Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN METODE RULA PADA

PERUSAHAAN KONSTRUKSI : SEBUAH TINJAUAN SISTEMATIS

Oleh :

M KELVIN RAMA ADITYA


16132011005

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN METODE RULA PADA
PERUSAHAAN KONSTRUKSI : SEBUAH TINJAUAN
SISTEMATIS

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh :

M KELVIN RAMA ADITYA


16132011005

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIK) BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 19 Agustus 2020

M KELVIN RAMA ADITYA

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN METODE RULA PADA


PERUSAHAAN KONSTRUKSI : SEBUAH TINJAUAN
SISTEMATIS
(xiii + 20 Halaman, 5 Tabel, 1 Diagram, 3 Lampiran)
Postur kerja seorang pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya merupakan
salah satu faktor yang dapat menentukan hasil kerja. Postur kerja yang kurang
baik dan dilaksanakan secara repetitif (berulang-ulang) pada sistem kerja
ataupun fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan mengakibatkan lebih cepatnya
timbul kelelahan pada pekerja tersebut. Kelelahan yang seringkali timbul pada
pekerja pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan hasil kerja. Dalam suatu
perusahaan, pekerja merupakan sumber daya yang terpenting untuk menjalankan
proses bisnisnya. Di Indonesia sendiri, Angka kecelakaan kerja menunjukkan
tren yang meningkat. Pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang dilaporkan
sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang tahun 2018 mencapai
173.105kasus.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis postur kerja dengan
metode RULA pada perusahaan konstruksi dan penelitian ini merupakan
penelitian systematic review dengan pendekatan cross sectional , dengan jumlah
literatur yang di review sebanyak 3 artikel dari database Garuda ristekbrin
dengan mesin pencarian google. Hasil dari tinjauan literatur dimulai dari tahun
2015 – 2020 dengan jurnal berbahasa Indonesia.Hasil dari penelitian ini
mennjukan bahwa tingkat keluhan sakit di bagian tubuh atas masih sering
dialami pekerja terhadap postur kerja yang tidak ergonomi dan nilai skor RULA
menunjukan untuk segera melakukan perbaikan segera fasilitas kerja
Kesimpulan dari penelitian ini adalahkeluhan sakit bagian tubuh atas masih
sering dijumpai para pekerja di perusahaan konstruksi dengan adanya redesign
fasilitas kerja yang baik dapat mengurangi tingkat resiko terjadinya
musculoskeletal disorder seperti low back pain, serta perancangan alat bantu
kegiatan pekerja.
Kata Kunci : Postur Kerja, Metode RULA, Konstruksi

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, 19 August 2020

M KELVIN RAMA ADITYA

ANALYSIS OF WORK POSTURE USING THE RULA METHOD


INCONSTRUCTION COMPANIES: A SYSTEMATIC REVIEW
(xiii + 20 Pages, 5 Tables, 1 Diagram, 3 Attachmets)

The work posture of a worker in carrying out his work activities is one of the
factors that can determine work results. Work posture that is not good and is
carried out repetitively (repeatedly) on a work system or work facility that is not
ergonomic will result in faster fatigue in these workers. The fatigue that often
arises in workers will ultimately result in a decrease in work results. In a
company, workers are the most important resource for carrying out its business
processes. In Indonesia, the number of work accidents shows an increasing trend.
In 2017 the number of work accidents reported was 123,041 cases, meanwhile
throughout 2018 it reached 173,105cases.This study aims to analyze work
posture using the RULA method in construction companies and this research is a
Systematic Review research with a cross sectional approach, with the number of
literature reviewed as many as 3 articles from the Garuda ristekbrin database
with the google search engine. The results of the literature review started from
2015 - 2020 with Indonesian language journals.The results of this study indicate
that the level of complaints of pain in the upper body is still often experienced by
workers for work postures that are not ergonomic and the RULA score shows
that they need to immediately make immediate improvements to work facilities.
The conclusions of this study are: Complaints of upper body pain are still often
encountered by workers in construction companies. With the redesign of good
work facilities, it can reduce the risk level of musculoskeletal disorders such as
low back pain, as well as designing tools for worker activities.

Keywords: Work Posture, RULA Method, Construction

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN METODE RULA PADA PERUSAHAAN


KONSTRUKSI : SEBUAH TINJAUAN SISTEMATIS

Oleh

M KELVIN RAMA ADITYA


NPM. 16132011005
Program Studi Kesehatan Masyarakat

telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat.

Palembang, 19 Agustus 2020

Pembimbing

Heriziana HZ, SKM, M.kes

Ketua PSKM,

Maria Ulfah, SKM, MPH


PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI
KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG

Palembang, 19 Agustus 2020

Ketua,

( Heriziana HZ, SKM, M.kes )

Anggota I

( Dian Eka Anggraeni, SKM, M.kes )

Anggota II

( Welly Suwandi, SKM, M.kes )


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama M Kelvin Rama aditya lahir di

kota Palembang, 3 Juni 1998, anak pertama dari 3

bersaudara dari pasangan bpk. Darmadi dan Ibu

Ratna Dewi. Penulis beragama Islam dan

beralamat di jl.sejahtera lr.nangka 2 kel. Taba

jemekeh Kota Lubuk Linggau.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh Penulis :

2006–2011 SD Negeri 36 Lubuk Linggau

2011–2014 SMP Negeri 2 Lubuk Linggau

2014–2016 SMA Negeri 2 Lubuk Linggau

2016–2020 S1 Kesehatan Masyarakat STIK Bina HusadaPalembang

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Kupersembahkan kepada :

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa mendo’akanku;


Saudara-saudaraku yang tercinta yang mengharapkan keberhasilanku,
1. Darmadi
2. Ratna Dewi
3. Achmad Alfarizky
4. Aisyah Wafa

Motto:

“Kalau orang lain bisa tentunya kita harus juga bisa”

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada ibu Heriziana Hz, SKM, M.kes sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Amar
Muntaha, SKM, M.Kes selaku Ketua STIK Bina Husada, Ibu Maria Ulfah,
SKM, MPH selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan skripsiini.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dian Eka
Anggraeni, SKM, M.kes dan pak Welly Suwandi, SKM, M.kes selaku penguji
dalam penyusunan skripsi, dan ibuHeriziana Hz., SKM, M.kes selaku
pembimbing akademik selama mengikuti pendidikan di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pihak yang memerlukan dan bagi siapa saja yangmembacanya.
Palembang, 26 Agustus 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DAN SPESIFIKASI ................................................. ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ........................................................ vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ......................................... viii
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

BAB II METODE PENELITIAN


2.1 Metode Pencarian.................................................................................... 7
2.1.1 Sumber Pencarian .......................................................................... 7
2.1.2 Strategi Pencarian .......................................................................... 7
2.2 Seleksi Studi ........................................................................................... 7
2.2.1 Strategi seleksi studi ...................................................................... 7
2.2.2 Kriteria inklusi .............................................................................. 9
2.3 Kriteria Kualitas Studi............................................................................. 9
2.4 Ekstraksi Data ......................................................................................... 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil ....................................................................................................... 10
3.1.1 Karakteristik Studi......................................................................... 10
3.1.2 hasil lain berdasarkan item tujuan penelitian .................................. 14
3.2 Pembahasan ........................................................................................... 14

BAB VI KESIMPULAN ............................................................................. 18


DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

1.2 Tujuan Penelitian................................................................................. 6


2.1 Strategi Pencarian ................................................................................ 7
2.2 Kriteria Inklusi .................................................................................... 9
2.3 Kriteria Kualitas Studi ......................................................................... 9
3.1 Karakteristik Studi ............................................................................... 11

xi
DAFTAR DIAGRAM

2.2 Diagram Prisma(2009)......................................................................... 8

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1 Artikel Mirsa Diah Novianti , Sultan Tanjung (2016) analisis perbaikan


postur kerja operator pada proses pembuatan pipa untuk mengurangi
musculoskeletal disorders dengan menggunakan metode rula
2 Artikel Irwan Pegiardi, Firdanis Setyaning Handika, Supriyadi (2017)
analisis postur kerja operator dengan metode rula di area gascutting
3 Artikel Ade Sri Mariawati dan Putri Marliana (2016) Analisis Postur Kerja
Operator Welder, Milling dan Helper di Workshop IV Cold Rolling Mill
(CRM) PT Krakatau Steel dengan Pendekatan RULA (Rapid Upper
LimbAssessment)

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) tahun 2018, MSDs
merupakan penyakit jaringan lunak yang disebabkan oleh paparan yang tiba-tiba atau
berkelanjutan terhadap gerakan berulang-ulang, gaya, getaran, dan posisi yang canggung.
Gangguan ini dapat mempengaruhi otot, ligamen, saraf, tendon, dan persendian (Mahakam et al.,
2019)

Menurut Nurmianto tahun 2004 Postur kerja adalah suatu tindakan yang diambil pekerja
dalam melakukan pekerjaannya (Pramestari, 2017). Postur kerja seorang pekerja dalam
melaksanakan aktivitas kerjanya merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan hasil kerja.
Postur kerja yang kurang baik dan dilaksanakan secara repetitif (berulang-ulang) pada sistem
kerja ataupun fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan mengakibatkan lebih cepatnya timbul
kelelahan pada pekerja tersebut. Kelelahan yang seringkali timbul pada pekerja pada akhirnya
akan mengakibatkan penurunan hasil kerja. Dalam suatu perusahaan, pekerja merupakan sumber
daya yang terpenting untuk menjalankan proses bisnisnya. Pekerja pada perusahaan industri
manufaktur juga memegang peranan yang sangat penting yang dapat mendukung kualitas dari
suatu produk jadi, terutama apabila perusahaan masih menerapkan manual material handling.
Pekerja dengan manual material handling yang bekerja secara repetitif seringkali mengalami
gangguan kesehatan, seperti rasa fatique yang cepatdatang sampai dengan gangguan kesehatan
ototnya. Bagian tubuh pekerja yang sering kali merasakan kelelahan akibat aktivitas kerja
manual adalah tangan, bahu, punggung, pinggang dan kaki. Selain pekerjaan manual, Beban
kerja fisik yang berlebihan juga dapat menimbulkan resiko terjadinya gangguan kesehatan
ataupun bahkan terjadinya kecelakaan kerja. (Pramestari,2017)

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), konstruksi adalah susunan dan hubungan
kata dalam kalimat atau kelompok kata. Makna suatu kata ditentukan oleh kostruksidalam

1
2

kalimat atau kelompok kata contoh : jembatan, rumah dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, n.d.)

