hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran Hati (hepatomegali) dan pembesaran Limpa. Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan kurangnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi (peningkatan Hematokrik >20%) menunjukkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma (plasma lekage) sehingga nilai Hematokrik menjadi
lebih penting untuk menjadi ukuran patokan pemberian cairan intra vena. Setelah
dilakukan pemberian cairan intra vena, peningkatan jumlah trombisit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intra vena harus dikurangi
kecpatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yanga akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengakibatkan renjatan.

7. Manifestasi klininis
a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.
b. Manifestasi perdarahan pada hari ke-5 Peteleie, Purpura, Ekimosisi,
Hematomesis, dan perdarahan gusi.
c. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan.
d. Syok yang di tandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis
perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan & kaki, serta
terjadi penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam
atau saat demam turun antara hari ke-3 sampai hari ke-7 panyakit. (Arif
Mansjoer, 2000, hal 428).

8. Klasifikasi DHF Menurut WHO


a. Derajat I (ringan), yaitu terdapat demam mendadak 2-7 hari diserta gejala
klinis dengan manifestasi perdarahan teringan uji kurniket positif.
b. Derajat II (sedang), yaitu ditemukan pula perdarahan kuit dan
manfestasi manifestasi perdarahan lain.
c. Derajat III, yaitu ditemukan tanda-tanda dini renjatan.
d. Derajat IV, yaitu terdapat DSS dengan nadi dan TD yang terukur.

9. Pencegahan Penyakit DHF


a. Rumah selalu terang.
b. Tidak menggantung pakaian.
c. Bak penampungan air harus sering dibersihkan dan di
ganti airnya.
d. Kubur barang-barang bekas yang memungkunkan
sebagai tempat terkumpulnya air hujan.
e. Tutup tempat penampungan air.

10. Test/Pemeriksaan Diagnostik


a. Darah, trombosito penia dibawah (100.000/ul) biasanya
ditemukan antara sampai hari ke-7 parasit.
b. Hemokonsentrasi, berupa peningkatan nilai hematokrit, yaitu kenaikan nilai
lebih 20% pada rasa akut di bandingkan pada fase penyembuhan.
c. HB meningkat lebih dari 20%.
d. Leukosit ditemukan pada hari ke-2 dan hari ke-3.
e. Protein darah rendah.
f. Pemeriksaan serologi meliputi:
1. Rongten thoraks.
2. Uji test turniket.
11. Penatalaksanaan
1. MEDIK
a. DHF tanpa renjatan
1. Beri banyak minum (11/2-2 ltr/hari).
2. Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres.
3. Jika kejang maka diberi luminal (anti unvulson).
4. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.
b. DHF dengan RenjaTAN
1. Pasang infus RL.
2. Jika dipasang infus tidak ada respon, maka plasma expander 20-
30 ml/kg BB.
3. Transfusi jika Hb dan Ht menurun.
2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue setiap 4 jam.
1. Pemeriksaan Hb, Ht, trombosit tiap 4 jam.
2. Observasi intake dan output.
3. Pada pasien DHF derajat I, pasien diistirahatkan, observasi TTV tiap 3 jam,
ber minum yang banyak dan kompres.
4. Pada pasien DHF derajat II, pengawasan TTV, pemeriksaan Hb, Ht &
trombosit, perhatiakan gejala seperti nadi lemah, & cepat, TD menurun,
Anoria, sakit perut serta beri infus.
5. Pada pasien DHF III, Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2, pengawasan
TTV tiap 15 menit, pasang kateter, observasi produksi urine tiap jam,
periksa Hb, Ht & trombosit.
b. Resiko Perdarahan
1. Observasi Perdarahan, Ptekie, epistaksis, hematomesis, dan melena.
2. Catat banyak dan warna perdarahan.
3. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan traktus gastrointestinal.

12. Komplikasi

a. Perdarahan luas,
b. Syock atau renjatan.
c. Efusi pleura.
d. Penurunan kesadaran.
Demam
anoreksia trombositopenia
muntah
Manifestasi Kompleks
perdarahan AgAb
komplemen
Permeabilitas
kapiler naik
I
dehidrasi
roteinemia
 Efusi pleura
 Asites

II
derajat
Demam dengue hipovolemia

DIC syok

III
Perdarahan saluran
cerna Anoreksia Asidosis

IV
Demam berdarah dengue derajat I-II-III-IV

meninggal

Manifestasi Klinik
e. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.
f. Manifestasi perdarahan pada hari ke-5 Peteleie, Purpura, Ekimosisi,
Hematomesis, dan perdarahan gusi.
g. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan.
h. Syok yang di tandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis
perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan & kaki, serta
terjadi penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam
atau saat demam turun antara hari ke-3 sampai hari ke-7 panyakit. (Arif
Mansjoer, 2000, hal 428).
13.Klasifikasi DHF Menurut WHO
a. Derajat I (ringan), yaitu terdapat demam mendadak 2-7 hari diserta gejala
klinis dengan manifestasi perdarahan teringan uji kurniket positif.
b. Derajat II (sedang), yaitu ditemukan pula perdarahan kuit dan
manfestasi manifestasi perdarahan lain.
c. Derajat III, yaitu ditemukan tanda-tanda dini renjatan.
d. Derajat IV, yaitu terdapat DSS dengan nadi dan TD yang terukur.

14.Pencegahan Penyakit DHF


a. Rumah selalu terang.
b. Tidak menggantung pakaian.
c. Bak penampungan air harus sering dibersihkan dan di
ganti airnya.
d. Kubur barang-barang bekas yang memungkunkan
sebagai tempat terkumpulnya air hujan.
e. Tutup tempat penampungan air.

15. Test/Pemeriksaan Diagnostik


a. Darah, trombosito penia dibawah (100.000/ul) biasanya
ditemukan antara sampai hari ke-7 parasit.
b. Hemokonsentrasi, berupa peningkatan nilai hematokrit, yaitu kenaikan nilai
lebih 20% pada rasa akut di bandingkan pada fase penyembuhan.
c. HB meningkat lebih dari 20%.
d. Leukosit ditemukan pada hari ke-2 dan hari ke-3.
e. Protein darah rendah.
f. Pemeriksaan serologi meliputi:
1. Rongten thoraks.
2. Uji test turniket.

16.Penatalaksanaan
1. Medik
a. DHF tanpa renjatan
5. Beri banyak minum (11/2-2 ltr/hari).
6. Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres.
7. Jika kejang maka diberi luminal (anti unvulson).
8. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.
b. DHF dengan RenjaTAN
1. Pasang infus RL.
2. Jika dipasang infus tidak ada respon, maka plasma expander 20-
30 ml/kg BB.
3. Transfusi jika Hb dan Ht menurun.
3. Keperawatan
a. Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue setiap 4 jam.
6. Pemeriksaan Hb, Ht, trombosit tiap 4 jam.
7. Observasi intake dan output.
8. Pada pasien DHF derajat I, pasien diistirahatkan, observasi TTV tiap 3 jam,
ber minum yang banyak dan kompres.
9. Pada pasien DHF derajat II, pengawasan TTV, pemeriksaan Hb, Ht &
trombosit, perhatiakan gejala seperti nadi lemah, & cepat, TD menurun,
Anoria, sakit perut serta beri infus.
10. Pada pasien DHF III, Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2, pengawasan
TTV tiap 15 menit, pasang kateter, observasi produksi urine tiap jam,
periksa Hb, Ht & trombosit.
b. Resiko Perdarahan
4. Observasi Perdarahan, Ptekie, epistaksis, hematomesis, dan melena.
5. Catat banyak dan warna perdarahan.
6. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan traktus gastrointestinal.

17.Komplikasi

a. Perdarahan luas,
b. Syock atau renjatan.
c. Efusi pleura.
d. Penurunan kesadaran.
B. KONSEP KEPERAWATAN
Data dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise
Gangguan pola tidur
b. Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat
Tekanan darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal.
Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah
hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi lemah
Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi
miokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit.
Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
c. Integritas ego
Tanda : gelisah
d. Eliminasi
Gejala : diare
e. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan
Mual,muntah
Perubahan berat badan akhir-akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi)
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
f. Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri
Bau badan
Lidah kotor
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
Nyeri tekan epigastrik
Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi
h. Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai
perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung,
melena, hematuria nasip
i. Keamanan
Keluhan/ : gangguan koordinasi/cara berjalan
Gejala Hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi
Pertimba : rerata lamanya dirawat 5-7 hari
ngan ren bantuan dengan pemantauan-diri TD
cana pemu perubahan dalam terapi obat
langan

Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh/hipertermi berhubungan dengan viremia
Tujuan : Klien akan menunjukkan/mendemonstrasikan suhu tubuh dalam batas
normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi
a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/diaforesis
rasional : suhu 38,9 0 -41,1 0 C menunjukan proses infeksius akut. Pola demam
dapat membantu dalam diagnosis. Menggigil sering mendahului puncak
suhu.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur , sesuai indikasi
rasional : Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal
c. Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alkohol
rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air es/alkohol mungkin
menyebebkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu
alkohol dapat mengeringkan kulit.
d. Kolaborasi pemberian anripiretik
rasional : mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.
e. Anjurkan pasien banyak minum bila perlu minuman mengandung isotonik
rasional : menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi panas tubuh
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan : Klien akan menunjukkan/mendemonstrasikan suhu tubuh dalam batas
normal. Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien
Intervensi
a. Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran
manset yang tepat dan teknik yang akurat.
rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat
dilasifikasikan pada orang dewasa sebgai peningkatan tekana diastolik
sampai 130; hasil pengukuran diastolik diatas 130 dipertimbangkan
sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga
merupakan factor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskuler
dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90 -115
b. Catat keberadaaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
rasional : denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti
vena
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi
atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
rasional : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.
e. Catat edema umum/tertentu
rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
rasional : membantu untuk menurunkan rangsang simpatis;meningkatkan relaksasi
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi;jadwal periode
istirahat tanpa gangguan;bantu pasien melakukan aktifitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
rasional : menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan
perjalanan penyakit hipertensi
h. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur
rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis
i. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi,aktivitas pengalihan
rasional : menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan TD
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : klien akan menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
a. catat status nutrisi pasien : turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
mual/muntah atau diare
rasional : berguna dalam mendefenisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat
b. kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai
rasional : membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet
pasien
c. monitor intake dan output secara periodic
rasional : mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
d. catat adanya anoreksia, mual, muntah dan tetapkan jika ada hubungannya dengan
medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi buang air besar (BAB)
rasional : dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi
e. anjurkan bedrest
rasional : membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan
metabolik
f. lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan
rasional : mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan
dapat merangsang muntah
g. anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
rasional : memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster
h. rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
rasional : memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolic dan diet
i. bicarakan dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1 – 2 jam sebelum/setelah
makan
rasional : membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping obat
j. awasi pemeriksaan laboratorium (BUN, protein serum dan albumin)
rasional : nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi
k. kolaborasi pemberian antipiretik yang tepat
rasional : demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan konsumsi kalori
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
Tujuan : klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan
perawatan diri sendiri.
Intervensi :
a. Tingkatkan tirah baring. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai
keperluan
rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang
digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan duduk tegak diyakini
menurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel
hati
b. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
rasional : meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan
c. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
rasional : memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan
d. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latih rentang gerak sendi
pasif/aktif
rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemagmpuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat
e. Dorong penggunaan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, visualisasi,
bimbingan imaginasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV,
radio, membaca
rasional : meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali
perhatian dan dapat meningkatkan koping
f. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : sedative, agen atisietas contoh diazepam
(valium), lorazepam (ativan)
rasional : membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.
5. Kecemasan berhubungan dengan koping in efektif/kurang informasi tentang penyakit
Tujuan : klien akan menunjukan kecemasan berkurang sampai tingkat dapat di atasi.
Mengerti tentang proses penyakit dan pengobatannya
Intervensi :
a. Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat kecemasan
rasional : Kecemasan ringan dapat ditunjukan dengan peka rangsang dan
insomnia, kecemasan berat yang berkembang ke dalam keadaan panic
dapat menimbulkan perasaan terancam, terror, ketidak mampuan untuk
bicara dan bergerak, berteriak-teriak / bersumpah-sumpah
b. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau mungkin suara yang didengar oleh
pasien
rasional : Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi /
kesalahan interpretasi yang dapat berperan reaksi ansietas atau ketakutan
c. Kurangi stimulasi dari luar, tepatkan pada ruang yang tenang, berikan kelembutan,
music yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi orang yang
berhubungan dengan pasien
rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik, menunjukan penerimaan
bahwa aktifitas untuk / personal dapat meningkatkan asietas pasien.
d. Kolaborasi pemberian obat antiansietas (transguilizer, sedatif) dan pantau efeknya
rasional : Dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Chriatanti Effendy: Perawatan pasien DHF, Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta
1995

Doenges Marilynn E,: Rencana Asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatam pasien , edisi 3, penerbit buku kedokteran EGC,
jakarta 1999

H.M. Sjaeffollah Noer, Prof. Dr. dkk: Buku Ajar Penyakit Dalam, edisi ketiga, balai
penerbit FKUI Jakarta1996.

Sri Reseki H. Hadinegoro, Dkk: Demam berdarah Dengue Naskah lengkap, Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 1999.

Anda mungkin juga menyukai