Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

DENGAN DEMAM HEMORHAGIC FEVER DI RUANG PUNTADEWA

RS PERMATA BUNDA PURWODADI

Disusun Oleh :

DWI SAVITRI

NIM : 82021040100

Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas Program Studi Ners Stase Keperawatan Anak

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering
menimbulkan wabah.
Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih dalam
waktu dua minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut selama
beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kasus kematian akibat DHF (dengue
hemorrhagic fever) sering terjadi pada anak-anak, hal ini disebabkan selain karena
kondisi daya tahan anak-anak tidak sebagus orang dewasa, juga karena sistem imun
anak-anak belum sempurna. Penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever) jika tidak
mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala klinis yang semakin berat yang
mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan gangguan hati dapat mengalami
perdarahan hebat, syok dan dapat menyebabkan kematian. (Hanifah, 2011)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana proses jalannya penyakit serta asuhan keperawatan
pada anak dengan DHF.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian DHF
b. Mengetahui etiologi dari DHF
c. Mengetahui gambaran klinik DHF
d. Patofisiologi DHF
e. Pathways DHF
f. Pemeriksaan penunjang dan diagnostic
g. Mengetahui penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang
anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu dmam tinggi, perdarahan,
hepatomegali, dan tanda keaggalan sirkulasi sampai itmbul rejatan (sindrom
rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian (Padila, 2013).
B. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat
4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma
2015).
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)
disebabkan oleh :
a. Virus Dengue.
Virus dengue yg menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat
tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue
tersebut terdpat di Indonesia dn dapat dibedakan satu dari yg
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam gens
flavirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baaik pada berbagai macam kultur jaringan baik. yang
bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes
Albopictuus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui
vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus,
aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor
yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap serootipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jeniis
yang lainnya
C. GAMBARAN KLINIK
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015) :
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Myalgia atau arthralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending
positif
f. Leukopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan
DD/DBD yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu
yang sama.
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan
bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya
bersifat bifastik. Manifestasi perdarahan yang berupa :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekie, ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi),
saluran cerna, tempat bekas suntikan
4) Hematemesis atau melena
b. Trombositopenia < 100.000/ µL
c. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku
sesuai umur dan jenis kelamin.
2) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian
cairan yang adekuat.
3) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi,
asites, efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan
sirkulasi yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun < 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin lembab
D. PATHOFISIOLOGI
Patofisiologi demam dengue atau dengue fever (DF) secara pasti masih
belum diketahui. Namun, beberapa studi telah mengajukan beberapa hipotesis
yang dapat menjelaskan terjadinya DF, demam berdarah dengue atau dengue
haemorrhagic fever (DHF), serta dengue shock syndrome (DSS)
Perjalanan Penyakit Demam Dengue
Manusia adalah inang (host) utama dari virus dengue. Nyamuk
Aedes sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang
sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue akan bereplikasi di dalam
kelenjar liur nyamuk selama 8−12 hari. Namun, proses replikasi ini tidak
memengaruhi hidup nyamuk
Kemudian, nyamuk ini akan mentransmisikan virus dengue jika
menggigit manusia lain, sehingga akan mengalami gejala setelah masa
inkubasi rata-rata 4−7 hari (kisaran 3−14 hari). Virus dengue masuk ke dalam
peredaran darah dan menginvasi leukosit untuk bereplikasi. Pasien akan
berstatus infeksius selama 6−7 hari setelah digigit nyamuk.
Leukosit akan merespon viremia dengan mengeluarkan
protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya
gejala penyakit seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot. Bila
replikasi virus bertambah banyak, maka virus dapat masuk ke dalam organ
hati dan sumsum tulang.
Sel-sel stroma pada sumsum tulang yang terinfeksi akan rusak,
sehingga produksi trombosit menurun. Kondisi trombositopenia akan
mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan,
sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak pada
hari ke-3 atau ke-5 setelah gejala demam timbul, baik berupa petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan mukosa mulut, hematemesis, melena, 
menorrhea, maupun hematuria. 
Replikasi virus pada hati akan menyebabkan hepatomegali dengan
tanda nyeri tekan, tetapi jarang menyebabkan ikterus. Bila penyakit ini
berlanjut, maka terjadi pelepasan zat anafilaktosin, histamin, serotonin, serta
aktivasi sistem kalikrein yang meningkatkan permeabilitas dinding kapiler.
Kemudian terjadi ekstravasasi cairan intra ke ekstra vaskular.
Kondisi tersebut mengakibatkan volume darah turun, ditandai dengan
penurunan tekanan darah dan penurunan suplai oksigen ke organ dan jaringan.
Akral tubuh akan terasa dingin karena peredaran darah lebih diutamakan ke
organ-organ vital. Proses ekstravasasi yang berlanjut akan menyebabkan
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi, dan renjatan, sehingga pasien
memasuki fase DSS (dr. Audric Albertus, Alomedika 2020)
E. PATHWAYS ( Sumber : Huda dan Kusuma 2015 )

Arbovirus ( melalui Beredar dalam Infeksi virus dengue Mengaktifkan system Membentuk &
nyamuk aedes aliran darah (viremia) komplemen melepaskan zat
aegepty) C3a, C5a

Permeabilitas Peningkatan PGE2 Hipothalamus


membrane reabsorbsi Na+ dan Hipertermi
meningkat H2O

Ketifakefektifan
pola nafas
Agregasi trombosit Resiko syok
Kerusakan endetol
hipovolemik
pembuluh darah
Kekurangan
Paru-paru Efusi pleura
volume cairan
renjatan
Trombositopeni Merangsan &
hipovolemik dan
mengaktivasi faktor
hipocensi Hepatomegaly Hepar

DIC Kebocoran plasma Penekanan intra


abdomen Nyeri

Resiko perdarahan Perdarahan


Abdomen Mual, muntah

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif
Assites Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Asidosis Metabolik Hipoksia Jaringan Ke extravaskuler
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
1. Darah
a. Trombosit menurun
b. Hb Meningkat lebih 20 %
c. Ht Meningkat Lebih 20 %
d. Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bias meningkat
g. Na dan Cl rendah
2. Rontgen thorax
3. Uji tourniket ( Positif )
digunakan untuk membantu membedakan hepatitis atau atresia biliary

G. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi
darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus
dengue, ganggan rasa amman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
a. Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat renjatan akan
terliht pada tubh pasien mnjadi sembab (edema) dan drah menjadi
kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu
dilakakan secara kontinu, bila perlu setiap jam. Pemeriksan Ht, Hb dan
trombosit sesuai 33 permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah
pasien kencing / tidak.
b. Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya
pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan
grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau
daerah retrosternal. Bila pasien muntah bercampur darah atau semua
darah perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar
perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan.
Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus segera dipasang. Formulir
permintaan darah disediakan. Perawatan selanjutnya seperti pasien
yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis)
harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya
pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal
biasanya dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari
lambung.
c. Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau
hari ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat
menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi
virus dengue maka 34 pengobatannya dengan pemberian antipiretika
dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah
agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai
berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi
lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi
harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien
DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb
secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi
penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan dahulu vena
baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah
kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba
mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat.
Jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set
venaseksi yang telah seteril.
2. Medis Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan
bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit
dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak
tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan
sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan hiperpireksia
diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang
diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg.
Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30
mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat. Hemtokrit
mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului
munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,
penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai trombosit
biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu,
pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa
hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-
3 sakit sampai demam telah turun 1 sampai 2 hari. Nilai
hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien perlu
dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang
infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan
yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada
respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30
ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur
dengan cara membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo
nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi
10 liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka
pemberian infus dipertahankan sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun
tanda-tanda vital telah baik. Pada pasien renjtan berat atau renjaan
berulang perlu dipasang Central 37 Venous Pressure (CVP) untuk
mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis,
dan biasanya pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien
dengan perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan
gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan
hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidak kelihatan.
Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan
keadaan ini dianjurkan pemberian darah.
H. ASKEP
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, pendidikan,
alamat, nama ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, agama, alamat, suku
bangsa.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari
pertolongan pada tenaga professional.
c. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan
keluhan utama.
1) Munculnya keluhan Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya
keluhan (gradual/tiba-tiba), presipitasi/ predisposisi (perubahan
emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi).
2) Karakteristik Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan
radiasi, timing (terus menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-
hal yang meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-
gejala lain yang berhubungan.
3) Masalah sejak muncul keluhan Perkembangannya membaik,
memburuk, atau tidak berubah.
d. Riwayat masa lampau
1) Prenatal
Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil,
usia kehamilan (preterm, aterm, post term), kesehatan saat hamil dan
obat yang diminum.
2) Natal
Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, obat-
obatan yang digunakan.
3) Post natal
Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan
lahir, anomaly kongenital.
4) Penyakit waktu kecil
5) Pernah dirawat di rumah sakit
Penyakit yang diderita, respon emosional
6) Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)
Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.
7) Allergi
Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat,
tanaman, produk rumah tangga.
8) Imunisasi
imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi
e. Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan / tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),
gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3
generasi).
f. Riwayat sosial
1) Yang mengasuh anak dan alasannya
2) Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan
kebiasaan menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
3) Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan
anak, ventilasi, letak barang-barang)
g. Keadaan kesehatan saat ini
Diagnosis medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan
keperawatan, hasil laboratorium, data tambahan.
h. Pengkajian pola fungsi Gordon
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Status kesehatan sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
imunisasi, penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah,
praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok,dll),
kebiasaan merokok orang tua, keamanan tempat bermain anak dari
kendaraan, praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan,ddl).
2) Nutrisi metabolik
Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap,
makanan yang disukai / tidak disukai, makanan dan minuman selama
24 jam, adakah makanan tambahan/vitamin, kebiasaan makan, BB
lahir dan BB saat ini, masalah dikulit, lesi,dll.
3) Pola eliminasi
Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak), mengganti
pakaian dalam / diapers (bayi), pola eliminasi urin (frekuensi ganti
popok basah/hari, kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
4) Aktivitas dan pola latihan
Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang
digunakan), kebersihan sehari-hari, aktivitas sehari-hari (jenis
permainan, lama, teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll),
tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans, persepsi terhadap
kekuatan, kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll.)
5) Pola istirahat tidur
Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola istirahat,
mimpi buruk, nokturia, posisi tidur anak, gerakan tubuh anak.
6) Pola kognitif-persepsi
Responsive secara umum anak, respons anak untuk bicara, suara,
objek sentuhan, apakah anak mengikuti objek dengan matanya, respon
untuk meraih mainan, vocal suara, pola bicara kata-kata, kalimat,
menggunakan stimulasi/tidak, kemampuan untuk mengatakan nama,
waktu, alamat, nomor telepon, kemampuan anak untuk
mengidentifikasi kebutuhan; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman.
7) Persepsi diri – pola konsep diri
Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak terhadap
identitas diri, kompetensi, banyak/tidaknya teman.
8) Pola peran – hubungan
Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara
anggota keluarga dan anak, respon anak/bayi terhadap perpisahan,
ketergantungan anak dengan orang tua.
9) Sexualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender), pertanyaan
sekitar sexuality bagaimana respon orang tua.
10) Koping – pola toleransi stress
Apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress, toleransi
stress, pola penanganan masalah, keyakinan agama.
11) Nilai – pola keyakinan
Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen,
keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, fatigue
2) Tanda – tanda vital
Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu
3) Ukuran anthropometric
Berat badan, panjang badan, lingkar kepala
4) Mata
Konjungtiva, sclera, kelainan mata
5) Hidung
Kebersihan, kelainan
6) Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
7) Telinga
Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
8) Dada
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)
9) Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
10) Punggung
Ada/tidak kelainan
11) Genetalia
Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
12) Ekstremitas
Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan
13) Kulit
Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan
j. Pemeriksaan tumbuh kembang
1) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan kejadian-kejadian penting;
pertama kali mengangkat kepala, berguling, duduk sendiri, berdiri,
berjalan, berbicara/kata-kata bermakna atau kalimat, gangguan mental
perilaku
2) Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan
- Pengukuran berat badan & tinggi badan
- Pengukuran lingkar lengan atas
- Pengukuran lingkar kepala
- Kecepatan tumbuh
2. Diagnosis Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir
kering
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi
d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia
e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan mengeluh lelah
g. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC


Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipovolemia
kehilangan cairan aktif ditandai 1 x 24 jam diharapkan hipovolemia Observasi :
dengan mukosa bibir kering terpenuhi. Kriteria Hasil : - Periksa tanda dan gejala hipovolemik
Status Cairan ( tekanan darah menurun, membrane
- Turgor kulit mukosa kering, hematocrit meningkat )
- Perasaan lemah - Monitor intake dan output cairan
- Keluhan haus Terapeutik :
- Tekanan darah - Hitung kebutuhan cairan - Berikan posisi
- Intake cairan membaik modified trendelenburg