Indonesia merupakan negara berkembang yang banyak sekali ditemukan industri-industri


dengan proses kerja masih manual dan menggunakan tenaga manusia atau disebut juga dengan
Manual Material Handling (MMH). MMH banyak digunakan di dunia industri karena aktivitas
MMH lebih murah dan lebih mudah dilakukan. Akan tetapi aktivitas MMH juga memiliki resiko
kecelakaan kerja yang tinggi, yaitu apabila dilakukan dengan cara yang salah.(Siska & Angrayni,
2018)

Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu
dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi (Sudiajeng & Kerja,
2004). Menurut mamuba tahun 2000 Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja
psikologis (Wahyu Susihono, 2018). Perhitungan beban kerja dilakukan berdasarkan SNI 7269
tahun 2009 tentang Penilaian Beban Kerja berdasarkan Tingkat Kalori menurut Pengeluaran
Energi.(Indonesia & Nasional,2009)

Pekerjaan dengan sikap kerja operator berdiri maupun membungkuk serta dilakukan dalam
durasi waktu yang lama yaitu selama delapan jam per hari, tidak memenuhi kaidah kerja yang
sehat. Aktivitas membungkuk pada tempat kerja sebaiknya dirancang seminimal mungkin,
bahkan dihilangkan karena dapat menimbulkan gangguan pada sistem musculoskeletal
(musculoskeletal disorders) (Susihono, 2016)

Di Indonesia sendiri, Angka kecelakaan kerja menunjukkan tren yang meningkat. Pada tahun
2017 angka kecelakaan kerja yang dilaporkan sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang
tahun 2018 mencapai 173.105 kasus. Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Krishna Syarif
mengungkapkan, setiap tahunnya rata-rata BPJSTK melayani 130 ribu kasus kecelakaan kerja
dari kasus ringan sampai dengan kasus -kasus yang berdampak fatal. kasus yang ditangani masih
didominasi oleh kasus-kasus kecelakaan kerja ringan di lingkungan pekerjaan yang berkarakter
pabrik (ketenagakerjaan, 2019)

Berdasarkan data Bereau of Labor Statistic U.S Department of Labor (BLS) pada tahun 2015
kasus musculoskeletal disorders(MSDs) yang di sebabkan pekerjaan yang terlalu dipaksakan
dalam proses mengangkat berjumlah 356.910 kasus atau 31 % dari semua kasus kecelakaan di
3

tempat kerja dan penyakit akibat kerja. Menurut data Labour Force Survei (LFS) Great Britain
tahun 2017 kasus musculoskeletal disorders menempati urutan kedua dengan rata – rata
prevalensi 469.000 kasus atau 34,54 % selama 3 tahun terakhir dari semua kasus penyakit akibat
kerja yang ada. (Mahakam et al., 2019)

Studi tentang muskuloskeletal disorder pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan
dan hasil studi menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami pekerja
adalah otot bagian pinggan (low back pain) dan bahu. Muskuloskeletal disorder adalah masalah
ergonomi yang sering dijumpai di tempat kerja, khususnya yang berhubungan dengan kekuatan
dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya. Masalah tersebut umumnya dialami
oleh pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus (repetitive).
Pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak ergonomi mengakibatkan
pengerahan tenaga yang berlebihan dab postur yang salah seperti memutar dengan membungkuk
dan membawa beban dapat menjadi penyebab keluhan musculoskeletal (Pangaribuan,2009)

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut maka setiap perusahaan wajib
memperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan bagi pekerjaannya dengan cara penyesuaian
antara pekerja dengan metode kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan ergonomi.(Pangaribuan, 2009)

Menurut Chaffin tahun 1991 Postur kerja menjadi suatu bahan yang menarik untuk dikaji, hal
ini terbukti dengan munculnya berbagai metode analisis postur. Perjalanan metode analisis
postur diawali dengan diaplikasikannya metode OWAS. Pada tahun 1977 metode OWAS telah
diaplikasikan di perusahaan besi baja Ovako Oy Finlandia. Institute of Occupational Health
menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk dan berdiri. Menurut Lueder 1996
Tahun 1981, National Institute of Occupational Safety and Health menemukan metode NIOSH
yang mengalisis postur berdasarkan gaya kompresi yang dihasilkan dan merekomendasikan
beban yang aman untuk dikerjakan. Kemudian pada tahun 1995 muncul metode Rapid Entire
Body Assesment (REBA) dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada tahun 1993. Metode
RULA diperkenalkan oleh Dr. Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan
ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham”s Institute of Occupational
Ergonomics Metode ini menganalisis postur tubuh bagian atas secara detail (sudut-sudut yang
dibentuk oleh postur kerja). Tulisan ini akan menganalisis dan mengevaluasimetode-metode
4

tersebut dengan membandingkan input, proses, output, aplikasinya di dunia industry. (Budiman
et al.,1995)

Pada penelitian ini analisis postur kerja akan menggunakan metode RULA. RULA
merupakan suatu metode penilaian postur untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan
bagian atas. Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan 3 tabel skor dalam
menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi oleh Mc Phee sebagai
faktor beban eksternal yaitu jumlah pergerakan, kerja otot statik, tenaga/kekuatan, penentuan
postur kerja oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat yaitu kondisi dimana pekerja dapat bekerja
dengan rasa nyaman, aman dan mampu berinteraksi dengan fasilitas kerjanya.(Pangaribuan,
2009)

Maka dari itu sehingga menjadi pentingnya dilakukan systematic review membahas tentang
Analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi dan fabrikasi tahun
2020, studi tersebut telah dilaporkan pada jumlah literatur tetapi tinjauan sistematis belum
dilaporkan.

1.2 PertanyaanPenelitian

Pertanyaan penelitian di rumuskan berdasarkan item PICOS/PICOC

Tabel 1.2

Participant/ Population Karyawan perusahaan, Pekerja beresiko terkena MSDs,


(Populasi) Pekerja dengan postur tubuh yang beresiko
Intervention (Intervensi) Metode RULA ( rapid umber limb assesment )
Comparison (Perbandingan) -
Outcomes (Hasil) Redesign fasilitas kerja yang lebih ergonomidan
diketahuinya penyebab MSDs dari postur kerja
karyawan yangberesiko
Study Desing/ Context Cross Sectional

Yang selanjutnya Jika dirumuskan dalam bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2.1

ID Research Question
RQ1 Jurnal manakah yang paling signifikan mengenai analisis postur kerja dengan metode
RULA pada perusahaan konstruksi ?
5

RQ2 Topik penelitian seperti apa yang dipilih dari peneliti mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ3 Jenis kumpulan data apa yang paling banyak digunakan untuk peneliti mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ4 Metode apa yang digunakan untuk peneliti analisis postur kerja denganmetode RULA
pada perusahaan konstruksi ?
RQ5 Metode mana yang berkinerja baik bila dugunakan untuk penelitian mengenai analisis
postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ6 Kerangka kerja apa yang diusulkan untuk penelitian mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ7 Penyakit apa yang di sebabkan oleh postur kerja yang beresiko pada pekerja mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?
RQ8 Redesing fasilitas kerja seperti apa yang diusulkan mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi ?

1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
Tujuan tinjauan sistematis ini adalah untuk mengetahui analisis postur kerja dengan
metode RULA di perusahaan konstruksi

1.3.2 TujuanKhusus
Adapun tujuan khusus tinjauan sistematis ini adalah sebagai berikut
1. Mengindentifikasi jurnal yang paling signifikan mengenai analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
2. Mengindentifikasi topik penelitian seperti apa yang dipilih dari peneliti mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
3. Mengindentifikasi jenis kumpulan data apa yang paling banyak digunakan untuk
peneliti mengenai analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan
konstruksi
4. Mengindentifikasi metode yang digunakan untuk peneliti analisis postur kerja
dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
5. Mengindentifikasi metode yang berkinerja baik bila dugunakan untuk penelitian
mengenai analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
6. Mengindentifikasi kerangka kerja yang diusulkan untuk penelitian mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaankonstruksi
6

7. Mengindentifikasi penyakit yang di sebabkan oleh postur kerja yang beresiko


pada pekerja mengenai analisis postur kerja dengan metode RULA pada
perusahaankonstruksi
8. Mengindentifikasi Redesing fasilitas kerja seperti apa yang diusulkan mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi

Tabel 1.3

ID Research Question Motivation


RQ1 Jurnal manakah yang paling signifikan Mengindentifikasi jurnal yang paling
mengenai analisis postur kerja dengan signifikan mengenai analisis postur kerja
metode RULA pada perusahaan dengan metode RULA padaperusahaan
konstruksi ? konstruksi
RQ2 Topik penelitian seperti apa yang dipilih Mengindentifikasi topik penelitian seperti
dari peneliti mengenai analisis postur apa yang dipilih dari peneliti mengenai
kerja dengan metode RULApada analisis postur kerja dengan metode RULA
perusahaan konstruksi ? pada perusahaan konstruksi
RQ3 Jenis kumpulan data apa yang paling Mengindentifikasi jenis kumpulan data apa
banyak digunakan untuk peneliti yang paling banyak digunakan untuk
mengenai analisis postur kerja dengan peneliti mengenai analisis postur kerja
metode RULA pada perusahaan dengan metode RULA padaperusahaan
konstruksi ? konstruksi
RQ4 Metode apa yang digunakan untuk Mengindentifikasi metode yang digunakan
peneliti analisis postur kerja dengan untuk peneliti analisis postur kerja dengan
metode RULA pada perusahaan metode RULA pada perusahaan konstruksi
konstruksi ?
RQ5 Metode mana yang berkinerja baik bila Mengindentifikasi metode yang berkinerja
dugunakan untuk penelitian mengenai baik bila dugunakan untuk penelitian
analisis postur kerja dengan metode mengenai analisis postur kerja dengan
RULA pada perusahaan konstruksi ? metode RULA pada perusahaan konstruksi
RQ6 Kerangka kerja apa yang diusulkan Mengindentifikasi kerangka kerja yang
untuk penelitian mengenai analisis diusulkan untuk penelitian mengenai
postur kerja dengan metode RULA pada analisis postur kerja dengan metode RULA
perusahaan konstruksi ? pada perusahaan konstruksi
RQ7 Penyakit apa yang di sebabkan oleh Mengindentifikasi penyakit yang di
postur kerja yang beresiko pada pekerja sebabkan oleh postur kerja yang beresiko
mengenai analisis postur kerja dengan pada pekerja mengenai analisis postur kerja
metode RULA pada perusahaan dengan metode RULA pada perusahaan
konstruksi ? konstruksi
RQ8 Redesing fasilitas kerja seperti apa yang Mengindentifikasi Redesing fasilitas kerja
diusulkan mengenai analisis postur seperti apa yang diusulkan mengenai
kerja dengan metode RULApada analisis postur kerja dengan metode RULA
perusahaan konstruksi ? pada perusahaan konstruksi
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 MetodePencarian

2.1.1 Sumber pencarian

Untuk mengindentifikasi studi yang relevan, pencarian melalui database berikut yaitu
GARUDA RISTEKBRIN

2.1.2 Strategi Pencarian

Pencarian literature menggunakan pendekatan PICO berdasarkan kata kunci sebagai


berikut :

Tabel 2.1

Population Intervention Comparison Outcomes


(Populasi (Intervensi) (Perbandingan) (Hasil)
Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama
Karyawan, postur Metode RULA - Redesign fasilitas
kerja kerja, resikoMSDs
Sinonim / Istilah Sinonim / Istilah Sinonim / Istilah Sinonim / Istilah
Pencarian Pencarian Pencarian Pencarian
Pekerja, penyakit - - Penerapanergonomi
akibat kerja (PAK) di tempat kerja

2.2 SeleksiStudi

2.2.1 Strategi Seleksi Studi

Seleksi Studi Berpedoman Pada Diagram PRISMA (2009) yang alurnya dapat dilihat
pada diagram2.2

7
8

Diagram 2.2

Diagram Prisma (2009)

Secara total peneliti mendapatkan 194 artikel yang sesuai dengan kata kunci topik
penelitian dari basis data Garuda Ristekbrin, kemudian peneliti mengeluarkan artikel yang
disaring atas judul, abstrak, dan kata kunci yang kemudian peneliti menyaring kembali atas
kriteria inklusi populasi penelitian, tahun penelitian, dan lokasi penelitian sebanyak 6 artikel,
dikeluarkan sehingga tersisa 3 artikel yang sesuai dengan inklusi, sebanyak 3 artikel lainnya
tidak bisa diakses secara fulltext
9

2.2.2 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi studi diterapkan berdasarkan item PICOS

Tabel 2.2

Participant / Population (populasi) Karyawan / Pekerja yang berada di


perusahaan konstruksi dan fabrikasi
Intervention (intervensi) Analisis postur kerja dengan metode RULA
Comparison (Perbandingan) -
Outcomes (Hasil) Redesign fasilitas kerja sesuai ergonomi dan
diketahuinya penyebab penyakit MSDs
Study Design Cross sectional

2.3 Kriteria Kualitas Studi

Tabel 2.3

Pencarian Literatur Dipublikasikan hanya dari jurnal minimal


terindeks SINTA
Batas Pencarian Jurnal Berbahasa Indonesia 2015-2020
Skrining / Penyaringan Full Text dengan minimal 2 penulis /
peninjau
Abstrasi Data Satu orang mengabstraksi datasementara
yang lain memverivikasi
Risiko Penilaian Bias Satu orang menilai sementara yang lain
memverifikasi
Apakah dua penulis akan secara mandiri Ya
menilai studi
Proses penilaian Full Text
Bagaimana perbedaan pendapat akan Perbedaan pendapat akan dikelola oleh orang
dikelola yang ahli ( Ergonomi )
Alat penilai risiko bias /alat penilai -
kualitas studi

2.4 Ekstrasi Data

Data studi akan diekstrasi menggunakan format standar dan dimasukan ke dalam
spreadsheet Microsoft Excel. Data akan diekstrasi oleh satu reviewer dan diperiksa keakuratan
dan kelengkapannya oleh reviewer kedua. Data yang diekstrasi meliputi :

a. Info umum : Nama Penulis, Negara, TahunPublikasi


b. Khusus : Kriteria Inklusi, ItemRQ
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Karakteristik Studi

Karakteristik studi berisi tentang:

a. Info Umum : Nama Penilis, Negara, TahunPublikasi


b. Khusus : Kriteria Inklusi, Item RQ

10
11

Tabel 3.1
Karakteristik Studi Tinjauan Sistematis Analisi Postur Kerja Dengan Metode RULA Pada Perusahaan Konstruksi

Info Umum Info Khusus


No. Nama Penulis Judul Artikel Lokasi Nama Tahun Distribusi Metode Hasil Ukur
Penelitian Jurnal Publik Karakteristi
(Negara/ asi k Responden
Provinsi/
Kota)
1. 1. Mirsa Diah ANALISIS Indonesia/ Seminar 8 kuesioner Kuantitatif, Berdasarkan pengamatan
Novianti PERBAIKAN Jakarta Nasional Novem Nordic Body Cross menggunakan kuesioner NBM
2.SultanTanjung POSTUR selatan/ Sains dan ber Map (NBM) Sectional ditemukan bahwa pekerja
KERJA Kuningan Teknologi 2016 kuesioner mengeluhkan agak sakit sebanyak
OPERATOR 2016 1 diberikan 80% pada bahu kanan dan 60% pada
PADA PROSES
Fakultas kepada 10 siku kanan. Selain itu, 50% pekerja
PEMBUATAN
PIPA UNTUK Teknik operator mengeluhkan rasa sakit pada
MENGURANG Universitas pembuatan punggung dan 40% pada pinggang,
I Muhammad pipa serta 10% dari para pekerja
MUSCULOSK iyah Jakarta mengeluhkan rasa sakit sekali pada
ELETAL siku kiri dankanan.
DISORDERS
DENGAN
MENGGUNAK
AN METODE
RULA
2. 1.Irwan ANALISIS Indonesia/ Jurnal 28 Penelitian Kuantitatif, Berdasarkan hasil penelitian nilai
Pegiardi, POSTUR Serang/ INTECH Desemb dilakukan Cross RULA pada proses mengoperasikan
2.Firdanis KERJA Banten Teknik er 2017 pada operator sectional mesin dengan posisi duduk dengan
Setyaning OPERATOR Industri Gas Cutting skor 3. membersihkan sisi plate hasil
Handika, DENGAN Universitas dengan pemotongan dengan posisi
3.Supriyadi METODE
Serang jumlah 20 membungkuk dengan skor 5, dan
RULA DI
AREA GAS Raya Vol3 operator skor tertinggi 6 pada proses
CUTTING No 2 menggunaka menggerinda sisi platehasil
12

Desember n metode pemotongan. keluhan cedera otot


2017 RULA. tertinggi terdapat pada bagian
Perhitungan punggung dengan frekuensi
metode sebanyak 17 orang, kemudian jumlah
RULA ini keluhan pada bagian pinggang
meliputi skor sebanyak 15 orang, dan sakitkaku
grup A dan pada leher bagian atas sebanyak 13
skor grup B orang. Hal tersebut dikarenakan
dimana data- terjadinya kontraksi pada otot
data yang sehingga menimbulkan rasa nyeri.
diperoleh
melalui Hasil
Standard
Nordic
Questionnair
e di bagian
Gas Cutting.
3. 1.Ade Sri ANALISIS Indonesia/ PT Journal 12 Maret melakukan Kuantitatif, Hasil dari penelitian yang telah
Mariawati POSTUR Krakatau Industrial 2016 observasi Cross dilakukan, pada kuesinoer nordic
2.Putri Marliana KERJA Steel Servicess lapangan Sectional body map terdapat Keluhan yang
OPERATOR Vol 1, No 2 kemudian terjadi pada operator welder terdapat
WELDER, (2016) dilakukan dibagian leher, punggung, bokong
MILLING DAN
HELPER DI penyebaran lutut kanan, betis dan pergelangan
WORKSHOP kuesioner kaki. Keluhan yang terjadi pada
IV COLD nordic body operator milling terdapat dibagian
ROLLING map. bahu, punggung dan betis. Keluhan
MILL (CRM) Kuesioner yang terjadi pada operator helper
PT nordic body terdapat dibagian lengan, pinggang
KRAKATAU map dan bokong.
STEEL digunakan
DENGAN untuk
PENDEKATAN mengetahui
RULA (RAPID
keluhan-
UPPER LIMB
13

ASSESSMENT) keluhan yang


terjadi pada
bagian tubuh
tertentu pada
saat atau
setlah
bekerja.
14

3.1.2 Hasil lain berdasarkan item tujuan penelitian

Studi yang dilakukan dari 3 Artikel jurnal yang didapat setelah direview menunjukan
bahwa terdapat 2 jurnal yang paling signifikan mengenai Analisis postur kerja dengan metode
RULA pada perusahaan konstruksi, yaitu dengan jurnal yang berjudul “Analisis perbaikan postur
kerja operator pada proses pembuatan pipa untuk mengurangi musculoskeletal disorders dengan
menggunakan metode rula” yang ditulis oleh Mirsa Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016)
dan jurnal dengan judul “Analisis postur kerja operator welder, milling dan helper di workshop
iv cold rolling mill (crm) pt krakatau steel dengan pendekatan rula (rapid upper limb
assessment)” yang di tulis oleh Ade Sri Mariawati dan Putri Marliana (2016). Setelah direview
jenis topik penelitian yang dipilih dengan judul “Analisis perbaikan postur kerja operator pada
proses pembuatan pipa untuk mengurangi musculoskeletal disorders dengan menggunakan
metode rula” yang ditulis oleh Mirsa Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016) yaitu kuantitatif,
dengan desain study CrossSectional.

Kumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian ini yaitu populasi dan
sampel pekerja prusahaan konstruksi. Jenis metode yang digunakan untuk penelitian mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi yaitu kuantitatif dengan
desain study cross sectional. Jenis metode yang berkinerja baik bila digunakan penelitian analisis
postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi yaitu kuantitatif dengan desai
study cross sectional. Penyakit yang disebabkan oleh postur kerja yang beresiko terhadap pekerja
yaitu musculoskeletal disorders (MSDs). Redesign fasilitas kerja yang diusulkan mengenai
analisis postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi yaitu rekomendasi
perbaikan fasilitas kerja yang lebih ergonomi serta kerangka kerja yang diusulkan untuk
penelitian ini adalah desain study cross sectional.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis artikel didapatkan bahwa tingkat keluhan dari pekerja konstruksi
masih sangat tinggi dan redesign fasilitas kerja menjadi rekomendasi atau usulan untuk
perusahaan agar pekerja mendapatkan kenyamanan dalam bekerja.

Penelitian Mirsa Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016) mendapatkan Nilai akhir
RULA untuk setiap kegiatan yang bersifat statis dan berulang berdasarkan nilai tertinggi meliputi
15

kegiatan End Shearing (bernilai 6), Cut off (bernilai 6), Dimensional and Visual Inspection
(bernilai 5), Bead Removing (bernilai 4), Jointing (bernilai 3), Uncoiling and levelling (bernilai
3), dan Ultrasonic on-line (bernilai 3). Kegiatan yang menjadi prioritas perbaikan adalah
kegiatan yang memiliki tingkat risiko medium. Pada penelitian ini, diperoleh dua (2) kegiatan
yang menjadi prioritas perbaikan, yakni kegiatan Dimensional and Visual Inspection dan End
Shearing. Usulan perbaikan diberikan untuk memberikan ruang bagi para pekerja untuk bergerak
dan menurunkan tingkat risiko gangguan musculoskeletal seperti low back pain. Usulan
perbaikan untuk kegiatan Dimensional and Visual Inspection adalah perubahan posisi punggung
menjadi rentang 0º - 20º dan posisi lengan atas menjadi rentang 10º-20º. Perbaikan pada kegiatan
End Shearing adalah perbaikan posisi punggung menjadi rentang 0º-20º, posisi leher menjadi
rentang 10º-20º, dan posisi lengan atas menjadi rentang20º-45º.

Keluhan yang sebagian besar terjadi pada pekerja karena kelelahan akibat beban yang
terus menerus selama proses bekerja. Selain itu, prosedur kerja dan perancangan fasilitas kerja
yang kurang ergonomis memberikan dampak pada hasil produktivitas kerja yang kurang baik
dan berpotensi menimbulkan cedera pada bagian tubuh tertentu akibat aktivitas kerja yang tidak
seimbang.

Pada penelitian Irwan Pegiardi, Firdanis Setyaning Handika, Supriyadi (2017) ditemukan
bahwa berdasarkan hasil penelitian nilai RULA pada proses mengoperasikan mesin dengan
posisi duduk dengan skor 3. membersihkan sisi plate hasil pemotongan dengan posisi
membungkuk dengan skor 5, dan skor tertinggi 6 pada proses menggerinda sisi plate hasil
pemotongan. keluhan cedera otot tertinggi terdapat pada bagian punggung dengan frekuensi
sebanyak 17 orang, kemudian jumlah keluhan pada bagian pinggang sebanyak 15 orang, dan
sakit kaku pada leher bagian atas sebanyak 13 orang. Hal tersebut dikarenakan terjadinya
kontraksi pada otot sehingga menimbulkan rasa nyeri. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
metode RULA dapat disimpulkan bahwa postur kerja yang memiliki level resiko tertinggi pada
operator gass cutting adalah saat operator melakukan kegiatan pembersihan kerak hasil
pemotongan dimana operator melakukan kegiatan tersebut dengan posisi membungkuk dan hasil
perhitungan dengan metoe RULA postur ini memiliki skor akhir 6 yang berarti perlu adanya
tindakan dalam waktudekat.
16

Area gas cutting mempunyai beberapa pekerjaan yang berisiko terhadap operator seperti
aktivitas dengan jongkok dan pekerjaan dengan posisi membungkuk, dengan postur tersebut
bagaimana tidak mungkin terjadinya keluhan terhadap pekerja dan mengakibatkan rasa nyeri di
otot

Sedangkan penelitian yang dilakukan Ade Sri Mariawati dan Putri Marliana (2016)
menemukan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, pada kuesinoer nordic body map terdapat
Keluhan yang terjadi pada operator welder terdapat dibagian leher, punggung, bokong lutut
kanan, betis dan pergelangan kaki. Keluhan yang terjadi pada operator milling terdapat dibagian
bahu, punggung dan betis. Keluhan yang terjadi pada operator helper terdapat dibagian lengan,
pinggang dan bokong. Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan terhadap 3 operator
mesin welder, 2 operator mesin milling, serta 1 helper menunjukkan bahwa masing-masing dari
setiap operator mesin di workshop CRM memiliki keluhan yang berbeda-beda sesuai dengan
pekerjaannya masing-masing. Keluhan yang dirasakan oleh operator welder adalah 3 orang
merasakan sakit dibagian leher bagian atas dan bawah serta pada betis kiri dan kanan hal ini
dikarenakan posisi leher yang membungkuk lebih dari 200 dengan leher yang agak sedikit
membengkok serta posisi duduk yang terlalu menekuk pada bagian paha. Keluhan yang
dirasakan oleh operator milling besar adalah 1 operator merasakan agak sakit dan 1 operator
merasakan sakit dibagian bahu kiri. Hal ini dikarenakan posisi bahu yang naik ketika lengan atas
membentuk sudut diantara 450 -900 kedepan. 1 operator merasakan agak sakit dibagian betis kiri
dan kanan, hal ini dikarenakan posisi kerja yang terlalu lama berdiri. Keluhan yang dirasakan
oleh 1 orang helper yang melakukan penghalusan pada benda kerja setelah pengeboran dan
pengelasan adalah merasakan agak sakit dibagian lengan atas kiri dan kanan, pinggang , bokong
serta lengan bawah kanan dan kiri. Hal ini dikarenakan posisi lengan atas yang membentuk sudut
00 – 450 dengan punggung yang membungkuk 200-600.

Postur kerja yang dilakukan oleh operator welder, milling serta helper di workshop IV
CRM PT Krakatau Steel memiliki potensi timbulnya cidera musculoskeletal. Hal ini disebabkan
dikarenakan operator bekerja dengan posisi membungkuk, melakukan gerakan memutar hingga
jongkok yang dilakukan pada operator helper. Postur kerja seperti ini akan cepat menimbulkan
kelelahan serta kinerja operatorpun ikut menurun.
17

Dari hasil uraian artikel di atas dapat dikatakan bahwa keluhan yang terjadi pada pekerja
sakit di bagian tubuh atas masih sering dialami para pekerja perusahaan di bidang konstruksi,
dari hasil review 3 jurnal tersebut perusahaan yang belum menerapkan fasilitas kerja yang sesuai
dengan ergonomi maka sangat berpengaruh sering terjadinya sakit dibagian tubuh atas para
pekerja, sebaliknya perusahaan yang sudah melakukan redesign fasilitas kerja yang cukup baik
maka akan berpengaruh pada kinerja pekerja yang lebih baik dan mengurangi tingkat resiko
terkena gangguan musculoskeletal disorder (MSDs) atau low backpain.

Berdasarkan hasil penelitian dari (Mariawati, 2016) Nilai skor 3-4 memiliki nilai level
resiko yang kecil terhadap potensi cidera musculoskeletal dan diperlukan beberapa waktu
kedepan untuk perbaikan. Nilai skor 5-6 memiliki nilai level resiko yang sedang terhadap potensi
cidera musculoskeletal dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat. Nilai skor 7 memiliki nilai
level resiko yang tinggi terhadap potensi cidera musculoskeletal dan diperlukan tindakan
sekarang juga.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Hasil dari analisis artikel secara systematic review ini dapat disimpulkan bahwa
penelitian dari Diah Novianti dan Sultan Tanjung (2016) serta penelitian dari Ade Sri Mariawati
dan Putri Marliana (2016) termasuk jurnal yang paling signifikan terhadap penelitian mengenai
analisi postur kerja dengan metode RULA pada perusahaan konstruksi, karena mendapatkan
hasil yang mengatakan bahwa dengan usulan perbaikan fasilitas kerja yang dapat mengurangi
tingkat resiko terjadinya musculoskeletal disorder seperti low back pain, serta perancangan alat
bantu kegiatan pekerja. Topik penelitian yang dipilih dan metode yang digunakan untuk
penelitian berkinerja terbaik serta kerangka kerja adalah dengan kuantitatif desain study cross
sectional ini mendapatkan analisis yang baik sehingga didapatkan adanya usulan perbaikan
fasilitas kerja dengan kumpulan data yang berupa populasi para pekerja yang ada di perusahaan
di bidangkonstruksi.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, E., Setyaningrum, R., Studi, P., Industri, T., Tinggi, S., Purwokerto, W.,
Pendahuluan, I., Perkembangan, S., & Analisis, M. (1995). Menganalisis Postur
Pada Aktivitas Manual Material Handling ( Mmh ). 46–52.
https://media.neliti.com/media/publications/136120-ID-perbandingan-metode-
metode-biomekanika-u.pdf
Indonesia, S. N., & Nasional, B. S. (2009). Penilaian beban kerja berdasarkan
tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi.
https://www.academia.edu/8178876/SNI_7269_2009?auto=download

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Retrieved August 14, 2020, from
https://kbbi.web.id/konstruksi
Mahakam, J. H., Wiranto, A., Ramdan, I. M., Lusiana, D., Masyarakat, F. K.,
Mulawarman, U., & Timur, K. (2019). MUSCULOSKELETAL DISORDER
PADA PEKERJA Menurut National Institute of Berdasarkan data Bereau of
Labor Statistic U . S Department of Menurut data Labour Force. IV(8), 439–
452.
Mariawati, A. S. (2016). Analisis Postur Kerja Operator Welder , Milling dan Helper
di Workshop IV Cold Rolling Mill ( CRM ) PT Krakatau Steel dengan
Pendekatan RULA ( Rapid Upper Limb Assessment ).
Pangaribuan, dina meliana. (2009). Analisa Postur Kerja Dengan Metode RULA
Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan. Tugas Akhir, 140.
www.ilo.org

Pramestari, D. (2017). Analisis Postur Tubuh Pekerja Menggunakan Metode Ovako


Work Posture Analysis System (Owas). Ikraith Teknologi, 1(2), 22–29.
https://media.neliti.com/media/publications/226314-analisis-postur-tubuh-
pekerja-menggunaka-babb3c8f.pdf
Siska, M., & Angrayni, S. A. (2018). Analisis Postur Kerja Manual Material
Handling pada Aktivitas Pemindahan Pallet Menggunakan Rappid Upper Limb
Activity (RULA) di PT. Alam Permata Riau. Jurnal Sains, Teknologi Dan
Industri, 15(2),77–86.
Sudiajeng, L., & Kerja, K. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Produktivitas. UNIBA PRESS Universitas Islam Batik Surakarta Jl. KH.
20

Agus Salim nomer10, Telp. (0271) 714 751 Surakarta - 57147 Indonesia.

Susihono, W. (2016). Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rappid Upper Limb
Assessment ( Rula ) Sebagai Dasar Rekomendasi Redesign Fasilitas Kerja.
Journal Industrial Servicess, 1(2), 266–
271.http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jiss/article/view/1617

ketenagakerjaan, B. (2019, januari 16). Retrieved agustus 25, 2020, from


https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/23322/Angka-Kecelakaan-Kerja-
Cender

Wahyu Susihono, A. U. (2018). PENENTUAN PERBAIKAN KERJA MELALUI


EVALUASI KEBUTUHAN KONSUMSI ENERGI DAN NILAI
CARDIAVASCULAR LOAD PADA KARYAWAN DI DEPARTEMEN
DELIVERY TRANSIT AREA PT XYZ. 24.
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR PADA PROSES


PEMBUATAN PIPA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL
DISORDERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

Mirsa Diah Novianti1, Sultan Tanjung2


1,2
Fakultas Teknik dan Ilmu KomputerUniversitas Bakrie
Jl. H.R.Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan - 12920
*
E-Mail :mirsa.novianti@bakrie.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis postur kerja yang bersifat statis dan repetitive
untuk mengurangi risiko musculoskeletal disorders operator pada proses pembuatan pipa. Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis sikap dan posisi kerja adalah metode
Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Metode RULA digunakan untuk mengestimasi terjadinya
gangguan musculoskeletal, sedangkan untuk analisis keluhan subjektif digunakan kuesioner Nordic
Body Map (NBM). Berdasarkan pengamatan menggunakan kuesioner NBM ditemukan bahwa pekerja
mengeluhkan agak sakit sebanyak 80% pada bahu kanan dan 60% pada siku kanan. Selain itu, 50%
pekerja mengeluhkan rasa sakit pada punggung dan 40% pada pinggang, serta 10% dari para
pekerja mengeluhkan rasa sakit sekali pada siku kiri dan kanan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari tujuh kegiatan yang diteliti terdapat lima kegiatan yang memiliki level risiko rendah (low)
dan dua kegiatan yang memiliki level risiko medium. Penelitian mengusulkan perbaikan pada dua
postur tersebut dengan prioritas pada postur proses Dimensional & Visual Inspection dan End
Shearing.

Kata kunci: Musculoskeletal Disorders, Nordic Body Map (NBM), Posturkerja, Rapid Upper Limb
Assessment (RULA)

ABSTRACT
This study aimed to analyze the static working postures and repetitive to reduce the risk of
musculoskeletal disorders pipeline workers in the manufacturing process. In this study, the method
used to analyze the attitudes and positions of work are methods Rapid Upper Limb Assessment
(RULA). RULA methods used to estimate the occurrence of musculoskeletal disorders, whereas for
the analysis of subjective complaints questionnaire used Nordic Body Map (NBM). Based on the
observations using a questionnaire NBM found that workers complain a bit sick as much as 80% on
the right shoulder and 60% on the right elbow. In addition, 50% of workers complain of back pain
and 40% at the waist, as well as 10% of workers complain of pain once on the left and right elbow.
The results of this study showed that from the seven activities surveyed, there are five activities that
have a low risk level (low) and two activities that have a medium risk level. The study proposes
improvements to the two postures with priority on the posture Dimensional & Visual Inspection and
End Shearing.

Keywords: Musculoskeletal Disorders, Nordic Body Map (NBM), Posturkerja, Rapid Upper Limb
Assessment (RULA)

PENDAHULUAN perusahaan kurang memperhatikan


Salah satu aset berharga bagi keberlangsungan kenyamanan pekerja dalam melakukan
perusahaan adalah pekerja. Namun seringkali pekerjaannya, dalam hal ini adalah faktor

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

ergonomisnya. Hal ini mengakibatkan Nordic Body Map adalah kuesioner untuk
banyaknya keluhan yang dialami pekerja pada identifikasi risiko. Kuesioner Nordic Body
bagian tubuhnya (Nugraha, Astuti, &Rahman, Map adalah alat yang digunakan untuk
2013). mengetahui gangguan kesehatan MSDs
Keluhan yang sebagian besar terjadi berdasarkan keluhan pekerja terhadap keluhan
karena kelelahan akibat beban statis selama pada 27 bagian otot yang dirasakan sakit pada
proses bekerja. Selain itu, prosedur kerja dan jenis tingkatan keluhan, kelelahan atau
perancangan fasilitas kerja yang kurang kesakitan (dari rasa tidak sakit sampai dengan
ergonomis memberikan dampak pada hasil sangat sakit) (Karwowski, W., 2006).
produktivitas kerja yang tidak optimal dan Berdasarkan hasil kuesioner Nordic
berpotensi menimbulkan cidera pada bagian Body Map yang diberikan pada operator
tubuh tertentu akibat aktivitas kerja yang tidak pembuatan pipa, diketahui bahwa Operator
seimbang dengan keterbatasan manusia mengeluhkan sakit sekali pada siku kiri dan
(Susihono W., 2009). siku kanan, Operator mengeluhkan sakit pada
Salah satu gejala umum yang timbul punggung dan pinggang, dan Operator
akibat kerja adalah gangguan musculoskeletal. mengeluhkan agak sakit sebanyak pada bahu
Gangguan musculoskeletal adalah keluhan kanan dan siku kanan.
pada bagian-bagian otot skeletal yang Kondisi tersebut apabila dibiarkan
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan secara terus-menerus dalam jangka panjang
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot akan berpotensi menimbulkan cidera atau
menerima beban statis secara repetitif dan nyeri punggung (low back pain) terhadap
dalam waktu yang lama, akan dapat operator. Untuk mengurangi potensi cidera
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada dan bahaya yang terjadi, harus segera
sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga dilakukan perbaikan metode kerja
kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan perancangan fasilitas
dengan gangguan musculoskeletal disorders Perbaikan kerja dapat dilakukan
(MSDs) (Tarwaka, Solichul, Bakri & melalui beberapa penilaian. Penelitian ini
Sudiajeng, 2004). menggunakan metode penilaian Rapid Upper
Menurut Bridger (2003), ada beberapa Limb Assessment (RULA). RULA merupakan
faktor utama yang mempengaruhi timbulnya salah satu metode penilaian risiko ergonomic
gejala MSDs, yaitu Kemampuan Individu, terhadap timbulnya MSDs (McAtemney &
Postur Tubuh, Gerakan Berulang, dan Durasi Corlett, 1993).
Kerja. RULA menyediakan sebuah
Postur dan pergerakan memegang perhitungan yang mudah terhadap tingkat
peranan penting dalam ergonomic. Postur musculoskeletal loads dari pekerjaan dimana
janggal adalah posisi bagian tubuh yang operator memiliki risiko dari beban leher dan
menyimpang dari posisi netralnya. Postur anggota bagian atas. Metode ini juga
janggal berhubungan dengan deviasi tulang memberikan sebuah nilai tunggal sebagai
sendi dari posisi netralnya yang menyebabkan “potret” dari pekerjaan tersebut yang
posisi tubuh menjadi tidak simetris sehingga mencakup postur kerja, beban, dan pergerakan
membebani sistem otot rangka sebagai menetap (static work). Risiko dihitung dengan
penyangga tubuh (Bridger, 2009). interval 1 (paling rendah) hingga 7 (paling
Postur kerja statis juga termasuk tinggi). Nilai ini dikelompokkan kedalam
postur janggal jika dilakukan dalam waktu empat level yang memberikan sebuah indikasi
yang lama. Postur kerja statis meningkatkan dari susuanan waktu yang akan diajukan
risiko low back pain dan hernia pada diskus. pengendalian terhadap risiko yang ada.
Sering membungkuk dan berputar yang
berhubungan dengan aktivitas mengangkat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
juga dapat menyebabkan cidera sehingga a. Mengetahui nilai RULA setiap kegiatan
memicu low back pain (Levy & Wegman, yang bersifat statis dan berulang pada
2000) proses pembuatan pipa
b. Mengetahui kegiatan yang menjadi
prioritas perbaikan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

c. Mendapatkan usulan perbaikan postur kerja 1. Memilih postur-postur yang akan dinilai
yang aman bagi para pekerja 2. Memberikan nilai pada postur
menggunakan lembar penilaian, diagram
METODE bagian tubuh dan tabel
Dalam melakukan penilaian postur 3. Merubah nilai yang dihasilkan tersebut
tubuh dari operator, penelitian ini menjadi salah satu dari 4 action level untuk
menggunakan RULA worksheet untuk menilai menganalisis gambaran tingkat risiko
tingkat risiko dar aktivitas penggunaan mesin MSDs.
dalam pembuatan pipa. Adapun proses
pengunaan RULA dapat dijelaskan ke dalam Adapun variabel-variabel yang digunakan
tiga (3) tahap (Stanton, Hedge, Brookhius, dapat dilihat pada Tabel 1.
Salas & Hendrick, 2005), yakni:

Tabel 1. Variabel Operasional


No Variabel Definisi Operasional Cara Alat Ukur SkalaUkur
Ukur
1 Tingkat risiko Hasil dari kalkulasi risiko Observasi Lembar Penilaian Ordinal
ergonomi postur operator RULA
berdasarkan tabel nilai
RULA dan dikategorikan
ke beberapa klasifikasi
2 Keluhan Keluhan bersifat subyektif Nordic Body Map Ordinal
musculoskeletal yang berhubungan dengan Questionnaire
otot dan tulang yang
dirasakan sakit/nyeri,
kesemutan, mati rasa, dan
pegal
3 Posisi lengan Sikap atau posisi lengan Observasi - Lembar Ordinal
atas atas operator ketika Penilaian
bekerja RULA
- Kamera
- Busur
4 Posisi lengan Sikap atau posisi lengan Observasi - Lembar Ordinal
bawah bawah operator ketika Penilaian
bekerja RULA
- Kamera
- Busur
5 Posisi Sikap atau posisi Observasi - Lembar Ordinal
pergelangan pergelangan tangan Penilaian
tangan operator ketika bekerja RULA
- Kamera
- Busur
6 Posisi leher Sikap atau posisi leher Observasi - Lembar Ordinal
operator ketika bekerja Penilaian
RULA
- Kamera
- Busur
7 Posisi tulang Sikap atau posisi tulang Observasi - Lembar Ordinal
belakang belakang operator ketika Penilaian
bekerja RULA
- Kamera
- Busur

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

No Variabel Definisi Operasional Cara Alat Ukur SkalaUkur


Ukur
8 Posisi kaki Sikap atau posisi kaki Observasi - Lembar Ordinal
operator ketika bekerja Penilaian
RULA
- Kamera
- Busur
9 Kekuatan otot Sifat gerakan atau postur Observasi - Lembar Ordinal
operator yang Penilaian
membutuhka n kekuatan RULA
otot terkait durasi dan - Kamera
frekuensi gerakan yang - Busur
dilakukan
10 Beban Otot Merupakan besaran beban Observasi - Lembar Ordinal
yang ditanggung otot Penilaian
selama bekerja RULA

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian kuesioner Nordic Body


Map
Proses pembuatan pipa pada PT X dimulai Pada penelitian ini, kuesioner diberikan
dengan mesin uncoiler hingga dimensional
kepada 10 operator pembuatan pipa. Hasil
and visual inspection. Berdasarkan hasil
pengamatan, tidak semua kegiatan dalam kuesioner dapat dilihat seperti pada
proses pembuatan pipa merupakan kegiatan Gambar 2.
berulang dan memiliki beban statis. Hal ini Dari hasil kuesioner Nordic Body Map
dapat dilihat pada Gambar 1. (NBM), dengan memberikan bobot 1 pada
komponen Tidak Sakit, bobot 2 pada
komponen Agak Sakit, bobot 3 pada
komponen Sakit, dan bobot 4 pada
komponen Sakit Sekali, diperoleh bahwa
10 bagian otot yang memiliki skor
tertinggi adalah seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 3.

12

10

0
Sakit Sekali
Sakit di bahu kiri

Sakit pada paha kiri


Sakit pada siku kiri

Sakit pada tangan kiri


Sakit pada lengan bawah kiri
Sakit pada lengan atas kiri

Sakit pada pergelangan tangan kiri

Sakit pada pergelangan kaki kiri


Sakit pada lutut kiri
Sakit pada lengan bawah kanan
Sakit pada lengan atas kanan

Sakit pada bokong

Sakit pada pergelangan tangan kanan

Sakit pada pergelangan kaki kanan


Sakit/kaku di leher bagian atas

Sakit pada lutut kanan


Sakit pada betis kiri
Sakit pada betis kanan
Sakit/kaku di leher bagian bawah

Sakit di bahu kanan

Sakit pada pinggang

Sakit pada pantat

Sakit pada paha kanan


Sakit pada siku kanan

Sakit pada tangan kanan

Sakit pada kaki kanan


Sakit pada kaki kiri

Sakit
Agak Sakit
Tidak Sakit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Gambar 2. Hasil Kuesioner Nordic Body Map

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan


Pipa

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Total Penilaian Nordic Body Map Gambar 4. Postur kerja pada proses
25

20
Uncoiling dan Levelling (P.1)
15

10
Rangkuman nilai dan nilai akhir RULA
5

0 dapat dilihat pada Tabel 2.


Sakit pada lengan atas kiri

Sakit pada lengan atas kanan

Sakit pada lengan bawah kanan


Sakit pada bokong
Sakit pada betis kanan

Sakit di bahu kanan


Sakit pada pinggang

Sakit pada siku kanan

Sakit pada tangan kanan


Sakit pada pergelangan tangan
Nilai total dari nilai akhir lengan dan

kanan
pergelangan tangan serta nilai akhir dari
leher, punggung, dan kaki diproses untuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

mendapatkan Grand Score dari RULA,


Gambar 3. Bagian Otot yang memiliki Skor seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Nordic Body Map tertinggi
Grand Score yang diperoleh untuk Model
P.1. menunjukkan risiko model ini
Berdasarkan pengamatan menggunakan termasuk dalam kategori aktivitas dengan
kuesioner NBM ditemukan bahwa pekerja
risiko rendah.
mengeluhkan agak sakit sebanyak 80% pada
bahu kanan dan 60% pada siku kanan. Selain Tabel 2. Rincian Nilai RULA pada Model
itu, 50% pekerja mengeluhkan rasa sakit pada P.1.
punggung dan 40% pada pinggang, serta 10%
dari para pekerja mengeluhkan rasa sakit
sekali pada siku kiri dan kanan.

2. Hasil penelitian postur kerja pada proses


Uncoiling dan Levelling (P.1)
Proses uncoiling dan leveling merupakan
proses paling awal yang dilakukan untuk
melepas gulungan baja dan meratakan
permukaan baja agar tersambung ke
mesin. Dalam melakukan proses ini,
operator mempertahankan gerakan dengan
model P.1. seperti yang terlihat pada
Gambar 4. Untuk itu, penilaian dilakukan
terhadap posisi lengan atas, posisi lengan
bawah, posisi pergelangan tangan, posisi Tabel 3. Grand Score RULA pada Model
perputaran pergelangan tangan, posisi P.1.
leher, posisi punggung, dan posisi kaki.

3. Hasil penelitian postur kerja pada proses


End Shearing (P.2)
Proses End Shearing merupakan proses
yang dilakukan untuk mendapatkan ujung
coil rata dan tegak lurus sehingga proses
penyambungan berjalan dengan baik.
Dalam melakukan proses ini, operator

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

mempertahankan gerakan dengan model 4. Hasil penelitian postur kerja pada proses
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Jointing (P.3)
Proses Jointing merupakan proses yang
dilakukan untuk menyambungkan ujung
coil yang satu dengan ujung coil
berikutnya dengan menggunakan teknik
pengelasan Electric Resistance Welding
(ERW). Dalam melakukan proses ini,
operator mempertahankan gerakan dengan
model P.3. seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 5. Proses End Shearing Model Rincian nilai dan penilaian RULA dapat
P.2. dilihat pada Tabel 6.
Rincian nilai dan penilaian RULA dapat
dilihat seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Nilai RULA pada Model


P.2.

Gambar 6. Proses Jointing Model P.3.

Tabel 6. Rincian Nilai RULA


Model P.3.

Grand Score RULA untuk Model P.2. dapat


dilihat seperti pada Tabel 5. Dari hasil grand
score RULA model P.2., diperoleh nilai risiko
kegiatan ini dalam skala medium yang
membutuhkan investigasi dan perubahan
metode gerakan.

Tabel 5. Grand Score RULA Model P.2.

Grand Score RULA model P.3. dapat dilihat


seperti pada Tabel 7. Dari hasil penilaian
grand score model P.3, diperoleh level risiko
aktivitas ini pada skala rendah.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Tabel 7. Grand Score RULA Model P.3.


Grand Score RULA model P.4. dapat dilihat
seperti pada Tabel 9. Dari hasil penilaian
grand score model P.4, diperoleh level risiko
aktivitas ini pada skala rendah.
5. Hasil penelitian postur kerja pada proses
Bead Removing (P.4) Tabel 9. Grand Score RULA Model P.4.
Proses bead removing merupakan proses
penyerutan yang dilakukan untuk
menghilangkan kampuh las (sisa
sambungan las) setelah melalui proses
pengelasan ERW, baik bagian luar 6. Hasil penelitian postur kerja pada proses
maupun bagian dalam. Dalam melakukan Ultrasonic On-Line (P.5)
proses ini, operator mempertahankan Proses Ultrasonic On-Line merupakan
gerakan dengan model P.4. seperti yang proses inspeksi yang bertujuan untuk
dilihat pada Gambar 7. mendeteksi cacat hasil pengelasan pipa
secara dini (temporary reject). Jika
terindikasi reject, maka secara otomatis
pipa akan disemprot dengan tinta kuning.
Dalam melakukan proses ini, operator
mempertahankan gerakan dengan model
P.5. seperti yang terlihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Proses Bead Removing Model P.4.

Rincian nilai dan penilaian RULA dapat


dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rincian Nilai RULA


Model P.4.

Gambar 8. Proses Ultrasonic On-Line


Model P.5.

Rincian nilai dan penilaian RULA dapat


dilihat pada Tabel 10.

Grand Score RULA model P.5. dapat


dilihat seperti pada Tabel 11. Dari hasil
penilaian grand score model P.5,
diperoleh level risiko aktivitas ini pada
skala rendah.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 7


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Tabel 10. Rincian Nilai RULA


Model P.5. Tabel 12. Rincian Nilai RULA
Model P.6.

Tabel 11. Grand Score RULA Model P.5. Grand Score RULA model P.6. dapat dilihat
seperti pada Tabel 13. Dari hasil penilaian
grand score model P.7, diperoleh level risiko
aktivitas ini pada skala medium yang
membutuhkan investigasi lebih lanjut dan
perubahan metode gerakan.

Tabel 13. Grand Score RULA Model P.7.


7. Hasil penelitian postur kerja pada proses
Cut-off (P.6)
Proses Cut-off merupakan proses
pemotongan pipa ke dalam ukuran yang
diinginkan. Dalam melakukan proses ini, 8. Hasil penelitian postur kerja pada proses
operator mempertahankan gerakan dengan Dimensional and Visual Inspection (P.7)
model P.6. seperti yang terlihat pada Proses Dimensional and Visual Inspection
Gambar 9. merupakan proses yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran informasi secara
umum mengenai kondisi dari suatu
permukaan pipa atau bagian pipa yang
diperiksa. Inspeksi ini termasuk dalam
pengujian yang paling dasar dengan
menggunakan pengamatan langsung.
Dalam melakukan proses ini, operator
mempertahankan gerakan dengan model
Gambar 9. Proses Cut-off Model P.6. P.7. seperti yang terlihat pada Gambar 10.

Rincian nilai dan penilaian RULA dapat


dilihat pada Tabel 12.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 8


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Berdasarkan Grand Score RULA ketujuh


model, diperoleh rekapitulasi hasil penilaian
berdasarkan tingkat risiko seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Penilaian


Berdasarkan Tingkat Risiko

Gambar 10. Proses Dimensional and


Visual Inspection Model P.7.
Aktivitas Model P2 (End Shearing) dan Model
Rincian nilai dan penilaian RULA dapat P.7. (Dimensional and Visual Inspection)
dilihat pada Tabel 14. memiliki tingkat risiko medium dikarenakan
model tersebut gerakan yang dilakukan sedikit
Grand Score RULA model P.6. dapat membungkuk (> 20º), leher yang agak
dilihat seperti pada Tabel 15. Dari hasil menunduk, pergelangan tangan yang menekuk
penilaian grand score model P.5, dan gerakan lengan atas yang membentuk
diperoleh level risiko aktivitas ini pada >45º secara berulang untuk jangka waktu
skala rendah. tertentu. Jika dibiarkan terus-menerus, maka
besar kemungkinan operator yang melakukan
Tabel 14. Rincian Nilai RULA model tersebut akan mengalami gangguan
Model P.7 Musculoskeletal seperti Bursitis dan nyeri
punggung (low back pain).

Model P.1. (uncoiling and leveling process),


P.3. (jointing process), P.5. (Ultrasonic On-
Line), dan P.6. (Cut-off) memiliki level risiko
yang rendah dikarenakan gerakan yang
dilakukan kelima model tersebut memiliki
postur punggung yang tegak (≤ 20º). Postur
yang tegak tersebut disebabkan karena
sebagian besar alat yang dikerjakan pada
proses pembuatan pipa mengharuskan operator
untuk melakukan aktivitasnya sambil berdiri.

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational


Safety and Health Administration (OSHA)
bahwa ada beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko ergonomik,
yaitu:

Tabel 15. Grand Score RULA Model P.6. 1. Rekayasa Teknik, yang meliputi:
a. Eliminasi, dengan menghilangkan
sumber bahaya yang ada
b. Substitusi, dengan mengganti alat
lama dengan alat baru yang aman,

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 9


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

menyempurnakan proses produksi,


dan menyempurnakan prosedur
penggunaan alat.
c. Partisi, dengan melakukan pemisahan
antara sumber bahaya dengan pekerja
d. Ventilasi, dengan menambah ventilasi
untuk mengurangi risiko sakit
2. Rekayasa Manajemen, berupa pendidikan
dan pelatihan, pengaturan waktu kerja,
istirahat yang seimbang, dan pengawasan
yang intensif.

Usulan prioritas perbaikan psotur kerja


diberikan kepada aktivitas yang memiliki
tingkat risiko medium dengan perhitungan
kemungkinan perbaikan seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 17.dan Tabel 18.

Pada Model P.7., dapat dilihat bahwa dengan


mengubah postur punggung pada rentang 0º-
20º, tingkat risiko turun menjadi rendah (low).
Oleh karena itu, diusulkan untuk model P.7,
dilakukan perubahan posisi punggung pada
rentang 0º-20º dan posisi lengan atas pada Pada Model P.2., dapat dilihat bahwa dengan
rentang sudut 20º-45º mengubah postur punggung pada rentang 0º-
20º, tingkat risiko turun menjadi rendah (low).
Tabel 17. Perhitungan Kemungkinan
Oleh karena itu, diusulkan untuk model P.2,
Perbaikan Postur Model P.7.
dilakukan perubahan posisi punggung pada
rentang 0º-20º, posisi leher pada rentang 10º-
20º, dan posisi lengan atas pada rentang sudut
20º-45º

SIMPULAN DAN SARAN


Hasil rangkaian penelitian yang dilakukan,
dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Nilai akhir RULA untuk setiap kegiatan
yang bersifat statis dan berulang
berdasarkan nilai tertinggi meliputi
kegiatan End Shearing (bernilai 6), Cut off
(bernilai 6), Dimensional and Visual
Inspection (bernilai 5), Bead Removing
(bernilai 4), Jointing (bernilai 3), Uncoiling
and levelling (bernilai 3), dan Ultrasonic
on-line (bernilai 3)
2. Kegiatan yang menjadi prioritas perbaikan
adalah kegiatan yang memiliki tingkat
Tabel 18. Perhitungan Kemungkinan risiko medium. Pada penelitian ini,
Perbaikan Postur Model P.2. diperoleh dua (2) kegiatan yang menjadi
prioritas perbaikan, yakni kegatan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 10


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TI - 006 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Dimensional and Visual Inspection dan Levy, B., & Wegman, D. (2000).
End Shearing. Occupational Health: Recognizing and
3. Usulan perbaikan diberikan untuk Preventing Work Related Disease and
memberikan ruang bagi para pekerja untuk Injury, Fourth Edition. Philadelphia:
bergerak dan menurunkan tingkat risiko Lippincott Williams and Wilkins.
gangguan musculoskeletal seperti low back McAtemney, L., & Corlett, E. (1993). RULA:
pain. Usulan perbaikan untuk kegiatan a Survey Method for the Investigation of
Dimensional and Visual Inspection adalah Work Related Upper Limb Disorders.
perubahan posisi punggung menjadi Applied Ergonomic, Vol. 24 No. 2 pp. 91-
rentang 0º - 20º dan posisi lengan atas 99.
menjadi rentang 10º-20º. Perbaikan pada Nugraha, H. A., Astuti, M., & Rahman, A.
kegiatan End Shearing adalah perbaikan (2013). Analisis Perbaikan Postur Kerja
posisi punggung menjadi rentang 0º-20º, Operator Mengunakan Metode RULA
posisi leher menjadi rentang 10º-20º, dan untuk Mengurangi Resiko
posisi lengan atas menjadi rentang 20º-45º. Musculoskeletal Disordersi. Jurnal
Namun, perbaikan ini harus Teknik Industri Universitas Brawijaya.
mempertimbangkan waktu yang diperlukan 229-240.
operator dalam menyesuaikan prosedur Stanton, N., Hedge, A., Brookhuis, K., Salas,
baru karena perubahan metode dan cara E., & Hendrick, H. (2005). Handbook of
kerja akan memerlukan waktu Human Factor and Ergonomics Methods,
pembelajaran yang cukup sehingga Boca Raton: CRC Press
kebiasaan yang dikatakan nyaman dapat Susihono, W. (2009). Rancangan Ulang Mesin
diubah mengarah pada ergonomi yang Pemotong Singkong Semi Otomatis
sebenarnya, bukan nyaman karena dengan Memperhatikan Aspek-Aspek
kebiasaan Ergonomis Kerja. Proceeding Seminar
Nasional Aplikasi Program K3 dan
DAFTAR PUSTAKA Ergonomi di Tempat Kerja (pp. A12-1 s/d
Bridger, R.S. (2003). Introduction to A12-10). Medan: Universitas Sumatera
Ergonomics, International Edition, Utara.
Singapore: McGraw-Hill Book Cop. Tarwaka, Solichul, H., Bakrie, & Sudiajeng, L.
Bridger, R.S. (2009). Introduction to (2004). Ergonomi untuk Kesehatan
Ergonomics, 3rd edition, USA : CRC Keselamatan dan Produktivitas.
Press Surakarta:UNIBA Press
Karwowski, W. (2006). International
Encyclopedia of Ergonomics and Human
Factor, Second Edition. USA:CRC Press
.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 11


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016

Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rappid


Upper Limb Assessment (Rula) Sebagai Dasar
Rekomendasi Redesign Fasilitas Kerja
Wahyu Susihono†

Jurusan Teknik Industri, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon


Jl. Jend. Sudirman Km. 3 Cilegon, Banten 42435
E-mail: pmy_wahyu@yahoo.co.id

ABSTRAK
Aktivitas kerja dengan menggunakan tenaga manual manusia (manual material handling) dan dilakukan secara
berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama berdampak pada peningkatan aktivitas otot tubuh statis
pekerja. Proses kerja yang tidak mengindahkan kaidah ergonomi atau sikap aman dan nyaman, dapat
menimbulkan resiko terjadinya keluhan otot dan rangka terutama pada bagian otot skeletal atau postural stress.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya keluhan postural stress diperlukan analisis postur kerja dengan
menggunakan pendekatan metode RULA pada setiap aktivitas kerja operator. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah observasional deskriptif. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa skor RULA tertinggi pada proses pengelasan sebesar 7, yang artinya postur pekerja
beresiko tinggi dan dibutuhkan tindakan perbaikan sesegera mungkin. Hal tersebut dikarenakan sikap kerja
operator berjongkok ketika melakukan pengelasan. Kemudian berdasarkan hasil dari skor RULA tersebut
diperlukan rancangan Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa meja katrol sebagai tempat pengelasan yang
disesuaikan dengan antropometri tubuh pekerja dengan ditambahkan dengan nilai perchenthile untuk
memberikan kenyamanan saat digunakan.

Kata kunci : RULA, Teknologi Tepat Guna, otot skeletal

1. PENDAHULUAN memenuhi kaidah kerja yang sehat.


Salah satu perusahaan yang bergerak di Aktivitas membungkuk pada tempat kerja
bidang jasa maintenance dan manufaktur sebaiknya dirancang seminimal mungkin,
produk baja, di dalamnya terdapat bahkan dihilangkan karena dapat
beberapa proses permesinan seperti proses menimbulkan gangguan pada sistem
pembubutan, frais, dan juga pengelasan. musculoskeletal (musculoskeletal
Keseluruhan proses masih dilakukan disorders) (Susihono, 2016)
secara manual (manual material handling) Musculoskeletal disorders adalah
menggunakan tenaga manusia, baik untuk keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
transportasi, set up mesin proses yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
pengerjaan benda kerja. Dalam melakukan keluhan yang sangat ringan sampai sangat
proses pembubutan dan frais, operator sakit (Anizar & Suriadi, 2008). Jika
dalam bekerja dengan sikap kerja berdiri. keluhan musculoskeletal disorders
Sedangkan pada pengelasan operator dibiarkan berlarut-larut maka dapat
bekerja dengan sikap membungkuk menimbulkan kerusakan pada otot skeletal
hingga membentuk sudut 90o. Pekerjaan dengan gejala-gejala seperti kesemutan,
dengan sikap kerja operator berdiri sakit serta kaku pada otot. Rasa sakit
maupun membungkuk serta dilakukan seperti capek atau cepat lelah ini karena
dalam durasi waktu yang lama yaitu prosedur kerja dan perancangan fasilitas
selama delapan jam per hari, tidak kerja yang kurang ergonomis, kondisi ini

266
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016

akan berdampak pada hasil produktivitas 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


kerja yang tidak optimal selain ebrpotensi Berdasarkan hasil studi pendahuluan
cidera pada bagian tubuh tertentu akibat yang telah dilakukan pada perusahaan
aktifitas kerja yang tidak seimbang yang bergerak di bidang jasa maintenance
dengan keterbatasan manusia (Susihono, dan manufaktur produk baja dengan
2009) teknik wawancara dengan operator
Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh informasi bahwa keluhan rasa
telah dilakukan, diperoleh informasi sakit yang dialami operator terjadi pada
bahwa keluhan rasa sakit yang dialami tubuh bagian atas berupa nyeri dan kaku
operator paling banyak terjadi pada tubuh otot.
bagian atas. Berdasarkan dari hasil wawancara
Oleh karena itu dilakukanlah analisa tersebut, kemudian dilakukanlah
postur kerja dengan menggunakan pengumpulan data postur kerja operator
pendekatan metode RULA (Rapid Upper pada proses pengelasan, frais, dan
Limb Assessment) pada setiap aktivitas pembubutan sebagai berikut:
operator. Pendekatan RULA merupakan
pendekatan yang sesuai dengan keluhan
operator pada tubuh bagian atas. RULA
(Rapid Upper Limb Assessment) adalah
sebuah metode untuk menilai postur,
gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja
yang berkaitan dengan anggota tubuh
bagian atas. (Mulyadi, dkk. 2016). Metode
A B
RULA merupakan metode paling komplek
yang dikembangkan oleh beberapa pakar
untuk menilai potensi cidera kerja
(Susihono, 2013).
Analisa ini dilakukan untuk
mengetahui keadaan postur kerja operator
berdasarkan skor RULA serta
memberikan usulan rancangan Teknologi
Tepat Guna (TTG) untuk memperbaiki C
sikap dan postur kerja operator. Gambar 1. Proses Permesinan
(A:Pengelasan, B: Frais, C: Pembubutan)
2. METODE
Penelitian ini dilakukan pada studi
kasus di perusahaan yang bergerak di Berikut ini merupakan mannequin
bidang jasa maintenance dan manufaktur operator pada proses pengelasan, frais,
produk baja, pada operator proses dan pembubutan:
pembubutan, frais, dan pengelasan.
Rancangan penelitian ini adalah
observasional deskriptif, yaitu
memberikan gambaran keadaan studi
kasus secara objektif. Tahapan yang
dilakukan pada penelitian ini adalah studi
pendahuluan, pengumpulan data foto
postur kerja, mengolah data foto postur
menggunakan metode RULA analyze
pada software CATIA vr5.7, menganalisa
skor RULA

267
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016

Gambar 2. Mannequin Operator


B
Pengelasan

Gambar 5. Skor RULA Operator


Pengelasan (A: Kiri, B: Kanan)

Gambar 3. Mannequin Operator Frais


A

B
Gambar 4. Mannequin Operator
Pembubutan

Setelah dilakukan pengumpulan data


maka dilakukanlah pengolahan data foto
postur kerja operator menggunakan
Software CATIA vr5.7. Berdasarkan hasil
posture analyze CATIA didapatkan skor
pada masing-masing operator proses
permesinan sebagai berikut:
Gambar 6. Skor RULA Operator Frais
(A: Kiri, B: Kanan)

A A

268
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016

B
Jauhnya posisi tangan dari pusat tubuh
disebabkan oleh posisi badan yang
membungkuk. Oleh karena itu TTG yang
tepat untuk diaplikasikan pada proses
pengelasan ini adalah TTG berupa meja
pengelasan yang dapat disesuaikan
ketinggiannya dengan tinggi tubuh
operator dan tinggi bena kerja.
Dengan adanya alat bantu pengelasan
yang dirancang secara khusus, maka
posisi kerja operator akan dirubah yaitu
Gambar 7. Skor RULA Operator dari posisi kerja jongkok menjadi berdiri,
Pembubutan (A: Kiri, B: Kanan) sebuah posisi kerja natural yang
Berdasarkan posture analyze pada seharusnya dan sebaiknya dilakukan oleh
proses pengelasan, didapatkan skor RULA operator yang melaksanakan kerja
sebesar 7 seperti pada Gambar 2. Skor 7 pengelasan (Wignjosoebroto, 2003).
menunjukan level resiko tinggi, pada Berikut ini merupakan gambar teknik dari
kondisi ini diperlukan tindakan berupa usulan perancangan TTG meja las
perbaikan sistem kerja sekarang juga hidrolik: bahan tahan api. Standard
karena dapat menyebabkan cidera pada Operational Procedure (SOP)
pekerja. penggunaan TTG meja hidrolik adalah a)
Sedangkan pada proses frais Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
didapatkan skor RULA sebesar 5 seperti sebelum memulai pekerjaan, b) Meletakan
pada gambar 3. Skor 5 menunjukan level benda kerja diatas meja hidrolik, c)
resiko sedang, pada kondisi ini diperlukan Memutar tuas untuk memposisikan
perbaikan sistem kerja dalam waktu dekat. ketinggian benda kerja dan meja kerja
Kemudian pada proses pembubutan dengan tubuh operator saat berdiri, d)
didapatkan skor RULA sebesar 6 seperti Setelah memiliki posisi benda kerja dan
pada gambar 4. Skor 5 menunjukan level meja kerja yang sesuai, mulailah proses
resiko sedang, pada kondisi ini diperlukan pengelasan
perbaikan system kerja dalam waktu
dekat. Berdasarkan hasil skor RULA yang
didapatkan tersebut diketahui bahwa skor
tertinggi dan paling berbahaya ada pada
operasi pengelasan dimana postur operator
yang membungkuk dapat menyebabkan
cidera kerja jika tidak diperbaiki sekarang
juga.
Berdasarkan permasalahan tersebut
selanjutnya dilakukanlah usulan
perancangan alat berupa Teknologi Tepat
Guna (TTG) untuk memperbaiki postur
kerja operator yang berbahaya.
Berdasarka RULA Analysis, diketahui
bahwa detail anggota tubuh yang
menyebabkan adanya skor yang tinggi
adalah buruknya sikap kerja pada bagian
lengan bawah sebelah kanan, dan
pergelangan tangan sebelah kiri serta otot
tangan. Hal tersebut disebabkan posisi
tangan yang jauh dari pusat tubuh.

269
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016

secara ekonomis dapat meningkatkan


produktivitas perusahaan sehingga
meningkatkan pendapatan perusahaan,
selain itu dari segi ekonomis alat ini juga
tidak memerlukan investasi mahal karena
prinsip kerjanya yang sederhana dan tidak
menggunakan teknologi canggih. Alat ini
sesuai dengan keadaan lingkungan kerja
operator karena desain disesuaikan dengan
dimensi ukuran peta kerja setempat.
Dalam pengoperasian alat ini juga tidak
diperlukan energi atau tenaga otot yang
terlalu besar, juga tidak berdampak pada
potensi mencemarkan lingkungan.

4. SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan nilai Skor final RULA
tertinggi adalah pada aktivitas kerja
pengelasan yaitu nilai RULA sebesar 7,
artinya perlu dilakukan perbaikan sesegera
mungkin terhadap sikap dan organisasi
kerja yang ada melalui penggunaan
fasilitas kerja baru. Penggunaan
rancangan Teknologi Tepat Guna (TTG)
berupa meja las hidrolik dapat
memperbaiki postur kerja operator
pengelasan, sehingga teknologi ini dapat
Gambar 8. Meja Las Hidrolik dijadikan sebagai salah satu rekomendasi
TTG ini memiliki prinsip kerja perbaikan sikap kerja operator.
menggunakan hidrolik dengan terdapat
tuas yang difungsikan untuk mengatur 5. UCAPAN TERIMA KASIH
penyesuaian ketinggian meja dengan Terimakasih kepada seluruh pihak yang
tinggi operator serta tinggi benda kerja. telah membantu pada penelitian ini, yakni
Meja hidrolik ini memiliki tebal meja 8 manajemen dan operator perusahaan
cm, lebar meja 1 m, dan panjang meja 2 sebagai subjek penelitian dan
m. Meja hidrolik ini didesain dengan. Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan
Meja las hidrolik memberikan manfaat Ergonomi FT. Untirta.
secara teknis yaitu memudahkan aktivitas
operator dalam menyelesaikan proses 6. DAFTAR PUSTAKA
permesinan benda kerja, kemudian Anizar, Joko. S. 2008. Analisa Postur Kerja
Operator pada Bagian Boiler dengan
manfaat dalam segi ergonomi yaitu
Metode Ovako Working Posture
membantu sikap kerja lebih alamiah Analysis System di PTPN V Sei
dilihat dari perbaikan postur atau sikap Rokan Riau. Makalah dalam Seminar
kerja operator pengelasan sehingga Nasional Teknik Industri dan Kongres
berdampak pada pengurangan keluhan BKSTI V. Makassar.
musculoskeletal disorders, kemudian

270
Journal Industrial Servicess Vol. 1 No.2 Maret 2016

Mulyadi, Batan. Londen. I. M. 2016. Metode Owas (Studi Kasus Di UD.


Pengujian Prototipe Multipurpose Rizki Ragil Jaya – Kota Cilegon).
Wheelchair. Laporan Penelitian. Buku referensi; Aplikasi Ergonomi di
Jurusan Teknik Mesin Universitas Industri Manufaktur dan Kreatif.
Muhammadiyah Sidoarjo dan ITS Serang. Untirta Press
Surabaya. Jawa Timur. Susihono, Wahyu dan Rubiati, Endah.
Susihono, Wahyu. 2009. Rancangan Ulang 2013. Perbaikan Metode Kerja
Mesin Pemotong Singkong Semi Berdasar Rapid Upper Limb
Otomatis dengan Memperhatikan Assessment (RULA) Pada
Aspek-Aspek Ergonomis Kerja. Perusahaan Konstruksi dan Fabrikasi.
Proceeding Seminar Nasional Jurnal Spektrum Industri. Volume 11
Nomor 1. P107-116
Aplikasi Program K3 dan Ergonomi
ditempat Kerja. Universitas Sumatra Wignjosoebroto, S. Rahman, A. Jovianto.
Utara. Hal A12-1 s/d A12-10 Medan. E. Kajian Ergonomi dalam
Perancangan Alat Bantu Proses
Susihono, Wahyu. 2016. Perbaikan Postur
Penyetelan dan Pengelasan Produk
Kerja Untuk Mengurangi Keluhan
Tangki Travo. FTI ITS. Surabaya.
Muskuloskeletal dengan Pendekatan

271
Analisis Postur Kerja Operator Welder, Milling dan Helper di
Workshop IV Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau Steel
dengan Pendekatan RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
Ade Sri Mariawati†
Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email: adesri77@gmail.com

Putri Marliana
Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email: putri_marliana@ymail.com

Abstract. Workshop IV adalah bagian dari PT Krakatau Steel yang merupakan divisi “central workshop &
field maintenance”. Workshop IV CRM memiliki dua bagian area kerja, yaitu machine shop dan welding shop
dengan lebih dari 30 jenis mesin yang digunakan. Pada area machine shop, terdapat berbagai jenis mesin
seperti mesin gerinda besar hingga gerinda tangan, mesin bubut kecil hingga besar, mesin cutting, mesin
gergaji hack dan back, crane, serta mesin milling besar dan kecil. Sedangkan pada area welding shop terdapat
berbagai jenis mesin las dari yang kecil hingga mesin las CNC serta crane. Penelitian yang dilakukan adalah
menganalisa postur kerja dari operator welder, milling dan helper di workshop IV CRM dengan menggunakan
metode RULA. Observasi awal adalah melakukan penyebaran kuesioner nordic body map terhadap 3 operator
welder, 2 operator milling serta 1 helper penghalusan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang terjadi pada
saat atau selesai bekerja. Ketiga mesin tersebut merupakan mesin yang memiliki intensitas kesibukan yang
cukup tinggi. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan software CATIA dan perhitungan manual
menghasilkan skor yang sama, yaitu skor 3 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan mengelas, skor 5
pada bagian tubuh kanan dan skor 6 pada bagian tubuh kiri dari kegiatan membersihkan kerak sisa las, skor 7
pada bagian tubuh kanan dan skor 6 pada bagian tubuh kiri dari kegiatan memasang atau melepas benda kerja
mesin milling, skor 7 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan memasang ragum mesin milling, skor 3
pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan mengoperasikan mesin milling, serta skor 7 pada bagian tubuh
kanan dan kiri dari kegiatan penghalusan (helper). Kategori skor1-2 memiliki level resiko minimum yang
berarti sudah aman, skor 3-4 memiliki level resiko kecil dan diperlukan beberapa waktu kedepan untuk
tindakan, skor 5-6 memiliki level resiko sedang dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat, skor 7 memiliki
level resiko tinggi dan perlu dilakukan tindakan sekarang juga.

Keywords: Postur Kerja, RULA, Nordic Body Map.

1. PENDAHULUAN Institute of Occupational Safety and Health menemukan


metode NIOSH yang mengalisis postur berdasarkan gaya
Postur kerja menjadi suatu bahan yang menarik untuk kompresi yang dihasilkan dan merekomendasikan beban
dikaji, hal ini terbukti dengan munculnya berbagai metode yang aman untuk dikerjakan. Kemudian pada tahun 1995
analisis postur. Perjalanan metode analisis postur diawali muncul metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) dan
dengan diaplikasikannya metode OWAS. Pada tahun 1977 Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada tahun 1993.
metode OWAS telah diaplikasikan di perusahaan besi baja Metode RULA diperkenalkan oleh Dr. Lynn Mc Atamney
Ovako Oy Finlandia. Institute of Occupational Health dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari
menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi universitas di Nottingham (University of Nottingham’s
duduk dan berdiri (Chaffin, 1991). Tahun 1981, National Institute of Occupational Ergonomics) (Lueder, 1996).

________________________________________
† :Corresponding Author
Metode ini menganalisis postur tubuh bagian atas secara yang naik ketika lengan atas membentuk sudut diantara
detail (sudut-sudut yang dibentuk oleh postur kerja). 450-900 kedepan. 1 operator merasakan agak sakit dibagian
Tulisan ini akan menganalisis dan mengevaluasi metode- betis kiri dan kanan, hal ini dikarenakan posisi kerja yang
metode tersebut dengan membandingkan input, proses, terlalu lama berdiri. Keluhan yang dirasakan oleh 1 orang
output, aplikasinya di dunia industri. helper yang melakukan penghalusan pada benda kerja
Postur kerja yang dilakukan oleh operator welder, setelah pengeboran dan pengelasan adalah merasakan agak
milling serta helper di workshop IV CRM PT Krakatau sakit dibagian lengan atas kiri dan kanan, pinggang ,
Steel memiliki potensi timbulnya cidera musculoskeletal. bokong serta lengan bawah kanan dan kiri. Hal ini
Hal ini disebabkan dikarenakan operator bekerja dengan dikarenakan posisi lengan atas yang membentuk sudut 00-
posisi membungkuk, melakukan gerakan memutar hingga 450 dengan punggung yang membungkuk 200-600.
jongkok yang dilakukan pada operator helper. Postur kerja Perhitungan nilai RULA dengan software CATIA
seperti ini akan cepat menimbulkan kelelahan serta kinerja pada postur kerja operator welder, milling¸dan helper di
operatorpun ikut menurun. workshop IV CRM memiliki nilai yang sama dengan
perhitungan manual. Berikut adalah rekapitulasi hasil dari
2. METODE PENELITIAN perhitungan RULA eksisting dan rekomendasi yang
diberikan:
Adapun metode yang dilakukan pada penelitian ini Operator welder melakukan dua kegiatan yaitu
adalah dengan melakukan observasi lapangan kemudian kegiatan mengelas dan membersihkan kerak sisa las.
dilakukan penyebaran kuesioner nordic body map.
Kuesioner nordic body map digunakan untuk mengetahui
keluhan-keluhan yang terjadi pada bagian tubuh tertentu
pada saat atau setlah bekerja. Setelah melakukan
penyebaran kuesioner nordic body map, dilakukan
rekapitulasi hasil kuesioner agar mengetahui keluhan yang
didominan terjadi pada operator.
Setelah mengetahui keluhan yang terjadi, kemudian
dilakukan pengambilan data gambar postur tubuh dari
berbagai aktivitas kerja pada mesin welding, millling dan
helper. Data gambar postur tubuh ini yang akan dibuat (a) (b)
manikin menggunakan software CATIA dan dianalisis Gambar 1: Manikin Operator Welder Kegiatan Mengelas
dengan menggunakan metode RULA. Hasil skor pada (a) Eksisting, (b) Rekomendasi
software menjadi acuan dalam perhitungan manual dengan
menggunakan tabel RULA. Sehingga, niali skor RULA
yang didapatkan dari perhitungan manual haruslah sama
dengan hasil dari software CATIA. Hal ini dilakukan agar
mendapatkan hasil yang akurat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan


terhadap 3 operator mesin welder, 2 operator mesin milling,
serta 1 helper menunjukkan bahwa masing-masing dari
(a) (b)
setiap operator mesin di workshop CRM memiliki
keluhan yang berbeda-beda sesuai dengan pekerjaannya
Gambar 2: Manikin Operator Welder Kegiatan
masing-masing. Keluhan yang dirasakan oleh operator
Membersihkan Kerak Sisa Las (a) Eksisting, (b)
welder adalah 3 orang merasakan sakit dibagian leher
Rekomendasi
bagian atas dan bawah serta pada betis kiri dan kanan hal
ini dikarenakan posisi leher yang membungkuk lebih dari
Dari hasil perhitungan diperoleh skor RULA untuk
200 dengan leher yang agak sedikit membengkok serta
kegiatan mengelas dan membersihkan kerak las untuk
posisi duduk yang terlalu menekuk pada bagian paha.
bagian kanan dan kiri pada kondisi sebelum perbaikan dan
Keluhan yang dirasakan oleh operator milling besar adalah
setelah diberikan rekomendasi adalah seperti nilai yang
1 operator merasakan agak sakit dan 1 operator merasakan
ditampilkan pada Tabel 1.
sakit dibagian bahu kiri. Hal ini dikarenakan posisi bahu
Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Rekomendasi Skor RULA Dari hasil perhitungan diperoleh skor RULA untuk
Operator Mesin Welding memasang dan melepas benda kerja, memasang ragum dan
mengoperasikan mesin untuk bagian kanan dan kiri pada
kondisi sebelum perbaikan dan setelah diberikan
rekomendasi ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Rekomendasi Skor RULA


Operator Mesin Milling

Kegiatan Operator milling dibagi menjadi 3, yaitu:


memasang dan melepas benda kerja, memasang ragum dan
mengoperasikan mesin, adapun postur kegiatannya
disajikan pada Gambar 3.

Kegiatan helper adalah menghaluskan produk yang


dihasilkan dengan postur ysng ditunjukkan pada Gambar 4.

(a) (b)

(a) (b)
Gambar 4: Manikin Operator Helper (a) Eksting, (b)
Rekomendasi

Dari hasil perhitungan diperoleh skor RULA untuk


menghaluskan produk untuk bagian kanan dan kiri pada
kondisi sebelum perbaikan dan setelah diberikan
(c) (d) rekomendasi ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Rekomendasi Skor RULA


Operator Helper

(e)

Gambar 3: Manikin Operator Milling Kegiatan (a) 4. KESIMPULAN DAN SARAN


Memasang dan Melepas Benda Kerja
Eksisting, (b) Memasang dan Melepas Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, pada
Benda Kerja Rekomendasi, (c) Memasang kuesinoer nordic body map terdapat Keluhan yang terjadi
Ragum Eksisting, (d) (c) Memasang Ragum pada operator welder terdapat dibagian leher, punggung,
Rekomendasi, (e) Mengoperasikan Mesin bokong lutut kanan, betis dan pergelangan kaki. Keluhan
yang terjadi pada operator milling terdapat dibagian bahu, Hari, S. (2010) Perbaikan Metode Kerja untuk Mengurangi
punggung dan betis. Keluhan yang terjadi pada operator Potensi Cidera Musculoskeletal dengan Pendekatan
helper terdapat dibagian lengan, pinggang dan bokong. Rapid Upper Limb Assesment (RULA), Jurusan Teknik
Nilai skor 3-4 memiliki nilai level resiko yang kecil Industri UNTIRTA, Cilegon.
terhadap potensi cidera musculoskeletal dan diperlukan Tarwaka, et al. (2004) Ergonomi (Untuk Keselamatan,
beberapa waktu kedepan untuk perbaikan. Nilai skor 5-6 Kesehatan Kerja dan Produktivitas), Penerbit UNIBA
memiliki nilai level resiko yang sedang terhadap potensi Press, Surakarta.
cidera musculoskeletal dan diperlukan tindakan dalam
waktu dekat. Nilai skor 7 memiliki nilai level resiko yang
tinggi terhadap potensi cidera musculoskeletal dan
diperlukan tindakan sekarang juga.
Postur kerja yang baik untuk diterapkan oleh operator
welder adalah mengurangi membungkuk dengan
membentuk sudut ≥ 20° terutama pada kegiatan
membersihkan kerak sisa las serta hindari posisi jongkok.
Untuk operator milling, postur kerja yang baik untuk
diterapkan adalah hindari bertumpu pada satu kaki atau
posisi kaki yang tidak seimbang ketika memasang atau
melepas benda kerja, hindari posisi badan yang miring
dalam waktu yang cukup lama serta hindari poisi bahu
yang meninggi dalam waktu yang cukup lama pada
kegiatan memasang ragum. Postur kerja yang baik
diterapkan oleh operator helper adalah hindari posisi kerja
jongkok dan membungkuk dengan membentuk sudut ≥ 20°
karena kaki akan menahan beban yang cukup berat
sehingga operator cepat merasa lelah.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti agar lebih
dapat menghindari potensi cidera musculoskeletal adalah
sebagai berikut :
1. Rekomendasi postur kerja yang telah dilakukan
dalam penelitian ini sebaiknya dapat dilaksanakan
pada operator welder, milling serta helper dan
diterapkan oleh perusahaan untuk operator lainnya
yang memiliki postur kerja yang serupa.
2. Dilakukannya perancangan alat bantu dalam
kegiatan welder, milling dan helper agar dapat
membantu perubahan sikap kerja yang lebih baik.

REFERENCES

Edi, B. et al. (2012) Perbandingan Metode-Metode


Biomekanika untuk Menganalisis Postur pada Aktivitas
manual Material Handling (MMH), Jurusan Teknik
Industri STWP, Purwokerto.
Dhita, D. (2011) Analisis Biomekanika pada Postur Kerja
Operator Scarfing Divisi Slab Baja PT Krakatau Steel,
Teknik Industri UNTIRTA, Cilegon.
Widodo, M.E. et al. (2011) Analisis Postur Kerja Operator
Mesin SPLIT Menggunakan Muskuloskeletal Disorders
(MSD) Risk Assesment Methods, Teknik Industri
Muhamadiyah, Magelang.
Numiarto, E (2008) Ergonomi (Konsep Dasar dan
Aplikasinya), Penerbit Guna Widya, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai