Oleh :
Oleh :
iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, 19 August 2020
The work posture of a worker in carrying out his work activities is one of the
factors that can determine work results. Work posture that is not good and is
carried out repetitively (repeatedly) on a work system or work facility that is not
ergonomic will result in faster fatigue in these workers. The fatigue that often
arises in workers will ultimately result in a decrease in work results. In a
company, workers are the most important resource for carrying out its business
processes. In Indonesia, the number of work accidents shows an increasing trend.
In 2017 the number of work accidents reported was 123,041 cases, meanwhile
throughout 2018 it reached 173,105cases.This study aims to analyze work
posture using the RULA method in construction companies and this research is a
Systematic Review research with a cross sectional approach, with the number of
literature reviewed as many as 3 articles from the Garuda ristekbrin database
with the google search engine. The results of the literature review started from
2015 - 2020 with Indonesian language journals.The results of this study indicate
that the level of complaints of pain in the upper body is still often experienced by
workers for work postures that are not ergonomic and the RULA score shows
that they need to immediately make immediate improvements to work facilities.
The conclusions of this study are: Complaints of upper body pain are still often
encountered by workers in construction companies. With the redesign of good
work facilities, it can reduce the risk level of musculoskeletal disorders such as
low back pain, as well as designing tools for worker activities.
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat.
Pembimbing
Ketua PSKM,
Ketua,
Anggota I
Anggota II
vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Kupersembahkan kepada :
Motto:
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada ibu Heriziana Hz, SKM, M.kes sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Amar
Muntaha, SKM, M.Kes selaku Ketua STIK Bina Husada, Ibu Maria Ulfah,
SKM, MPH selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan skripsiini.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dian Eka
Anggraeni, SKM, M.kes dan pak Welly Suwandi, SKM, M.kes selaku penguji
dalam penyusunan skripsi, dan ibuHeriziana Hz., SKM, M.kes selaku
pembimbing akademik selama mengikuti pendidikan di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pihak yang memerlukan dan bagi siapa saja yangmembacanya.
Palembang, 26 Agustus 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR DIAGRAM
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) tahun 2018, MSDs
merupakan penyakit jaringan lunak yang disebabkan oleh paparan yang tiba-tiba atau
berkelanjutan terhadap gerakan berulang-ulang, gaya, getaran, dan posisi yang canggung.
Gangguan ini dapat mempengaruhi otot, ligamen, saraf, tendon, dan persendian (Mahakam et al.,
2019)
Menurut Nurmianto tahun 2004 Postur kerja adalah suatu tindakan yang diambil pekerja
dalam melakukan pekerjaannya (Pramestari, 2017). Postur kerja seorang pekerja dalam
melaksanakan aktivitas kerjanya merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan hasil kerja.
Postur kerja yang kurang baik dan dilaksanakan secara repetitif (berulang-ulang) pada sistem
kerja ataupun fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan mengakibatkan lebih cepatnya timbul
kelelahan pada pekerja tersebut. Kelelahan yang seringkali timbul pada pekerja pada akhirnya
akan mengakibatkan penurunan hasil kerja. Dalam suatu perusahaan, pekerja merupakan sumber
daya yang terpenting untuk menjalankan proses bisnisnya. Pekerja pada perusahaan industri
manufaktur juga memegang peranan yang sangat penting yang dapat mendukung kualitas dari
suatu produk jadi, terutama apabila perusahaan masih menerapkan manual material handling.
Pekerja dengan manual material handling yang bekerja secara repetitif seringkali mengalami
gangguan kesehatan, seperti rasa fatique yang cepatdatang sampai dengan gangguan kesehatan
ototnya. Bagian tubuh pekerja yang sering kali merasakan kelelahan akibat aktivitas kerja
manual adalah tangan, bahu, punggung, pinggang dan kaki. Selain pekerjaan manual, Beban
kerja fisik yang berlebihan juga dapat menimbulkan resiko terjadinya gangguan kesehatan
ataupun bahkan terjadinya kecelakaan kerja. (Pramestari,2017)
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), konstruksi adalah susunan dan hubungan
kata dalam kalimat atau kelompok kata. Makna suatu kata ditentukan oleh kostruksidalam
1
2
kalimat atau kelompok kata contoh : jembatan, rumah dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, n.d.)
Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu
dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi (Sudiajeng & Kerja,
2004). Menurut mamuba tahun 2000 Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja
psikologis (Wahyu Susihono, 2018). Perhitungan beban kerja dilakukan berdasarkan SNI 7269
tahun 2009 tentang Penilaian Beban Kerja berdasarkan Tingkat Kalori menurut Pengeluaran
Energi.(Indonesia & Nasional,2009)
Pekerjaan dengan sikap kerja operator berdiri maupun membungkuk serta dilakukan dalam
durasi waktu yang lama yaitu selama delapan jam per hari, tidak memenuhi kaidah kerja yang
sehat. Aktivitas membungkuk pada tempat kerja sebaiknya dirancang seminimal mungkin,
bahkan dihilangkan karena dapat menimbulkan gangguan pada sistem musculoskeletal
(musculoskeletal disorders) (Susihono, 2016)
Di Indonesia sendiri, Angka kecelakaan kerja menunjukkan tren yang meningkat. Pada tahun
2017 angka kecelakaan kerja yang dilaporkan sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang
tahun 2018 mencapai 173.105 kasus. Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Krishna Syarif
mengungkapkan, setiap tahunnya rata-rata BPJSTK melayani 130 ribu kasus kecelakaan kerja
dari kasus ringan sampai dengan kasus -kasus yang berdampak fatal. kasus yang ditangani masih
didominasi oleh kasus-kasus kecelakaan kerja ringan di lingkungan pekerjaan yang berkarakter
pabrik (ketenagakerjaan, 2019)
Berdasarkan data Bereau of Labor Statistic U.S Department of Labor (BLS) pada tahun 2015
kasus musculoskeletal disorders(MSDs) yang di sebabkan pekerjaan yang terlalu dipaksakan
dalam proses mengangkat berjumlah 356.910 kasus atau 31 % dari semua kasus kecelakaan di
3
tempat kerja dan penyakit akibat kerja. Menurut data Labour Force Survei (LFS) Great Britain
tahun 2017 kasus musculoskeletal disorders menempati urutan kedua dengan rata – rata
prevalensi 469.000 kasus atau 34,54 % selama 3 tahun terakhir dari semua kasus penyakit akibat
kerja yang ada. (Mahakam et al., 2019)
Studi tentang muskuloskeletal disorder pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan
dan hasil studi menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami pekerja
adalah otot bagian pinggan (low back pain) dan bahu. Muskuloskeletal disorder adalah masalah
ergonomi yang sering dijumpai di tempat kerja, khususnya yang berhubungan dengan kekuatan
dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya. Masalah tersebut umumnya dialami
oleh pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus (repetitive).
Pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak ergonomi mengakibatkan
pengerahan tenaga yang berlebihan dab postur yang salah seperti memutar dengan membungkuk
dan membawa beban dapat menjadi penyebab keluhan musculoskeletal (Pangaribuan,2009)
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut maka setiap perusahaan wajib
memperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan bagi pekerjaannya dengan cara penyesuaian
antara pekerja dengan metode kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan ergonomi.(Pangaribuan, 2009)
Menurut Chaffin tahun 1991 Postur kerja menjadi suatu bahan yang menarik untuk dikaji, hal
ini terbukti dengan munculnya berbagai metode analisis postur. Perjalanan metode analisis
postur diawali dengan diaplikasikannya metode OWAS. Pada tahun 1977 metode OWAS telah
diaplikasikan di perusahaan besi baja Ovako Oy Finlandia. Institute of Occupational Health
menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk dan berdiri. Menurut Lueder 1996
Tahun 1981, National Institute of Occupational Safety and Health menemukan metode NIOSH
yang mengalisis postur berdasarkan gaya kompresi yang dihasilkan dan merekomendasikan
beban yang aman untuk dikerjakan. Kemudian pada tahun 1995 muncul metode Rapid Entire
Body Assesment (REBA) dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada tahun 1993. Metode
RULA diperkenalkan oleh Dr. Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan
ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham”s Institute of Occupational
Ergonomics Metode ini menganalisis postur tubuh bagian atas secara detail (sudut-sudut yang
dibentuk oleh postur kerja). Tulisan ini akan menganalisis dan mengevaluasimetode-metode
4
tersebut dengan membandingkan input, proses, output, aplikasinya di dunia industry. (Budiman
et al.,1995)
Pada penelitian ini analisis postur kerja akan menggunakan metode RULA. RULA
merupakan suatu metode penilaian postur untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan
bagian atas. Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan 3 tabel skor dalam
menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi oleh Mc Phee sebagai
faktor beban eksternal yaitu jumlah pergerakan, kerja otot statik, tenaga/kekuatan, penentuan
postur kerja oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat yaitu kondisi dimana pekerja dapat bekerja
dengan rasa nyaman, aman dan mampu berinteraksi dengan fasilitas kerjanya.(Pangaribuan,
2009)
Maka dari itu sehingga menjadi pentingnya dilakukan systematic review membahas tentang
Analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi dan fabrikasi tahun
2020, studi tersebut telah dilaporkan pada jumlah literatur tetapi tinjauan sistematis belum
dilaporkan.
1.2 PertanyaanPenelitian
Tabel 1.2
Yang selanjutnya Jika dirumuskan dalam bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2.1
ID Research Question
RQ1 Jurnal manakah yang paling signifikan mengenai analisis postur kerja dengan metode
RULA pada perusahaan konstruksi ?
5
RQ2 Topik penelitian seperti apa yang dipilih dari peneliti mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ3 Jenis kumpulan data apa yang paling banyak digunakan untuk peneliti mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ4 Metode apa yang digunakan untuk peneliti analisis postur kerja denganmetode RULA
pada perusahaan konstruksi ?
RQ5 Metode mana yang berkinerja baik bila dugunakan untuk penelitian mengenai analisis
postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ6 Kerangka kerja apa yang diusulkan untuk penelitian mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ7 Penyakit apa yang di sebabkan oleh postur kerja yang beresiko pada pekerja mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ8 Redesing fasilitas kerja seperti apa yang diusulkan mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
Tujuan tinjauan sistematis ini adalah untuk mengetahui analisis postur kerja dengan
metode RULA di perusahaan konstruksi
1.3.2 TujuanKhusus
Adapun tujuan khusus tinjauan sistematis ini adalah sebagai berikut
1. Mengindentifikasi jurnal yang paling signifikan mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
2. Mengindentifikasi topik penelitian seperti apa yang dipilih dari peneliti mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
3. Mengindentifikasi jenis kumpulan data apa yang paling banyak digunakan untuk
peneliti mengenai analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan
konstruksi
4. Mengindentifikasi metode yang digunakan untuk peneliti analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
5. Mengindentifikasi metode yang berkinerja baik bila dugunakan untuk penelitian
mengenai analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
6. Mengindentifikasi kerangka kerja yang diusulkan untuk penelitian mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
6
Tabel 1.3
METODE PENELITIAN
2.1 MetodePencarian
Untuk mengindentifikasi studi yang relevan, pencarian melalui database berikut yaitu
GARUDA RISTEKBRIN
Tabel 2.1
2.2 SeleksiStudi
Seleksi Studi Berpedoman Pada Diagram PRISMA (2009) yang alurnya dapat dilihat
pada diagram2.2
7
8
Diagram 2.2
Secara total peneliti mendapatkan 194 artikel yang sesuai dengan kata kunci topik
penelitian dari basis data Garuda Ristekbrin, kemudian peneliti mengeluarkan artikel yang
disaring atas judul, abstrak, dan kata kunci yang kemudian peneliti menyaring kembali atas
kriteria inklusi populasi penelitian, tahun penelitian, dan lokasi penelitian sebanyak 6 artikel,
dikeluarkan sehingga tersisa 3 artikel yang sesuai dengan inklusi, sebanyak 3 artikel lainnya
tidak bisa diakses secara fulltext
9
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Data studi akan diekstrasi menggunakan format standar dan dimasukan ke dalam
spreadsheet Microsoft Excel. Data akan diekstrasi oleh satu reviewer dan diperiksa keakuratan
dan kelengkapannya oleh reviewer kedua. Data yang diekstrasi meliputi :
3.1 Hasil
10
11
Tabel 3.1
Karakteristik Studi Tinjauan Sistematis Analisi Postur Kerja Dengan Metode RULA Pada Perusahaan Konstruksi
Studi yang dilakukan dari 3 Artikel jurnal yang didapat setelah direview menunjukan
bahwa terdapat 2 jurnal yang paling signifikan mengenai Analisis postur kerja dengan metode
RULA pada perusahaan konstruksi, yaitu dengan jurnal yang berjudul “Analisis perbaikan postur
kerja operator pada proses pembuatan pipa untuk mengurangi musculoskeletal disorders dengan
menggunakan metode rula” yang ditulis oleh Mirsa Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016)
dan jurnal dengan judul “Analisis postur kerja operator welder, milling dan helper di workshop
iv cold rolling mill (crm) pt krakatau steel dengan pendekatan rula (rapid upper limb
assessment)” yang di tulis oleh Ade Sri Mariawati dan Putri Marliana (2016). Setelah direview
jenis topik penelitian yang dipilih dengan judul “Analisis perbaikan postur kerja operator pada
proses pembuatan pipa untuk mengurangi musculoskeletal disorders dengan menggunakan
metode rula” yang ditulis oleh Mirsa Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016) yaitu kuantitatif,
dengan desain study CrossSectional.
Kumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian ini yaitu populasi dan
sampel pekerja prusahaan konstruksi. Jenis metode yang digunakan untuk penelitian mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi yaitu kuantitatif dengan
desain study cross sectional. Jenis metode yang berkinerja baik bila digunakan penelitian analisis
postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi yaitu kuantitatif dengan desai
study cross sectional. Penyakit yang disebabkan oleh postur kerja yang beresiko terhadap pekerja
yaitu musculoskeletal disorders (MSDs). Redesign fasilitas kerja yang diusulkan mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi yaitu rekomendasi
perbaikan fasilitas kerja yang lebih ergonomi serta kerangka kerja yang diusulkan untuk
penelitian ini adalah desain study cross sectional.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan analisis artikel didapatkan bahwa tingkat keluhan dari pekerja konstruksi
masih sangat tinggi dan redesign fasilitas kerja menjadi rekomendasi atau usulan untuk
perusahaan agar pekerja mendapatkan kenyamanan dalam bekerja.
Penelitian Mirsa Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016) mendapatkan Nilai akhir
RULA untuk setiap kegiatan yang bersifat statis dan berulang berdasarkan nilai tertinggi meliputi
15
kegiatan End Shearing (bernilai 6), Cut off (bernilai 6), Dimensional and Visual Inspection
(bernilai 5), Bead Removing (bernilai 4), Jointing (bernilai 3), Uncoiling and levelling (bernilai
3), dan Ultrasonic on-line (bernilai 3). Kegiatan yang menjadi prioritas perbaikan adalah
kegiatan yang memiliki tingkat risiko medium. Pada penelitian ini, diperoleh dua (2) kegiatan
yang menjadi prioritas perbaikan, yakni kegiatan Dimensional and Visual Inspection dan End
Shearing. Usulan perbaikan diberikan untuk memberikan ruang bagi para pekerja untuk bergerak
dan menurunkan tingkat risiko gangguan musculoskeletal seperti low back pain. Usulan
perbaikan untuk kegiatan Dimensional and Visual Inspection adalah perubahan posisi punggung
menjadi rentang 0º - 20º dan posisi lengan atas menjadi rentang 10º-20º. Perbaikan pada kegiatan
End Shearing adalah perbaikan posisi punggung menjadi rentang 0º-20º, posisi leher menjadi
rentang 10º-20º, dan posisi lengan atas menjadi rentang20º-45º.
Keluhan yang sebagian besar terjadi pada pekerja karena kelelahan akibat beban yang
terus menerus selama proses bekerja. Selain itu, prosedur kerja dan perancangan fasilitas kerja
yang kurang ergonomis memberikan dampak pada hasil produktivitas kerja yang kurang baik
dan berpotensi menimbulkan cedera pada bagian tubuh tertentu akibat aktivitas kerja yang tidak
seimbang.
Pada penelitian Irwan Pegiardi, Firdanis Setyaning Handika, Supriyadi (2017) ditemukan
bahwa berdasarkan hasil penelitian nilai RULA pada proses mengoperasikan mesin dengan
posisi duduk dengan skor 3. membersihkan sisi plate hasil pemotongan dengan posisi
membungkuk dengan skor 5, dan skor tertinggi 6 pada proses menggerinda sisi plate hasil
pemotongan. keluhan cedera otot tertinggi terdapat pada bagian punggung dengan frekuensi
sebanyak 17 orang, kemudian jumlah keluhan pada bagian pinggang sebanyak 15 orang, dan
sakit kaku pada leher bagian atas sebanyak 13 orang. Hal tersebut dikarenakan terjadinya
kontraksi pada otot sehingga menimbulkan rasa nyeri. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
metode RULA dapat disimpulkan bahwa postur kerja yang memiliki level resiko tertinggi pada
operator gass cutting adalah saat operator melakukan kegiatan pembersihan kerak hasil
pemotongan dimana operator melakukan kegiatan tersebut dengan posisi membungkuk dan hasil
perhitungan dengan metoe RULA postur ini memiliki skor akhir 6 yang berarti perlu adanya
tindakan dalam waktudekat.
16
Area gas cutting mempunyai beberapa pekerjaan yang berisiko terhadap operator seperti
aktivitas dengan jongkok dan pekerjaan dengan posisi membungkuk, dengan postur tersebut
bagaimana tidak mungkin terjadinya keluhan terhadap pekerja dan mengakibatkan rasa nyeri di
otot
Sedangkan penelitian yang dilakukan Ade Sri Mariawati dan Putri Marliana (2016)
menemukan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, pada kuesinoer nordic body map terdapat
Keluhan yang terjadi pada operator welder terdapat dibagian leher, punggung, bokong lutut
kanan, betis dan pergelangan kaki. Keluhan yang terjadi pada operator milling terdapat dibagian
bahu, punggung dan betis. Keluhan yang terjadi pada operator helper terdapat dibagian lengan,
pinggang dan bokong. Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan terhadap 3 operator
mesin welder, 2 operator mesin milling, serta 1 helper menunjukkan bahwa masing-masing dari
setiap operator mesin di workshop CRM memiliki keluhan yang berbeda-beda sesuai dengan
pekerjaannya masing-masing. Keluhan yang dirasakan oleh operator welder adalah 3 orang
merasakan sakit dibagian leher bagian atas dan bawah serta pada betis kiri dan kanan hal ini
dikarenakan posisi leher yang membungkuk lebih dari 200 dengan leher yang agak sedikit
membengkok serta posisi duduk yang terlalu menekuk pada bagian paha. Keluhan yang
dirasakan oleh operator milling besar adalah 1 operator merasakan agak sakit dan 1 operator
merasakan sakit dibagian bahu kiri. Hal ini dikarenakan posisi bahu yang naik ketika lengan atas
membentuk sudut diantara 450 -900 kedepan. 1 operator merasakan agak sakit dibagian betis kiri
dan kanan, hal ini dikarenakan posisi kerja yang terlalu lama berdiri. Keluhan yang dirasakan
oleh 1 orang helper yang melakukan penghalusan pada benda kerja setelah pengeboran dan
pengelasan adalah merasakan agak sakit dibagian lengan atas kiri dan kanan, pinggang , bokong
serta lengan bawah kanan dan kiri. Hal ini dikarenakan posisi lengan atas yang membentuk sudut
00 – 450 dengan punggung yang membungkuk 200-600.
Postur kerja yang dilakukan oleh operator welder, milling serta helper di workshop IV
CRM PT Krakatau Steel memiliki potensi timbulnya cidera musculoskeletal. Hal ini disebabkan
dikarenakan operator bekerja dengan posisi membungkuk, melakukan gerakan memutar hingga
jongkok yang dilakukan pada operator helper. Postur kerja seperti ini akan cepat menimbulkan
kelelahan serta kinerja operatorpun ikut menurun.
17
Dari hasil uraian artikel di atas dapat dikatakan bahwa keluhan yang terjadi pada pekerja
sakit di bagian tubuh atas masih sering dialami para pekerja perusahaan di bidang konstruksi,
dari hasil review 3 jurnal tersebut perusahaan yang belum menerapkan fasilitas kerja yang sesuai
dengan ergonomi maka sangat berpengaruh sering terjadinya sakit dibagian tubuh atas para
pekerja, sebaliknya perusahaan yang sudah melakukan redesign fasilitas kerja yang cukup baik
maka akan berpengaruh pada kinerja pekerja yang lebih baik dan mengurangi tingkat resiko
terkena gangguan musculoskeletal disorder (MSDs) atau low backpain.
Berdasarkan hasil penelitian dari (Mariawati, 2016) Nilai skor 3-4 memiliki nilai level
resiko yang kecil terhadap potensi cidera musculoskeletal dan diperlukan beberapa waktu
kedepan untuk perbaikan. Nilai skor 5-6 memiliki nilai level resiko yang sedang terhadap potensi
cidera musculoskeletal dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat. Nilai skor 7 memiliki nilai
level resiko yang tinggi terhadap potensi cidera musculoskeletal dan diperlukan tindakan
sekarang juga.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Hasil dari analisis artikel secara systematic review ini dapat disimpulkan bahwa
penelitian dari Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016) serta penelitian dari Ade Sri Mariawati
dan Putri Marliana (2016) termasuk jurnal yang paling signifikan terhadap penelitian mengenai
analisi postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi, karena mendapatkan
hasil yang mengatakan bahwa dengan usulan perbaikan fasilitas kerja yang dapat mengurangi
tingkat resiko terjadinya musculoskeletal disorder seperti low back pain, serta perancangan alat
bantu kegiatan pekerja. Topik penelitian yang dipilih dan metode yang digunakan untuk
penelitian berkinerja terbaik serta kerangka kerja adalah dengan kuantitatif desain study cross
sectional ini mendapatkan analisis yang baik sehingga didapatkan adanya usulan perbaikan
fasilitas kerja dengan kumpulan data yang berupa populasi para pekerja yang ada di perusahaan
di bidangkonstruksi.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, E., Setyaningrum, R., Studi, P., Industri, T., Tinggi, S., Purwokerto, W.,
Pendahuluan, I., Perkembangan, S., & Analisis, M. (1995). Menganalisis Postur
Pada Aktivitas Manual Material Handling ( Mmh ). 46–52.
https://media.neliti.com/media/publications/136120-ID-perbandingan-metode-
metode-biomekanika-u.pdf
Indonesia, S. N., & Nasional, B. S. (2009). Penilaian beban kerja berdasarkan
tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi.
https://www.academia.edu/8178876/SNI_7269_2009?auto=download
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Retrieved August 14, 2020, from
https://kbbi.web.id/konstruksi
Mahakam, J. H., Wiranto, A., Ramdan, I. M., Lusiana, D., Masyarakat, F. K.,
Mulawarman, U., & Timur, K. (2019). MUSCULOSKELETAL DISORDER
PADA PEKERJA Menurut National Institute of Berdasarkan data Bereau of
Labor Statistic U . S Department of Menurut data Labour Force. IV(8), 439–
452.
Mariawati, A. S. (2016). Analisis Postur Kerja Operator Welder , Milling dan Helper
di Workshop IV Cold Rolling Mill ( CRM ) PT Krakatau Steel dengan
Pendekatan RULA ( Rapid Upper Limb Assessment ).
Pangaribuan, dina meliana. (2009). Analisa Postur Kerja Dengan Metode RULA
Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan. Tugas Akhir, 140.
www.ilo.org
Agus Salim nomer10, Telp. (0271) 714 751 Surakarta - 57147 Indonesia.
Susihono, W. (2016). Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rappid Upper Limb
Assessment ( Rula ) Sebagai Dasar Rekomendasi Redesign Fasilitas Kerja.
Journal Industrial Servicess, 1(2), 266–
271.http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jiss/article/view/1617
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis postur kerja yang bersifat statis dan repetitive
untuk mengurangi risiko musculoskeletal disorders operator pada proses pembuatan pipa. Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis sikap dan posisi kerja adalah metode
Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Metode RULA digunakan untuk mengestimasi terjadinya
gangguan musculoskeletal, sedangkan untuk analisis keluhan subjektif digunakan kuesioner Nordic
Body Map (NBM). Berdasarkan pengamatan menggunakan kuesioner NBM ditemukan bahwa pekerja
mengeluhkan agak sakit sebanyak 80% pada bahu kanan dan 60% pada siku kanan. Selain itu, 50%
pekerja mengeluhkan rasa sakit pada punggung dan 40% pada pinggang, serta 10% dari para
pekerja mengeluhkan rasa sakit sekali pada siku kiri dan kanan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari tujuh kegiatan yang diteliti terdapat lima kegiatan yang memiliki level risiko rendah (low)
dan dua kegiatan yang memiliki level risiko medium. Penelitian mengusulkan perbaikan pada dua
postur tersebut dengan prioritas pada postur proses Dimensional & Visual Inspection dan End
Shearing.
Kata kunci: Musculoskeletal Disorders, Nordic Body Map (NBM), Posturkerja, Rapid Upper Limb
Assessment (RULA)
ABSTRACT
This study aimed to analyze the static working postures and repetitive to reduce the risk of
musculoskeletal disorders pipeline workers in the manufacturing process. In this study, the method
used to analyze the attitudes and positions of work are methods Rapid Upper Limb Assessment
(RULA). RULA methods used to estimate the occurrence of musculoskeletal disorders, whereas for
the analysis of subjective complaints questionnaire used Nordic Body Map (NBM). Based on the
observations using a questionnaire NBM found that workers complain a bit sick as much as 80% on
the right shoulder and 60% on the right elbow. In addition, 50% of workers complain of back pain
and 40% at the waist, as well as 10% of workers complain of pain once on the left and right elbow.
The results of this study showed that from the seven activities surveyed, there are five activities that
have a low risk level (low) and two activities that have a medium risk level. The study proposes
improvements to the two postures with priority on the posture Dimensional & Visual Inspection and
End Shearing.
Keywords: Musculoskeletal Disorders, Nordic Body Map (NBM), Posturkerja, Rapid Upper Limb
Assessment (RULA)
ergonomisnya. Hal ini mengakibatkan Nordic Body Map adalah kuesioner untuk
banyaknya keluhan yang dialami pekerja pada identifikasi risiko. Kuesioner Nordic Body
bagian tubuhnya (Nugraha, Astuti, &Rahman, Map adalah alat yang digunakan untuk
2013). mengetahui gangguan kesehatan MSDs
Keluhan yang sebagian besar terjadi berdasarkan keluhan pekerja terhadap keluhan
karena kelelahan akibat beban statis selama pada 27 bagian otot yang dirasakan sakit pada
proses bekerja. Selain itu, prosedur kerja dan jenis tingkatan keluhan, kelelahan atau
perancangan fasilitas kerja yang kurang kesakitan (dari rasa tidak sakit sampai dengan
ergonomis memberikan dampak pada hasil sangat sakit) (Karwowski, W., 2006).
produktivitas kerja yang tidak optimal dan Berdasarkan hasil kuesioner Nordic
berpotensi menimbulkan cidera pada bagian Body Map yang diberikan pada operator
tubuh tertentu akibat aktivitas kerja yang tidak pembuatan pipa, diketahui bahwa Operator
seimbang dengan keterbatasan manusia mengeluhkan sakit sekali pada siku kiri dan
(Susihono W., 2009). siku kanan, Operator mengeluhkan sakit pada
Salah satu gejala umum yang timbul punggung dan pinggang, dan Operator
akibat kerja adalah gangguan musculoskeletal. mengeluhkan agak sakit sebanyak pada bahu
Gangguan musculoskeletal adalah keluhan kanan dan siku kanan.
pada bagian-bagian otot skeletal yang Kondisi tersebut apabila dibiarkan
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan secara terus-menerus dalam jangka panjang
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot akan berpotensi menimbulkan cidera atau
menerima beban statis secara repetitif dan nyeri punggung (low back pain) terhadap
dalam waktu yang lama, akan dapat operator. Untuk mengurangi potensi cidera
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada dan bahaya yang terjadi, harus segera
sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga dilakukan perbaikan metode kerja
kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan perancangan fasilitas
dengan gangguan musculoskeletal disorders Perbaikan kerja dapat dilakukan
(MSDs) (Tarwaka, Solichul, Bakri & melalui beberapa penilaian. Penelitian ini
Sudiajeng, 2004). menggunakan metode penilaian Rapid Upper
Menurut Bridger (2003), ada beberapa Limb Assessment (RULA). RULA merupakan
faktor utama yang mempengaruhi timbulnya salah satu metode penilaian risiko ergonomic
gejala MSDs, yaitu Kemampuan Individu, terhadap timbulnya MSDs (McAtemney &
Postur Tubuh, Gerakan Berulang, dan Durasi Corlett, 1993).
Kerja. RULA menyediakan sebuah
Postur dan pergerakan memegang perhitungan yang mudah terhadap tingkat
peranan penting dalam ergonomic. Postur musculoskeletal loads dari pekerjaan dimana
janggal adalah posisi bagian tubuh yang operator memiliki risiko dari beban leher dan
menyimpang dari posisi netralnya. Postur anggota bagian atas. Metode ini juga
janggal berhubungan dengan deviasi tulang memberikan sebuah nilai tunggal sebagai
sendi dari posisi netralnya yang menyebabkan “potret” dari pekerjaan tersebut yang
posisi tubuh menjadi tidak simetris sehingga mencakup postur kerja, beban, dan pergerakan
membebani sistem otot rangka sebagai menetap (static work). Risiko dihitung dengan
penyangga tubuh (Bridger, 2009). interval 1 (paling rendah) hingga 7 (paling
Postur kerja statis juga termasuk tinggi). Nilai ini dikelompokkan kedalam
postur janggal jika dilakukan dalam waktu empat level yang memberikan sebuah indikasi
yang lama. Postur kerja statis meningkatkan dari susuanan waktu yang akan diajukan
risiko low back pain dan hernia pada diskus. pengendalian terhadap risiko yang ada.
Sering membungkuk dan berputar yang
berhubungan dengan aktivitas mengangkat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
juga dapat menyebabkan cidera sehingga a. Mengetahui nilai RULA setiap kegiatan
memicu low back pain (Levy & Wegman, yang bersifat statis dan berulang pada
2000) proses pembuatan pipa
b. Mengetahui kegiatan yang menjadi
prioritas perbaikan
c. Mendapatkan usulan perbaikan postur kerja 1. Memilih postur-postur yang akan dinilai
yang aman bagi para pekerja 2. Memberikan nilai pada postur
menggunakan lembar penilaian, diagram
METODE bagian tubuh dan tabel
Dalam melakukan penilaian postur 3. Merubah nilai yang dihasilkan tersebut
tubuh dari operator, penelitian ini menjadi salah satu dari 4 action level untuk
menggunakan RULA worksheet untuk menilai menganalisis gambaran tingkat risiko
tingkat risiko dar aktivitas penggunaan mesin MSDs.
dalam pembuatan pipa. Adapun proses
pengunaan RULA dapat dijelaskan ke dalam Adapun variabel-variabel yang digunakan
tiga (3) tahap (Stanton, Hedge, Brookhius, dapat dilihat pada Tabel 1.
Salas & Hendrick, 2005), yakni:
12
10
0
Sakit Sekali
Sakit di bahu kiri
Sakit
Agak Sakit
Tidak Sakit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Total Penilaian Nordic Body Map Gambar 4. Postur kerja pada proses
25
20
Uncoiling dan Levelling (P.1)
15
10
Rangkuman nilai dan nilai akhir RULA
5
kanan
pergelangan tangan serta nilai akhir dari
leher, punggung, dan kaki diproses untuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
mempertahankan gerakan dengan model 4. Hasil penelitian postur kerja pada proses
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Jointing (P.3)
Proses Jointing merupakan proses yang
dilakukan untuk menyambungkan ujung
coil yang satu dengan ujung coil
berikutnya dengan menggunakan teknik
pengelasan Electric Resistance Welding
(ERW). Dalam melakukan proses ini,
operator mempertahankan gerakan dengan
model P.3. seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 5. Proses End Shearing Model Rincian nilai dan penilaian RULA dapat
P.2. dilihat pada Tabel 6.
Rincian nilai dan penilaian RULA dapat
dilihat seperti pada Tabel 4.
Tabel 11. Grand Score RULA Model P.5. Grand Score RULA model P.6. dapat dilihat
seperti pada Tabel 13. Dari hasil penilaian
grand score model P.7, diperoleh level risiko
aktivitas ini pada skala medium yang
membutuhkan investigasi lebih lanjut dan
perubahan metode gerakan.
Tabel 15. Grand Score RULA Model P.6. 1. Rekayasa Teknik, yang meliputi:
a. Eliminasi, dengan menghilangkan
sumber bahaya yang ada
b. Substitusi, dengan mengganti alat
lama dengan alat baru yang aman,
Dimensional and Visual Inspection dan Levy, B., & Wegman, D. (2000).
End Shearing. Occupational Health: Recognizing and
3. Usulan perbaikan diberikan untuk Preventing Work Related Disease and
memberikan ruang bagi para pekerja untuk Injury, Fourth Edition. Philadelphia:
bergerak dan menurunkan tingkat risiko Lippincott Williams and Wilkins.
gangguan musculoskeletal seperti low back McAtemney, L., & Corlett, E. (1993). RULA:
pain. Usulan perbaikan untuk kegiatan a Survey Method for the Investigation of
Dimensional and Visual Inspection adalah Work Related Upper Limb Disorders.
perubahan posisi punggung menjadi Applied Ergonomic, Vol. 24 No. 2 pp. 91-
rentang 0º - 20º dan posisi lengan atas 99.
menjadi rentang 10º-20º. Perbaikan pada Nugraha, H. A., Astuti, M., & Rahman, A.
kegiatan End Shearing adalah perbaikan (2013). Analisis Perbaikan Postur Kerja
posisi punggung menjadi rentang 0º-20º, Operator Mengunakan Metode RULA
posisi leher menjadi rentang 10º-20º, dan untuk Mengurangi Resiko
posisi lengan atas menjadi rentang 20º-45º. Musculoskeletal Disordersi. Jurnal
Namun, perbaikan ini harus Teknik Industri Universitas Brawijaya.
mempertimbangkan waktu yang diperlukan 229-240.
operator dalam menyesuaikan prosedur Stanton, N., Hedge, A., Brookhuis, K., Salas,
baru karena perubahan metode dan cara E., & Hendrick, H. (2005). Handbook of
kerja akan memerlukan waktu Human Factor and Ergonomics Methods,
pembelajaran yang cukup sehingga Boca Raton: CRC Press
kebiasaan yang dikatakan nyaman dapat Susihono, W. (2009). Rancangan Ulang Mesin
diubah mengarah pada ergonomi yang Pemotong Singkong Semi Otomatis
sebenarnya, bukan nyaman karena dengan Memperhatikan Aspek-Aspek
kebiasaan Ergonomis Kerja. Proceeding Seminar
Nasional Aplikasi Program K3 dan
DAFTAR PUSTAKA Ergonomi di Tempat Kerja (pp. A12-1 s/d
Bridger, R.S. (2003). Introduction to A12-10). Medan: Universitas Sumatera
Ergonomics, International Edition, Utara.
Singapore: McGraw-Hill Book Cop. Tarwaka, Solichul, H., Bakrie, & Sudiajeng, L.
Bridger, R.S. (2009). Introduction to (2004). Ergonomi untuk Kesehatan
Ergonomics, 3rd edition, USA : CRC Keselamatan dan Produktivitas.
Press Surakarta:UNIBA Press
Karwowski, W. (2006). International
Encyclopedia of Ergonomics and Human
Factor, Second Edition. USA:CRC Press
.
ABSTRAK
Aktivitas kerja dengan menggunakan tenaga manual manusia (manual material handling) dan dilakukan secara
berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama berdampak pada peningkatan aktivitas otot tubuh statis
pekerja. Proses kerja yang tidak mengindahkan kaidah ergonomi atau sikap aman dan nyaman, dapat
menimbulkan resiko terjadinya keluhan otot dan rangka terutama pada bagian otot skeletal atau postural stress.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya keluhan postural stress diperlukan analisis postur kerja dengan
menggunakan pendekatan metode RULA pada setiap aktivitas kerja operator. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah observasional deskriptif. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa skor RULA tertinggi pada proses pengelasan sebesar 7, yang artinya postur pekerja
beresiko tinggi dan dibutuhkan tindakan perbaikan sesegera mungkin. Hal tersebut dikarenakan sikap kerja
operator berjongkok ketika melakukan pengelasan. Kemudian berdasarkan hasil dari skor RULA tersebut
diperlukan rancangan Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa meja katrol sebagai tempat pengelasan yang
disesuaikan dengan antropometri tubuh pekerja dengan ditambahkan dengan nilai perchenthile untuk
memberikan kenyamanan saat digunakan.
266
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016
267
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016
B
Gambar 4. Mannequin Operator
Pembubutan
A A
268
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016
B
Jauhnya posisi tangan dari pusat tubuh
disebabkan oleh posisi badan yang
membungkuk. Oleh karena itu TTG yang
tepat untuk diaplikasikan pada proses
pengelasan ini adalah TTG berupa meja
pengelasan yang dapat disesuaikan
ketinggiannya dengan tinggi tubuh
operator dan tinggi bena kerja.
Dengan adanya alat bantu pengelasan
yang dirancang secara khusus, maka
posisi kerja operator akan dirubah yaitu
Gambar 7. Skor RULA Operator dari posisi kerja jongkok menjadi berdiri,
Pembubutan (A: Kiri, B: Kanan) sebuah posisi kerja natural yang
Berdasarkan posture analyze pada seharusnya dan sebaiknya dilakukan oleh
proses pengelasan, didapatkan skor RULA operator yang melaksanakan kerja
sebesar 7 seperti pada Gambar 2. Skor 7 pengelasan (Wignjosoebroto, 2003).
menunjukan level resiko tinggi, pada Berikut ini merupakan gambar teknik dari
kondisi ini diperlukan tindakan berupa usulan perancangan TTG meja las
perbaikan sistem kerja sekarang juga hidrolik: bahan tahan api. Standard
karena dapat menyebabkan cidera pada Operational Procedure (SOP)
pekerja. penggunaan TTG meja hidrolik adalah a)
Sedangkan pada proses frais Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
didapatkan skor RULA sebesar 5 seperti sebelum memulai pekerjaan, b) Meletakan
pada gambar 3. Skor 5 menunjukan level benda kerja diatas meja hidrolik, c)
resiko sedang, pada kondisi ini diperlukan Memutar tuas untuk memposisikan
perbaikan sistem kerja dalam waktu dekat. ketinggian benda kerja dan meja kerja
Kemudian pada proses pembubutan dengan tubuh operator saat berdiri, d)
didapatkan skor RULA sebesar 6 seperti Setelah memiliki posisi benda kerja dan
pada gambar 4. Skor 5 menunjukan level meja kerja yang sesuai, mulailah proses
resiko sedang, pada kondisi ini diperlukan pengelasan
perbaikan system kerja dalam waktu
dekat. Berdasarkan hasil skor RULA yang
didapatkan tersebut diketahui bahwa skor
tertinggi dan paling berbahaya ada pada
operasi pengelasan dimana postur operator
yang membungkuk dapat menyebabkan
cidera kerja jika tidak diperbaiki sekarang
juga.
Berdasarkan permasalahan tersebut
selanjutnya dilakukanlah usulan
perancangan alat berupa Teknologi Tepat
Guna (TTG) untuk memperbaiki postur
kerja operator yang berbahaya.
Berdasarka RULA Analysis, diketahui
bahwa detail anggota tubuh yang
menyebabkan adanya skor yang tinggi
adalah buruknya sikap kerja pada bagian
lengan bawah sebelah kanan, dan
pergelangan tangan sebelah kiri serta otot
tangan. Hal tersebut disebabkan posisi
tangan yang jauh dari pusat tubuh.
269
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016
270
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016
271
Analisis Postur Kerja Operator Welder, Milling dan Helper di
Workshop IV Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau Steel
dengan Pendekatan RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
Ade Sri Mariawati†
Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email: adesri77@gmail.com
Putri Marliana
Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email: putri_marliana@ymail.com
Abstract. Workshop IV adalah bagian dari PT Krakatau Steel yang merupakan divisi “central workshop &
field maintenance”. Workshop IV CRM memiliki dua bagian area kerja, yaitu machine shop dan welding shop
dengan lebih dari 30 jenis mesin yang digunakan. Pada area machine shop, terdapat berbagai jenis mesin
seperti mesin gerinda besar hingga gerinda tangan, mesin bubut kecil hingga besar, mesin cutting, mesin
gergaji hack dan back, crane, serta mesin milling besar dan kecil. Sedangkan pada area welding shop terdapat
berbagai jenis mesin las dari yang kecil hingga mesin las CNC serta crane. Penelitian yang dilakukan adalah
menganalisa postur kerja dari operator welder, milling dan helper di workshop IV CRM dengan menggunakan
metode RULA. Observasi awal adalah melakukan penyebaran kuesioner nordic body map terhadap 3 operator
welder, 2 operator milling serta 1 helper penghalusan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang terjadi pada
saat atau selesai bekerja. Ketiga mesin tersebut merupakan mesin yang memiliki intensitas kesibukan yang
cukup tinggi. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan software CATIA dan perhitungan manual
menghasilkan skor yang sama, yaitu skor 3 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan mengelas, skor 5
pada bagian tubuh kanan dan skor 6 pada bagian tubuh kiri dari kegiatan membersihkan kerak sisa las, skor 7
pada bagian tubuh kanan dan skor 6 pada bagian tubuh kiri dari kegiatan memasang atau melepas benda kerja
mesin milling, skor 7 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan memasang ragum mesin milling, skor 3
pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan mengoperasikan mesin milling, serta skor 7 pada bagian tubuh
kanan dan kiri dari kegiatan penghalusan (helper). Kategori skor1-2 memiliki level resiko minimum yang
berarti sudah aman, skor 3-4 memiliki level resiko kecil dan diperlukan beberapa waktu kedepan untuk
tindakan, skor 5-6 memiliki level resiko sedang dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat, skor 7 memiliki
level resiko tinggi dan perlu dilakukan tindakan sekarang juga.
________________________________________
† :Corresponding Author
Metode ini menganalisis postur tubuh bagian atas secara yang naik ketika lengan atas membentuk sudut diantara
detail (sudut-sudut yang dibentuk oleh postur kerja). 450-900 kedepan. 1 operator merasakan agak sakit dibagian
Tulisan ini akan menganalisis dan mengevaluasi metode- betis kiri dan kanan, hal ini dikarenakan posisi kerja yang
metode tersebut dengan membandingkan input, proses, terlalu lama berdiri. Keluhan yang dirasakan oleh 1 orang
output, aplikasinya di dunia industri. helper yang melakukan penghalusan pada benda kerja
Postur kerja yang dilakukan oleh operator welder, setelah pengeboran dan pengelasan adalah merasakan agak
milling serta helper di workshop IV CRM PT Krakatau sakit dibagian lengan atas kiri dan kanan, pinggang ,
Steel memiliki potensi timbulnya cidera musculoskeletal. bokong serta lengan bawah kanan dan kiri. Hal ini
Hal ini disebabkan dikarenakan operator bekerja dengan dikarenakan posisi lengan atas yang membentuk sudut 00-
posisi membungkuk, melakukan gerakan memutar hingga 450 dengan punggung yang membungkuk 200-600.
jongkok yang dilakukan pada operator helper. Postur kerja Perhitungan nilai RULA dengan software CATIA
seperti ini akan cepat menimbulkan kelelahan serta kinerja pada postur kerja operator welder, milling¸dan helper di
operatorpun ikut menurun. workshop IV CRM memiliki nilai yang sama dengan
perhitungan manual. Berikut adalah rekapitulasi hasil dari
2. METODE PENELITIAN perhitungan RULA eksisting dan rekomendasi yang
diberikan:
Adapun metode yang dilakukan pada penelitian ini Operator welder melakukan dua kegiatan yaitu
adalah dengan melakukan observasi lapangan kemudian kegiatan mengelas dan membersihkan kerak sisa las.
dilakukan penyebaran kuesioner nordic body map.
Kuesioner nordic body map digunakan untuk mengetahui
keluhan-keluhan yang terjadi pada bagian tubuh tertentu
pada saat atau setlah bekerja. Setelah melakukan
penyebaran kuesioner nordic body map, dilakukan
rekapitulasi hasil kuesioner agar mengetahui keluhan yang
didominan terjadi pada operator.
Setelah mengetahui keluhan yang terjadi, kemudian
dilakukan pengambilan data gambar postur tubuh dari
berbagai aktivitas kerja pada mesin welding, millling dan
helper. Data gambar postur tubuh ini yang akan dibuat (a) (b)
manikin menggunakan software CATIA dan dianalisis Gambar 1: Manikin Operator Welder Kegiatan Mengelas
dengan menggunakan metode RULA. Hasil skor pada (a) Eksisting, (b) Rekomendasi
software menjadi acuan dalam perhitungan manual dengan
menggunakan tabel RULA. Sehingga, niali skor RULA
yang didapatkan dari perhitungan manual haruslah sama
dengan hasil dari software CATIA. Hal ini dilakukan agar
mendapatkan hasil yang akurat.
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4: Manikin Operator Helper (a) Eksting, (b)
Rekomendasi
(e)
REFERENCES