- Suhu tubuh - Berikan asupan cairan oral


Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
( misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
( missal : glukosa 2,5%, NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
( miosal : albumin, plasmanate )
- Kolaborasi pemberian produk darah
Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi ( mis. Frekuensi
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit,
tekanan darah )
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
( mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika
tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output dan hitung balans cairan
24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakuan tindakan keperawatan 1 Manajemen nutrisi
psikologis (keengganan untuk x 24 jam diharapkan ketidakseimbangan Observasi :
makan) makanan ditandai dengan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh - Identifikasi status nutrisi
berat badan menurun terpenuhi. Kriteria Hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Status Nutrisi - Identifikasi makanan yang disukai
- Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
sedang nutrient
- Frekuensi makan - Identifikasi perlunya penggunaan selang
- Nafsu makan cukup membaik nasogastric
- Membran mukosa sedang - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet ( mis.
Piramida makanan )
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
menjegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda nyeri, antiemetic ),
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
Observasi :
- Identifikasi factor yang mempengaruhi
asupan gizi ( mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan, agama/kepercayaan,
budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan obat-
obatan atau pascaoperasi )
- Identikasi perubahan berat badan
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminas ( mis.
Kering, tipis, kasar, dan mudah patah )
- Identifikasi pola makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksukaan makanan,
konsumsi makanan cepat saji, makan
terburu-buru )
- Identifikasi kelainan pada kuku ( mis.
Diare, darah, lender, dan eliminasi yang
tidak teratur )
- Identifikasi kemampuan menelan ( mis.
Fungsi motoric wajah, reflex menelan, dan
reflex gag)
- Identifikasi kelainan rongga mulut ( mis.
Peradangan, gusi berdarah, bibir kering dan
retak, luka )
- Identifikasi kelainan eliminasi ( mis. Diare,
darah, lender. Dan eliminasi yang tidak
teratur )
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium ( mis. Kadar
kolestrol, albumin serum, transferrin,
kreatinin, hemoglobin, hematocrit, dan
elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik komposisi tubuh ( mis.
Indeks massa tubuh, pengukuran pinggang,
dan ukuran lipatan kulit )
- Hitung perubahan berat badan
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan
dengan gangguan fungsi kognitif 1 x 24 jam diharapkan deficit Observasi :
ditandai dengan kurang informasi pengetahuan meningkat. Kriteria Hasil : - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Tingkat Pengetahuan menerima informasi
- Kemampuan menjelaskan - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
pengetahuan tentang suatu topik meningkatkan dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan sehat
- Pertanyaan tentang masal;ah yang Terapeutik :
dihadapi meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perdarahan
dengan gangguaan koagulasi 1 x 24 jam diharapkan tingkat perdarahan Observasi :
(penurunan trombosit) ditandai menurun . Kriteria Hasil : - Monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan trombositopenia Tingkat Perdarahan - Monitor nilai hematocrit / hemoglobin
- Kelembapan membran mukosa sebelum dan sesudah kehilangan darah
- Suhu tubuh meningkat - Monitor tanda dan gejala ortostatik
- Hematokrit membaik - Monitor koagulasi ( mis. Prothrombin time
(PT), Partial thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, deradasi fibrin dan/atau
platelet)
Terapeutik :
- Pertahankan bedrest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki saat
ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan untuk
menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia
proses infeksi virus dengue 1 x 24 jam diharapkan hipertermi Observasi :
membaik. Kriteria Hasil : - Identifikasi penyebab hipertemia ( mis.
Termoregulasi Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
- Menggigil penggunaan incubator )
- Kulit merah - Monitor suhu tubuh
- Kejang - Monitor kadar elektrolit
- Pucat - Monitor haluan urine
- Suhu tubuh - Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Tekanan darah Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis ( keringat
berlebihan )
- Lakukan pendinginan eksternal ( mis.
Seliput hipotermia atau kompres dingin di
dahi, leher, dada, abdomen, aksila )
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan tiring baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
intravena, jika perlu
ntoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energi
dengan kelemahan fisik 1 x 24 jam diharapkan intoleransi Observasi :
aktivitas meningkat. Kriteria Hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
- Frekuensi nadi - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Kemudahan dalam melakukan - Monitor pola dan jam tidur
aktivitas seharihari - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus ( mis. Cahaya, suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawatb jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA


(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta: Sugeng Seto

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/demam-dengue/patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai