Anda di halaman 1dari 212

SKRIPSI

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, BEBAN KERJA


DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KOMPETENSI BIDAN
DALAM PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN
NORMAL DI PUSKESMAS KABUPATEN
SUKABUMI TAHUN 2018

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Terapan kebidanan pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Disusun Oleh:

ADE MARTINI
07170200119

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, BEBAN KERJA DAN DISIPLIN


KERJA TERHADAP KOMPETENSI BIDAN DALAM PELAKSANAAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS
KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2018

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan


Dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kebidanan Sarjana Terapan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, Februari 2018

Pembimbing

(Dr. Dr. dr. HM. Hafizurrachman, MPH)

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, BEBAN KERJA DAN DISIPLIN


KERJA TERHADAP KOMPETENSI BIDAN DALAM PELAKSANAAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS
KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2018

Disusun oleh :

ADE MARTINI
07170200119

Skripsi Ini Telah Disajikan Dan Disahkan Di Depan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Program Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju
Jakarta, Februari 2019

Mengesahkan,

Pembimbing Penguji

(Dr.Dr.dr.Hafizurrachman,MPH) (Retno Sugesti, S.ST, M.Kes)

Mengetahui, Kepala Departemen Vokasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(Hidayani,AMKeb,SKM,MKM)

i
LEMBAR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ADE MARTINI

NPM 07170200119

Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan

Menyatakan bahwa, skripsi saya yang berjudul “

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, BEBAN KERJA DAN DISIPLIN

KERJA TERHADAP KOMPETENSI BIDAN DALAM PELAKSANAAN

ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS KABUPATEN

SUKABUMI TAHUN 2018

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat

hasil karya orang lain. Apabila suatu saat saya terbukti melakukan plagiat, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan undang - undang yang

berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan tanpa paksaan dari pihal

manapun.

Jakarta, Februari 2019

ADE MARTINI

i
PROGRAM SARJANA TERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Skripsi, Fabruari 2019

Ade Martini
07170200119
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, BEBAN KERJA DAN DISIPLIN
KERJA TERHADAP KOMPETENSI BIDAN DALAM PELAKSANAAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS KABUPATEN
SUKABUMI TAHUN 2018
VIII Bab + 125 Halaman + 17 Tabel + 16 Gambar + 10 Lampiran

ABSTRAK

Perbaikan sistem pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan
hanya melakukan standarisasi pelayanan dan peningkatan motivasi kerja sumber
daya manusia tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang
akan menjadi bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung
serta besarannya antara lingkungan kerja, beban kerja dan disiplin kerja terhadap
kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan desain cross-setional. Sampel
yang digunakan sebanyak 80 bidan sebagai responden. Metode analisis yang
digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0
dan SPSS 20. Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM)
dengan metode smartPLS didapat temuan bahwa kompetensi bidan dalam
pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi
dipengaruhi oleh lingkungan kerja (20,04%), beban kerja (34,35%) dan disiplin
kerja (8,4%). Pengaruh langsung dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di
Puskesmas Kabupaten Sukabumi sebesar 68.9% dan pengaruh tidak langsung
sebesar 0.33%. Saran penelitian yaitu perlunya pemberian motivasi kerja bagi
bidan pemula dibidang sistem rujukan SIJARIEMAS, agar dapat mengurangi
angka kematian ibu dan bayi. Sebaiknya kepala puskesmas perlu monitoring dan
evaluasi secara rutin kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh bidan agar bidan
senantiasa meningkatan kemampuannya dalam pelayanan kebidanan di
Puskesmas Kabupaten Sukabumi. Perlunya pemberian motivasi kerja bagi bidan
pemula dibidang asuhan persalinan normal, agar dapat mengurangi angka
kematian ibu dan bayi

Kata Kunci : Lingkungan, Beban, Disiplin, Kompetensi


Daftar Pustaka : 65 (2010-2018)

v
PROGRAM STRATA MIDWIFERY
INDONESIA MAJU HEALTH SCIENCE OF COLLEGE

Skripsi, Fabruary 2019

Ade Martini
07170200119

THE EFFECT OF WORK ENVIRONMENT, WORK LOAD AND DISCIPLINE


OF WORK ON BIDAN COMPETENCY IN THE IMPLEMENTATION OF
NORMAL LABOR ATTITUDES IN SUKABUMI DISTRICT, 2018

VIII Chapter + 125 Pages + 17 Tables + 16 Images +10 Attachments

ABSTRACT

Improving the system of maternal and neonatal health services is not enough by
only standardizing services and increasing work motivation of human resources
but also improving the maternal and neonatal referral system which will be part
of the backbone of the overall service system. The purpose of this study was to
determine the direct and indirect effects and magnitude between the work
environment, workload and work discipline on the competence of midwives in the
implementation of normal delivery care in Sukabumi District Health Center in
2018. The method used in this study was a quantitative approach using cross-
design standard. The sample used was 80 midwives as respondents. The
analytical method used is the Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS
2.0 and SPSS 20. The results of hypothesis testing with the Structural Equation
Model (SEM) using the smartPLS method found that the competence of midwives
in implementing normal delivery care in the Sukabumi District Health Center was
influenced by the work environment ( 20.04%), workload (34.35%) and work
discipline (8.4%). The direct effect in the implementation of normal delivery care
in the Sukabumi District Health Center was 68.9% and indirect effects were
0.33%. Suggestions for research are the need to provide work motivation for
beginner midwives in the SIJARIEMAS referral system, in order to reduce
maternal and infant mortality. It is better if the head of the puskesmas needs
regular monitoring and evaluation of service activities carried out by midwives so
that midwives always improve their abilities in midwifery services at the
Sukabumi District Health Center. The need to provide work motivation for
beginner midwives in the field of normal childbirth care, in order to reduce
maternal and infant mortality

Keywords : Environment, Load, Discipline,


Competence References : 65 (2010-2018)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi

ini dengan judul PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, BEBAN KERJA

DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KOMPETENSI BIDAN DALAM

PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS

KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2018”

Skripsi ini disusun sebagai rangkaian penelitian pada pembuatan Skripsi

yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program DIV

Kebidanan di Sekolah Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

Persalinan merupakan proses alamiah yang harus dilewati oleh setiap

wanita hamil. Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis

yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi.

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang

dapat hidup ke dunia dan diluar rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir.

Ibu yang menjalani persalinan normal juga masih mempunyai kemungkinan

mendapatkan beberapa masalah baik intra maupun pasca persalinan yang dapat

meningkatkan kesakitan bahkan sampai dengan kematian.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Skripsi ini, sangatlah sulit bagi

saya untuk menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima

kasih kepada:

v
1. H. Yaqub Chatib sebagai ketua yayasan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju Jakarta

2. Bapak Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, MPH, Selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta. Sekaligus sebagai

Pembimbing dalam proses penyusunan Skripsi yang telah banyak memberikan

masukan selama proses penyusunan hingga selesainya Skripsi ini.

3. Bapak Dr. Sobar Darmadja, S.Psi, MKM, selaku Wakil Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta

4. Rekan-rekan seangkatan yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka

selama proses Studi pada Program Diploma IV Kebidanan di STIKIM Jakarta.

5. Keluarga di rumah, yang telah memberikan kasih sayang serta dorongan

semangat bagi penulis selama menjalankan studi.

Harapan penulis kedepan semoga Skripsi ini dapat dilanjutkan dan

dipertahankan untuk penulisan Skripsi pada akhir studi yang penulis tempuh di

STIKIM Jakarta ini, dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya

bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari

semua pihak sangat diharapkan guna perbaikannya. Semoga segala amal baik dan

bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan pahala dari Allah

SWT, amin ya Robbal alamin.

Jakarta, Februari 2018

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN-----------------------------------------------------ii
LEMBAR PENGESAHAN---------------------------------------------------------iii
LEMBAR PERNYATAAN---------------------------------------------------------iv
ABSTRAK-----------------------------------------------------------------------------v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------vii
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------ix
DAFTAR TABEL--------------------------------------------------------------------xiv
DAFTAR GAMBAR-----------------------------------------------------------------xvi
DAFTAR LAMPIRAN--------------------------------------------------------------xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 9
1.3 Pertanyaan Penelitian 10
1.4 Tujuan Penelitian 11
1.4.1 Tujuan Umum 11
1.4.2 Tujuan Khusus 11
1.5 Manfaat Penelitian 12
1.5.1 Manfaat Metodologis 12
1.5.2 Manfaat Praktis 12
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal 14
2.1.1 Definisi Kompetensi 14
2.1.2 Nilai Dasar Kompetensi---------------------------------------------17
2.1.3 Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal--------------------------18

i
2.1.4 Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan
Normal 22
2.1.5 Model Teori Kompetensi-------------------------------------------24
2.1.6 Indikator Kompetensi Bidan---------------------------------------24
2.1.7 Pengukuran Kompetensi Bidan------------------------------------25
2.1.8 Sintesis Kompetensi Bidan-----------------------------------------26
2.2 Lingkungan Kerja 27
2.2.1 Definisi Lingkungan Kerja. -------------------------------------- 27
2.2.2 Jenis Lingkungan Kerja------------------------------------------- 28
2.2.3 Indikator Kerja Internal ------------------------------------------- 30
2.2.4 Lingkungan Kerja Internal --------------------------------------- 32
2.2.5 Tujuan Analisis Lingkungan Kerja------------------------------ 33
2.2.6 Peranan Analisis Lingkungan Kerja Rumah sakit ------------ 33
2.2.7 Lingkungan Kerja Sosial ----------------------------------------- 34
2.2.8 Lingkungan Kerja Fisik------------------------------------------- 35
2.2.9 Lingkungan Kerja Non Fisik------------------------------------- 35
2.2.10 Sintesa Lingkungan Kerja ---------------------------------------- 36
2.3 Beban Kerja 37
2.3.1 Definisi Beban Kerja 37
2.3.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ------------ 37
2.3.3 Jenis Beban Kerja 38
2.3.4 Dampak Beban Kerja 39
2.3.5 Mekanisme Stres Kerja akibat Beban Kerja ------------------- 39
2.3.6 Sumber Beban Kerja 39
2.3.7 Kapasitas Beban Kerja 40
2.3.8 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja ---------- 42
2.3.9 Gangguan Akibat Beban Kerja ---------------------------------- 42
2.3.10 Cara Pengukuran Beban Kerja------------------------------------ 45
2.3.11 Sintesa Beban Kerja Bidan --------------------------------------- 46
2.4 Disiplin Bidan 46
2.4.1 Definisi Disiplin 46

x
2.4.2 Fungsi Disiplin Kerja 48
2.4.3 Tujuan Disiplin Kerja 50
2.4.4 Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja--------------------------------------51
2.4.5 Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja---------------------------------52
2.4.6 Prinsip-Prinsip Pendisiplinan---------------------------------------53
2.4.7 Indikator Disiplin Kerja---------------------------------------------54
2.4.8 Sintesis Disiplin Bidan 56
2.5 Landasan Teori Menuju Konsep--------------------------------------------56

BAB III KERANGKA, DEFINISI, PENGUKURAN DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori 62
3.2 Kerangka Konsep 65
3.3 Kerangka Analisis 66
3.4 Variabel, Definisi dan pengukuran-----------------------------------------67
3.5 Hipotesis Penelitian 68

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian 69
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian-----------------------------------------------69
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian---------------------------------------------69
4.3.1 Populasi 69
4.3.2 Sampel 70
4.4 Etika Penelitian 70
4.5 Metode Pengumpulan Data 71
4.5.1 Data Primer 72
4.5.2 Data Sekunder 72
4.6 Uji Instrumen Validitas dan Reliabilitas-----------------------------------72
4.6.1 Uji Validitas 72
4.7 Metode Pengukuran 73
4.8 Teknik Analisa Data 74
4.8.1 Analisa Univariat 74

x
4.8.2 Analisis Multivariat 74
4.9 Teknik Pengolahan Data 75
4.9.1 Menyunting data (editing)---------------------------------------------75
4.9.2 Mengkode data (coding) 76
4.9.3 Processing perintah 76
4.9.4 Membersihkan data (cleaning data)---------------------------------76
4.9.5 Transforming 76
4.10 Penyajian Data 80

BAB V AREA PENELITIAN


5.1 Gambaran Umum Penelitian-----------------------------------------------81
5.2 Visi dan Misi 83
5.3 Wilayah Demografi 85
5.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin /Sex Ratio-----------------87

BAB VI HASIL PENELITIAN

6.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian ----------------------------------- 91


6.2 Statistik Deskriptif 91
6.2.1 Statistik Deskriptif Variabel ---------------------------------------- 91
6.3 Uji Chi Square 98
6.3.1 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel
Kompetensi 98
6.3.2 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel
Lingkungan Kerja 98
6.3.3 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel
Beban kerja 99
6.3.4 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel
Disiplin Kerja 99
6.4 Teknik Analisis Data 100
6.4.1 Model Struktural 100
6.4.2 Evaluasi Outter Model 101
6.4.3 Evaluasi Inner Model 105

x
BAB VII PEMBAHASAN
7.1 Keterbatasan Penelitian
112
7.2 Analisis Terhadap Hasil Pengujian-----------------------------------------113
7.2.1 Pengaruh Langsung Lingkungan kerja Terhadap
Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan persalinan
normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018--------113
7.2.2 Pengaruh Langsung Beban Kerja Terhadap Kompetensi
Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal di
Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018---------------------117
7.2.3 Pengaruh Langsung Disiplin Kerja Terhadap Kompetensi
Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal di
Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018---------------------120

BAB VIII PENUTUP


8.1 Kesimpulan 123
8.2 Saran 125
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Tiga Aspek Gerak Gejala Stress ........................................ 43


Tabel 3.1 Defenis Operasional........................................................... 67
Tabel 6.1 Deskripsi Sebaran Jawaban per Variabel........................... 92
Tabel 6.2 Distribusi Kisaran Jawaban Responden Per Variabel........ 94
Tabel 6.3 Statistik Deskriptif Jawaban Responden ........................... 95
Tabel 6.4 Uji Variasi total jawaban Variabel Kompetensi Terhadap
Karakteristik Responden.................................................... 98
Tabel 6.5 Uji Variasi Total Jawaban Variabel Lingkungan kerja
Terhadap Karakteristik Responden.................................... 98
Tabel 6.6 Uji Variasi Total Jawaban Variabel Beban kerja
Terhadap Karakteristik Responden.................................... 99
Tabel 6.7 Uji Variasi Total Jawaban Variabel Disiplin kerja
Terhadap Karakteristik Responden.................................... 99
Tabel 6.8 Uji Validitas Indikator Ukur Dari Variabel Lingkungan
kerja, Beban Kerja, Disiplin kerja Dan Kompetensi bidan
Dengan Mengevaluasi Nilai Cross Loading
(Discriminant Validity) ...................................................... 102
Tabel 6.9 Uji Validitas Indikator Ukur Dari Variabel Lingkungan
kerja, Beban Kerja, dan Kompetensi bidan Dengan
Mengevaluasi Nilai Outer Loading (Convergent
Validity) ............................................................................. 103
Tabel 6.10 Uji Validitas Variabel Lingkungan kerja, Beban Kerja,
Dan Kompetensi bidan Dengan Mengevaluasi Nilai
AVE (Avarage Variance Extracted).................................. 104
Tabel 6.11 Uji Reliabilitas Variabel Lingkungan kerja, Beban Kerja,
Disiplin Kerja Dan Kompetensi bidan Dengan
Mengevaluasi Nilai Pada Outer Model...................................105
Tabel 6.12 Evaluasi Nilai R Square Model Pengaruh Lingkungan
Kerja, Beban Kerja, Disiplin kerja dan Kompetensi bidan 107

xi
Tabel 6.13 Evaluasi Refleksi Nilai T Statistik Terhadap Indikator
Dari Masing-masing Variabel............................................ 107
Tabel 6.14 Hasil Pengukuran Path Coefficients dan T Statistiknya
Hubungan antar variabel pada Structural Model ............... 108
Tabel 6.15 Persentase Pengaruh Antar Variabel Terhadap Variabel
Kompetensi bidan .............................................................. 108

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Kompetensi Iceberg .................................................... 24


Gambar 3.1 Kerangka Teori I ..................................................................... 62
Gambar 3.2 Model Teori 2 ......................................................................... 63
Gambar 3.3 Model Teori 3 ........................................................................ 64
Gambar 3.4 Model Teori 4 ........................................................................ 64
Gambar 3.5 Kerangka Konsep ................................................................... 65
Gambar 3.6 Kerangka Analisis .................................................................. 66
Gambar 5.1 Perkembangan Penduduk di Kabupaten Sukabumi Tahun
2014 - 2017............................................................................. 88
Gambar 5.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2014 – 2017 .................................................. 89
Gambar 6.1 Histogram Skor Kompetensi Bidan........................................ 96
Gambar 6.2 Histogram Frekuensi Skor Lingkungan Kerja........................ 96
Gambar 6.3 Histogram Skor Beban kerja .................................................. 97
Gambar 6.4 Histogram Frekuensi Skor Disiplin Kerja .............................. 97
Gambar 6.5 Model Struktural..................................................................... 100
Gambar 6.6 Output PLS (Loading Factors)............................................... 101
Gambar 6.7 Inner Model (T-Statistic) ........................................................ 106

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 Surat Izin Validitas
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Validitas
Lampiran 5 Kuesioner
Lampiran 6 Tabulasi Data
Lampiran 7 Spss
Lampiran 8 Pls
Lampiran 9 Lembar Konsultasi

Lampiran 10 Plagiat

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses alamiah yang harus dilewati oleh setiap

wanita hamil. Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian

fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan

tanpa komplikasi. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia dan diluar rahim melalui jalan

lahir atau dengan jalan lahir.1 Ibu yang menjalani persalinan normal juga

masih mempunyai kemungkinan mendapatkan beberapa masalah baik intra

maupun pasca persalinan yang dapat meningkatkan kesakitan bahkan

sampai dengan kematian. Penyebab langsung kematian ibu adalah

perdarahan (30%), eklampsia (25%), partus lama (5%), komplikasi aborsi

(8%), dan infeksi (12%) (MDGs, 2007). Resiko kematian meningkat, bila

ibu menderita anemia, kekurangan energi kronik dan penyakit menular.2

Ukuran derajat kesehatan suatu daerah dapat dilihat melalui angka

mortalitas dan morbiditas, walaupun bukan satu-satunya faktor penentu

karena status gizi pun mempengaruhi pada kondisi kesehatan masyarakat.

Namun penurunan Angka kematian ibu dan anak merupakan indikator

peningkatan status kesehatan masyarakat dalam Rencana Pembangunan

1
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2012.
2
Tim Survei Kesehatan Nasional. 2012. Studi Morbiditas dan Diasabilitas, Laporan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2012. JAKARTA : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

1
2

Jangka Menengah Nasional Tahun 2018-2030 dan. Arah pembangunan

kesehatan ditekankan pada masalah penekanan angka tersebut, mengingat

angka mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil, bersalin dan nifas

adalah masalah besar di negara berkembang, mengingat masih terjadinya

75% jumlah penduduk perempuan yang meninggal selama hamil dan

melahirkan dari tahun ke tahun.3

Berdasarkan pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

Tahun 2012 AKI memiliki angka sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada Tahun 2008 memiliki angka 235 per 100.000 kelahiran hidup. Pada

Tahun 2008 memiliki angka 235/100.000 kelahiran hidup. Pada Tahun 2009

mencapai angka 226/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh

dibanding dengan target dalam tujuan pembangunan Millenium

Development Goal’s (MDG’s) 2018 yaitu 102 kematian per 100.000

kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 100.000

kelahiran hidup.4

Ditaksir ada sekitar 600 ribu wanita di dunia meninggal akibat

komplikasi kehamilan dan persalinan setiap tahunnya. Di dunia, angka

abortus diperkirakan 46 juta kasus atau seperempat dari sekitar 180 juta

kehamilan, artinya 35 dari setiap 1000 perempuan usia 15 sampai 44 tahun

mengalami atau melakukan aborsi setiap tahunnya. Abortus seringkali

dikaitkan dengan kehamilan yang tidak diinginkan, yang antara lain

3
Departemen Kesehatan. 2004. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2003. Studi
Morbiditas dan Disabilitas. Jakarta: Depkes.
4
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). (2012).
3

disebabkan oleh kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di luar nikah,

atau kehamilan akibat perkosaan dan inses.5

Penyumbang AKI terbesar di Indonesia yaitu propinsi Jawa Barat,

Jawa Tengah, NTT, Banten, dan Jawa Timur dengan total 5.767 kematian

atau 50% dari 11.767 kematian ibu di Indonesia tahun 2010. Angka

kematian yang cukup tinggi tersebut terlebih yang disebabkan oleh oleh

perdarahan secara nasional mencapai 28%, perlu adanya upaya dalam

menekan angka tersebut, agar tidak berlarut-larut menimbulkan gangguan

stabilitas kesehatan secara Nasional. Mengupayakan persalinan yang aman

dan sehat bagi ibu hamil dan ditangani oleh Bidan yang professional dan

memiliki kinerja yang baik untuk mencegah terjadinya komplikasi

khususnya perdarahan menjadi perhatian walaupun perdarahan bukanlah

satu satunya penyebab kematian ibu waktu bersalin. Ada penyebab lain

yaitu penyebab tidak langsung adalah "3 Terlambat" dan "4 Terlalu". Tiga

faktor terlambat yang dimaksud adalah terlambat dalam mengambil

keputusan, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat dalam

mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan. Adapun 4 terlalu adalah terlalu

muda saat melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, dan

terlalu dekat jarak melahirkan. Maka upaya pertolongan persalinan oleh

Bidan dan keterlibatan masyarakat madani termasuk organisasi profesi

dalam menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia.6

5
Pinem, Saroha.2009.Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi .Jakarta:KDT
6
Kemenkes RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
4

Kematian ibu bersalin sangat erat kaitannya dengan penolong

persalinan, sehingga salah satu upaya penurunan angka kematian ibu dapat

dilakukan melalui upaya kesehatan ibu. Salah satu upaya kesehatan ibu

yaitu pertolongan persalinan oleh Bidan. Hal ini sejalan dengan salah satu

tujuan Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu upaya peningkatan

kesehatan ibu yang menjadi komitmen nasional dan global.7

Dari hasil data yang ada, pada tahun 2016 cakupan pertolongan

persalinan oleh bidan di Indonesia adalah sebesar 84,78%. hal tersebut

menggambarkan bahwa cakupan persalinan oleh Bidan di Indonesia

cenderung masih rendah, karena masih lebih rendah dibandingkan dengan

target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan tahun 2018 yaitu

sebesar 90%.8

Cakupan penolong kelahiran oleh bidan di Indonesia belum diimbangi

dengan peningkatan jumlah persalinan di sarana pelayanan kesehatan. Hal

ini terlihat dari tingginya persalinan yang berlangsung di rumah tinggal

(sekitar 66,1%). Tingginya angka persalinan tersebut diperkirakan

disebabkan oleh masih kentalnya budaya persalinan yang dilakukan secara

alami oleh dukun bayi. Selain itu, perilaku kesehatan masyarakat Indonesia

untuk memanfaatkan rumah sakit atau pelayanan kesehatan lain juga masih

dipengaruhi oleh nilai budaya, norma, etik dan ras tertentu, keluarga,

kerabat dan sistem pelayanan kesehatan.9

7
Kemenkes RI. 2012. Loc.cit
8
Ibid
9
Sari, Rury, N. 2012.Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
5

Masih rendahnya persentase pertolongan persalinan di fasilitas

kesehatan, yaitu hanya sebesar 38,4%, antara lain disebabkan oleh perilaku

ibu dalam mempertahankan persalinan normal. Perilaku adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang

sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.10

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi bidan dalam

pelaksanaan asuhan persalinan normal adalah lingkungan kerja, beban kerja

dan disiplin kerja. Lingkungan kerja dapat menjadi faktor penting dalam

meningkatkan kompetensi bidan. Lingkungan kerja yang kondusif meliputi

terciptanya hubungan yang baik antara sesama bidan, hubungan yang baik

antara atasan dan bawahan, terdapatnya lingkungan kerja fisik yang meliputi

ukuran ruang kerja, penerangan, suhu udara, warna, pengendalian tingkat

kebisingan, kebersihan tempat kerja, serta tersedianya peralatan kerja. Jika

lingkungan kerja tidak kondusif akan mengakibat kanstres bagi bidan yang

pada akhirnya akan menimbulkan penurunan prestasi kerja bidan.11

Terciptanya lingkungan kerja yang baik dan disiplin kerja yang

tinggi,diharapkan pegawai mempunyai prestasi kerja yang tinggi pula

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Kondisi fisik BPM dapat

dikatakan baik,dimana setiap bagian memiliki ruangan tersendiri.

Lingkungan kerja yang berfungsi untuk membentuk aturan atau pedoman

dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal
10
Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta
11
Ibid
6

ini berarti Lingkungan kerja yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan

mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Selain

itu, tekanan utama dalam perubahan dan pengembangan lingkungan kerja

adalah mencoba untuk mengubah nilai-nilai, sikap dan motivasi anggota

organisasi secara keseluruhan, agar keinginan dan harapannya dapat

dipenuhi.12

Penelitian Wayan (2012) tentang pengaruh lingkungan fisik terhadap

kompetensi karyawan pada CV. Jaya Utama Teknik Denpasar, Bali

menunjukan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan secara simultan

antara pengaruh lingkungan fisik dan motivasi kerja terhadap kompetensi

karyawan. Hasil pengujian variabel diperoleh standarzed coefficients beta

dari lingkungan kerja fisik sebesar 0,390 dan motivasi kerja sebesar 0,290.

Dengan demikian lingkungan kerja fisik merupakan variabel yang

berpengaruh dominan kepada kompetensi pegawai, karena mempunyai

standarzed cofficients beta yang terbesar jika dibandingkan dengan variabel

lain.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kompetesi bidan adalah beban

kerja. Tenaga kesehatan khususnya bidan, analisa beban kerjanya dapat

dilihat berdasar aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsinya .

Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut antara lain,

jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerja sesuai dengan pendidikan

yang diperoleh, shift yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya, dan

6 Simamora, 2014, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina


7

kelengkapan fasilitas yang menunjang pekerjaan. Bidan sangat rentang

mengalami stress kerja ketika melaksanakan tugasnya . Tugas-tugas yang

dilakukan oleh bidan cukup berat. Bidan merupakan ujung tombak pemberi

layanan persalinan. Bidan bertanggung jawab untuk memberikan asuhan

yang bermutu tinggi, tanggap terhadap selama persalinan, memimpin suatu

persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawadaruratan

tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru

13
lahir.

Beban kerja sangat berpengaruh terhadap kompetensi juga sudah

dilakukan penelitian oleh Angraini (2014), menyatakan bahwa ada pengaruh

positif dan signifikan antara beban kerja terhadap kompetensi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa beban kerja dengan thitung sebesar 2,513.

Pengeruh positif tersebut tampak pada persepsi pegawai dalam hal

menciptakan peluang baru saat bekerja serta mengukur tingkat kretivitas

mereka, perhatian terhadap tugas tinggi, Motivasi kerja dalam

mempengaruhi pegawai lain serta usaha pegawai dalam mencari informasi

mengenai pekerjaan baik.

Disiplin kerja juga dapat meningkatkan kompetensi bidan dalam

pelaksanaan asuhan persalinan normal. Peningkatan kasus kematian ibu

dapat juga disebabkan kurangnya disiplin bidan dalam menerapkan

pelayanan kebidanan, salah satunya adalah tidak menerapkan upaya

keselamatan pasien seperti identifikasi pasien dan kurangnya komunikasi

7 Simamora, 2014, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina


8

yang efektif. Disipilin menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu

kegiatan guna mendapatkan hasil yang baik. Oleh karena bidan yang

mempunyai disipilin kerja tinggi akan mempunyai Kompetensi yang tinggi

juga. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai. Disiplin

kerja pegawai dalam organisasi merupakan satu fungsi dari manajemen

sumber daya manusia karena dengan kondisi yang penuh dengan disiplin,

pegawai dapat diharapkan menjadi tonggak dasar yang tangguh pada suatu

organisasi untuk mencapai tujuan.14

Hasil penelitian Sunarcahaya (2008) di Universitas Sumatera Utara

bahwa faktor disipilin kerja telah memberi semangat kerja bidan baik dari

dalam maupun dari luar bidan sehingga disipilin kerja bidan dapat

meningkatkan Kompetensi bidan. Dengan sering tidak disiplinnya bidan

maka target penyelesaian pekerjaan tidak pernah tercapai yang pada

gilirannya berpengaruh terhadap Kompetensi puskesmas. Dengan adanya

bidan yang berdisiplin kerja, dimana mereka mematuhi segala aturan dalam

organisasi, kondisi tersebut akan memberikan dukungan positif kepada

pencapaian tujuan organisasi yang pada umumnya dikendalikan oleh

manusia dengan aneka ragam disiplin ilmu, beban kerja dan tanggung

jawab.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih jauh mengenai pengaruh langsung dan tidak langsung serta

14
Hasibuan, Malayu 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan, Jakarta : PT
Bumi Aksara
9

besarannyaantara lingkungan kerja, beban kerja dan disiplin kerja terhadap

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Upaya peningkatan kesehatan ibu merupakan suatu program prioritas

karena memberikan pelayanan kesehatan kepada kelompok yang paling

rentan terhadap kesehatan dan kematian Hasil data dan informasi diketahui

bahwa persentase pertolongan persalinan oleh bidan, ternyata masih rendah,

yaitu hanya 38,4%.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kabupaten

Sukabumi , dari 10 petugas kesehatan (dokter anak, dokter obgin, bidan dan

bidan) menyatakan sudah terjadi penurunan kematian ibu, namun untuk

kematian bayi masih tinggi, sedangkan target yang ditetapkan oleh SDGs

belum tercapai. Temuan peneliti terkait dengan studim pendahuluan adalah :

1. Lingkungan kerja puskesmas menurut beberapa bidan, hanya (40%)

lingkungan kerja puskesmas memiliki hubungan kerja yang baik antara

antara bidan dengan atasan, dan sisanya (60%) lingkungan kerja

puskesmas tidak membina hubungan yang baik antara rekan kerja,

bawahan maupun atasan.

2. Beban kerja bidan cukup tinggi. Sebanyak 6 orang (60%) mengaku

pekerjaan bidan cukup berat seperti pelaksanaan asuhan persalinan

normal secara terus menerus, kompleksitas pekerjaan dan pembagian

shif kerja malam yang harus di jalani bidan. Beban kerja bidan yang
1

cukup tinggi dapat berdampak terhadap tingkat kedisiplinan seperti

pelayanan kepada pasien menjadi sering terabaikan dan tingkat keluhan

pasien meningkat.

3. Sedangkan disiplin bidan datang tepat waktu masih kurang baik, hanya

6 bidan (60%) dari 10 responden mau merubah kebiasaan disiplin kerja.

Disiplin kerja bidan dalam suatu unit pelayanan berbeda-beda. Ada

bidan yang rajin dan tekun dalam bekerja sehingga sangat produktif dan

mempunyai motivasi kerja yang tinggi dalam menyelesaikan tugas dan

tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan kebidanan.

Sebaliknya ada juga bidan yang malas dan kurang memiliki etos kerja

yang baik sehingga produktivitasnya rendah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah belum diketahuinya pengaruh langsung dan tidak

langsung serta besarannya antara lingkungan kerja, beban kerja dan disiplin

kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung serta

besarannyaantara lingkungan kerja, beban kerja dan disiplin kerja terhadap

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018?


1

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya

antara lingkungan kerja, beban kerja dan disiplin kerja terhadap kompetensi

bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengaruh langsung dan besarannya antara lingkungan

kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

b. Diketahuinya pengaruh langsung dan besarannya antara beban kerja

terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal

di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

c. Diketahuinya pengaruh langsung dan besarannya antara disiplin kerja

terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal

di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

d. Diketahuinya pengaruh langsung dan besarannya antara lingkungan

kerja terhadap disiplin bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

e. Diketahuinya pengaruh langsung dan besarannya antara beban kerja

terhadap disiplin bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018


1

f. Diketahuinya pengaruh langsung dan besarannya antara lingkungan

kerja terhadap beban kerja bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis bertujuan untuk menguji kesesuaian dengan

teori yang ada.

1.5.2 Manfaat Metodologis

Penelitian ini tidak menggunakan konsep metodologi baru, karena penelitian

hanya difokuskan pada kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan

persalinan normal.

1.5.3 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pelayanan

kesehatan khususnya Puskesmas Kabupaten Sukabumi sehingga dapat

memperbaiki berbagai kekurangan yang memicu adanya penurunan

pertolongan persalinan oleh bidan. Perbaikan tersebut dapat berupa

kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas Kabupaten Sukabumi yang pada akhirnya dapat

meningkatkan perilaku ibu mempertahankan persalinan normal.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan

kerja, beban kerja dan disiplin kerja terhadap kompetensi bidan dalam
1

pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi

Tahun 2018. Ruang lingkup penelitian ini ditujukan kepada bidan yang ada

di Puskesmas Kabupaten Sukabumi.

Sampel penelitian ini adalah bidan yang bekerja di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi sebanyak 50 orang bidan pelaksana dan 10 orang

bidan koordinator. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018 di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi. Pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur variabel penelitian

tersebut. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan Struktural

Equation Modelling (SEM) melalui PLS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal

2.1.1 Definisi Kompetensi

Kompetensi kerja adalah kemampuan yang dimiliki seorang

karyawan dalam melakukan tindakan yangberhubungan dengan tugas dan

tanggung jawab agar dapat mencapai tujuan perusahaan. 15 Kompetensi adalah

dasar dari karakteristik yang dimiliki seseorang dimana kaitannya dengan

suatu efektivitas kompetensi dan suatu tindakan yang cerdas, tanggung jawab

penuh seorang indivindu dimana sebagai syarat adanya anggapan bahwa

orang tersebut mampu dan memiliki hubungan kausal atau sebab akibat

melalui kriteria yang menjadi acuannya atau tingkat kemampuan dalam

menjalankan segala pekerjaan atau tugasnya berdasarkan atas keterampilan

dan pegetahuan yang dimiliki serta sikap kerja seorang bidan sebagai hal

yang dapat mendukung dalam menjalankan praktek kebidanan pada berbagai

bentuk pelayanan kesehatan secara baik, aman dan bertanggung jawab

berdasarkan standar yang berlaku sebagai syrarat untuk dianggap mampu oleh

masyarakat sekitar.16

Kompetensi dalam pekerjaan atau situasi tertentu dan standar

referensi, kompetensi yang sempurna/efektif dan karakteristik individu

memiliki hubungan sebab akibat, kompetensi dapat dalam bentuk disipilin

15
Simamora, 2014, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina Aksara
16
Ibid

14
1

kerja, hak milik dan kemampuan, refleksi diri atau gambaran dari peranan

sosial, atau kompetensi dimiliki oleh mereka yang memiliki pengetahuan.17

Kompetensi bidan adalah tingkat kemampuan dan karakteristik yang

mencangkup pengetahuan, keterampilan serta prilaku, dimana ketigal hal

tersebut wajib dimiliki seorang bidan didalam setiap pelaksanan praktek

kebidanan yang dilakukan secara baik, aman serta bertanggung jawab

berdasarkan tatanan pelayanan kesehatan. Kompetensi adalah bentuk

pengetahuan, keterampilan serta karakteristik pribadi sendiri atau prilaku

yang relevan, dimana hal ini sebagai syarat dalam pencapaian kompetensi

terbaik didalam pekerjaan tertentu. Di dalam ruang lingkup praktik

kebidanan, kompetensi seorang bidan merupakan suatu hal yang tertuang

didalam buku kompetensi bidan di Indonesia.18

Dengan mengacu pada Kemenkes R I Nomor :

369/Menkes/SK/111/2007 tentang standar profesi bidan, maka ditetapkan

standar kompetensi bidan yang harus dimiliki. Adapun penjabaran 9

(Sembilan) kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Bidan memiliki persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari kesehatan

masyarakat, ilmu sosial dan kode etik yang dapat membentuk dasar dari

pola asuhan yang maksimal berdasarkan budaya untuk wanita, jabang bayi

yang baru lahir dan keluarganya.

2. Bidan mampu memberikan pola asuhan secara maksimal, pendidikan

kesehatan yang memiliki ketanggapan terhadap bentuk pelayanan secara


17
Simamora, 2014, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina Aksara
18
Soehartono. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. BPFE.Yogyakarta
1

menyeluruh pada masyarakat sekitar dan masyarakat luas guna

meningkatkan taraf kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan program

kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua yang baik.

3. Bidan memberikan suatu bentuk asuhan antenatal secara maksimal guna

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan berlangsung mencangkup

deteksi secara dini, pengobatan atau rujukan.

4. Bidan memberikan suatu bentuk asuhan secara maksimal, sikap cepat

tanggap terhadap masyarakat setempat selama persalinan berlangsung,

memimpin proses persalinan secara baik sesuai dengan standar yang

berlaku, bersih dan aman serta menangani situasi yang sifatnya gawat

darurat tertentu untuk memaksimalkan kesehatan wanita beserta bayinya

yang baru lahir.

5. Bidan secara optimal memberikan suatu asuhan pada ibu yang sedang

nifas serta menyusui, tanggap terhadap masyarakat setempat.

6. Dengan maksimal bidan memberikan segala asuhannya, komprenshensif

terhadap bayi sehat yang baru lahir sampai dengan usia 1 bulan.

7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi

dan balita sehat (1 bln - 5 thn).

8. Secara maksimal bidan memberikan segala asuhannya, komprehensif pada

semua keluarga, kelompok dan masyarakat setempat.

9. Bidan menjalankan segala bentuk asuhan kebidanan terhadap wanita/ibu

yang memiliki gangguan terhadap system reproduksinya.


1

2.1.2 Nilai Dasar Kompetensi

Dalam suatu organisasi khususnya bidang kesehatan, salah satu sumber

daya manusia yang wajib memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang

ditentukan adalah bidan dimana seorang bidan sebagai karakteristik terhadap

standar kualitas profesionalnya dalam bekerja. Kompetensi merupakan suatu

penjabaran atau gambaran karakteristik besarnya pengetahuan dan keterampilan

setiap individu miliki yang berguna agar mereka mampu dalam setiap

melaksanakan berbagai tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan

mengoptimalkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan mereka. 19

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor: 101 Tahun 2000, tentang

Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Bidan Negeri Sipil (PNS), menjelaskan konsep

kompetensi, adalah tingkat kemampuan dan karakteristik seorang PNS, berupa

pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang baik yang sangat dibutuhkan

dalam setiap pelaksanaan tugas. Dengan batasan-batasan tersebut, maka suatu

kompetensi yang dimiliki seorang bidan adalah tingkat kemampuan serta

karakteristik bidan berupa besarnya pengetahuan yang dimilikinya, ketrampilan

dalam menjalankan setiap pekerjaannya dan sikap perilaku yang baik yang

dibutuhkan saat menjalankan tugas bidan dengan profesional.

19
Samba S. 2000. Pengantar Peran bidan koordinator & Manajemen Kebidanan untuk Bidan
Klinis, Jakarta,.Buku Kedokteran, EGC
1

2.1.3 Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. 20 Menurut Saifuddin, persalinan

dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin. Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang

dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi

belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap.

Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.21

Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan

mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang amandan

bersih.22 Pelayanan pertolongan persalinan adalah statubentuk pelayanan terhadap

persalinan ibu melahirkan yang dilakukan olehpenolong persalinan baik oleh

tenakes seperti dokter dan bidan atau nontenakes seperti dukun.Jenis-jenis

penolong persalinan adalah: Dukun, Bidan, dan Dokter Spesialis Kandungan

1. Dukun

Dukun biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40tahun ke atas, pekerjaan

ini turun temurun dalam keluarga atau karena iamerasa mendapat panggilan

tugas ini. Menurut Syafrudin, jenis dukun terbagi menjadi dua, yaitu:23

20
Wiknjosastro, H. 2012. Dalam Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
21
Suparyanto. (2010). Konsep Pengetahuan. Diunduh pada tanggal 13 Oktober 2018 dari http://dr-
suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep kepatuhan.html.
22
Syafrudin dkk. 2011. Kebidanan komunitas. Jakarta : EGC
23
Ibid
1

a. Dukun terlatih: Dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh

tenagakesehatan dan telah dinyatakan lulus.

b. Dukun tidak terlatih: Dukun yang belum pernah dilatih oleh Bidan atau

dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Penolong persalinan oleh dukun mengenai pengetahuan

tentangfisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas

sangatterbatas oleh karena atau apabila timbul komplikasi ia tidak mampu

untukmengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut

menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang profesional. Berbagai

kasus sering menimpa seorang ibu atau bayi sampai pada kematian ibu dan

anak.24

Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang sangat

dipercayai di kalangan masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya

bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai

mereka lakukan, sangat diakui oleh masyarakat bahwa mereka memiliki tarif

pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bidan. Umumnya

masyarakat merasa nyaman dan tenang bila persalinannya ditolong oleh dukun

atau lebih dikenal dengan bidan kampung, akan tetapi ilmu kebidanan yang

dimiliki dukun tersebut sangat terbatas karena didapatkan secara turun temurun

(tidak berkembang).25

Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak

maka Bidan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan

24
Wiknjosastro, H. 2012. Loc.cit
25
Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :
2

harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain

itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan,

selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan

persalinan dan segera inta pertolongan pada bidan. Dukun yang ada harus

ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun

dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan.26

Batas kewenangan dukun dalam melakukan pertolongan persalinan

adalah sebagai berikut :27

a. Mempersiapkan pertolongan persalinan meliputi mempersiapkan tempat,

kebutuhan ibu dan kebutuhan bayi, mempersiapkan alat-alat persalinan

sederhana secara bersih, mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna

(10 menit).

b. Memimpin persalinan normal dengan teknik-teknik sederhana yang

meliputi membimbing ibu mengejan, menahan perineum, merawat tali

pusat, memeriksa kelengkapan plasenta.

c. Dukun tidak melakukan tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta

mendorong rahim, menarik plasenta, memasukkan tangan ke dalam liang

senggama.

d. Melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang meliputi perawatan mata,

mulut dan hidung bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan memandikan

bayi.

26
Depkes RI, 2006. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta

20
2

Peran dukun dalam pertolongan persalinan dalam Pedoman Kemitraan

Bidan dengan Dukun adalah sebagai berikut :28

a. Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan.

b. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke

bidan/memanggil bidan.

c. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti: air bersih dan

kain bersih.

d. Mendampingi ibu pada saat persalinan.

e. Membantu Bidan pada saat proses persalinan.

f. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat yang sesuai tradisi

setempat.

g. Membantu bidan dalam perawatan bayi baru lahir.

h. Membantu ibu dalam inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam.

i. Memotivasi rujukan jika diperlukan.

j. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan.

2. Bidan

Definisi bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2007

adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui

di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi

untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk

melakukan praktik bidan. Bidan adalah seorang Bidan yang mempunyai tugas

penting dalam bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas

21
2

dan menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan

asuhan kepada bayi baru lahir (prenatal care).29

Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan deteksi kondisi abnormal ibu

dan anak, usaha mendapatkan bantuan medik dan melaksanakan tindakan

kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan medik. Dia mempunyai tugas

penting dalam pendidikan dan konseling, tidak hanya untuk klien tetapi juga

untuk keluarga dan masyarakat.30

2.1.4 Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal

Bidan wajib memiliki kompetensi yang tinggi sebagai. Kompetensi bidan

yang wajib dimiliki mencangkup besarnya pengetahuan yang dimiliki,

keterampilan yang cakap dalam melakukan pekerjaan sebagai bidan, dan perilaku

yang baik dan tepat dalam setiap menjalankan praktik profesi kebidanan secara

aman serta dapat dipertanggungjawabkan dalam berbagai bentuk tatanan

pelayanan kesehatan. Standar profesi Bidan berdasarkan Kepmenkes RI Nomor:

369/ Menkes/ SK/ III/2007 adalah :

1. Bidan memiliki berbagai persyaratan yang harus dia kuasai yaitu

mencangkup tingkat pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,

kesehatan masyarakat dan etik yang dapat memaksimalkan pembentukan

pola dasar asuhan berdasarkan dengan budaya, bagi wanita, bayi yang baru

dilahirkan serta keluarganya.

2. Bidan wajib mampu memberikan pola asuhan secara optimal, wajib

memiliki pendidikan kesehatan yang sigap dan tanggap terhadap budaya

dan pelayanan secara menyeluruh di masyarakat, baik sekitar maupun

29
Wiknjosastro, H. 2012. Loc.cit
30
Notoatmodjo, 2012.
2

masyarakat luas guna peningkatan kehidupan keluarga yang sehat,

melakukan perencanaan kehamilan secara baik dan tepat serta tercapainya

sebagai orang tua yang siap.

3. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu baik guna memaksimalkan

kesehatan selama hamil berlangsung yang mencangkup: deteksi secara

awal/dini, melakukan pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

4. Bidan melakukan pemberian asuhan yang maksimal, sigap serta tanggap

terhadap kebudayaan lingkungan sekitar selama proses persalinan,

memimpin dalam menjalani persalinan yang bersih, baik dan aman,

mampu mengatasi segala keadaan yang sifatnya gawat darurat tertentu

guna tercapainya kesehatan sang ibu dan bayinya secara optimal.

5. Bidan memberikan pola asuhan pada ibu selama nifas dan melakukan

pemberian susu ASI yang baik dan tanggap terhadap keberadaan budaya

sekitar dia tinggal.

6. Bidan wajib memberikan pola asuhan yang berkualitas baik, komprehensif

pada sang bayi yang baru dilahirkan sehat sampai dengan usia satu bulan.

7. Bidan wajib memberikan pola asuhan yang berkualitas baik, komprehensif

pada sang bayi yang baru dilahirkan serta balita sehat (usia 1 bulan - 5

tahun).

8. Bidan wajib memberikan pola asuhan yang berkualitas baik dan

komprehensif pada keluarga, kelompok serta masyarakat berdasarkan

dengan keberadaan budaya setempat.

9. Menjalankan pola asuhan kebidanan pada wanita/ibu yang memiliki

gangguan terhadap sistem reproduksi.


2

2.1.5 Model Teori Kompetensi

Konsep kompetensi merupakan hal yang positif untuk meningkatkan

Kompetensi individu, terdapat model kompetensi iceberg yang dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Knowledge Skill

Water SurfaceView point of value


Self image
Character/personality Self force/social

Gambar 2.1 Model Kompetensi Iceberg


Dalam buku berjudul Pengukuran Kompetensi Berbasis Kompetensi, hal 112
Sumber : Liu et al. (2005) dan Bergenhenegouven (1997)
dalam Moeheriono (2010)

2.1.6. Indikator Kompetensi Bidan

Kompetensi bukan merupakan Motivasi kerja yang tidak dapat

dipengaruhi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi seseorang

yaitu :31

1. Keahlian

Kompetensi tergantung pada keahlian, pemikiran kognitif seperti

pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. Tidak mungkin memperbaiki

setiap intervensi yang diwujudkan suatu organisasi. Sudah tentu faktor seperti

pengalaman dapat meningkatkan kompetensi.

31
Sumijatun. (2011). Membudayakan Etika dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
2

2. Motivasi kerja

Beban kerja memainkan peran dikebanyakan kompetensi, berbicara di

depan umum merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari, dipraktekkan dan

diperbaiki. Dengan memperbaiki beban kerja berbicara di depan umum akan

meningkatkan kecakapan individu dalam kompetensi tentang komunikasi.

Pengembangan ketrampilan secara spesifik berdampak terhadap kompetensi

individu. Kegiatan menguasai sesuatu ketrampilan dengan tambahan bahwa

mempelajari ketrampilan harus dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih dan

mengulang – ulang suatu kerja. Seseorang yang memahami semua asas,

metode, pengetahuan dan teori dan mampu melaksanakan secara praktis adalah

orang yang memiliki beban kerja.

3. Penilaian

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat

mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif

dan inovatif mereka tidak akan berusaha berfikir tentang cara baru atau

berbeda dalam melakukan sesuatu.

2.1.7 Pengukuran Kompetensi Bidan

Seorang bidan harus memiliki kompetensi bidan yang meliputi

pengetahuan, beban kerja, dan perilaku dalam melaksanakan praktik kebidanan

secara aman dan bertanggung jawab dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: 369/ Menkes/ SK/ III/2007 tentang Standar

profesi Bidan yaitu :


2

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan beban kerja dari ilmu-ilmu

sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan

yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan

keluarganya.

2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang

tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam

rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan

kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

3. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan

kesehatan selama kehamilan yang melilputi: deteksi dini, pengobatan atau

rujukan dari komplikasi tertentu.

4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap

kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang

bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk

mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

2.1.8. Sintesis Kompetensi Bidan

Sintesis yang dapat diambil dari uraian teori kompetensi adalah

pencerminan dari Motivasi kerja seseorang yang nampak dalam bentuk

ketrampilan melakasnakan asuhan persalinan normal untuk melaksanakan fungsi

jabatan yang dipegangnya.


2

2.2 Lingkungan Kerja

2.2.1 Definisi Lingkungan Kerja.

Lingkungan kerja akan sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja

dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Lingkungan

kerja yang buruk dipandang oleh banyak ahli sebagai hal yang tidak

ekonomis, karena merupakan penyebab utama pemborosan waktu dan hal-

hal lainnya yang berakibat hasil kerja (output) yang dihasilkan pegawai

akan menurun. Setiap orang, baik secara individu maupun kelompok

memberikan reaksi dengan sensitifitas atau kepekaan yang cukup tinggi

terhadap iklim psikologis, misalnya cahaya lampu yang kurang terang,

kamar yang pengap, kursi yang kurang enak diduduki, hal ini secara

drastis dapat meruntuhkan moral kerja atau mengurangi efektifitas dan

efisiensi kerja para pegawai.32

Kondisi lingkungan kerja yang berbeda pada setiap rumah sakit

dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda pula bagi pegawai,

sehingga prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan

padanya juga berbeda. Yang harus diusahakan untuk memperbaiki metode

kerja dalam suatu rumah sakit atau tempat kerja yang lain adalah

menjamin agar para pegawai dapat bekerja dan melaksanakan tugasnya

dalam keadaan yang memenuhi persyaratan, sehingga mereka dapat

melakukan tugasnya tanpa mengalami hambatan.33

32
Wirawan (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba
Empat
2

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para

pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas

yang diembankan. Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi

menjadi 2 yakni (a). lingkungan kerja fisik, dan (b). lingkungan kerja non

fisik. Lingkungan kerja fisik diantaranya adalah: penerangan/cahaya,

temperatur/suhu udara, kelembaban, sirkulasi udara, kebisingan, getaran

mekanis, bau tidak sedap, tata warna, dekorasi, musik dan keamanan di

tempat kerja. Sedangkan lingkungan kerja non fisik diantaranya adalah

hubungan sosial di tempat kerja baik antara atasan dengan bawahan atau

hubungan antara bawahan.34

Dari pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

lingkungan kerja adalah segala kekuatan dan kelemahan yang

mempengaruhi perkembangan rumah sakit baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar lingkungan rumah sakit yang bersangkutan.

2.2.2 Jenis Lingkungan Kerja

Ada beberapa jenis lingkungan kerja, yaitu : 35

1. Kondisi lingkungan kerja fisik yang meliputi :

a. Faktor lingkungan tata ruang kerja

Tata ruang kerja yang baik akan mendukung terciptanya hubungan

kerja yang baik antara sesama pegawai maupun dengan atasan karena

akan mempermudah mobilitas bagi pegawai untuk bertemu. Tata ruang

34
Hafizurrachman (2009).
Loc.Cit
2

yang tidak baik akan membuat ketidaknyamanan dalam bekerja

sehingga menurunkan efektivitas kinerja pegawai.

b. Faktor kebersihan dan kerapian ruang kerja

Ruang kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan menimbulkan

rasa nyaman dalam bekerja. Hal ini akan meningkatkan gairah dan

semangat kerja pegawai dan secara tidak langsung akan meningkatkan

efektivitas kinerja pegawai.

2. Kondisi lingkungan kerja non fisik yang meliputi :

a. Faktor lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang sangat berpengaruh terhadap kinerja

pegawai adalah latar belakang keluarga, yaitu antara lain status

keluarga, jumlah keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-lain.

b. Faktor status sosial

Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula kewenangan

dan keleluasaan dalam mengambil keputusan.

c. Faktor hubungan kerja dalam rumah sakit

Hubungan kerja yang ada dalam rumah sakit adalah hubungan

kerja antara pegawai dengan pegawai dan antara pegawai dengan

atasan.

d. Faktor sistem informasi

Hubungan kerja akan dapat berjalan dengan baik apabila ada

komunikasi yang baik diantara pegawai. Dengan adanya komunikasi di

lingkungan rumah sakit maka pegawai rumah sakit akan berinteraksi,


3

saling memahami, saling mengerti satu sama lain dapat menghilangkan

perselisihan salah faham.

3. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja yang meliputi :

a. Rasa bosan

Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan yang tidak enak,

kurang bahagia, kurang istirahat dan perasaan lelah.

b. Keletihan dalam bekerja

Keletihan kerja terdiri atas dua macam yaitu keletihan kerja psikis

dan keletihan psikologis yang dapat menyebabkan meningkatkan

absensi, turn over, dan kecelakaan.

2.2.3 Indikator Lingkungan Kerja

Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila

manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan

nyaman sehingga dapat meningkatkan gairah kerja para pegawai. Berikut

beberapa indikator lingkungan kerja, yaitu :36

1. Penerangan / cahaya di tempat kerja.

Cahaya lampu sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat

keselamatan dan kelancaran kerja, karena jika cahaya lampu yang

tidak memadai akan berpengaruh terhadap keterampilan pegawai

sehingga dalam melaksanakan tugas-tugasnya banyak mengalami

kesalahan yang pada akhirnya pekerjaan kurang efisien sehingga

tujuan rumah sakit sulit untuk dicapai.

36
Hafizurrachman (2009). Loc.Cit
3

2. Temperatur/suhu udara di tempat kerja.

Setiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda.

Manusia selalu mempertahankan tubuhnya dalam keadaan normal,

dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi

kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya. Manusia

dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan

temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan

35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.

3. Kelembaban di tempat kerja.

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,

biasanya dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan

atau dipengaruhi oleh temperatur udara. Jika keadaan dengan

temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan

menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara berlebihan.

4. Sirkulasi udara di tempat kerja.

Udara disekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara

tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-

bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Oksigen merupakan gas

yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan

hidup, yaitu proses metabolisme. Dengan cukupnya oksigen di sekitar

tempat kerja, maka akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada

jasmani, sumber utamanya adalah tanaman di sekitar tempat kerja,


3

karena tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh

manusia. Dengan terciptanya rasa sejuk dan segar selama bekerja akan

membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

5. Kebisingan di tempat kerja.

Kebisingan merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki oleh

telinga, karena jika dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat

mengganggu ketenangan dalam bekerja, merusak pendengaran, dan

menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi. Bahkan menurut

penelitian, kebisingan serius dapat menyebabkan kematian.

2.2.4. Lingkungan Kerja Internal

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor dari fungsi

Manajemen Sumber Daya Manusia, tepatnya fungsi perencanaan. Fungsi

perencanaan berhubungan langsung dengan pegawai yang bekerja pada

lingkungan rumah sakit. Dengan demikian lingkungan kerja dalam suatu

rumah sakit akan berpengaruh kepada semua kegiatan rumah sakit.37

Kondisi lingkungan kerja yang berbeda pada setiap rumah sakit

dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda pula bagi pegawai,

sehingga prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan

padanya juga berbeda. Yang harus diusahakan untuk memperbaiki metode

kerja dalam suatu rumah sakit atau tempat kerja yang lain adalah

menjamin agar para pegawai dapat bekerja dan melaksanakan tugasnya

37
Mas’ud, J. Fuad (2004). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta.Raja Grafindo
Persada
3

dalam keadaan yang memenuhi persyaratan, sehingga mereka dapat

melakukan tugasnya tanpa mengalami hambatan.38

2.2.5 Tujuan Analisis Lingkungan Kerja.

Secara umum tujuan rumah sakit melakukan analisis lingkungan

adalah untuk dapat mengerti dan memahami lingkungan rumah sakit

sehingga manajemen akan dapat melakukan reaksi secara tepat terhadap

setiap perubahan dan rumah sakit mengharapkan tercapainya tujuan yang

diharapkan. Tujuan umum lainnya melakukan analisis lingkungan agar

manajemen mempunyai kemampuan merespon berbagai isu kritis

mengenai lingkungan yang mempunyai pengaruh cukup nyata terhadap

rumah sakit.39

2.2.6 Peranan Analisis Lingkungan Kerja Rumah sakit

Terdapat beberapa bukti empiris yang cukup signifikan bahwa jika

analisis lingkungan digunakan maka ia dapat membantu rumah sakit untuk

mencapai keberhasilan tujuannya. Peran atau fungsi spesifik rumah sakit

agar sistem analisis lingkungan dapat menjamin keberhasilan rumah sakit.

Peranan analisis lingkungan bagi rumah sakit adalah:40

1) Peranan berorientasi kebijakan. Tujuan utama analisis lingkungan yang

berorientasi kebijakan adalah untuk memperbaiki prestasi kerja rumah

sakit dengan cara memberikan informasi bagi manajemen puncak

memahami berbagai kecendrungan perubahan lingkungan dan analisis

lingkungan yang berorientasi kebijakan ini akan memusatkan kepada


38
Hafizurrachman (2009). Loc.Cit
39
Ibid
40
Gibson (2007). Loc.Cit
3

aspek keseluruhan rumah sakit (secara umum). serta mempunyai jalur

langsung dengan manajemen puncak.

2) Peranan perencanaan strategi terpadu. Tujuan utama dari analisis

lingkungan tipe ini adalah meperbaiki prestasi kerja rumah sakit yang

diterapkan oleh manajer puncak dan manajer divisi mempunyai

kesadaran bahwa berbagai isu yang muncul ternyata mempunyai

pengaruh langsung terhadap perencanaan, baik perencanaan tingkat

korporasi maupun perencanaan divisi. Secara normal, sistem analisis

ini mempunyai tugas khusus yang akan dilaksanakan dalam proses

manajemen strategi.

3) Peranan berorientasi fungsi. Tujuan utama analisis lingkungan yang

berorientasi fungsi adalah untuk memperbaiki prestasi kerja rumah

sakit melalui penyediaan informasi lingkungan yang berkaitan dengan

efektifitas dari prestasi kerja fungsi rumah sakit yang spesifik. Tipe

analisis lingkungan ini dituiukan untuk meningkatkan aktivitas rumah

sakit secara keseluruhan baik pada tingkat korporasi maupun pada

tingkat fungsi.

2.2.7 Lingkungan Kerja Sosial

Lingkungan kerja sosial mencakup hubungan yang terbina dalam

rumah sakit. Seorang pegawai bekerja di dalam rumah sakit tidak sendiri.

Di dalam melakukan aktivitas, pegawai pasti membutuhkan orang lain.

Dengan demikian pegawai wajib membina hubungan yang baik antara

rekan kerja, bawahan maupun atasan karena pegawai saling


3

membutuhkan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi

psikologis pegawai. Hubungan kerja adalah isu strategis kunci bagi rumah

sakit karena sifat hubungan antara pemberi kerja dan dapat memiliki

inpact signifikan terhadap moral, motivasi dan produktivitas.41

2.2.8 Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan

aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi

kerja pegawai. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat

kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-

faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.42

2.2.9. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik hanya dapat dirasakan tetapi tidak

dapat dilihat, didengar atau diraba dengan pancaindera manusia. Selain itu,

lingkungan kerja non fisik menjadi tanggung jawab pimpinan yang dapat

diciptakan dengan menciptakan human relations yang sebaik-baiknya.

Karena itulah maka untuk menciptakan lingkungan kerja non fisik

tersebut, dapat diusahakan dengan menciptakan human relations yang

baik. Selain itu, pimpinan juga dapat menyediakan pelayanan kepada

pegawai sehingga pegawai merasa aman dan nyaman di dalam rumah sakit

karena kebutuhan psikologisnya dapat terpenuhi.

Menurut Sedarmayanti (2013)., “Lingkungan kerja non fisik adalah

semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik

41
Gibson (2007). Loc.Cit
42
Ibid
3

hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun

hubungan dengan bawahan”. Sementara itu, Wursanto (2013).

menyebutnya sebagai lingkungan kerja psikis yang didefinisikan sebagai

“sesuatu yang menyangkut segi psikis dari lingkungan kerja”. Berdasarkan

pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja

non fisik disebut juga lingkungan kerja psikis, yaitu keadaan di sekitar

tempat kerja yang bersifat non fisik. Lingkungan kerja semacam ini tidak

dapat ditangkap secara langsung dengan pancaindera manusia, namun

dapat dirasakan keberadaannya. Jadi, lingkungan kerja non fisik

merupakan lingkungan kerja yang hanya dapat dirasakan oleh perasaan.

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang

berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun

hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.

Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang

tidak bisa diabaikan.43

2.2.10. Sintesis Lingkungan Kerja

Dari uraian teori lingkungan kerja dapat diambil sintesis mengenai

lingkungan kerja adalah keadaan fisik dan nonfisik (psikologis) ditempat

kerja seseorang di dalam mencapai tujuan rumah sakit yang telah

ditetapkan dengan indikatornya adalah hubungan rekan kerja, suasana

kerja dan fasilitas kerja.

43
Gibson (2007). Loc.Cit
3

2.3. Beban Kerja

2.3.1 Definisi Beban kerja

Beban kerja adalah tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut

pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan

seimbang terhadap pekerjaan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima

beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban

kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti

mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis

dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki

individu dengan individu lainnya.44

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor

internal. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :45

1. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;

a. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti ruang kerja, tata ruang, tempat

kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas

yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat

kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.

b. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift

kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,

pelimpahan tugas dan wewenang.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,

44
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, edisi ketiga, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
45
Ibid
3

lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

2. Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi

faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi

kesehatan) dan faktor psikis (disipilin kerja, persepsi, kepercayaan, keinginan

dan kepuasan).

2.3.3 Jenis Beban Kerja

Beban kerja meliputi 2 jenis beban kerja, yaitu :46

a. Beban kerja kuantitatif, meliputi : (1) Harus melaksanakan observasi pasien

secara ketat selama jam kerja. (2) Banyaknya pekerjaan dan beragamnya

pekerjaan yang harus dikerjakan. (3) Kontak langsung bidan pasien secara

terus menerus selama jam kerja. (4) Rasio bidan dan pasien.

b. Beban kerja kualitatif, meliputi: (1) Pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki bidan tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah

sakit. (2) Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan kebidanan

pasien kr itis. (3) Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas. (4) Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien. (5)

Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat. (6) Tugas

memberikan obat secara intensif. (7) Menghadapi pasien dengan

karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.

46
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, edisi ketiga, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
3

2.3.4 Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik

fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala,

gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang

terlalu sedikit dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang

menimbulkan kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas

atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada

pekerjaan. sehingga secara potensial membahayakan.47

2.3.5 Mekanisme Stres Kerja akibat Beban Kerja

Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja dapat melalui tiga tahap,

yaitu tahap pertama: yaitu reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan

timbulnya beberapa gejala/tanda, namun masih dapat diatasi oleh mekanisme

pertahanan diri. Tahap kedua: reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi. Kerja

maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan.

Bila stres ini terus berlanjut maka akan sampai ke tahap ketiga: yaitu kelelahan

yang timbul karena mekanisme pertahanan diri telah kolaps (layu).48

2.3.6 Sumber Beban Kerja

Sumber beban kerja yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi

optimal maupun jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit

tetapi juga dari beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu adalah

untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh besar

terhadap kesehatan seorang pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan

47
Suwatno. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Erlangga. Jakarta
48
Ibid
4

pembangkit stres yang besar terhadap jatuh sakitnya seorang tenaga

kerja.Ssumber beban kerja terdiri dari:49

a. Lingkungan kerja; kondisi kerja yang buruk berpotensi

menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan

produktivitas.

b. Beban kerja berlebih (work overload) ; dapat menjadi beban

kerja berlebih secara kuantitatif dan kualitaif. Beban kerja kuantitatif

terjadi bila target kerja melebihi pekerjaan yang mengakibatkan mudah

lelah. Sedangkan beban kerja berlebih kualitatif terjadi jika pekerjaan

memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi

pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan,

ketidakpuasan bekerja dan lain sebagainya

d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi

keselamatan.

2.3.7 Kapasitas Beban Kerja

Gejala merupakan penampakan diri suatu sikap atau perasaan.

Penampakan rasa senang bisa dalam bentuk tertawa, ceria, dan girang.

Penampilan rasa tidak senang bisa dalam bentuk diam, murung, marah, dan lain-

lain atau dapat juga dikatakan indikasi atau tanda-tanda dalam berbagai bentuk

dari sesuatu yang abstrak.

Ada 3 (tiga) tingkatan yang berbeda atau gejala dalam stress yaitu alarm

49
Suwatno. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Erlangga.
4

(alarm), perlawanan (resistance), dan peredaan (exhaustion). Pada tahap

peringatan dini (alarm) ini merupakan awal reaksi tubuh terhadap adanya suatu

tekanan atau stress. Reaksi awal pada umumnya terjadi dalam bentuk suatu pesan

biokimia yang ditandai dengan gejala seperti otot menegang, tekanan darah

meningkat, denyut jantung meningkat, dan lain sebagainya. Pada tahap

perlawanan (resistance) ini ditandai dengan adanya gejala ketegangan,

kegelisahan, kelesuan, dan lain sebagainya yang menandakan individu itu sedang

melakukan perlawanan terhadap stress. Sedangkan pada tahap peredaan

(exhaustion) ini ditandai dengan runtuhnya tingkat perlawanan. Pada tahap ini

akan muncul berbagai macam penyakit seperti: tekanan darah tinggi, penyakit

jantung koroner, penyakit gula darah, dan sebagainya. Menurut Anoraga gejala

stres meliputi :50

a. Gejala fisik :

Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku

leher belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.

b. Gejala mental :

Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah

tersinggung, gelisah, dan putus asa.

c. Gejala sosial atau perilaku

Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar.

50
Soehartono. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga.
4

2.3.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya stress dalam individu dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu faktor yang bersumber dari dalam

maupun dari luar individu itu. Penyebab stress yang bersumber dari dalam

individu itu sendiri seperti kepribadiannya, nilai, kebutuhan, tujuan, umur dan

kondisi kesehatan. Penyebab stress yang bersumber dari luar individu

dibedakan lagi menjadi stress yang bersumber dari dalam organisasi dan dari

luar organisasi. Sumber stress yang berasal dari luar organisasi itu seperti

faktor keluarga, masyarakat, dan faktor keuangan. Sedangkan dari dalam

organisasi seperti faktor lingkungan fisik, faktor pekerjaan, faktor kelompok

kerja, faktor organisasi, dan faktor karier.51

2.3.9. Gangguan Akibat Beban Kerja

Gangguan akibat beban kerja biasanya timbul secara lambat, tidak jelas

kapan mulainya dan seringkali kita tidak menyadarinya. Situasi beban kerja yang

ringan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis kronis, tetapi stres

sedang dan berat dapat menimbulkan resiko penyakit medis atau memburuknya

penyakit kronis. Macam-macam gangguan akibat beban kerja adalah sebagai

berikut:52

1. Stres ringan

Adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti terlalu

banyak tidur, kemacetan lalulintas, kritikan dari atasan. Situasi ini

biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.

51
Soehartono. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. BPFE.Yogyakarta
52
4

2. Stres sedang

Berlangsung lebih lama, dari beberpa jam sampai beberapa hari.

Misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak

yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga.

3. Stres berat

Adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai

beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus menerus, kesulitan

financial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin

sering dan makin lama situasi stres, makin tinggi resiko kesehatan yang

ditimbulkan

Tabel 2.2 Tiga Aspek Gerak Gejala Stress

Gejala psikologis Gejala fisik Gejala perilaku


Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi Menunda,
dan tekanan darah menghindari
Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi Produktivitas
Adrenalin menurun
Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras
Disipilin kerja kerja tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase

Mengurung diri urung diri Mudah lelah fisik Absensi meningkat


Depresi Kematian Banyak/kurang
Merasa terasing Gangguan Nafsu makan hilang
Kardiovaskular
Kebosanan Gangguan pernapasan Tindakan resiko
Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas
Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak
Menurunnya intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh
diri
4

Pengaruh beban kerja terhadap stres kerja ada yang menguntungkan

maupun merugikan bagi perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang

menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu Bidan untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat

merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau Bidan yang

stres akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri

manusia sebagai usaha mengatasi stres. Stres kerja dapat mengakibatkan hal hal

sebagai berikut ;

a. Stres kerja fisik, meliputi hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan

menstruasi dan lain-lain.

b. Stres kerja psikologis, meliputi gangguan psikis yang ringan sampai berat.

c. Gangguan psikis yang ringan, seperti mudah gugup, tegang, marah-

marah, apatis dan kurang konsentrasi, gangguan psikis berat, seperti

depresi dan ansietas.

Dampak stress kerja dapat menguntungkan ataupun merugikan karyawan.

Dampak yang menguntungkan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan bersemangat dan sebaik-baiknya, namun jika

stress tidak mampu diatasi maka akan menimbulkan dampak yang merugikan

karyawan. Kerugian finansial yang akan diterima perusahaan akibat stress kerja

karyawan antara lain: absen karena sakit, waktu manajemen berkurang karena

kehilangan peran karyawan dalam rencana manajemen, pengaruh pada karyawan

lainnya yang terbebani pekerjaan karyawan yang absen, pengunduran diri dan

perekrutan yang membutuhkan latihan dan pengembangan, kecelakaan dan


4

kesalahan di tempat kerja, dan tuntutan hukum. Perilaku negatif karyawan yang

berpengaruh terhadap organisasi dan perusahaan. Secara singkat beberapa dampak

negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa:53

a. Terjadi hambatan baik dalam manajemen maupun operasional

b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja

c. Menurunnya tingkat produktivitas

2.3.10 Cara Pengukuran Beban Kerja

Untuk mengukur beban kerja dikembangkan suatu metode penilaian

antara lain dengan pengukuran Skala Semantic Defferensial. Beban kerja diukur

dengan menggunakan Skala Semantic Defferensial yaitu skala pengukuran

terhadap reaksi/persepsi dengan menggali rentang respon dari yang positif sampai

negatif dan bentuk pengukurannya bukan dengan pilihan ganda atau checklist

tetapi tersusun dalam satu garis kontinue. Dimana jawaban yang sangat positif

terletak dibagian kanan garis, dan jawaban negatif disebelah kiri garis, atau

sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan Skala semantic

differensial adalah data interval dengan skoring jawaban 15-75. Skala ini di

gunakan untuk mengukur pengaruh beban kerja terhadap komitmen bidan dalam

melakukan Informed Consent. Adapun skala yang dipakai untuk menilai peran

keluarga adalah dengan skala semantic differensial.

Contoh:

Bidan tidak pernah diperbantukan ketempat kebidanan lain jika pekerjaan

ditempat tersebut banyak dan membutuhkan tambahan tenaga bidan?

53
Simamora, 2014, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina Aksara
4

...... ...... ...... ...... ...... Tidak


Pernah
1 2 3 4 5 Pernah

Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif

sampai negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden yang di nilai.

Responden yang memberi penilaian dengan 5, berarti persepsi responden terhadap

perilaku positif, sedangkan bila memberi jawaban diangka 3, berarti netral, dan

memberi jawaban di angka 1, maka persepsi responden terhadap perilaku sangat

negatif

2.3.11 Sintesis Beban Kerja Bidan

Sintesis beban kerja bidan adalah respon dari bidan terhadap stimulus di

sekitarnya karena ketegangan psikologis atau fisik yang diakibatkan oleh keadaan

fisik, emosi, sosial, ekonomi, atau pekerjaan yang melebihi kapasitas, kejadian

atau pengalaman yang sulit untuk diatur.

2.4. Disiplin Bidan

2.4.1 Definisi Disiplin

Ada sejumlah Pengertian Disiplin yang dipaparkan oleh banyak ahli.

Berasal dari bahasa Latin istilah disiplin “discipline” artinya “suatu bentuk latihan

atau pendidikan mengenai kesopanan dan kerohanian serta suatu pengembangan

tabiat”. Hal ini merupakan suatu hal yang mendasar sebagai bentuk bantuan

kepada para pegawai perihal pengembangan sikap yang baik serta layak terhadap

pekerjaannya. Disiplin adalah suatu bentuk kekuatan yang tumbuh kembangnya

pada tubuh seorang pekerja itu sendiri yang pada akhirnya mewujudkan sikap
4

penyesuaian diri secara ihklas dan sukarela atas keputusan-keputusan, peraturan-

peraturan yang berlaku, dan bentuk nilai-nilai dari pekerjaan dan tingkah laku

yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan.54

Pengertian disiplin juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk hukuman,

walaupun pengertian yang sebenarnya adalah tidak demikian adanya. “Disciplina”

merupakan bahasa latin dari istilah disiplin yang artinya ialah suatu bentuk latihan

atau pendidikan mengenai kesopanan dan kerohanian serta suatu pengembangan

tabiat. Jadi sifat disiplin merupakan suatu hal yang berikaitan dengan dengan

pengembangan sikap yang baik serta layak terhadap suatu pekerjaan.

Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara menjelaskan bahwa

disiplin maksudnya ialah “mencerminkan sikap mental yang tertuang kedalam

suatu bentuk perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat,

perbuatan atau tingkah laku ini dapat berupa suatu bentuk kepatuhan atau ketaatan

terhadap segala peraturan yang ada berdasarkan ketetapan dari Pemerintah atau

etik, norma serta kaidah yang berlaku didalam masyarakat”.

Kedisiplinan adalah bentuk kesadaran seseorang dan seseorang yang

bersedia dengan senang hati dan sukarela untuk mentaati segala peraturan

perusahaan yang ada dan berlakunya norma-norma sosial ditengah masyarakat

sekitar. Kedisiplinan bisa juga disamakan dengan suatu kondisi seorang karyawan

selalu tepat waktu pada saat datang dan pulang dari tempat bekerjanya,

menyelesaikan pekerjaannya secara tepat dan hasil yang baik, mentaati segala

peraturan perusahaan yang ada dan norma-norma sosial yang berlaku di

54
Suwatno. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Erlangga. Jakarta
4

perusahaan tersebut. Kedisiplinan merupakan suatu hal yang harus ditegakkan

didalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa adanya dukungan disiplin dari

karyawan maka tujuan suatu perusahaan akan sulit diwujudkan.

Sikap disiplin merupakan suatu tindakan manajemen untuk menekan atau

mendorong sejumlah anggota organisasi dalam pemenuhan tuntutan berdasarkan

ketentuan. Pendisiplinan pegawai merupakan bentuk pelatihan dalam usahanya

membentuk dan memperbaiki segala pengetahuan yang ada, sikap dan perilaku

pegawai yang baik sehingga para pegawai dengan sukarela berusaha bekerja

secara kooperatif dengan pegawai lainnya serta dapat ditingkatkan prestasi kerja. 55

Berdasarkan banyak pendapat diatas, bisa kita simpulkan bahwa disiplin

kerja seorang pegawai adalah sebagai bentuk sikap atau tingkah laku yang

mencerminkan suatu kesetiaan serta kepatuhan seseorang atau kelompok terhadap

segala peraturan berdasarkan ketetapan suatu instansi atau organisasi baik secara

tertulis maupun tidak tertulis sehingga efektif dan efisien dalam bekerja dapat

tercapai.

2.4.2 Fungsi Disiplin Kerja

Karena secara luar biasa dampak positif yang mucul yang mana bisa

dengan langsung dirasakan dalam lingkungan kerja. Terutama bagi seorang atasan

yang akan memberikan contoh bagi para bawahannya.56

Pertama, melalui disiplin yang tinggi kualitas karakter seseorang dapat

ditingkatkan dengan baik. Komitmen yang sungguh-sungguh yang dijalankan

seseorang kepada Tuhan, suatu organisasi, diri pribadi, orang lain dan kerja adalah

55
Suwatno. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Erlangga. Jakarta
56
Ibid
4

merupakan cerminan dari tingkat kualitas karakter seseorang. Puncaknya suatu

komitmen seseorang dapat dilihat dari integritas diri yang maksimal dan tangguh.

Sikap yang demikian tersebut mampu mendukung suatu proses meningkatnya

kualitas karakter, sikap, dan kerja. Di sinilah letak tingkat kualitas sikap

(komitmen dan integritas) ditunjang dengan baik, didukung secara maksimal,

ditumbuhkembangkan secara menyeluruh dan direalisasikan kedalam bentuk

suatu yang nyata. Kinerja secara konsisten mencerminkan suatu komitmen dan

integritas seseorang.57

Kedua, selalu menciptakan kualitas karakter yang tinggi dalam hidup

seseorang yang ditandai oleh adanya suatu karakter yang kuat dari masing-masing

orang, termasuk didalamnya adalah atasan dan bawahan. Apabila seorang atasan

terbukti memiliki disiplin yang tinggi dalam bersikap untuk kehidupan pribadinya

dan kehidupan kerjanya, akan sangat memengaruhi bawahannya untuk berdisiplin

tinggi dan menjadikan pimpinan tersebut seorang figure baginya. Dalam

prosesnya, disiplin bisa digambarkan melalui tiga perbandingan. Satu, disiplin

bagaikan mercu suar bagi seorang nahkoda agar selalu tetap siaga dalam situasi

dan kondisi yang dihadapi dan selalu tetap waspada dalam menghadapi segala

rintangan kenyataan hidup dan kerja. Dua, disiplin bisa juga dideskripsikan

sebagai air sungai yang mengalir secara terus menerus dari atas gunung turun ke

lembah dan terus membawa kesejukan serta kesegaran dan ikut ambil bagian

dalam membersihkan bagian sungai yang keruh.

49 Wibowo, 2017, Manajemen Kinerja, edisi ketiga, Jakarta, PT. Raja Grafindo
5

Ketiga, disiplin bisa diartikan juga bagaikan dinamo yang mampu

menyimpan dahsyatnya kekuatan/daya untuk menghidupkan mesin. Apabila kunci

kontak dinyalakan, dayapun mengalir dengan kencangnya dan mampu

menghidupkan mesin dimana menciptakan suatu daya dorong yang sangat kuat

dan yang berjalan secara konsisten.

2.4.3 Tujuan Disiplin Kerja

Tujuan Disiplin Kerja merupakan hal yang utama. Kenapa dikatakan

utama karena disiplin kerja adalah merupakan kelangsungan hidup suatu

organisasi atau perusahaan berdasarkan dengan motif organisasi tersebut atau

perusahaan terkait baik hari ini ataupun hari esok. Secara khusus tujuan disiplin

kerja para pegawai, diantaranya:58

1. Agar para pegawai mentaati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku

berdasarkan ketetapan yang ada, baik secara tertulis maupun tidak tertulis,

serta melaksanakan perintah manajemen dengan tepat dan secara baik.

2. Karyawan dapat mengerjakan pekerjaan dengan sebaik mungkin dan

sanggup memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu

yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan pegawaig pekerjaan

yang diberikan kepadanya.

3. Karyawan dapat menggunakan dan menjaga sarana dan prasarana, barang

dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.

50 Wibowo, 2017, Manajemen Kinerja, edisi ketiga, Jakarta, PT. Raja Grafindo
5

4. Para karyawan dapat berkegiatan dan berpartisipasi sesuai dengan norma-

norma yang berlaku pada organisasi.

5. Karyawan sanggup membuat motivasi yang tinggi sesuai dengan

keinginan organisasi, baik dalam jangka pendek ataupun panjang.

2.4.4 Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja

Bentuk-bentuk disiplin kerja dalam suatu organisasi/perusahaan dibagi 2

(dua) bentuk, yaitu:59

1. Disiplin Preventif

Disiplin Preventif idalah Tindakan yang mendukung para karyawan untuk

patuh dan taat kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku dan mematuhi standar-

standar yang telah ditetapkan. Artinya, melalui penjelasan pola sikap, tindakan

dan tingkahlaku yang diinginkan dari setiap anggota, organisasi diusahakan

mencegah jangan sampai karyawan melakukan hal negatif.

2. Disiplin Korektif

Disiplin Korektif adalah pendisiplinan yang dilakukan apabila ada

pegawai yang secara terang-terangan melanggar ketentuan yang berlaku atau

gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan maka kepadanya diberikan sanksi

disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi dilihat dari pelanggaran apa yang

dilakukannya.

3. Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah merupakan SDM agar tergugah untuk mematuhi

standar atau peraturan. Tujuan utamanya yaitu mendorong SDM supaya

51 Siagian,Sondang, (2006) Etika Bisnis , Jakarta ,Penerbit Pustaka Binaman


5

mempunyai disiplin pribadi yang tinggi, sehingga peran kepemimpinan ringan

dalam pengawasan atau pemaksaan, yang dapat menghentikan prakarsa dan

kreativitas serta partisipasi SDM.

4. Disiplin Korektif

Disiplin korektif yaitu tindakan dijalankan setelah terjadi pelanggaran

standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah munculnya

pelanggaran lebih lanjut. Tindakan tersebut biasanya berupa hukuman tertentu

yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, diantaranya berupa skors,

peringatan, dan pemecatan.

5. Disiplin Progresif

Disiplin progresif yaitu tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman

yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri

sebelum hukuman berat dijatuhkan.

2.4.5 Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja

Secara luas dapat dinyatakan bahwa tujuan pembinaan disiplin kerja

karyawan yaitu demi berjalannya perusahaan sesuai dengan harapan perusahaan.

Tujuan pembinaan disiplin kerja karyaawn yaitu:60

1. Supaya pegawai menaati semua peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan

baik secara tertulis maupun tidak, serta menjalankan perintah manajemen.

2. Mampu menjalankan dengan sebaik-baiknya dan mampu menyediakan

pelayanan terbaik kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan

perusahaan sesuai dengan pekerjaan yang diberikan.

52 Siagian,Sondang, (2006) Etika Bisnis , Jakarta ,Penerbit Pustaka Binaman


5

3. Mampu memakai dan menjaga sarana dan prasarana serta barang dan jasa

perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4. Mampu melakukan dan bersikap sesuai dengan aturan-aturan perusahaan

yang berlaku.

5. Pegawai bisa menghasilkan motivasi tinggi sesuai yang diharapkan

perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek.

2.4.6 Prinsip-Prinsip Pendisiplinan

Prinsip-prinsip pendisiplinan yaitu seperti berikut: 61

1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi

Menjalankan pendisiplinan sebaiknya melalui teguran terhadap pegawai.

Teguran sebaiknya tidak dilakukan di depan orang banyak. Hal tersebut bisa

membuat pegawai merasa dipermalukan dan kemungkinan bisa memunculkan

perasaan dendam yang nantinya merugikan organisasi itu sendiri.

2. Pendisiplinan harus bersifat membangun

Disamping membuat teguran dan menunjukkan kesalahan yang dilakukan

pegawai, harus diiringi dengan saran mengenai bagaimana seharusnya

bertingkahlaku agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. c. Pendisiplinan

seharusnya dijalankan sacara langsung dan disegerakan. Sebuah perbuatan

ditindak secepatnya setelah pegawai terbukti sudah melakukan kesalahan.

Masalah jangan diabaikan sampai kadaluarsa hingga pegawai tersebut

melupakannya.

5 Robin, 2012,. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi Kelima. Penerjemah :


dan Dewi Sartika. Jakarta :
5

3. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan

Menjalankan pendisiplinan harus secara adil dan tidak tebang pilih. Siapapun

yang melakukan kesalahan harus diberi tindakan pendisiplinan secara adil

dengan tidak membeda-bedakan.

4. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu karyawan

absen

Tindakan pendisiplinan sebaiknya dilakukan langsung di depan pegawai

tersebut secara pribadi supaya mengetahui kesalahan yang dilakukan.

5. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali

Pimpinan sebaiknya dapat menunjukan sikap wajarnya pada pegawai yang

sudah melakukan perbuatan salahnya. Sehingga dapat menjalankan kembali

pekerjaannya dengan lancar dan bersikap tidak canggung.

2.4.7 Indikator Disiplin Kerja

Pemahaman indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

pegawai pada suatu perusahaan, yakni seperti: 62

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang hendak dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta

cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Artinya yaitu tujuan suatu

pekerjaan yang dibebankan pada tiap karyawan harus sesuai dengan

kemampuan karyawan tersebut.

2. Teladan pimpinan

Pimpinan menjadi panutan dan teladan bagi bawahannya, hal tersebut yang

dapat menentukan disiplin kerja para pegawai. Pimpinan harus

5 Robin, 2012,. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi Kelima. Penerjemah :


dan Dewi Sartika. Jakarta :
5

mencontohkan sesuatu yang baik, jujur, berdisiplin baik, adil, dan

perkataannya harus sesuai dengan perbuatan.

3. Balas jasa

Gaji dan kesejahteraan termasuk dalam balas jasa yang turut mempengaruhi

kedisplinan karyawan, karena dapat memberikan kecintaan dan kepuasan

pegawai kepada perusahaan atau pekerjaannya. Perusahaan wajib

memberikan balas jasa yang setimpal.

4. Keadilan

Keadilan mendorong terciptanya kedisiplinan pegawai, karena sifat dan ego

manusia yang menganggap dirinya selalu merasa penting dan berharap

mendapat perlakuan yang sama seperti lainnya.

5. Pengawasan melekat

Adanya pengawasan melekat harus dijadikan suatu tindakan yang nyata

untuk menciptakan kedisplinan pegawai perusahaan, dengan pengawasan

seperti ini, artinya pimpinan harus aktif dan langsung mengawasi

tingkahlaku, sikap, moral, prestasi bawahan, dan gairah kerja. Hal

6. Sanksi hukuman

Sangsi hukuman berperan untuk menjaga kedisiplinan karyawan. Karena

jika sanksi hukuman diberi semakin berat, pegawai menjadi lebih takut

melanggar peraturan di perusahaan, perilaku dan sikap pegawai tidak

disiplin akan berkurang.

7. Ketegasan

Pemimpin harus bersikap tegas dalam menghukum pegawai yang tidak

disiplin sesuai dengan sanksi hukuman yang telah diputuskan. Pimpinan


5

yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi pegawai yang tidak

disiplin akan disegani dan diakui kepemimpinanya.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan yang harmonis antar sesama pegawai turut mewujudkan

kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan tersebut

baik bersifat horizontal ataupun vertical. Pimpinan atau manajer harus

berusaha membuat suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta

mengikat, vertical ataupun horizontal.

2.4.8 Sintesis Disiplin Bidan

Sintesis disiplin bidan adalah bentuk ketaatan bidan yang tunduk

pada peratutan yang ada, baik yang tertulis maupun tidak tertulis dan

mendapatkan sanksi apabila bidan melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya terkait pelaksanaan asuhan persalinan normal.

2.5 Landasan Teori Menuju Konsep

Konsep teori dikembangkan berdasarkan teori dalam Wibowo, bahwa

kompetensi dipengaruhi oleh kepemimpinan, lingkungan kerja, ketrampilan,

motivasi kerja, disiplin kerja dan komunikasi serta beberapa faktor lain yang

tidak diteliti. Kompetensi secara umum dapat diartikan sebagai keterikatan

bidan pada organiasasi dimana bidan tersebut bekerja. Kompetensi

dibutuhkan oleh organisasi agar sumber daya manusia yang komputen

dalam organisasi dapat terjaga dan terpelihara dengan baik. Kompetensi

dipandang sebagai suatu orientasi nilai terhadap organisasai yang

menunjukan individu sangat memikirkan dan mengutamakan pekerjaan dan


5

organisasinya. Individu akan berusaha memberikan segala usaha yang

dimilikinya dalam rangka membantu organisasi mencapai tujuannya.

Lingkungan kerja merupakan faktor yang mempengaruhi kondisi stress

dan berdampak pada kompetensi bidan. Lingkungan kerja akan sangat

berpengaruh terhadap prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang

dibebankan kepadanya. Lingkungan kerja yang buruk dipandang oleh

banyak ahli sebagai hal yang tidak ekonomis, karena merupakan penyebab

utama pemborosan waktu dan hal-hal lainnya yang berakibat hasil kerja

(output) yang dihasilkan pegawai akan menurun. Setiap orang, baik secara

individu maupun kelompok memberikan reaksi dengan sensitifitas atau

kepekaan yang cukup tinggi terhadap lingkungn psikologis, misalnya

cahaya lampu yang kurang terang, kamar yang pengap, kursi yang kurang

enak diduduki, hal ini secara drastis dapat meruntuhkan moral kerja atau

mengurangi efektifitas dan efisiensi kerja para pegawai.63

Kondisi lingkungan kerja yang berbeda pada setiap rumah sakit dapat

memberikan tingkat kepuasan yang berbeda pula bagi pegawai, sehingga

prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan padanya juga

berbeda. Yang harus diusahakan untuk memperbaiki metode kerja dalam

suatu rumah sakit atau tempat kerja yang lain adalah menjamin agar para

pegawai dapat bekerja dan melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang

63
Robin, 2012,. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi Kelima. Penerjemah : Halida
dan Dewi Sartika. Jakarta : Erlangga
5

memenuhi persyaratan, sehingga mereka dapat melakukan tugasnya tanpa

mengalami hambatan.64

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi bidan dalam

pelaksanaan asuhan persalinan normal adalah lingkungan kerja, beban kerja

dan disiplin kerja. Lingkungan kerja dapat menjadi faktor penting dalam

meningkatkan kompetensi bidan. Lingkungan kerja yang kondusif meliputi

terciptanya hubungan yang baik antara sesama bidan, hubungan yang baik

antara atasan dan bawahan, terdapatnya lingkungan kerja fisik yang meliputi

ukuran ruang kerja, penerangan, suhu udara, warna, pengendalian tingkat

kebisingan, kebersihan tempat kerja, serta tersedianya peralatan kerja. Jika

lingkungan kerja tidak kondusif akan mengakibat kanstres bagi bidan yang

pada akhirnya akan menimbulkan penurunan prestasi kerja bidan.65

Terciptanya lingkungan kerja yang baik dan disiplin kerja yang

tinggi,diharapkan pegawai mempunyai prestasi kerja yang tinggi pula

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Kondisi fisik BPM dapat

dikatakan baik,dimana setiap bagian memiliki ruangan tersendiri.

Lingkungan kerja yang berfungsi untuk membentuk aturan atau pedoman

dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal

ini berarti Lingkungan kerja yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan

mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Selain

itu, tekanan utama dalam perubahan dan pengembangan lingkungan kerja

adalah mencoba untuk mengubah nilai-nilai, sikap dan motivasi anggota


64
Robin, 2012,. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi Kelima. Penerjemah : Halida
dan Dewi Sartika. Jakarta : Erlangga
65
Ibid
5

organisasi secara keseluruhan, agar keinginan dan harapannya dapat

dipenuhi.66

Penelitian Wayan (2012) tentang pengaruh lingkungan fisik terhadap

kompetensi karyawan pada CV. Jaya Utama Teknik Denpasar, Bali

menunjukan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan secara simultan

antara pengaruh lingkungan fisik dan motivasi kerja terhadap kompetensi

karyawan. Hasil pengujian variabel diperoleh standarzed coefficients beta

dari lingkungan kerja fisik sebesar 0,390 dan motivasi kerja sebesar 0,290.

Dengan demikian lingkungan kerja fisik merupakan variabel yang

berpengaruh dominan kepada kompetensi pegawai, karena mempunyai

standarzed cofficients beta yang terbesar jika dibandingkan dengan variabel

lain.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kompetesi bidan adalah beban

kerja. Tenaga kesehatan khususnya bidan, analisa beban kerjanya dapat

dilihat berdasar aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsinya .

Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut antara lain,

jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerja sesuai dengan pendidikan

yang diperoleh, shift yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya, dan

kelengkapan fasilitas yang menunjang pekerjaan. Bidan sangat rentang

mengalami stress kerja ketika melaksanakan tugasnya . Tugas-tugas yang

dilakukan oleh bidan cukup berat. Bidan merupakan ujung tombak pemberi

layanan persalinan. Bidan bertanggung jawab untuk memberikan asuhan

59 Simamora, 2014, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina


6

yang bermutu tinggi, tanggap terhadap selama persalinan, memimpin suatu

persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawadaruratan

tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru

67
lahir.

Beban kerja sangat berpengaruh terhadap kompetensi juga sudah

dilakukan penelitian oleh Angraini (2014), menyatakan bahwa ada pengaruh

positif dan signifikan antara beban kerja terhadap kompetensi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa beban kerja dengan thitung sebesar 2,513.

Pengeruh positif tersebut tampak pada persepsi pegawai dalam hal

menciptakan peluang baru saat bekerja serta mengukur tingkat kretivitas

mereka, perhatian terhadap tugas tinggi, Motivasi kerja dalam

mempengaruhi pegawai lain serta usaha pegawai dalam mencari informasi

mengenai pekerjaan baik.

Disiplin kerja juga dapat meningkatkan kompetensi bidan dalam

pelaksanaan asuhan persalinan normal. Peningkatan kasus kematian ibu

dapat juga disebabkan kurangnya disiplin bidan dalam menerapkan

pelayanan kebidanan, salah satunya adalah tidak menerapkan upaya

keselamatan pasien seperti identifikasi pasien dan kurangnya komunikasi

yang efektif. Disipilin menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu

kegiatan guna mendapatkan hasil yang baik. Oleh karena bidan yang

mempunyai disipilin kerja tinggi akan mempunyai Kompetensi yang tinggi

juga. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab

60 Simamora, 2014, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina


6

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai. Disiplin

kerja pegawai dalam organisasi merupakan satu fungsi dari manajemen

sumber daya manusia karena dengan kondisi yang penuh dengan disiplin,

pegawai dapat diharapkan menjadi tonggak dasar yang tangguh pada suatu

organisasi untuk mencapai tujuan.68

Dalam penelitian ini perhatian lebih utama untuk menjawab apakah ada

pengaruh langsung dan tidak langsung antara kepemimpinan, lingkungan

kerja, ketrampilan motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kompetensi

bidan. Selain itu juga konsep yang akan dikembangkan maka dalam

penelitian ini akan fokus pada pengaruh lingkungan kerja, beban kerja dan

disiplin kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan

persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

68
Hasibuan, Malayu 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan, Jakarta : PT
Bumi Aksara
BAB III

KERANGKA, DEFINISI, PENGUKURAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

3.1.1 Model Teori 1

Struktur:

a. Jumlah Tenaga Disiplin


b. Jenis tenaga
c. Standar tenaga

Proses: Metode Modifikasi Kebidanan primer

Hubungan Profesional Perilaku

Peran Pimpinan Kompetensi Kinerja

Ketrampilan

Nilai-nilai Profesional:
Nilai intelektual
Komitmen moral,
Otonomi Motivasi kerja
Kendali
Tanggung gugat
Lingkungan Kerja

Gambar 3.1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kompetensi
Sumber : Uno (2011) dan Sitorus (2006)

62
6

3.1.2 Model Teori 2

Subbordinates
Bawahan
Characteristic Locus of control
Experience
Pengalaman
Ability
Ketrampilan

Leader styles
Peran Pimpinan
Directive Follower
Direktif Pengikut
Outcom
Work Discipline Disiplin Kerja
Supportive es Hasil
Suportif Motivation
Motivasi /
Participative Harapan
Partisipasi
Achievement oriented Productivity
Orientasi Hasil Produktivitas
Satisfaction

Environmental factor
Faktor Lingkungan
Task structure
Tugas
Formal authority system
Sistem Otoritas
Work load
Beban Kerja

Gambar 3.2
Pengaruh Peran Pimpinan terhadap Motivasi Melalui Lingkungan dan Ketrampilan
Dalam buku berjudul Path Goal Leadership. p 129
Sumber : Gibson (2008)
6

3.1.3 Model Teori 3

Beban kerja Pengetahuan /


(skill) Pengalaman

Kompetensi

Motivasi (motive) Disiplin Kerja


Peran Atasan
(leader)

Gambar 3.3.
Kompetensi dari Spencer dalam buku Pengukuran Kompetensi Berbasis
Kompetensi
oleh Irwady (2007) dan Moeheriono (2010), Hal 128

3.1.4 Model Teori 4

Karakteristik Individu

Beban Kerja
Stress Kerja

Kompensasi
Iklim Kerja Motivasi kerja Peran Pimpinan

Lingkungan Kerja

Gambar 3.4.
Konflik
Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Peran
Kerja Sumber : Uno (2008) dan Siagian (2007)
6

3.2 Kerangka Konsep

LK1

Lingkungan Kerja (LK)


LK2

LK3

Disiplin Kerja Kompetensi


Bidan dalam
Pelaksanaan
APN

Beban Kerja

Gambar 3.5 Kerangka Konsep

Lingkungan kerja
LK1 = Hubungan Rekan Kerja
LK2 = Suasana kerja
LK3 = Fasilitas kerja
6

3.3 Kerangka Analisis

Gambar 3.6 Kerangka Analisis

Keterangan :

ξ (ksi) = Variabel Laten Eksogen / independent

ŋ(etta) = Variabel Laten Endogen / dependen

β (betta) = Hubungan antar variable endogen terhadap endogen

γ (gamma) = Hubungan antara variable eksogen terhadap endogen

λ (lambda) = Hubungan antara variabel eksogen atau endogen

(terhadap indikator-indikatornya

 (epsilon) = Galat atau kesalahan pengukuran (measurement error) dari

indikator variabel endogen

δ (delta) = Galat atau kesalahan pengukuran (measurement error) dari

indikator variabel eksogen

 (zeta)= Galat model


6

3.3 Variabel, Definisi, dan Pengukuran

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Skala
Ukur Ukur Ukur

1. Kompetensi Keinginan Pencerminan dari Kuesioner Responden Skoring Interval


Bidan seseorang untuk Motivasi kerja seseorang mengisi kuesioner
berusaha sekuat yang nampak dalam daftar 15-75
tenaga demi bentuk ketrampilan pertanyaan
kepercayaan yang untuk melaksanakan
pasti terhadap fungsi jabatan yang
nilai-nilai dan dipegangnya. Sedangkan
tujuan organisasi. indikator kompetensi itu
sendiri adalah terbatas
pada keahlian, motivasi
kerja dan penilaian
2. Lingkungan Keadaan fisik dan Keadaan fisik dan Kuesioner Responden Skoring Interval
Kerja nonfisik nonfisik (psikologis) mengisi kuesioner
(psikologis) ditempat kerja bidan di daftar 15-75
ditempat kerja dalam mencapai tujuan pertanyaan
seseorang di puskesmas yang telah
dalam mencapai ditetapkan. Sedangkan
tujuan organisasi indikator lingkungan
yang telah kerja itu sendiri adalah
ditetapkan. suasana kerja,
hubungan kerja dan rasa
fasilitas kerja
3. Beban Kerja Jumlah pekerjaan Jumlah pekerjaan dan Kuesioner Responden Skoring Interval
dan banyaknya banyaknya jenis mengisi kuesioner
jenis pekerjaan pekerjaan dalam daftar 15 - 75
pertanyaan
yang harus pelaksanaan asuhan
diselesaikan persalinan normal yang
seseorang dalam harus diselesaikan bidan
jangka waktu dalam jangka waktu
tertentu. tertentu

5. Disiplin Kerja Ketaatan Ketaatan bidan yang Kuesioner Responden Skoring Interval
seseorang yang tunduk pada peratutan mengisi kuesioner
tunduk pada yang ada, baik yang daftar 15 - 75
peratutan yang tertulis maupun tidak pertanyaan
ada, baik yang tertulis dan mendapatkan
tertulis maupun sanksi apabila bidan
tidak tertulis melanggar tugas dan
wewenang yang
diberikan kepadanya
terkait dengan
pelaksanaan asuhan
persalinan normal.
6

3.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh langsung dan tidak langsung antara lingkungan kerja,

beban kerja dan disiplin kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan

asuhan persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dengan alasan bahwa

penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang bersamaan untuk

mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara lingkungan kerja,

beban kerja dan disiplin kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan

asuhan persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kabupaten Sukabumi. Proses

penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan. Adapun kegiatan

pengambilan data Penulis dilaksanakan dalam 1 bulan yaitu pada Desember

2018.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah subyek yang hendak diteliti dan yang memiliki

sifat-sifat yang sama.69 Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh bidan

yang bekerja Puskesmas Kabupaten Sukabumi sebanyak 80 orang bidan.

69
Sugiyono. 2009. dalam Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Jakarta

69
7

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel yang diambil dalam penelitian,

70 orang bidan dalam setiap puskesmas, Sedangkan untuk sampel kepala

puskesmas yang diambil 10 orang, sehingga jumlah sampel seluruhnya

sebanyak 80 responden. Adapun kriteria populasi dan sampel pada

penelitian dapat dilihat di bawah ini:

1. Kriteria inklusi: karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak

untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden

a. Sudah menikah dan sehat jasmani rohani

b. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden

2. Kriteria eksklusi: subjek penelitian yang karena suatu sebab tertentu

dikeluarkan dari kriteria inklusi, adapun sebab tersebut antara lain:

a. Responden tiba-tiba sakit

b. Responden pindah kerja ke instansi lain

4.4 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan prosedur penelitian dengan tanggung

jawab profesional, legal, sosial bagi subyek penelitian.70 Sebelum

melakukan penelitian perlu dibuatkan surat persetujuan penelitian. Surat

persetujuan penelitian disampaikan kepada Kepala Puskesmas Kabupaten

Sukabumi dan setelah mendapatkan izin, Peneliti terjun langsung

70
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika; 2015
7

mendatangi seluruh bidan yang termasuk ke dalam kriteria inklusi

penelitian. Sebelum penelitian dilakukan, responden yang menjadi subyek

penelitian diberikan informasi bahwa semua keterangan yang diberikan

kepada subyek penelitian dan hasil pengisian kuesioner sifatnya

dirahasiakan. Setiap responden diberikan hak penuh untuk menyetujui

apakah bersedia menjadi responden atau menolak menjadi subyek

penelitian. Dan mereka yang telah setuju akan diberikan lembar persetujuan

yang telah disiapkan oleh responden.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan alat bantu (instrument) berupa angket yang

mengandung masing-masing indikator dalam 5 item pertanyaan. Cara

pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh

melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap

responden yang telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam hal ini

pengaruh lingkungan kerja, beban kerja dan disiplin kerja terhadap

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

Bentuk pertanyaan adalah dengan kuesioner tertutup dimana daftar

pertanyaan yang akan ditanyakan langsung kepada responden (obyek

penelitian) tersusun dalam satu garis kontinum dimana bila jawabannya

“sangat baik/selalu/pernah/positif/” terletak di bagian kanan garis dan

jawaban yang “sangat buruk/tidak selalu/tidak pernah/negatif, terletak di

bagian kiri garis atau sebaliknya. Pertanyaan-pertanyaan dibuat dengan


7

menggunakan Semantic Deferensial. Sumber data yang dikumpulkan

meliputi data primer dan data sekunder.

4.5.1 Data Primer

Data primer di dalam penelitian ini adalah data tentang lingkungan kerja,

beban kerja dan disiplin kerja terhadap kompetensi bidan dalam

pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi

Tahun 2018yang diperoleh sekaligus melalui pengisian kuesioner oleh

responden dengan cara mengisi sendiri.

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data tentang gambaran umum area penelitian yang

diperoleh dari Puskesmas Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari data

tenaga bidan yang ada.

4.6 Uji Instrumen Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang dilakukan betul-betul mengukur apa yang perlu diukur dan

sejauh mana instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Uji

validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Smart Partial Least Square

(PLS).

Sebelum digunakan dalam penelitian instrument berupa kuesioner

yang dibagikan dan diisi oleh 50 calon responden untuk diujicobakan

dengan maksud menjaga validitas dan realibilitas dari instrumen tersebut,

sehingga maksud dari instrument menjadi jelas dan mudah dipahamin oleh
7

responden yang akan mengisinya. Uji validitas dan reliabiltas diolah

menggunakan program SPSS Statistics 19. Soal pertanyaan dalam instrumen

yang dinyatakan tidak valid tidak boleh dituangkan dalam instrumen dari

masing-masing variabel.

4.7 Metode Pengukuran

Skala ukur yang dipakai untuk mengukur variabel eksogen dan

variabel endogen adalah skala interval dengan menggunakan perbedaan

semantik (semantic deferensial) dan skala Likert yang diberi nilai 1 sampai

dengan 5. Skala perbedaan Semantik dengan Likert yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Skala Sematik Diffrential

Skala semantik diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap,

tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun

dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak

dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak

dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui

pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval.

Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau

karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Contoh bentuk skala

semantic adalah :

Buruk/ Baik

Negatif 1 2 3 4 5 Positif
7

b. Skala Likert

Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan. Dalam skala

Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif yang

berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan negative yang

berfungsi untuk mengukur sikap negative objek sikap. Skor pernyataan

positif dimulai dari 1 untuk sangat tidak setuju (STS), 2 untuk tidak

setuju (TS), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk setuju (S), dan 5 untuk sangat

setuju (SS). Skor pernyataan negative dimulai dari 1 untuk sangat setuju

(SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk tidak setuju (TS),

dan 5 untuk sangat tidak setuju (STS). Beberapa peneliti menghilangkan

option “Ragu-ragu” dalam instrument penelitian untuk memudahkan

peneliti melihat sikap responden sesungguhnya sesuai angket yang

responden isikan.

4.8 Teknik Analisa Data

4.8.1 Analisa Univariat

Analisis univariat yang dilakukan adalah untuk mengetahui karakteristik

dari masing-masing variabel endogen dan eksogen untuk mengetahui

gambaran distribusi dan tiap-tiap variabel yang diteliti.

4.8.2 Analisis Multivariat

Analisa data secara multivariat dilakukan dengan tehnik Stuructural

Equation Modeling (SEM) untuk mencari hubungan langsung dan tidak


7

langsung antara variabel yang diteliti secara bersamaan. Tehnik analisa ini

dapat mengestimasi beberapa persamaan regresi berganda yang saling

berkaitan dan dapat menunjukkan konsep-konsep tidak teramati serta

hubungan-hubungan yang ada didalamnya. Component Based SEM yakni

metode analisis Partial Least Square (PLS) dipakai dalam penelitian ini

karena tidak mengasumsikan data dengan pengukuran skala tertentu serta

dapat dipakai pada sampel yang terbatas.71

4.9 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner direkap dengan menggunakan

program Excel dan selanjutnya akan diolah menggunakan program

SmartPLS melalui tahapan:

4.9.1 Menyunting data (editing)

Dilakukan pemeriksaan kuesioner yang telah dikumpulkan. Dalam

melakukan editing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:

a. Memeriksa kelengkapan data

Pemeriksaan kelengkapan kuesioner, apakah semua pertanyaan yang

diajukan telah dijawab dengan lengkap dan benar.

b. Memeriksa kesinambungan data

Memeriksa apakah semua data berkesinambungan atau tidak, dalam arti

tidak ditemukan data atau keterangan yang bertentangan antara satu

dengan lainnya.

71
Latan, H. Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL
8.80, Bandung: Alfabeta; 2012
7

c. Memeriksa keseragaman data

Memeriksa apakah ukuran yang dipergunakan dalam pengumpulan data

telah seragam atau tidak.

4.9.2 Mengkode data (coding)

Proses untuk mengklasifikasikan data dan memberi kode untuk masing-

masing kelas sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Kode angka untuk

setiap jawaban adalah 1-5 dalam rangka mempercepat proses input data.

4.9.3 Processing perintah

Setelah isian kuesioner telah diisi penuh dan benar telah di processing,

maka selanjutnya memproses data dengan cara meng-entri data dari

kuesioner ke dalam program Ms.Excell dengan perintah save as csv (comma

separated value).

4.9.4 Membersihkan data (cleaning data)

Proses pembersihan data dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-

variabel dan menilai kelogisannya. Data yang sudah di entry kemudian

dilakukan pembersihan data untuk melihat kesalahan yang mungkin terjadi.

4.9.5 Transforming

Setelah dipastikan tidak ada kesalahan dalam entri data, maka dilakukan

transforming yaitu perubahan dari excel csv ke program smart PLS. Analisis

data pada penelitian ini menggunakan pendekatan Partial Least Square

(PLS) dengan menggunakan software smart PLS.. Seluruh data yang sudah

terkumpul dalam penelitian selanjutnya akan diolah dengan menggunakan

program statistik berbasis komputer yaitu PLS (partial least square). PLS
7

adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau

varian (variance). Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak

mengasumsikan data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori,

ordinal, interval, ratio). Model formalnya mendefinisikan variabel laten dan

linier agregat dari indikator-indikatornya. PLS mempunyai keunggulan

tersendiri diantaranya data tidak harus berdistribusi normal multivariate dan

ukuran sampel tidak harus besar.72

Walaupun PLS digunakan untuk menkonfirmasi teori tetapi dapat juga

digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel

laten. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan

indikator refleksif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin

dijalankan dalam Structural Equation Model (SEM) karena akan terjadi

unidentified model. PLS mempunyai model indikator dalam

penggambaranya, yaitu:

a. Model Indikator Refleksif

Model indikator refleksif sering disebut juga principal faktor model

dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk

laten atau mencerminkan variasi dari konstruk laten. Pada model

refleksif konstruk unidimensional digambarkan dengan bentuk elips

dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator model ini

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan

mempengaruhi perubahan pada indikator. Model Indikator refleksif

72
Latan, H. Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL
8.80, Bandung: Alfabeta; 2012
7

harus memiliki internal konsisten oleh karena semua ukuran indikator

diasumsikan semuanya valid mengukur suatu konstruk sehingga dua

ukuran indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan.

Walaupun reliabilitas (cronsbach alpha) suatu kontruk akan rendah jika

hanya ada sedikit indikator tetapi validitas konstruk tidak akan berubah

jika satu indikator dihilangkan.

b. Model Indikator Formatif

Model formatif tidak mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oleh

kontruk tetapi mengasumsikan semua indikator mempengaruhi single

konstruk. Arah hubungan kausalitas mengalir dari indikator ke kontruk

laten dan indikator sebagai grup secara bersama-sama menentukan

konsep atau makna empiris dari kontruk laten. Oleh karena diasumsikan

bahwa indikator mempengaruhi konstruk laten maka ada kemungkinan

antar indikator saling berkorelasi, tetapi model formatif tidak

mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator atau secara konsiten

bahwa model formatif tidak adanya hubungan korelasi antar indikator

karenanya ukuran internal konsistensi reliabilitas (cronbach alpha)

tidak diperlukan untuk menguji reliabilitas konstruk formatif. Untuk

menilai validitas konstruk perlu dilihat variabel lain yang

mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari

konstruk laten, peneliti harus menekankan pada nomological dan atau

criterion-related validity. Implikasi dari model formatif adalah dengan


7

menghilangkan satu indikator dapat menghilangkan bagian yang unik

dari konstruk laten dan merubah makna dari konstruk (Tobas, 2010).

Estimasi parameter PLS dikategorikan sebagai berikut :

1. Weight estimate untuk menciptakan skor variabel laten didapat

berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model

pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya)

dispensifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen

(keduanya variabel laten dan indikator) diminimumkan. Inner Model

atau Model Struktural menggambarkan hubungan antar variabel laten

berdasarkan pada substantive theory. Perancangan model struktural

hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau

hipotesis penelitian. Sedangkan outer model atau model pengukuran

mendefisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan

variabel latennya. Perancangan model pengukuran menentukan sifat

indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau

formatif berdasarkan definisi operasional variabel.

2. Path estimate (estimasi jalur) yang menghubungkan variabel laten dan

antara variabel laten dan blok indikatornya (loading).

3. Estimasi means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk

indikator dan variabel laten.


8

4.10 Penyajian Data

Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian sistematik data

numerik yang tersusun dari kolom dan baris. Selain itu, disajikan pula dalam

bentuk diagram untuk mempermudah pembacaan hasil penelitian yang

didapatkan. Sedangkan intepretasi data disajikan dalam bentuk narasi

sehingga memudahkan pemahaman terhadap hasil penelitian.


BAB V

AREA PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Penelitian

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu Dinas daerah

yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 25

Tahun 2012 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten

Sukabumi dan Peraturan Bupati (Perbup) Sukabumi Nomor 65 Tahun 2012

tanggal 18 Juli 2012 tentang Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kesehata

kabupaten Sukabumi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi mempunyai tugas melaksanakan

kewenangan otonomi daerah dibidang kesehatan, dalam melaksanakan tugas

tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kesehatan

2. Pengkoordinasian dan pelaksanaan program, monitoring, evaluasi dan

pelaporan di bidang kesehatan.

3. Pengendalian pelaksanaan program di bidang kesehatan.

4. Pengelolaan Tata Usaha Dinas

5. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Dalam pembangunan kesehatan, SDM Kesehatan merupakan salah satu

issue utama yang mendapat perhatian terutama yang terkait dengan jumlah, jenis

dan distribusi, selain itu juga terkait dengan pembagian kewenangan dalam

pengaturan SDM Kesehatan (PP No. 38 tahun 2000dan PP No. 41 tahun 2000).

81
8

Oleh karena itu diperlukan penanganan lebih seksama yang didukung dengan

regulasi yang memadai dan pengaturan insentif, reward-punishment, dan sistim

pengembangan karier.

Jumlah puskesmas di Kabupaten Sukabumi sampai dengan akhir tahun 2018

adalah sebanyak 58 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan sebanyak 7

unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 51 unit. Salah satu indikator yang

digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas

adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap

100.000 penduduk tahun 2011 s.d 2015 adalah 1 : 2,37 artinya setiap 100.000

penduduk dilayani 2 - 3 puskesmas.

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat

di wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa

puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas keliling. Jumlah puskesmas

pembantu di Kabupaten Sukabumi sampai dengan tahun 2018 adalah 158 unit.

Rasio puskesmas pembantu terhadap 100.000 penduduk tahun 2015 adalah 1 :

6.03, artinya setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 6 sampai 7 puskesmas

pembantu.

Sedangkan rasio puskesmas keliling terhadap puskesmas di Kabupaten

Sukabumi adalah 1,00 artinya setiap puskesmas sudah mempunyai puskesmas

keliling sebagai kendaraan operasionalnya. Sedangkan pelayanan mobil

ambulance terdapat pada 4 puskesmas, yaitu di puskesmas Cicurug, Sagaranten,

Cisolok dan Jampang Tengah.


8

Salah satu jenis UKBM yang telah lama dikembangkan dimasyarakat adalah

posyandu. Dimana dalam menjalankan fungsinya, posyandu dapat menjalankan 5

program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan

gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Dalam rangka menilai kinerja dan

perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi 4 stara, yaitu posyandu

pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Jumlah

posyandu di Kabupaten Sukabumi tahun 2015 ada 3.389 buah, dimana bila dirinci

secara klasifikasi maka 1.021 madya, 1703 purnama dan 655 mandiri, dan sebesar

69.87 % posyandu / kelompok UKBM yang aktif.

Polindes dan poskesdes didesa merupakan salah satu wujud upaya

mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk

pelayanan kebidanan. Untuk Kabupaten Sukabumi jumlah poskesdes ada 276

buah, rasio poskesdes terhadap desa sebesar 0,75 dan jumlah polindes ada 135

buah dengan rasio apabila dibandingkan dengan desa sebesar 0,36. Sedangkan

pelayanan rujukan dari polindes dan puskesmas di Kabupaten Sukabumi sudah

terwujud Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED) yang mempunyai

fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan obstetri dan

neonatal dasar yang berjumlah 30 buah PONED

5.2 Visi dan Misi

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, tujuan pembangunan kesehatan

tersebut dirumusan dalam Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi yaitu :


8

”Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Sukabumi Yang Mandiri Untuk Hidup

Sehat”.

Untuk mewujudkan visi tersebut dirumuskan Misi Dinas Kesehatan

Kabupaten Sukabumi antara lain :

1. Membangun Kemandirian mayarakat untuk Hidup Sehat;

2. Menjamin pelayanan kesehatan dasar yang merata dan berkualitas;

3. Mendukung sumber daya dalam pembangunan kesehatan

4. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

Untuk mewujudkan visi tersebut diselenggarakan pembangunan

kesehatan yang berkesinambungan mulai dari Pemerintah, masyarakat termasuk

pihak swasta, yang diawali dengan suatu rencana kerja satuan kerja perangkat

daerah. Rencana strategis merupakan proses berkelanjutan dan sistematis dari

pembuatan keputusan yang berisiko, dengan memanfaatkan sebanyak-

banyaknya pengetahuan antisipasi dan mengorganisasikan secara sistematis

untuk usaha-usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya

melalui umpan balik yang sistematis.

Rencana strategis mempunyai fungsi yaitu menjamin keterkaitan dan

konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan,

menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar program dan

kegiatan serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara transparan,

efisien, efektif berkeadilan dan berkelanjutan.

Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun 2016

– 2021 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


8

(RPJMD) Kabupaten Sukabumi Tahun 2016 – 2021 dan diharapkan mampu

menjaga konsistensi dan komitmen pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan

dan mengoptimalkan implementasi program dan kegiatan dalam rangka

pencapaian Visi Misi Kabupaten Sukabumi 2016 – 2021.

5.3 Wilayah Demografi

Kabupaten Sukabumi beradan di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan jarak

tempuh 96 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119 km dari Ibu

kota Negara (Jakarta). Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi teletak

diantara 6º 57’ – 7º 25’ Lintang Selatan dan 106º 49’ – 107º 00’ Bujur Timur dan

mempunyai Luas daerah 4.162 km² atau 11,21 persen dari luas Jawa Barat atau

3,01 persen dari luas Pulau Jawa.

Selain itu secaran administratif Kabupaten Sukabumi juga berbatasan seara

langsung dengan wilayah Kota sukabumi yang merupakan daerah kantong

(enclave) dikelilingi beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi,

kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Sukabumi di sebelah Uatar, Kecamatan

Cisaat dan Kecematan Gunung Guruh di sebelah Barat,Kecamatan Nyalindung di

sebelah Selatan, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Kebonpedes di sebelah

Timur.

Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi

permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian

utara dan tengah. Dengan ketinggian berkisar antara 0 – 2.960 m. Dengan adanya

daerah pantai dan gunung-gunung antra lain Gunung Salak dan Gunung Gede

yang masing-masing mempunyai puncak ketinggian 2.211 dan 2.958 m


8

menyebabkan keadaan lereng sangat miring (lebih besar dari 35º) meliputi 29

persen dari luas Kabupaten Sukabumi.

Sementara kemiringan antara (13 – 35) meliputi 37 persen dan kemiringan

antara (2º – 13º) meliputi 21 persen dari luas kabupaten. Sisanya daerah datar

meliputi 13 persen dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian

menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor,

erosi tanah dan lain-lain.

Bila di amati dari sumber air, ternyata sumber daya air cukup banyak, hal ini

di tunjukan dengan banyaknya aliran sungai seperti Sungai Cimandiri dan anak-

anak sungainya, Cipelang, Citatih, Citarik, Cibodas dan Cidadap. Selain itu

terdapat juga sungai Ciletuh, Cikarang, Cikaso dan Cibuni yang nerupakan batas

dengan daerah Kabupaten Cianjur di sebelah Timur. Sumber-sumber air tersebut

banyak digunakan masyarakat untuk mengaliri lahan pertaniannya.

Dari aspek kemampuan tanah (kedalaman efektif dan tekstur), daerah

Kabupaten Sukabumi sebagian besar bertekstur tanah sedang (tanah lempung).

Kedalaman tanahnya dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu

kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm) dan kedalaman tanah kurang

dalam (kurang dari 90 cm). Kedalaman tanah sangat dalam tersebar dibagian

utara, sedangkan kedalaman tanah kurang dalan terbesar dibagian tengah dan

selatan. Hal ini mengakibatkan wilayah bagian utaran lebih subur dibanding

wilayah bagian selatan.

Kabupaten Sukabumi seperti juga daerah lainnya di Indonesia termasuk

yang beriklim tropis. Curah hujan yang terjadi dari stasiun pengamatan
8

Perkebunan Goalpara, selama tahun 2012 sejumlah 2.697mm, pada tahun 20113

sebanyak 3.783 mm dan pada tahun 2014 sebanyak 3.835 mm dengan curah hujan

terendah sebanyak 0 mm pada bulan september dan curah hujan tertinggi tterjadi

pada bulan Desember dengan besaran 753mm.

Adapun potensi geologis Kabupten Sukabumi yang sudah di manfaatkan

antara lain sumber panas bumi di daerah Gunung Salak dan Cisolok, bahan

tambang dan bahan galian emas, perak, batu bara, pasir kwarsa, marmer, pasir

besi, bentonit, teras, batu gamping, tanah liat dan lain-lain.

Jenis tanah dibagian utara wilayah Sukabumi pda umumnya terdiri dari

tanah latosol, andosol dan regosol. Dibagian tengah pada umumnya terdiri dari

tanah latosol dan podsolik, sedangkan dibagian selatan bagian besar terdiri dari

tanah laterit, grumosol, podsolik dan alluvial. .

5.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin /Sex Ratio

Kabupaten Sukabumi terdiri dari 47 Kecamatan dan 363 Desa serta 5

Kelurahan, pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi adalah

2.444.616 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 1.239.279 jiwa dan

penduduk perempuan adalah sebesar 1.205.337 jiwa.


8

2,540,000

2,520,000

2,500,000

2,480,000

2,460,000

2,440,000

2,420,000

2,400,000

2,380,000 2014 2015 2016 2017


Jumlah 2,430,751 2,517,982 2,434,221 2,444,616

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi.

Gambar 5.1
Perkembangan Penduduk di Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 - 2017

Jika melihat gambar diatas, pada Tahun 2015 mengalami

perkembangan jumlah penduduk yang cukup besar, hal ini dikarenakan

banyaknya pembangunan wilayah industri di Kabupaten Sukabumi sehingga

mengundang dari daerah lain yang ingin mencari pekerjaan di wilayah

Kabupaten Sukabumi.

Sejak awal telah disadari bahwa pembangunan bukanlah hal yang

mudah dan mencakup segi-segi yang luas dan multi dimensi, karena hasil

pembangunan diharapkan dapat dinikmati secara merata untuk seluruh

lapisan masyarakat. Jumlah penduduk yang berkualitas rendah hanya akan

menjadi beban pembangunan apabila distribusi dan komposisi secara sosial

dan budaya beraneka ragam dan tidak merata.


8

Oleh sebab itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan yang

bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perkembangan penduduk

diarahkan pada pengendalian kuantitas, pengembangan kualitas, serta

pengerahan mobilitas sehingga memiliki ciri dan karakteristik yang

menguntungkan pembangunan bagi suatu daerah.

1,191,874 1,234,758 1,199,548 1,205,337

Perempuan
Laki-laki

1,238,877 1,283,224 1,234,673 1,239,279

2014 2015 2016 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi


Gambar 5.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2014 – 2017

Pada Gambar diatas, jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi jika

dibanding perempuan dengan sex ratio di Kabupaten Sukabumi tahun 2017

adalah (102,81), artinya komposisi laki-laki lebih banyak dengan pengertian

ada 102 hingga 103 orang laki-laki diantara 100 orang perempuan. Angka ini

hampir sama dengan angka Provinsi jawa Barat pada tahun 2015.
9

Besar kecilnya rasio jenis kelamin antara lain dipengaruhi oleh pola

migrasi penduduk di suatu daerah. Jika rasio jenis kelamin diatas 100 berarti

memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut.

Pendidikan mempunyai peranan penting suatu bangsa dan merupakan

salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat tergantung dari kualitas

pendidikan. Pentingnya pendidikan tercantum dalam UUD 1945, bahwa

pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk

mencerdaskan bangsa. Komitmen pemerintah juga diwujudkan dalam

Undang undang Sistem Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang mendorong

agar anggaran pendidikan mencapai 20 persen dari APBN setiap tahun.

Program-program yang menyentuh langsung terhadap siswa dan

sekolah juga terus dikembangkan melalui program Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) untuk tingkat SD dan SMP. Pada Saatnya diharapkan untuk

mencapai pendidikan dasar 9 tahun dilaksanakan secara gratis sepenuhnya

sehingga bisa diakses oleh seluruh masyarakat, terutama masyarakat tidak

mampu. Program pendidikan memiliki andil besar terhadap kualitas sumber

daya manusia, karena semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat,

diharapkan akan semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya.


BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian

Penyajian hasil penelitian disusun berdasarkan sistematika yang dimulai

dengan gambaran analisis univariat yang bertujuan untuk melihat distribusi

frekwensi responden berdasarkan karakteristik responden, variabel endogen

dan eksogen. Sedangkan analisa bivariat untuk melihat pengaruh antara

variabel eksogen dengan variabel endogen dan karakteristik responden (jenis

kelamin, usia, pendidikan dan masa kerja). Kemudian diakhir penelitian ini

diberikan gambaran análisis SEM (Structural Equation Modeling (SEM)

untuk menjelaskan hubungan yang komplek dari beberapa variable yang diuji

dalam penelitian ini.

6.2 Statistik Deskriptif

6.2.1 Statistik Deskriptif Variabel

Data responden dinyatakan dalam beberapa kategori disertai

dengan perhitungan nilai range (kisaran), mean (rata-rata) dan standar

deviasi (penyimpangan). Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan

untuk memberikan gambaran tentang tanggapan responden mengenai

variabel-variabel penelitian yang menunjukkan angka minimum,

maksimum, rata-rata serta standar deviasi.

91
92

Evaluasi selanjutnya adalah menilai distribusi jawaban responden

terhadap variable-variabel yang diteliti. Pembagian kelas dengan memakai

rumus Sturges, yaitu :

K = (1 + 3,3 logN)

K = (1 + 3,3 log 80)

K = (1 + 3,3 (1,90) = 7,28 = 7

Berikut ini dipaparkan sebaran skor dari variable penelitian ini:

Rentang (range) didapatkan dengan rumus:

Rentang = nilai maksismum – nilai minimum

Interval kelas didapatkan dengan rumus

IntervalKelas  Jumlah nilai tertinggi  Jumlah nilai


terendah nilai kelas(Sturges)
a. Variabel Kompetensi dan Beban kerja

64  44
7  2,8  3

b. Variabel Lingkungan kerja dan Disiplin Kerja


65  45
7  2,8  3

Berikut ini dipaparkan sebaran skor dari variabel penelitian ini:

Tabel 6.1. Deskripsi Sebaran Jawaban per Variabel


Variabel Penelitian Rentang Aktual Jawaban Jumlah Persen
( Rumus Sturges)
Kompetensi 44 – 46 2 2.50%
47 – 49 21 26.25%
50 – 52 16 20.00%
53 – 55 26 32.50%
56 – 58 8 10.00%
59 – 61 5 6.25%
62 – 65 2 2.50%
Lingkungan kerja 45 – 47 4 5.00%
9

48 – 50 12 15.00%
51 – 53 12 15.00%
54 – 56 28 35.00%
57 – 59 18 22.50%
60 – 62 2 2.50%
63 – 65 4 5.00%
Beban kerja 44 – 46 7 8.75%
47 – 49 9 11.25%
50 – 52 16 20.00%
53 – 55 28 35.00%
56 – 58 9 11.25%
59 – 61 7 8.75%
62 – 64 4 5.00%
Disiplin Kerja 45 – 47 4 5.00%
48 – 50 12 15.00%
51 – 53 12 15.00%
54 – 56 28 35.00%
57 – 59 18 22.50%
60 – 62 2 2.50%
63 – 65 4 5.00%
Sumber: Data SPSS diolah, 2018

Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk

memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di

lapangan. Data yang disajikan berupa data mentah yang diolah menggunakan

teknik statistik deskripsi.

Data responden juga dapat dinyatakan dalam beberapa kategori disertai

dengan perhitungan nilai range (kisaran), mean (rata-rata) dan standar deviasi

(penyimpangan) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.


9

Tabel 6.2. Distribusi Kisaran Jawaban Responden Per Variabel

Rata- Rata-
Variabel Rentang Rentang Standar
rata rata Range
Penelitian Teoritis Aktual Deviasi
Teoritis Aktual
Kompetensi 15-75 45 44-64 51.50 20 6,229
Lingkungan
15-75 45 45-65 55.19 20 6,488
kerja
Beban kerja 15-75 45 44-64 51.78 20 5,617
Disiplin kerja 15-75 45 45-65 55.19 20 6,488
Sumber: Data SPSS diolah, 2018

Berdasarkan data pada tabel di atas, pada variabel Kompetensi

bidan, kisaran jawaban responden antara 44-64 mendekati kisaran

teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 51,50 dan standar deviasi 6,229

Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung menganggap penting

Kompetensi bidan di Kabupaten Sukabumi.

Pada variabel lingkungan kerja, penilaian terhadap lingkungan

kerja yang diberikan 45-65 berada di tengah kisaran teoritisnya (15-75)

dengan dengan nilai rata-rata 55,19 dan standar deviasi 6,488. Hal ini

mengindikasikan persepsi responden cenderung mengganggap penting

lingkungan kerja.

Pada variabel Beban Kerja, penilaian terhadap Beban kerja antara

44-64 mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 51,78

dan standar deviasi 5,617. Hal ini mengindikasikan bahwa responden

cenderung mengangap penting Beban kerja Bidan.

Pada variabel disiplin kerja, penilaian terhadap disiplin kerja yang

diberikan 45-65 berada di tengah kisaran teoritisnya (15-75) dengan

dengan nilai rata-rata 55,19 dan standar deviasi 6,488. Hal ini
9

mengindikasikan persepsi responden cenderung mengganggap penting

disiplin bidan.

Berikut ini disajikan gambaran tentang tanggapan responden

sebanyak 80 orang, mengenai variabel-variabel penelitian yang

menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata, median dan mode

yang ditunjukkan pada tabel 6.3 berikut ini.

Tabel 6.3. Statistik Deskriptif Jawaban Responden


Jumlah
Variabel
Responden Min Max Mean Median Mode
Penelitian
(N)
Kompetensi bidan 80 44 64 51.50 52 52
Lingkungan kerja 80 45 65 55.19 60 60
Beban kerja 80 44 64 51.78 50 50
Disiplin kerja 80 45 65 55.19 60 60
Sumber: Data SPSS diolah, 2018

Berdasarkan data di atas, memperlihatkan bahwa pada variabel

Kompetensi bidan nilai jawaban responden terkecil adalah 44 dan yang

terbesar adalah 64 dengan rata-rata 51,50 median 52 dan nilai jawaban

yang terbanyak adalah 52. Untuk variabel lingkungan kerja nilai jawaban

responden terkecil adalah 45 dan yang terbesar adalah 65 dengan rata-rata

55,19, median 60 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 60. Untuk

variabel Beban kerjanilai jawaban responden terkecil adalah 44 dan yang

terbesar adalah 64 dengan rata-rata 51,78 median 50 dan nilai jawaban

yang terbanyak adalah 50.

Kategori karakteristik jawaban per variable dapat digambarkan

dalam bentuk histogram sebagai berikut:


9

Gambar 6.1 Histogram Skor Kompetensi Bidan

Gambar 6.2. Histogram Frekuensi Skor Lingkungan Kerja


9

Gambar 6.3. Histogram Skor Beban kerja

Gambar 6.4. Histogram Frekuensi Skor Disiplin Kerja

Dengan melihat histogram pada gambar 6.1 – 6.4 bahwa sebaran

data mirip dengan kurva normal. Berikutnya, untuk melihat variasi total

jawaban responden per variabel dikaitkan dengan karakteristik responden

dilakukan Uji Chi Square Test


9

6.3 Uji Chi Square

Uji Chi Square Test dilakukan untuk melihat variasi total jawaban

responden per variabel terhadap karakteristik penelitian. Hasil dari uji Chi

Square Test variabel tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

6.3.1 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel Kompetensi

Tabel 6.4. Uji Variasi total jawaban


Variabel Kompetensi Terhadap Karakteristik Responden

Karakteristik Uji Chi Square (α = 5%)


Keterangan
Responden p-value (Asymp. Sig)
Umur 0,966 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Pendidikan 0,233 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Masa kerja 0,833 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Sumber: Data SPSS diolah, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Kompetensi

tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi Square

dengan taraf signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05. Ini

menunjukkan variabel Kompetensi tidak ada hubungan dengan

karakteristik responden.

6.3.2 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel Lingkungan

Kerja

Tabel 6.5 Uji Variasi Total Jawaban


Variabel Lingkungan kerja Terhadap Karakteristik Responden

Karakteristik Uji Chi Square (α = 5%)


Keterangan
Responden p-value (Asymp. Sig)
Umur 0,926 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Pendidikan 0,729 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Masa kerja 0,732 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Sumber: Data SPSS diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Lingkungan

kerja tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi
9

Square dengan taraf signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05. Ini

menunjukkan variabel Lingkungan kerja tidak ada hubungan dengan

karakteristik responden

6.3.3 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel Beban

kerja

Tabel 6.6. Uji Variasi Total Jawaban


Variabel Beban kerja Terhadap Karakteristik Responden
Karakteristik Uji Chi Square (α = 5%)
Keterangan
Responden p-value (Asymp. Sig)
Umur 0,578 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Pendidikan 0,745 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Masa kerja 0,289 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Sumber: Data SPSS diolah, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Beban kerja

tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi Square

dengan taraf signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05. Ini

menunjukkan variabel Beban kerjatidak ada hubungan dengan

karakteristik responden.

6.3.4 Uji Bivariat Karakteristik Responden Terhadap Variabel Disiplin

Kerja

Tabel 6.7 Uji Variasi Total Jawaban


Variabel Disiplin kerja Terhadap Karakteristik Responden
Karakteristik Uji Chi Square (α = 5%)
Keterangan
Responden p-value (Asymp. Sig)
Umur 0,554 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Pendidikan 0,925 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Masa kerja 0,310 p-value > 0,05/ tidak ada hub
Sumber: Data SPSS diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Disiplin

kerja tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi
10

Square dengan taraf signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05. Ini

menunjukkan variabel Disiplin kerja tidak ada hubungan dengan

karakteristik responden

6.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah

dengan pendekatan Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

6.4.1 Model Struktural

Model struktural dalam penelitian ini ditampilkan pada gambar 6.6

dibawah ini:

Gambar 6.5. Model Struktural


10

Gambar di atas menunjukkan bahwa konstruk variabel lingkungan

kerja diukur dengan 3 indikator. Sedangkan variabel beban kerja, disiplin

dan kompetensi tidak memiliki indikator.

6.4.2 Evaluasi Outter Model

1. Faktor Loading

Gambar 6.6. Output PLS (Loading Factors)

Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai faktor loading telah

memenuhi persyaratan yaitu nilai loading factors di atas 0,5. Suatu

indikator reflektif dinyatakan valid jika mempunyai loading factor di atas

0,5 terhadap konstruk yang dituju berdasarkan pada substantive content-

nya dengan melihat signifikansi dari weight (t = 1,96).


10

2. Cross Loading

Validitas indikator dapat diukur dengan mengevaluasi hasil cross

loading (discriminant validity) untuk semua variabel ditunjukkan sebagai

berikut:

Tabel 6.8.
Uji Validitas Indikator Ukur Dari Variabel Lingkungan kerja, Beban Kerja,
Disiplin kerja Dan Kompetensi bidan Dengan Mengevaluasi Nilai Cross
Loading (Discriminant Validity)

Kriteri
Varabel Laten
a
Indikator >0,50
Beban Disiplin Kompete Lingkunga
Validitas dan Kerja Kerja nsi Bidan n Kerja
Reliabilitas Beban Kerja 1.000 -0.735 -0.795 -0.694 Valid
Disiplin Kerja -0.735 1.000 0.718 0.754 Valid
Kompetensi -0.795 0.718 1.000 0.687 Valid
LK1 -0.755 0.622 0.554 0.753 Valid
LK2 -0.520 0.667 0.607 0.932 Valid
LK3 -0.535 0.687 0.640 0.940 Valid
Sumber: output SmartPLS 2.0, 2018

Suatu indikator dinyatakan valid jika mempunyai loading factor

tertinggi kepada konstruk yang dituju dibandingkan loading factor kepada

konstruk lain. Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai loading factor untuk

LK1 – LK3 tertinggi untuk variabel lingkungan kerja dibanding variabel

lainnya, sehingga variabel lingkungan kerja mampu memprediksi nilai

faktor loading LK1 sampai LK3 lebih tinggi dari variabel lainnya.
10

3. Convergent Validity

Hasil evaluasi validitas outer model diatur dalam tabel dibawah ini

agar mudah dianalisis

Tabel 6.9.
Uji Validitas Indikator Ukur Dari Variabel Lingkungan kerja,
Beban Kerja, dan Kompetensi bidan Dengan Mengevaluasi
Nilai Outer Loading (Convergent Validity)
Validitas Pengaruh Hasil uji Kriteria Uji
> 0,5
Beban Kerja 1.000 Valid
Disiplin Kerja 1.000 Valid
Convergent Kompetensi 1.000 Valid
Validity LK1 0.753 Valid
LK2 0.932 Valid
LK3 0.940 Valid
Sumber: output SmartPLS 2.0, 2018

Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang

digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses

analisis faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang

telah ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai di

atas batas signifikansi yaitu 0,5. Dari hasil pengolahan data di atas, juga

terlihat bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk variabel laten

menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan nilai loading factor yang

tinggi di mana masing-masing indikator lebih besar dari 0,5. Dengan hasil

ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator pembentuk variabel laten

konstruk Kepemimpinan, lingkungan kerja, Beban Kerja, Motivasi kerja

dan Kompetensi bidan tersebut sudah menunjukkan hasil yang baik


10

Cara lain untuk menguji disciminant validity yaitu melalui nilai

Square root of avarage variance extracted (AVE). Nilai yang diharapkan

di atas 0,50. Berikut di bawah ini tabel AVE dan hasil akarnya :

4. AVE (Avarage Variance Extracted)

Tabel 6.10. Uji Validitas Variabel Lingkungan kerja, Beban Kerja,


Dan Kompetensi bidan Dengan Mengevaluasi
Nilai AVE (Avarage Variance Extracted)

Kriteria Uji >


AVE Akar AVE
0,5
Beban Kerja 1.000 1.000 Valid
Disiplin Kerja 1.000 1.000 Valid
Kompetensi Bidan 1.000 1.000 Valid
Lingkungan Kerja 0.773 0.879 Valid
V Sumber: output SmartPLS 2.0, 2018

Dari tabel di atas dapat dilihat semua variabel dinyatakan valid

karena memberikan nilai AVE di atas 0,5. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang

baik atau valid. Metode lain untuk menilai diskriminan validity adalah

membandingkan nilai Square root of avarage variance extracted (AVE)

setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya

dalam model maka dikatakan memiliki nilai diskriminan validity yang

baik (Fornell dan Lacker dalam Ghozali 2011).

5. Composite Reliablity

Setelah diuji validitas dan dinyatakan variabel dan indikator telah

valid maka dilakukan uji reliabilitas. uji reliabilitas dilakukan dengan

melihat nilai composite reliability dari blok indikator yang mengukur

konstruk hasil composite reliability akan menunjukkan nilai yang


10

memuaskan jika di atas 0,70. hasil evaluasi reliabilitas outer model dapat

dilihat dalam tabel dengan mengevaluasi nilai Cronbach’s Alpha dan

composite reliability. Berikut adalah nilainya:

Tabel 6.11. Uji Reliabilitas Variabel Lingkungan kerja, Beban Kerja,


Disiplin Kerja Dan Kompetensi bidan Dengan Mengevaluasi Nilai
Pada Outer Model
Hasil Uji Kriteria uji
Validitas
Pengaruh Loading >0,70
Beban Kerja 1.000 Reliabel
Cronbach’s Disiplin Kerja 1.000 Reliabel
Alpha Kompetensi Bidan 1.000 Reliabel
Lingkungan Kerja 0.847 Reliabel
Beban Kerja 1.000 Reliabel
Composite Disiplin Kerja 1.000 Reliabel
Reliability Kompetensi Bidan 1.000 Reliabel
Lingkungan Kerja 0.910 Reliabel
Sumber: output SmartPLS 2.0, 2018

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan semua variabel dinyatakan

reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha dan Composite reliability di atas

0,70 sehingga dapat dikatakan bahwa kontruks memiliki reliabilitas yang

baik.

6.4.3 Evaluasi Inner Model

Hasil evaluasi signifikan Inner Model diatur dalam Output

SmartPLS 2.0 dibawah ini dengan mengevaluasi refleksi nilai T-Statistic

indikator terhadap variabelnya.


10

Gambar 6.7. Inner Model (T-Statistic)

Gambar di atas menyatakan nilai T-Statistik direfleksikan terhadap

variabelnya sebagian besar > 1.96, sehingga menunjukan blok indikator

berpengaruh positif dan signifikan untuk merefleksikan variabelnya. Inner

model disebut juga dengan model structural dapat dievaluasi dengan

melihat uji nilai R-Square, hipotesis T-Statistik, pengaruh variabel

langsung dan tidak langsung serta Predictive Relevance (Q-Square).

1. Nilai R-Square

Selanjutnya dilakukan uji Inner Model, pengujian terhadap

model structural dilakukan dengan melihat R-Square yang merupakan

Uji Goodness-fit model. Berikut ini adalah hasil pengukuran nilai R-

Square, yang juga merupakan nilai goodnees-fit model.


10

Tabel 6.12 Evaluasi Nilai R Square Model Pengaruh Lingkungan


Kerja, Beban Kerja, Disiplin kerja dan Kompetensi bidan
Hasil Uji
Variabel R Square
Beban Kerja 0.570433
Disiplin Kerja 0.704005
Kompetensi Bidan 0.688572
Lingkungan Kerja -
Sumber: SmartPLS 2.0 report, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Nilai r square

pada variabel Kompetensi bidan sebesar 68.9% dan sisanya 31.1%

dipengaruhi faktor lain. Begitu juga nilai r square pada variabel Beban

kerja sebesar 57.0% dan sisanya 43.0 % dipengaruhi faktor lain.

2. Nilai T-Statistic

Hasil evaluasi signifikan inner model diatur dalam output

SmartPLS dibawah ini dengan mengevaluasi refleksi nilai T Statistik

indikator terhadap variabelnya.

Tabel 6.13. Evaluasi Refleksi Nilai T Statistik Terhadap Indikator


Dari Masing-masing Variabel
Uji Refleksi >
Indikator T-statistik
Signifikansi 1.96
LK1 20.280 Signifikan
LK2 57.243 Signifikan
LK3 75.784 Signifikan
Sumber: SmartPLS 2.0 report, 2018

Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa nilai T statistic di

refleksikan terhadap variabelnya sebagian besar > 1,96, sehingga

menunjukkan blok indikator berpengaruh positif dan signifikan untuk

merefleksikan variabelnya.
10

3. Uji Hipotesis

Tabel 6.14. Hasil Pengukuran Path Coefficients dan T Statistiknya


Hubungan antar variabel pada Structural Model
Original
Hubungan Antar Nilai T
Sampel Ho Kesimpulan
Variabel (>1,96)
(Rho)
Lingkungan kerja  Ada pengaruh Positif
0.254 1.986 Ditolak
Kompetensi bidan dan Signifikan
Beban kerja  Ada pengaruh Positif
Kompetensi bidan -0.497 5.161 Ditolak
dan Signifikan
Disiplin kerja  Ada pengaruh Positif
Kompetensi bidan 0.144 2.082 Ditolak
dan Signifikan
Lingkungan kerja  Ada pengaruh Positif
0.619 5.696 Ditolak
Disiplin kerja dan Signifikan
Beban kerja  Disiplin Ada pengaruh Positif
-0.268 5.245 Ditolak
kerja dan Signifikan
Lingkungan kerja  Ada pengaruh Positif
-0.700 12.100 Ditolak
Beban kerja dan Signifikan
Sumber: Diolah dari SmartPLS 2.0 report, 2018

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa semua variabel memiliki nilai t-statistik

lebih besar dari 1,96% yaitu pengaruh variabel lingkungan kerja terhadap kompetensi

sebesar 1.986, sehingga H0 ditolak karena nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas

nilai kritis (1,96) sehingga signifikan pada  5%.

4. Pengaruh Variabel Langsung (Direct) dan Tidak Langsung


(Indirect)

Tabel 6.15. Persentase Pengaruh Antar Variabel Terhadap Variabel


Kompetensi bidan
LV Direct Indirect Direct Indirect
Sumber Total %Total
Correlation Path Path % %
Lingkungan Kerja (LK) 0.687452 0.145974 3.3960 3.5420 20.04% 0.075% 10.110%

Beban Kerja (BK) -0.794958 -0.306286 (1.7322) (2.0385) 34.35% 0.018% 24.366%

Disiplin Kerja (DK) 0.737915 0.113874 - 0.1139 8.40% 0.000% 8.403%

Total 68.9% 0.33% 69.2%


Sumber: Diolah dari SmartPLS 2.0 report, 2018
10

Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa kepemimpinan pengaruh

secara langsung dan tidak langsung terhadap kompetensi bidan. Lingkungan kerja

terhadap kompetensi bidan menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar

20.04%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara konflik lingkungan

kerja terhadap kompetensi bidan sebesar 0,075%. Hasil uji koefisien parameter

antara beban kerja terhadap kompetensi bidan menujukkan terdapat pengaruh

langsung sebesar 34.35%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara beban

kerja terhadap kompetensi bidan sebesar 0.018%.

Disiplin kerja berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap

kompetensi bidan. Hasil uji koefisien parameter antara disiplin kerja terhadap

kompetensi bidan menunjukkan terdapat pengaruh langsung 8.40%, sedangkan

untuk pengaruh tidak langsung antara disiplin kerja terhadap kompetensi bidan

sebesar 0,00%.

Cara perhitungan pengaruh langsung lingkungan kerja terhadap

kompetensi bidan adalah dengan cara mengalikan koefisien jalur (path) dari

lingkungan kerja terhadap kompetensi bidan dengan laten variabelnya, hal yang

juga berlaku untuk perhitungan koefisien jalur variabel lainnya. Hasil pengaruh

langsungnya adalah :

a. Pengaruh Langsung Lingkungan Kerja Terhadap kompetensi bidan

LV Correlation (Lingkungan kerja  Kompetensi bidan) Direct Path


(Lingkungan kerja  Kompetensi bidan)
= (0.687452) x (0.145974) x 100%
= 20,04%
11

b. Pengaruh Langsung Beban Kerja Terhadap kompetensi bidan

LV Correlation (Beban kerja  Kompetensi bidan) x Direct Path (Beban kerja


 Kompetensi bidan)
= (-0.794958) x (-0.306286) x 100%
= 34,3%

c. Pengaruh Langsung Disiplin Kerja Terhadap kompetensi bidan

LV Correlation (Disiplin kerja  Kompetensi bidan) x Direct Path (Disiplin


kerja  Kompetensi bidan)
= (0.737915) x 0.113874) x 100%
= 8,4%

Sehingga dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten eksogen

tersebut apabila secara bersama-sama menunjukkan kesesuaian dengan R square

atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel kepemimpinan,

lingkungan kerja, beban kerja, motivasi kerja, disiplin kerja terhadap kompetensi

bidan sebesar (20,04% + 34,35% + 8,4%) = 68.9%

4. Predictive Relevance (Nilai Q-Square)

Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi

data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai

berikut:

Q2 = 1- (1-R12) (1-R22) (1-R 2)


3

= 1- (1-0.5702) (1-0.7042) (1-0.6892)

= 1- (0.515) (0.243) (0.192) (0.049) (0.206)

= 1-0.000243

= 0,999 atau 99.9%


11

Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 99.9%

keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian,

sedangkan 0.1% dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
BAB VII

PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh langsung dan tidak langsung serta

besarannya antara kepemimpinan, lingkungan kerja, beban kerja, motivasi

kerja dan disiplin kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan

asuhan persalinan normal ini tentu saja memiliki keterbatasan. Dalam

penelitian ini pemilihan responden hanya terbatas pada bidan di

lingkungan Puskesmas Kabupaten Sukabumi, sehingga tidak mengukur

kompetensi semua bidan, tetapi hanya terfokus pada 80 orang bidan

sehingga sampel penelitian menjadi sangat terbatas dan kurang memadai.

Dalam penelitian ini pula menggunakan instrumen yang memiliki

kehandalan validitas dan reliabilitas instrumen yang teruji belum cukup

baik, sehingga terdapat item-item pertanyaan dalam instrumen yang

tereliminasi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner bersifat

subyektif, sehingga kebenaran data sangat tergantung kepada kejujuran

responden pada saat menjawab. Pengambilan data responden awalnya

menggunakan random sampling, namun mengingat keterbatasan waktu

maka, peneliti mengambil data dengan cara purposive sampling, yaitu

pengambilan data tergantung pada karakteristik bidan dengan memenuhi

kriteria penelitian.

112
11

Penelitian ini dilakukan pada saat tertentu (cross sectional) dan

melalui kuesioner yang berdasarkan persepsi dari skore jawaban

responden, sehingga sulit melihat perilaku bidan dalam rentang waktu

yang panjang serta melihat kebenaran jawaban yang ditulis oleh

responden.

7.2 Analisis Terhadap Hasil Pengujian

7.2.1 Pengaruh Langsung Lingkungan kerja Terhadap Kompetensi Bidan

Dalam Pelaksanaan Asuhan persalinan normal di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

Hasil uji terhadap koefisien parameter antara lingkungan kerja

terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi menunjukkan terdapat pengaruh

langsung sebesar 19.83%. Nilai T-Statistic sebesar 1.986 dan signifikan

pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh

langsung lingkungan kerja lebih besar nilainya dibandingkan dengan

pengaruh tidak langsung dan signifikan ada pengaruh yang positif dari

kedua variable tersebut. Nilai T-statitik menunjukan, bahwa ada pengaruh

langsung dan tidak langsung antara lingkungan kerja terhadap kompetensi

bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel lingkungan kerja

bidan, semua indikator mampu menjelaskan variabel lingkungan kerja


11

bidan, hal ini membuktikan teorioleh Hafizurracchman menyatakan bahwa

lingkungan kerja adalah keaadaan fisik dan nonfisik (psikologis) ditempat

kerja seseorang di dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Kondisi lingkungan kerja yang berbeda pada setiap organisasi dapat

memberikan tingkat motivasi kerja yang berbeda pula bagi bidan ,

sehingga prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan

padanya juga berbeda. Usaha penyelesaian untuk memperbaiki metode

kerja dalam suatu organisasi atau tempat kerja yang lain adalah menjamin

agar para bidan dapat bekerja dan melaksanakan tugasnya dalam keadaan

yang memenuhi persyaratan, sehingga mereka dapat melakukan tugasnya

tanpa mengalami hambatan. 73

Lingkungan kerja merupakan suatu lingkungan sosial, yang di

dalamnya terdapat orang-orang yang saling berinteraksi setiap jam bahkan

setiap hari. Kebanyakan pegawai akan menghabiskan lebih banyak waktu

untuk bekerja daripada melakukan hal lainnya.74

Hasil penelitian menunjukan bahwa terciptanya lingkungan kerja

yang baik diharapkan bidan mempunyai kompetensi yang tinggi pula

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Kondisi fisik Rumah Sakit

Kabupaten Kolaka Utara dapat dikatakan baik, dimana setiap bagian

memiliki ruangan tersendiri. Akan tetapi masih terdapat beberapa ruangan

yang dinilai kurang baik karena kondisi suhu udara yang ada dibeberapa

ruangan tersebut dirasakan kurang sejuk, bahkan terkadang terasa panas.

73
Hafizurracchman (2009). Loc.cit
74
Baron (2004). Loc.cit
11

Hal ini disebabkan sistem pendingin ruangan yang sering tidak berfungsi

dan tidak semua ruangan kerja mempunyai sistem pendingan ruang.

Demikian pula sirkulasi udara di beberapa ruangan kerja pun dapat

dikatakan kurang baik, karena ventilasi udara yang kurang baik. Kondisi

ini menimbulkan rasa kurang nyaman bagi para bidan . Selain itu

penggunaan beberapa peralatan kantor seperti komputer dan printer masih

dipakai secara bergantian karena tidak semua ruang kerja mempunyai

komputer dan printer. Banyak dokumen dan arsip yang bertumpuk

letaknya disekitar meja kerja, kondisi ini membuat bidan bekerja kurang

nyaman.

Hasil ini juga membuktikan penelitian Aam Zakaria tentang

pengaruh lingkungan kerja terhadap kompetensi bendahara keuangan

puskesmas bahwa ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja

terhadap kompetensi bendahara keuangan puskesmas. Lingkungan kerja

juga dipengaruhi oleh faktor (1) Kondisi bangunan dan ruang, (2) Kondisi

halaman dan kebun, (3) Lokasi atau letak tempat kerja (Puskesmas), (4)

Fasilitas kerja dan (5) Keamanan Kerja.75

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Alimuddin, ditemukan

bahwa keamanan memberikan ketenangan kepada semua bidan dalam

melaksanakan tugasnya. Terciptanya keamanan dapat memberikan

semangat bekerja yang lebih baik tanpa kekhawatiran akan adanya

hambatan karir yang berkaitan ketidakadilan dari pimpinan. Tidak

75
Aam Zakaria (2013).Loc.cit
11

terjadinya kehilangan barang milik perorangan maupun milik puskesmas

dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan menghilangkan rasa kecurigaan

diantara sesama bidan.76

Hal yang sama diperkuat oleh penelitian Agung bahwa hubungan

kerja dan suasana kerja yang baik, dimana satu sama lain merasa dihargai

dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan bidan. Dengan persatuan dan

kesatuan yang makin kokoh dapat meningkatkan produksi puskesmas

karena semua bidan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi.

Keberadaan pemimpin harus mampu mengembangkan kekeluargaan yang

makin baik.77

Penulis berasumsi bahwa kondisi lingkungan kerja yang berbeda

pada setiap organisasi (puskesmas) dapat memberikan tingkat motivasi

kerja yang berbeda pula bagi bidan, sehingga prestasi kerja dalam

menyelesaikan tugas yang dibebankan padanya juga berbeda. Yang harus

diusahakan untuk memperbaiki metode kerja dalam suatu organisasi atau

tempat kerja yang lain adalah menjamin agar para bidan dapat bekerja dan

melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi persyaratan,

sehingga mereka dapat melakukan tugasnya tanpa mengalami hambatan.

Penulis juga berpendapat bahwa peningkatan kompetensi tidak lepas dari

faktor lingkungan kerja bidan sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja

dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya.

76
Alimuddin (2012).Loc.cit
77
Agung (2012).Loc.cit
11

7.2.2 Pengaruh Langsung Beban Kerja Terhadap Kompetensi Bidan Dalam

Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Kabupaten

Sukabumi Tahun 2018

Hasil uji terhadap koefisien parameter antara beban kerja terhadap

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi menunjukkan terdapat pengarh langsung

sebesar 24,97%. Nilai T-Statistic sebesar 5.161 dan signifikan pada

α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh

langsung beban kerja lebih besar nilainya dibandingkan dengan pengaruh

tidak langsung dan signifikan ada pengaruh yang positif dari kedua

variable tersebut. Nilai T-statitik menunjukan, bahwa ada pengaruh

langsung dan tidak langsung antara Beban Kerja kerja terhadap

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal.

Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh yang positif dari

beban kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan

persalinan normal. Sehingga apabila beban kerja bidan overload maka

dapat menurunkan pula kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan

persalinan normal secara langsung maupun secara tidak langsung,

begitupun sebaliknya apabila beban kerja rendah dapat meningkatkan

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal secara

langsung dan tidak langsung.


11

Variabel beban kerja bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal tidak memiliki indikator karena variabel ini sudah merupakan

bagian dari variabel yang diukur, artinya bidan yang bekerja di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi sebagian besar memiliki beban kerja yang baik. Hal

ini membuktikan teori oleh Irwady menyatakan bahwa tenaga kesehatan

khususnya bidan, dimana analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-

aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya,

begitupun tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus

dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh,

waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan

jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang

dapat membantu bidan menyelesaikan kerjanya dengan baik.78

Hasil penelitian ini juga dibuktikan dengan penelitian Norma

Sulastri Manik tentang Pengaruh beban kerja terhadap kompetensi bidan

di rumah sakit Pasar Rebo Jakarta dengan nilai Pvalue =0,002 ,CI (8,25-

28,14).79 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Imsaruddin yang

berjudul analisis factor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di

wilayah VI kabupaten Deli Serdang, ketika seseorang diberi tugas diluar

tugas kewajibannya maka hasil yang diharapkan tidak maksimal berarti

bahwa keterbatasan yang dimiliki individu menghambat/menghalangi

tercapainya hasil kerja pada tingkat yang diharapkan, berarti telah terjadi

78
Irwady (2007).Loc.cit
79
Norma Sulastri Manik (2013).Pengaruh beban kerja terhadap kompetensi bidan di rumah sakit
Pasar Rebo Jakarta. Skripsi
11

kesenjangan antara tingkat kemampuan yang diharapkan dan tingkat

kapasitas yang dimiliki. Kesenjangan ini menyebabkan timbulnya

kegagalan dalam kinerja (performance failures). Kompetensi bidan dalam

pelaksanaan asuhan persalinan normal dipengaruhi oleh beban kerja

petugas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan baik bersumber dari

Beban Kerja kerja intrinsik dan ekstrinsik.80

Penulis berasumsi bahwa adanya hubungan antara beban kerja

dengan kompetensi bidan pelaksanaan asuhan persalinan normal. Hal

tersebut dapat dipahami karena pemerataan beban kerja merupakan faktor

yang penting bagi bidan untuk menjalankan tugas-tugas yang menjadi

tanggung jawab bidan, tanpa adanya pemerataan beban kerja, pekerjaan

tidak akan dapat berjalan dengan baik. Apabila beban kerja bidan tinggi,

maka bidan tidak dapat bekerja secara maksimal sehingga dapat

menghasilkan Pelatihan pelayanan kebidanan yang buruk pula. Seseorang

yang memiliki beban kerja rendah akan bekerja dengan baik, mempunyai

rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan selalu berusaha

untuk menghasilkan prestasi kerja. Beban kerja pada dasarnya sama

dengan banyaknya pekerjaan dan hal yang harus dilakukan, namun setiap

individu memiliki kemampuan yang berbeda- beda sesuai dengan

kemampuan yang ada pada dirinya.

80
Imsaruddin (2002). Analisis factor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di wilayah VI
kabupaten Deli Serdang. Skripsi
12

7.2.3 Pengaruh Langsung Disiplin Kerja Terhadap Kompetensi Bidan

Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

Hasil uji terhadap koefisien parameter antara disiplin kerja

terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi menunjukkan terdapat pengaruh

langsung sebesar 18,21%. sedangkan untuk pengaruh tidak langsung

disiplin kerja bidan terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan

persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi tidak ada yang

mempengaruhinya. Disiplin kerja bidant berpengaruh positif terhadap

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi. Hasil uji terhadap koefisien parameter

antara disiplin kerja terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan

persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi menunjukan ada

pengaruh positif 0,00, dan nilai T-Statistik signifikan sebesar 2.082 pada

α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh

langsung disiplin kerja lebih besar nilainya dibandingkan dengan pengaruh

tidak langsung dan signifikan ada pengaruh yang positif dari kedua

variable tersebut. Nilai T-statitik menunjukan, bahwa ada pengaruh

langsung dan tidak langsung antara disiplin kerja terhadap kompetensi

bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi tahun 2018.


12

Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh yang positif dari

disiplin kerja terhadap kompetensi bidan lam pelaksanaan asuhan

persalinan normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi, sehingga apabila

disiplin kerja bidan ditingkatkan maka dapat meningkatkan pula

kompetensi bidan dalam pelayanan kebidanan secara langsung maupun

secara tidak langsung, begitupun sebaliknya apabila disiplin kerja bidan

rendah dapat menurunkan pelatihan pelayanan kebidanan secara langsung

dan tidak langsung.

Variabel disiplin kerja memiliki 3 indikator, yaitu ketepatan waktu,

kesesuaian SOP dan ketepatan pelayanan. Hasil Penelitian Asmiarsih

membuktikan hasil penelitian Disiplin merupakan suatu kekuatan yang

berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat

menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan,

peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku.


81
Hasil penelitian ini juga dibuktikan dengan penelitian Norma Sulastri

Manik tentang Pengaruh disiplin kerja terhadap kompetensi Karyawan di

Medan dengan nilai Pvalue =0,000 ; t hitung 22.25 > t tabel 3.825 ; 95%

CI (16,46-20,14).82

Penulis berasumsi bahwa disiplin kerja merupakan suatu tindakan

yang mendorong para pegawai untuk taat dan patuh terhadap berbagai

ketentuan yang berlaku dan mematuhi standar-standar yang telah

81
Asmiarsih (2006).Loc.cit
82
Norma (2013).Loc.cit
12

ditetapkan. Artinya, melalui penjelasan pola, sikap, tindakan dan perilaku

yang diinginkan dari setiap anggota, organisasi diusahakan sebagai

pencegahan jangan sampai pegawai melakukan hal yang negatif. Bidan

merupakan suatu profesi yang bersifat kemanusiaan yang dilandasi rasa

tanggung jawab dan pengabdian sehingga layanan kebidanan selalu

menyangkut upaya kemanusiaan yang pelaksaannya membutuhkan

ketulusan, saling menghargai dan kebijaksanaan terhadap sesama manusia.

Perhatian bidan pada waktu menyelenggarakan pelayanan kebidanan

adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Beban Kerja pasien

tergantung pada Pelatihan pelayanan kebidanan. Pelayanan adalah semua

upaya yang dilakukan bidan sebagai profesi atau profesional untuk

memenuhi keinginan masyarakat dengan jasa yang diberikan. Suatu

kompetensi dapat dikatakan baik, ditentukan berdasarkan kenyataan

pelayanan apakah pelayanan yang diberikan oleh bidan bisa memenuhi

kebutuhan masyarakat, dengan menggunakan persepsi masyarakat tentang

pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan).


BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM)

dengan metode smartPLS didapat temuan temuan bahwa variabel

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh lingkungan kerja

(20,04%), beban kerja (34,35%) dan disiplin kerja (8,4%). Pengaruh

langsung dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi sebesar 68.9% dan pengaruh tidak langsung sebesar

0.33%. Kesimpulan berdasarkan hipotesis adalah :

1. Terdapat pengaruh langsung dan besarannya antara lingkungan kerja

terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Sebesar 10.04%, pengaruh

tidak langsung 0.075% dan nilai T Statistik 1.986 dan signifikan pada

alpha 5%.

2. Terdapat pengaruh langsung dan besarannya antara beban kerja

terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Sebesar 24.35%, pengaruh

tidak langsung 0.018% dan nilai T Statistik 5.161 dan signifikan pada

alpha 5%.

3. Terdapat pengaruh langsung dan besarannya antara disiplin kerja

terhadap kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

123
12

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Sebesar 8.4%, pengaruh

tidak langsung 0.000% dan nilai T Statistik 2.082 dan signifikan pada

alpha 5%.

4. Terdapat pengaruh langsung dan besarannya antara lingkungan kerja

terhadap disiplin kerja bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Sebesar 0. 22,6%,

pengaruh tidak langsung 2,81% dan nilai T Statistik 5.696 dan

signifikan pada alpha 5%.

5. Terdapat pengaruh langsung dan besarannya antara beban kerja

terhadap disiplin kerja bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi Sebesar 9,1%, pengaruh

tidak langsung 1,13% dan nilai T Statistik 5.245 dan signifikan pada

alpha 5%.

6. Terdapat pengaruh langsung, dan besarannya antara lingkungan kerja

terhadap beban kerja bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan

normal di Puskesmas Kabupaten Sukabumi sebesar 16,9%, pengaruh

tidak langsung 2,1% dan nilai T Statistik 12.100 dan signifikan pada

alpha 5%.

Berdasarkan temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa beban

kerja merupakan faktor yang dominan yang sangat mempengaruhi

kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di

Puskesmas Kabupaten Sukabumi. Beban kerja disebabkan oleh tugas

tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas

kerjanya sesuai dengan pendidikan yang bidan peroleh, waktu kerja yang

digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang


12

berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu

bidan menyelesaikan kerjanya dengan baik.

8.2 Saran-saran

Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran

dalam penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Sebaiknya kepala puskesmas perlu monitoring dan evaluasi secara rutin

kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh bidan agar bidan senantiasa

meningkatan kemampuannya dalam pelayanan kebidanan di Puskesmas

Kabupaten Sukabumi. Perlunya pemberian motivasi kerja bagi bidan

pemula dibidang asuhan persalinan normal, agar dapat mengurangi

angka kematian ibu dan bayi.

2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendetail untuk mengekplorasi

lebih dalam tentang kompetensi bidan dalam pelaksanaan asuhan

persalinan normal yang lebih spesifik bagi pasien dan bidan, demikian

juga penelitian kompetensi dapat dikembangkan lebih luas dengan sub

variabel dari tiap tiap dimensi dengan menggunakan metode kualitatif

dengan metode pengumpulan data melalui observasi agar lebih obyektif

dan sesui dengan kondisi yang lebih nyata dilapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Dharma, 2003. Perilaku Dalam Organisasi. Jilid 1.. Jakarta,Erlangga


Anoraga,P.,2009. Psikologi Kerja. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Arianto, Jusuf, , 2006,.Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Manusia,


Surabaya: Insan Cendekia
Arikunto S, 2012, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka
Cipta
Arikunto, S, 2005.,Mananjemen Penelitian ., Jakarta : PT. Rineka Cipta
Arwani & Heru Supriyatno, 2004. Manajemen Bangsal Keperawatan, Jakarta ,
Penerbit buku Kedokteran EGC,.
Asmadi. (2011). Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC
Azis Alimul. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Baba, VV and Jamal, M (1991) Routinisation of job context and job content as
related to employees quality of working life: a study of psychiatric nurses.
Journal of organisational behaviour.
Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Bangun, Wilson, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :Penerbit
Erlangga
Cascio, Wayne. (2006). Managing Human Resources : Productivity, Quality of
Work Life, Profit (6th ed.). New York: McGraw-Hill.
Cavanaugh M.A, 2002, An empirical examination of self reported work
stress among U.S managers, Journal of Applied Psycology
Davis & Newstron, 2008, Perilaku dalam organisasi jilid 2, PT. Erlangga
Jakarta
Depkes RI, (2006). Pedoman Manejemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana, Jakarta.
DepKes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, Jakarta
Flippo, B. Edwin. (2003). Manajemen Personalia, yang dialih bahasakan oleh
Achmad S. Rukky.Jakarta: Erlangga
Ghozali, Imam,2008, Metode Alternatif Partial Least Square (PLS). Semarang,
Badan Penerbit Undip
Gillies.DA, 1996. Manajemen Keperawatan, Suatu Pendekatan Sistem.
Philadelphia : Souders Company
Goal, Jimmy L, 2014, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Grasindo
Greenberg, J & R, Baron. 2003,. Behaviour In Organizations. Seventh Edition.
Upper Saddle, New York. Prentice Hall.
Greenberg, J. S., 2004. Comprehensive stress management (8th Ed.). New York :
McGraw-Hill
Handoko, T Hani. 2008, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia
ed. Kedua, Yogyakarta, BPFE,.
Hariyono W, dkk, 2009, Hubungan antara beban kerja , stress kerja dan
tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di rumah sakit Islam
Yoyakarta PDHI, Kota Yogyakarta, Jumalkes mas, vol.3 n0.3
september 2009
Hasibuan, Malayu 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan,
Jakarta : PT Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu, SP. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan
Keenam, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Husaeni, Usman, 2004, Managemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan,
Jakarta, Bumi Aksara
Ilmi,Bahrul. 2003, Pengaruh Stress Kerja terhadap prestasi Kerja dan Identifikasi
Manajemen Stress yang Digunakan Perawat di ruang rawat Inap RSUD
Ulin Banjarmasin, .Tesis program Pasca Sarjana Universitas Airlangga
Surabaya
Ilyas ,Yaslis 2003, Kinerja: Teori Penilaian dan Penelitian, Depok, Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan FKM UI
Ilyas, Yaslis. 2000. Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan
Formula. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI
Jacinta F. 2002. Stres kerja. www.e-psikologi.com/masalah/stres. diakses 11
Nopember 2016
Keputusan Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara. 2004. Nomor:
KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan
Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi
Pegawai Negeri Sipil . www.menpan.go.id. Diakses tanggal 10 Pebruari
2015
Keputusan Mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor:81/MENKES/SK/I/2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Kesehatan
Kusnadi, 2002, Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja, Malang : Taroda
Lauer, Robert H, 2001, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Lepine J.A, 2004, Challange and hindrance stress:relationship and exhaustion,
motivation to learn and lerning performance, Journal of applied
Psycology
Lewis et all. 2001. Extrinsic and Intrinsic Determinants of Quality of Work Life,
International Journal of health Care Quality Assurance Incorporating
Leadership in Health Service. Vol. 14. P. 9-15
Lian, W., Lin, M., & Wu, K. (2007). Job stress, job satisfaction and life
satisfaction between managerial and technical is personnel. Proceedings
of Business and Information, 4, 1-17
Lovibond, S.H. & Lovibond, P.f. (1995). Manual for the Depression anxicty
Stress Scales. Diakses tanggal 20 Desember 2015. from :
www.psy.unsw.edu.au/groups
Lubis,H.S,. 2006. Stress Kerja , Modul Kuliah Program Ilmu kesehatan
Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, FKM Universitas indonesia
Luthans,F.2006. Perilaku Organisasi edisi 10.Penerjemah : Vivin Andhika
Yuwono. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mangkunegara,AP 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Cetakan Kedelapan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset
Mangkuprawira, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, edisi
ketiga, Jakarta, Ghalia Indonesia,
Manuaba,A., 2000, Ergonomi, kesehatanan Keselamatan Kerja. Dalam
Wygnyosoebroto.S. & Wiranto, S.E. "Eds.Proceeing Seminar Nasional
Ergonomi ,Surabaya. PT. Guna Widya.
Marihot Tua Efendi, 2007, Sumber Daya Manusia, edisi keempat, Jakarta, PT
Grasindo,
Martoyo, Susilo.2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi
Ketiga.Yogyakarta.BPFE
Minarsih, Maria Magdalena. 2009. Konflik Kerja, Stres Kerja dan Cara
Mengatasinya. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran
Semarang
Mubarak, W. ( 2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: Sagung Seto
Mudayana, Ahmad Ahid. 2012. Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja
Karyawan di Rumah sakit Nur Hidayah Bantul. Universitas Ahmad
Dahlan. ISSN: 1978-0575 KESMAS Vol. 6 No.1, Januari 2012: 1-74
Mulyadi dan Rivai Veishal.2009.Performance Appraisal. Jakarta PT.Raja
Grafindo Persada:
Munandar, A.S, 2001.Stress dan Keselamatan Kerja Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
Narwoko dan Suyanto, B., 2005, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Nasrudin, A.M. dan S. Kumaresan, Organisational Stressor, Singapore
Management Review, Vol. 27, No.2
Nasution, Mulia, 2000. Manajemen Personalia Aplikasi Dalam perusahaan,
Jakarta, Djambatan,
Nawawi, Hajari H. ( 2007) Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis
yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press
Notoadmojo, Soekidjo, 2005.,Metodologi Penelitian Kesehatan., Jakarta : PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia,Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmojo, Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan
Pertama, Jakarta, Rineka Cipta
Nugraheni, M. D. 2009. Hubungan Aantara Beban Kerja Dengan Tingkat
Kelelahan Kerja Pada Operator Unit Spinning IV Ring Frame Shift B PT.
APAC Inti Corpora Tahun 2008.Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Universitas Negeri, Semarang. Tidak diterbitkan.
Nurcahyaningtyas, 2006, Pengaruh beban kerja terhadap kinerja, Skripsi,
FKM UI
Nursalam, 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Pro fesional, Edisi Pertama ,Jakarta. Salemba Medika,.
Nursalam, 2002.,Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan., Jakarta :
CV. Infomedika
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Praptianingsih, Sri. (2011). Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Profil Rumah sakit Bogor Medical Center tahun 2015
Purnawanto, Budy, Manajemen SDM berbasis Proses, Jakarta, Jakarta : Gramedia
Widisarana Indonesia.
Purwanto, Ngalim, 2008,.Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT
Rem aja Rosdakarya, Cet. VIII,
Putra, A. S. (2012). Analisis Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Divisi Marketing dan Kredit PT. WOM Finance Cabang Depok. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor
Rahanra,Kristiani, 2011, Faktor faktor yang mempengaruhi komitmen perawat di
unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bula Kabupaten Seram
Bagian timur, Skripsi, FKM Unhas Makasar
Raharjo, Wahyu. 2004. Kontribusi Hardiness dan Self-Eficacy terhadap stres
kerja ( Studi pada RSUD. DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten). Available on
line athppt://www.google.com
Rahim,A., 2011, Managing Conflict in Organizations, 4th Edition ,New Jersey
Transaction Publishers
Riggio, R.E. 2009. Introduction to Industrial Organization Psychology.Fifth
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Riggio, Ronald E. 2000. Introduction to Industrial/Organizational Psychology .
Third Edition. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Robbin, S. P. & Timothy A. Judge (2008), Perilaku Organisasi, alih bahasa oleh
Hadyana Pujaatmaka , Jakarta ,Salemba Empat,
Robbins, 2006, Perilaku Organisasi, Jakarta, PT.Indeks Kelompok Gramedia
Robbins, S.P. 2002. Perilaku Organisasi. Jilid 2. Jakarta ,PT Indeks.
Robin, 2002, Prilaku Organisasi:Konsep ,Kontroversi, Aplikasi, Edisi
Kedelapan,Terjemahan, Jakarta,PT Prenhallino
Robin, 2002,. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi Kelima.
Penerjemah : Halida dan Dewi Sartika. Jakarta : Erlangga.
Rulestri, Sri dan Eryanto, Henry. (2013), Pengaruh Konflik Peran dan Stres Kerja
terhadap Komitmen Organisasi di Rumah Sakit TK IV Salak, Bogor.
Jurnal Econo Sains,
Salman . (2008). Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Samba S. 2000. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan untuk
Perawat Klinis, Jakarta,.Buku Kedokteran, EGC
Setiadi dan Kolip, Usman, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Siagian, Sondang 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi
Aksara
Siagian,Sondang,( 2006 ) Etika Bisnis , Jakarta ,Penerbit Pustaka Binaman
Presindo.
Simamora, 2004, Menejemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Bina Aksara
Soehartono. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga.
BPFE.Yogyakarta
Sofyandi, Herman, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta.Penerbit CV Andi Offset
Sudarmayanti, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Bandung, PT. Refika Aditama
Sugiyono, 2012.,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D., Bandung :
CV. Alfabeta
Suharsono, 2012, Pengetahuan Dasar Organisasi ,Jakarta, Penerbit Universitas
Atma Jaya (PUAJ)
Sumijatun. ( 2011). Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Suryani. 2003. Conceptual understanding and its evidence in mental Health nurse.
Nursing of Padjajaran University,
Susanto. 2010. Analisis Pengaruh Konflik Kerja-Keluarga Terhadap Kepuasan
Kerja Pengusaha Wanita di Kota Semarang. Jurnal Aset Vol.12 No.1
Februari 2010
Suwatno. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Erlangga. Jakarta
Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di
Rumah Sakit. Jogyakarta : Penerbit Mitra Cendikia.
Tim Mitra Bestari, 2005, Manajemen Sumber daya Manusia, Jogjakarta : BPFE
Umar, Husein 2003, Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Gramedia
Pustaka Utama
Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Westman, M. 2009. Stress and The Management Of stress. Module 17W. Los
Angeles: McGraw Hill Companies
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, edisi ketiga, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada
Wijono, Sutarto. 2006. Pengaruh Kepribadian Type A Dan Peran Terhadap Stres
Kerja Manager Madya. INSAN. Vol. 8. No.3.
Winardi, J. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen.Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Cetakan kedua. Jakarta Kencana
Prenada Media Group,
Wungu & Brotoharjo.2003.Tingkatkan Kinerja Perusahaan Anda Dengan
MeritSistem. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
KUESIONER KOMPETENSI BIDAN

Petunjuk Pengisian Angket;

a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk


menjawab seluruh pertanyaan yang ada.
b. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang Bapak/Ibu/Sudara pilih sesuai
keadaan yang sebenarnya
c. Ada lima alternatif jawaban,untuk variabel Kompetensi Bidan, yaitu :
5 = jawaban selalu dilakukan
4 = jawaban sering dilakukan
3 = jawaban kadang-kadang dilakukan
2 = jawaban jarang dilakukan
1 = jawaban tidak pernah

Bidan selalu mengelola Bidan tidak pernah mengelola


serangkaian tugas yang serangkaian tugas yang
berbeda berbeda
Bidan selalu beradaptasi Bidan tidak pernah
dengan lingkungan kerja baru beradaptasi dengan
lingkungan kerja baru
Bidan selalu melaksanakan Bidan tidak pernah
tugas rutuin sesuai dengan melaksanakan tugas rutin
standar ditempat kerja sesuai dengan standar
ditempat kerja
Bidan selalu memberikan Bidan tidak dapat
saran untuk pelayanan memberikan saran untuk
asuhan persalinan normal pelayanan asuhan persalinan
melalui ide yang inovative. normal
Bidan dapat mengenali Bidan tidak dapat mengenali
secara dini adanya ketidak secara dini adanya ketidak
normalan atau komplikasi normalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi salama yang mungkin terjadi salama
hamil, termasuk riwayat hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum. penyakit secara umum.
Bidan melaksanakan asuhan Bidan tidak pernah
persalinan normal sesuai melaksanakan asuhan
dengan SOP yang berlaku persalinan normal sesuai
dengan SOP yang berlaku
Bidan selalu menangani Bidan menangani pasien
pasien darurat dengan teliti darurat dengan tidak sabar dan
dan penuh kesabaran tidak teliti
Bidan segera menghubungi Bidan tidak segera
dokter bila menemukan kasus menghubungi dokter bila
resiko tinggi ibu hamil yang menemukan kasus resiko
ditanganinya. tinggi ibu hamil yang
ditanganinya.
Bidan mempersiapkan Bidan mempersiapkan
persalinan dengan selamat persalinan dengan selamat ibu
ibu maupun bayinya dengan maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin. trauma seminimal mungkin.
Bidan mempersiapkan ibu Bidan tidak pernah
agar masa nifas berjalan mempersiapkan ibu agar masa
normal nifas berjalan normal
Bidan paham bahwa Bidan tidak faham bahwa
pendidikan merupakan faktor pendidikan merupakan factor
penting dalam menentukan penting dalam menentukan
kemampuan seseorang. kemampuan seseorang.
Bidan paham harus selalu Bidan tidak ada keinginan
mencari informasi ilmu untuk mencari informasi ilmu
kebidanan untuk kebidanan untuk meningkan
meningkatkan kompetensinya yang diperoleh
kompetensinya yang dari pendidikan formal dan
diperoleh dari pendidikan non formal
formal dan non formal
Bidan paham bahwa Bidan tidak paham kalau
pengetahuan merupakan pengetahuan merupakan
fungsi dari sikap yang fungsi dari sikap yang
mempunyai dorongan ingin mempunyai dorongan ingin
tahu. tahu.
Bidan makin besar Bidan tidak mempunyai
keinginannya untuk keinginan untuk
memanfaatkan pengetahuan memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilannya dalam dan keterampilannya dalam
melaksanakan tugasnya. melaksanakan tugasnya.
Bidan berkeinginan untuk Bidan tidak berkeinginan
meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan
melalui pengetahuannya baik kompetensi melalui
pendidikan formal dan pengetahuannya baik
informal. pendidikan formal dan
informal.
KUESIONER LINGKUNGAN KERJA

Petunjuk Pengisian Angket;

a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk


menjawab seluruh pertanyaan yang ada.
a. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang Bapak/Ibu/Sudara pilih sesuai
keadaan yang sebenarnya
b. Ada lima alternatif jawaban,untuk variabel Lingkungan Kerja Bidan,
yaitu :
5 = jawaban selalu dilakukan
4 = jawaban sering dilakukan
3 = jawaban kadang-kadang dilakukan
2 = jawaban jarang dilakukan
1 = jawaban tidak pernah

A. Hubungan dengan rekan kerja


1. Bidan mampu bekerja sama dengan tim dalam menghadapi permasalahan
persalinan normal sehingga dapat tertangani

Tidak …... ……. ……. …… ……


mampu Mampu
1 2 3 4 5

2. Bidan mempunyai persaingan kerja yang sehat antara sesama rekan kerja
sehingga tidak ada perselisihan

Tidak …... ……. ……. …… ……


mampu Mampu
1 2 3 4 5

3. Bidan mampu menjalin hubunganan komunikasi yang baik dengan sesama


rekan kerja sehingga menimbulkan rasa kepercayaan yang kuat

Tidak …... ……. ……. …… ……


Mampu
mampu 1 2 3 4 5
4. Bidan berpartisipasi dalam menghadapi pasien dengan komplikasi kehamilan
bersama rekan kerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan

Tidak mampu …... ……. ……. …… …… Mampu


1 2 3 4 5

5. Bidan mampu mempererat hubungan atau interaksi antara bidan dengan rekan
sejawat secara profesional dalam menghadapi pasien dengan komplikasi
pesalinan sehingga timbul sifat saling membantu

Tidak mampu …... ……. ……. …… …… Selalu


1 2 3 4 5 digunakan

B. Suasana Kerja
6. Saya tenang dalam melakukan pekerjaan
saya
Selalu
Tidak …... ……. ……. …… …… Tenang
Tenang 1 2 3 4 5

7. Saya mampu melakukan pekerjaan dengan situasi yang jauh dari tekanan kerja

Tidak …... ……. ……. …… …… Mampu


Mampu 1 2 3 4 5

8. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan deadline dengan baik dalam keadaan


suasana ruangan yang ribut

Tidak …... ……. ……. …… …… Mampu


mampu 1 2 3 4 5

9. Saya mampu beradaptasi dengan keadaan puskesmas tempat saya bekerja

Tidak …... ……. ……. …… …… Mampu


mampu 1 2 3 4 5

10. Saya mampu mengkondisikan kegiatan saya dengan kegiatan teman dalam
satu ruangan

Tidak …... ……. ……. …… …… Mampu


Mampu 1 2 3 4 5
C. Fasilitas Kerja

1. Kelengkapan fasilitas persalinan normal yang di sediakan di puskesmas


dapat meningkatkan kinerja saya dalam bekerja

Tidak …... ……. ……. …… …… Sangat lengkap


Lengkap 1 2 3 4 5

2. Fasilitas alat kesehatan penunjang persalinan normal yang tersedia


memberikan kemudahan bagi saya dalam melakukan tindakan medis

Tidak tersedia …... ……. ……. …… …… Selalu Tersedia


1 2 3 4 5

3. Peralatan medis mempunyai tempat/ruang tersendiri sehingga memudahkan


pelaksanaan persalinan normal

…... ……. ……. …… …… Selalu Tersedia


Tidak tersedia
1 2 3 4 5

4. Fasilitas pendukung persalinan normal memudahkan saya untuk


menggunakan peralatab kesehatan yang berhubungan dengan sistem rujukan
persalinan Selalu Tersedia
Tidak tersedia …... ……. ……. …… ……
1 2 3 4 5

5. Saya dapat menggunakan SMS Gateway sewaktu-waktu bila diperlukan untuk


kegawatdaruratan dalam persalinan

Tidak tersedia …... ……. ……. …… …… Selalu


1 2 3 4 5 Tersedia
KUESIONER BEBAN KERJA

Petunjuk Pengisian Angket;

b. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk


menjawab seluruh pertanyaan yang ada.
c. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang Bapak/Ibu/Sudara pilih sesuai
keadaan yang sebenarnya
d. Ada lima alternatif jawaban,untuk variabel Beban kerja Bidan, yaitu :
5 = jawaban selalu dilakukan
4 = jawaban sering dilakukan
3 = jawaban kadang-kadang dilakukan
2 = jawaban jarang dilakukan
1 = jawaban tidak pernah

1. Saya mengerjakan tugas-tugas laporan tentang perkembangan pasien


dengan persalinan perdarahan dengan sistem rujukan

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

2. Saya membuat laporan perkembangan status persalinan ibu bersalin


dengan data yang benar dan akurat

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

3. Saya memeriksa dengan teliti ibu bersalin saat persalinan dengan


komplikasi perdarahan melalui sistem rujukan persalinan

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5
4. Saya mencatat dengan teliti setiap pemasalahan yang dihadapi pasien
dengan riwayat perdarahan melalui sistem rujukan persalinan

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

5. Saya bekerja dengan menghindari kesalahan tindakan persalinan bagi


ibu bersalin

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

6. Saya dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah


perdarahan pada ibu bersalin

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

7. Saya melibatkan diri sepenuhnya dalam tindakan persalinan pada ibu


bersalin dengan perdarahan dan menerima risiko atas tindakan saya

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

8. Saya bekerja sesuai dengan PROTAP perasalinan primer dan sesuai


uraian keahlian kebidanan

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

9. Saya dapat menyesuaikan keahlian menangani perdarahan melalui


sistem rujukan persalinan

Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu


Pernah 1 2 3 4 5

10. Saya melakukan tindakan dengan cepat saat menangani pasien


dengan persalinan beresiko
Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu
Pernah 1 2 3 4 5
11. Saya berkonsentrasi setiap kali menangani pasien dengan
persalinan beresiko
Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu
Pernah 1 2 3 4 5

12. Saya melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam


keadaan darurat secara tepat dan benar sesuai PROTAP persalinan
Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu
Pernah 1 2 3 4 5

13. Saya mengambil inisiatif sendiri dalam melaksanakan persalinan yang


beresiko
Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu
Pernah 1 2 3 4 5

14. Saya berkonsentrasi saat pasien mengalami perdarahan melalui sistem


rujukan persalinan
Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu
Pernah 1 2 3 4 5

15. Saya melakukan mekanisme rujukan pada ibu bersalin dengan


resiko perdarahan sesuai dengan indikasi medis
Tidak …... ……. ……. …… …… Selalu
Pernah 1 2 3 4 5
KUESIONER DISIPLIN KERJA

Petunjuk Pengisian Angket;

d. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk


menjawab seluruh pertanyaan yang ada.
e. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang Bapak/Ibu/Sudara pilih sesuai
keadaan yang sebenarnya
f. Ada lima alternatif jawaban,untuk variabel disiplin, yaitu :
5 = jawaban selalu dilakukan
4 = jawaban sering dilakukan
3 = jawaban kadang-kadang dilakukan
2 = jawaban jarang dilakukan
1 = jawaban tidak pernah

Aturan yang tegas tentang Aturan yang kurang tegas


sanksi bagi bidan yang tentang sanksi bagi bidan
melakukan kesalahan yang melakukan kesalahan
tindakan dalam pelayanan tindakan dalam pelayanan
asuhan kebidanan asuhan kebidanan
Peraturan yang telah Peraturan yang telah
ditetapkan tidak dilanggar ditetapkan selalu dilanggar
oleh bidan oleh bidan
Instruksi dari atasan Instruksi dari atasan
dilaksanakan dengan baik dilaksanakan kurang baik oleh
oleh bidan bidan
Tegas kepada setiap bidan Tidak pernah tegas kepada
supaya mematuhi peratuaran setiap bidan supaya
dalam bekarja mematuhi peratuaran dalam
bekarja
Bidan sering melakukan Bidan tidak pernah melakukan
evaluasi kerja berdasarkan evaluasi kerja berdasarkan
peraturan manajemen peraturan manajemen
puskesmas puskesmas
Bidan menggunakan Bidan tidak pernah
peralatan kebidanan sesuai menggunakan peralatan
dengan SOP kebidanan sesuai dengan SOP
Bidan memelihara fasilitas Bidan tidak pernah
kerja (instrument) dan memelihara fasilitas kerja
disimpan pada tempatnya (instrument) dan disimpan
pada tempatnya
Bidan konsisten dengan Bidan tidak konsisten dengan
waktu dalam melaksanakan waktu dalam melaksanakan
pekerjaannya pekerjaannya
Bidan bekerja tidak Bidan bekerja selalu
mengganggu jam kerja orang mengganggu jam kerja orang
lain lain
Bidan bertanggung jawab Bidan tidak pernah
terhadap hasil kerja setiap bertanggung jawab terhadap
harinya hasil kerja setiap harinya
Bidan bekerja sesuai jam Bidan bekerja tidak sesuai jam
kerjanya kerjanya
Bidan datang tepat waktu Bidan datang tidak tepat
berdasarkan shift kerja waktu berdasarkan shift kerja
Bidan memiliki tanggung Bidan tidak memiliki
jawab menyelesaikan tanggung jawab
pekerjaan tepat waktu menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu
Bidan rutin mengevaluasi Bidan tidak pernah rutin
penggunaan waktu dalam mengevaluasi penggunaan
bekerja waktu dalam bekerja
Bidan tidak mengulur-ulur Bidan tselalu mengulur-ulur
waktu dalam bekerja waktu dalam bekerja
TABULASI JAWABAN RESPONDEN PER INDIKATOR
LINGKUNGAN KERJA
NO BEBAN KERJA DISIPLIN KOMPETENSI
LK1 LK2 LK3
1 19 19 19 11 58 60
2 19 19 19 11 58 59
3 22 23 23 12 63 63
4 17 17 17 22 51 56
5 17 19 19 20 52 54
6 22 23 23 20 64 54
7 17 17 16 26 47 46
8 17 23 23 24 54 51
9 19 20 20 22 53 53
10 22 23 23 13 56 56
11 16 17 17 25 51 59
12 16 19 19 10 50 62
13 22 23 23 9 67 66
14 16 17 17 27 50 49
15 17 23 23 18 65 56
16 16 20 20 26 53 52
17 17 23 23 21 56 60
18 17 23 23 22 53 59
19 17 17 17 24 53 51
20 23 22 22 8 66 66
21 19 17 17 22 51 53
22 16 22 22 20 53 58
23 19 23 23 12 67 64
24 14 17 17 28 50 47
25 17 23 23 22 54 51
26 16 20 20 26 53 48
27 19 23 23 19 56 57
28 19 17 17 19 52 57
29 22 22 22 14 50 63
30 22 23 23 12 67 60
31 17 17 17 25 50 51
32 17 23 23 22 53 61
33 16 17 17 23 49 49
34 17 23 23 21 56 63
35 19 17 17 23 49 49
36 22 22 22 14 50 60
37 19 23 23 15 67 61
38 17 17 17 25 50 51
39 17 23 23 22 54 59
40 19 17 17 22 53 53
41 17 23 23 22 56 59
42 19 23 23 15 67 61
43 14 17 17 21 50 53
44 17 23 23 22 54 59
45 16 20 20 26 53 48
46 20 23 23 9 63 66
47 19 20 20 16 58 58
48 22 23 23 14 63 61
49 17 17 17 22 51 53
50 17 19 19 20 52 57
51 22 23 23 9 64 60
52 17 17 17 26 47 52
53 17 23 23 24 54 50
54 19 20 20 22 53 53
55 22 23 23 19 56 53
56 16 17 17 25 51 51
57 16 19 19 19 50 58
58 22 23 23 9 67 62
59 16 17 17 27 50 49
60 22 20 23 13 65 69
61 22 23 23 12 67 67
62 17 17 17 25 50 49
63 17 23 23 22 53 57
64 16 17 17 23 49 50
65 17 23 23 21 56 62
66 19 17 17 23 49 50
67 22 22 22 14 50 56
68 19 23 23 15 67 67
69 17 17 17 25 50 51
70 17 23 23 22 54 60
71 19 17 17 22 53 53
72 17 23 23 22 56 51
73 19 23 23 15 67 68
74 14 17 17 23 50 50
75 17 23 23 22 54 53
76 16 20 20 26 53 51
77 20 23 23 9 63 62
78 19 20 20 16 58 58
79 22 23 23 14 63 58
80 17 17 17 22 51 53
LAMPIRAN OUTPUT SPSS CHI SQUARE
Crosstabs
Notes
Output Created
Comments
Input Data
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
80
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax

Resources Processor Time 00:00:00.032


Elapsed Time 00:00:00.031
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762

Kompetensi * Pendidikan
Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 16.495a 17 .233
Likelihood Ratio 19.650 17 .293
Linear-by-Linear
1.593 1 .207
Association
N of Valid Cases 80
a. 35 cells (97.2%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .31.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
a
Kompetensi (48.00 /
49.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.

Kompetensi * Masa Kerja

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 18.492a 17 .833
Likelihood Ratio 22.225 17 .176
Linear-by-Linear
.758 1 .384
Association
N of Valid Cases 80
a. 34 cells (94.4%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .40.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
a
Kompetensi (48.00 /
49.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.

Kompetensi * Umur

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 41.641a 34 .966
Likelihood Ratio 46.559 34 .074
Linear-by-Linear
.025 1 .876
Association
N of Valid Cases 80
Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 41.641a 34 .966
Likelihood Ratio 46.559 34 .074
Linear-by-Linear
.025 1 .876
Association
a. 53 cells (98.1%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .24.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
a
Kompetensi (48.00 /
49.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.

Lingkungan kerja * Pendidikan

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.092a 12 .729
Likelihood Ratio 10.802 12 .546
Linear-by-Linear
.180 1 .680
Association
N of Valid Cases 80
a. 24 cells (92.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .63.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Lingkungan kerja (48.00 / a
50.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.
Lingkungan kerja * Masa

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.365a 12 .732
Likelihood Ratio 11.344 12 .500
Linear-by-Linear
.518 1 .472
Association
N of Valid Cases 80
a. 23 cells (88.5%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .80.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Lingkungan kerja (48.00 / a
50.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.

Lingkungan kerja * Umur

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 20.381a 24 .926
Likelihood Ratio 24.414 24 .438
Linear-by-Linear
.669 1 .413
Association
N of Valid Cases 80
a. 38 cells (97.4%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .49.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Lingkungan kerja (48.00 / a
50.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.
Beban Kerja *
Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 18.417a 18 .745
Likelihood Ratio 21.293 18 .265
Linear-by-Linear
1.095 1 .295
Association
N of Valid Cases 80
a. 37 cells (97.4%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .31.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Beban a
Kerja (46.00 / 48.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.

Beban Kerja * Masa Kerja

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 18.056a 18 .289
Likelihood Ratio 21.803 18 .241
Linear-by-Linear
2.633 1 .105
Association
N of Valid Cases 80
a. 36 cells (94.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .40.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Beban a
Kerja (46.00 / 48.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.
Beban Kerja *

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 28.332a 36 .578
Likelihood Ratio 34.963 36 .518
Linear-by-Linear
.088 1 .767
Association
N of Valid Cases 80
a. 56 cells (98.2%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .24.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Beban a
Kerja (46.00 / 48.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.

Disiplin Kerja * Pendidikan

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 14.620a 14 .925
Likelihood Ratio 17.721 14 .220
Linear-by-Linear
.766 1 .381
Association
N of Valid Cases 80
a. 27 cells (90.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .31.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Disiplin a
Kerja (23.00 / 24.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.
Disiplin Kerja * Masa Kerja

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 17.520a 14 .310
Likelihood Ratio 21.066 14 .100
Linear-by-Linear
.535 1 .465
Association
N of Valid Cases 80
a. 27 cells (90.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .40.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Disiplin a
Kerja (23.00 / 24.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.

Disiplin Kerja * Umur

Chi-Square Tests
Asymp.
Value df Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 21.061a 28 .554
Likelihood Ratio 24.096 28 .676
Linear-by-Linear
.157 1 .692
Association
N of Valid Cases 80
a. 44 cells (97.8%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .24.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Disiplin a
Kerja (23.00 / 24.00)
a. Risk Estimate statistics cannot
be computed. They are only
computed for a 2*2 table without
empty cells.
LAMPIRAN OUTPUT SPSS – UNIVARIAT
Frequencies

Notes
Output Created
Comments
Input Data
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
80
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data.
Syntax
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000

Kompetensi Lingkungan kerja Beban kerja Disiplin kerja


N Valid 80 80 80 80
Missing 0 0 0 0
Mean 51.5014 55.1929 51.7843 55.1971
Median 52.0000 60.0000 50.0000 60.0000
Mode 52.0000 60.0000 50.0000 60.0000
Std. Deviation 6,22965 6,48894 5,61728 6,48827
Range 20.00 20.00 20.00 20.00
Minimum 44.00 45.00 44.00 45.00
Maximum 64.00 65.00 64.00 65.00
Final Results

Path Coefficients
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA -0,408 -0,531
DISIPLIN KERJA 0,203
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA -0,694 0,471 0,166

Indirect Effects

Total Indirect Effects


BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA -0,083
DISIPLIN KERJA
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA 0,283 0,521

Specific Indirect Effects


Specific
Indirect
Effects
LINGKUNGAN KERJA
-> BEBAN KERJA -> 0,283
DISIPLIN KERJA
LINGKUNGAN KERJA
-> BEBAN KERJA -> 0,368
KOMPETENSI BIDAN
BEBAN KERJA ->
DISIPLIN KERJA -> -0,083
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA
-> BEBAN KERJA ->
0,057
DISIPLIN KERJA ->
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA
-> DISIPLIN KERJA -> 0,096
KOMPETENSI BIDAN

Total Effects
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA -0,408 -0,614
DISIPLIN KERJA 0,203
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA -0,694 0,754 0,687

Outer Loadings
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000
DISIPLIN 1,000
KOMPETENSI 1,000
LK1 0,753
LK2 0,932
LK3 0,940
Outer Weights
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000
DISIPLIN 1,000
KOMPETENSI 1,000
LK1 0,395
LK2 0,368
LK3 0,382

Latent Variable

Latent Variable
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
Case ID
KERJA KERJA BIDAN KERJA
1 -1,545 0,411 0,656 -0,280
2 -1,545 0,411 0,478 -0,280
3 -1,361 1,238 1,189 1,377
4 0,484 -0,746 -0,056 -1,196
5 0,115 -0,581 -0,411 -0,628
6 0,115 1,403 -0,411 1,377
7 1,222 -1,408 -1,834 -1,340
8 0,853 -0,250 -0,945 0,509
9 0,484 -0,415 -0,589 0,004
10 -1,176 0,081 -0,056 1,377
11 1,038 -0,746 0,478 -1,370
12 -1,729 -0,912 1,012 -0,801
13 -1,914 1,899 1,723 1,377
14 1,407 -0,912 -1,301 -1,370
15 -0,254 1,569 -0,056 0,509
16 1,222 -0,415 -0,767 -0,517
17 0,300 0,081 0,656 0,509
18 0,484 -0,415 0,478 0,509
19 0,853 -0,415 -0,945 -1,196
20 -2,098 1,734 1,723 1,267
21 0,484 -0,746 -0,589 -0,848
22 0,115 -0,415 0,300 0,051
23 -1,361 1,899 1,367 0,856
24 1,591 -0,912 -1,656 -1,717
25 0,484 -0,250 -0,945 0,509
26 1,222 -0,415 -1,478 -0,517
27 -0,069 0,081 0,122 0,856
28 -0,069 -0,581 0,122 -0,848
29 -0,992 -0,912 1,189 1,093
30 -1,361 1,899 0,656 1,377
31 1,038 -0,912 -0,945 -1,196
32 0,484 -0,415 0,834 0,509
33 0,669 -1,077 -1,301 -1,370
34 0,300 0,081 1,189 0,509
35 0,669 -1,077 -1,301 -0,848
36 -0,992 -0,912 0,656 1,093
37 -0,807 1,899 0,834 0,856
38 1,038 -0,912 -0,945 -1,196
39 0,484 -0,250 0,478 0,509
40 0,484 -0,415 -0,589 -0,848
41 0,484 0,081 0,478 0,509
42 -0,807 1,899 0,834 0,856
43 0,300 -0,912 -0,589 -1,717
44 0,484 -0,250 0,478 0,509
45 1,222 -0,415 -1,478 -0,517
46 -1,914 1,238 1,723 1,030
47 -0,623 0,411 0,300 0,004
48 -0,992 1,238 0,834 1,377
49 0,484 -0,746 -0,589 -1,196
50 0,115 -0,581 0,122 -0,628
51 -1,914 1,403 0,656 1,377
52 1,222 -1,408 -0,767 -1,196
53 0,853 -0,250 -1,123 0,509
54 0,484 -0,415 -0,589 0,004
55 -0,069 0,081 -0,589 1,377
56 1,038 -0,746 -0,945 -1,370
57 -0,069 -0,912 0,300 -0,801
58 -1,914 1,899 1,012 1,377
59 1,407 -0,912 -1,301 -1,370
60 -1,176 1,569 2,256 0,956
61 -1,361 1,899 1,901 1,377
62 1,038 -0,912 -1,301 -1,196
63 0,484 -0,415 0,122 0,509
64 0,669 -1,077 -1,123 -1,370
65 0,300 0,081 1,012 0,509
66 0,669 -1,077 -1,123 -0,848
67 -0,992 -0,912 -0,056 1,093
68 -0,807 1,899 1,901 0,856
69 1,038 -0,912 -0,945 -1,196
70 0,484 -0,250 0,656 0,509
71 0,484 -0,415 -0,589 -0,848
72 0,484 0,081 -0,945 0,509
73 -0,807 1,899 2,079 0,856
74 0,669 -0,912 -1,123 -1,717
75 0,484 -0,250 -0,589 0,509
76 1,222 -0,415 -0,945 -0,517
77 -1,914 1,238 1,012 1,030
78 -0,623 0,411 0,300 0,004
79 -0,992 1,238 0,300 1,377
80 0,484 -0,746 -0,589 -1,196

Latent Variable
Correlations
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000 -0,735 -0,795 -0,694
DISIPLIN KERJA -0,735 1,000 0,718 0,754
KOMPETENSI BIDAN -0,795 0,718 1,000 0,687
LINGKUNGAN KERJA -0,694 0,754 0,687 1,000

Latent Variable
Covariances
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000 -0,735 -0,795 -0,694
DISIPLIN KERJA -0,735 1,000 0,718 0,754
KOMPETENSI BIDAN -0,795 0,718 1,000 0,687
LINGKUNGAN KERJA -0,694 0,754 0,687 1,000
Residuals

Outer Model Residual


Scores
BEBAN
Case ID DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
1 0,000 0,000 0,000 0,536 -0,282 -0,282
2 0,000 0,000 0,000 0,536 -0,282 -0,282
3 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
4 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
5 0,000 0,000 0,000 -0,083 0,042 0,045
6 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
7 0,000 0,000 0,000 0,454 -0,056 -0,414
8 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
9 0,000 0,000 0,000 0,322 -0,165 -0,173
10 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
11 0,000 0,000 0,000 0,036 -0,028 -0,010
12 0,000 0,000 0,000 -0,392 0,204 0,208
13 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
14 0,000 0,000 0,000 0,036 -0,028 -0,010
15 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
16 0,000 0,000 0,000 -0,606 0,320 0,317
17 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
18 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
19 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
20 0,000 0,000 0,000 1,130 -0,580 -0,608
21 0,000 0,000 0,000 0,963 -0,514 -0,500
22 0,000 0,000 0,000 -1,033 0,552 0,535
23 0,000 0,000 0,000 -0,320 0,183 0,154
24 0,000 0,000 0,000 -0,582 0,295 0,316
25 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
26 0,000 0,000 0,000 -0,606 0,320 0,317
27 0,000 0,000 0,000 -0,320 0,183 0,154
28 0,000 0,000 0,000 0,963 -0,514 -0,500
29 0,000 0,000 0,000 0,821 -0,419 -0,444
30 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
31 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
32 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
33 0,000 0,000 0,000 0,036 -0,028 -0,010
34 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
35 0,000 0,000 0,000 0,963 -0,514 -0,500
36 0,000 0,000 0,000 0,821 -0,419 -0,444
37 0,000 0,000 0,000 -0,320 0,183 0,154
38 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
39 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
40 0,000 0,000 0,000 0,963 -0,514 -0,500
41 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
42 0,000 0,000 0,000 -0,320 0,183 0,154
43 0,000 0,000 0,000 -0,582 0,295 0,316
44 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
45 0,000 0,000 0,000 -0,606 0,320 0,317
46 0,000 0,000 0,000 -0,011 0,021 -0,009
47 0,000 0,000 0,000 0,322 -0,165 -0,173
48 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
49 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
50 0,000 0,000 0,000 -0,083 0,042 0,045
51 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
52 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
53 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
54 0,000 0,000 0,000 0,322 -0,165 -0,173
55 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
56 0,000 0,000 0,000 0,036 -0,028 -0,010
57 0,000 0,000 0,000 -0,392 0,204 0,208
58 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
59 0,000 0,000 0,000 0,036 -0,028 -0,010
60 0,000 0,000 0,000 0,924 -1,053 0,060
61 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
62 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
63 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
64 0,000 0,000 0,000 0,036 -0,028 -0,010
65 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
66 0,000 0,000 0,000 0,963 -0,514 -0,500
67 0,000 0,000 0,000 0,821 -0,419 -0,444
68 0,000 0,000 0,000 -0,320 0,183 0,154
69 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
70 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
71 0,000 0,000 0,000 0,963 -0,514 -0,500
72 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
73 0,000 0,000 0,000 -0,320 0,183 0,154
74 0,000 0,000 0,000 -0,582 0,295 0,316
75 0,000 0,000 0,000 -0,938 0,507 0,481
76 0,000 0,000 0,000 -0,606 0,320 0,317
77 0,000 0,000 0,000 -0,011 0,021 -0,009
78 0,000 0,000 0,000 0,322 -0,165 -0,173
79 0,000 0,000 0,000 0,607 -0,302 -0,335
80 0,000 0,000 0,000 0,345 -0,190 -0,173
Outer Model Residual Correlation
BEBAN
DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
BEBAN KERJA 1,000 0,735 -0,795 -0,352 0,350 0,342
DISIPLIN 0,735 1,000 -0,718 -0,082 0,098 0,063
KOMPETENSI -0,795 -0,718 1,000 0,055 -0,091 -0,017
LK1 -0,352 -0,082 0,055 1,000 -0,983 -0,982
LK2 0,350 0,098 -0,091 -0,983 1,000 0,931
LK3 0,342 0,063 -0,017 -0,982 0,931 1,000

Inner Model Residual


Scores
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
Case ID
KERJA KERJA BIDAN KERJA
1 -1,740 -0,087 -0,201
2 -1,740 -0,087 -0,379
3 -0,405 0,034 -0,012
4 -0,346 0,015 0,551
5 -0,320 -0,238 -0,128
6 1,071 0,802 -0,863
7 0,292 -0,278 -0,678
8 1,206 -0,142 -0,526
9 0,487 -0,220 -0,248
10 -0,220 -1,048 -0,924
11 0,087 0,322 1,407
12 -2,286 -1,239 0,411
13 -0,958 0,470 0,093
14 0,456 0,307 -0,142
15 0,099 1,226 -0,593
16 0,863 0,327 0,052
17 0,653 -0,037 0,714
18 0,837 -0,458 0,735
19 0,023 0,496 -0,209
20 -1,219 0,281 0,047
21 -0,105 -0,149 -0,040
22 0,151 -0,392 0,437
23 -0,766 0,941 0,118
24 0,399 0,546 -0,342
25 0,837 -0,292 -0,721
26 0,863 0,327 -0,660
27 0,525 -0,351 -0,073
28 -0,658 -0,209 0,344
29 -0,233 -1,831 0,667
30 -0,405 0,696 -0,680
31 0,208 0,075 -0,011
32 0,837 -0,458 1,091
33 -0,282 -0,159 -0,500
34 0,653 -0,037 1,248
35 0,080 -0,404 -0,586
36 -0,233 -1,831 0,133
37 -0,213 1,167 -0,122
38 0,208 0,075 -0,011
39 0,837 -0,292 0,701
40 -0,105 0,182 -0,107
41 0,837 0,038 0,634
42 -0,213 1,167 -0,122
43 -0,892 0,020 0,040
44 0,837 -0,292 0,701
45 0,863 0,327 -0,660
46 -1,199 -0,028 0,285
47 -0,620 0,156 -0,114
48 -0,036 0,185 -0,172
49 -0,346 0,015 0,018
50 -0,320 -0,238 0,405
51 -0,958 -0,026 -0,873
52 0,392 -0,346 0,366
53 1,206 -0,142 -0,703
54 0,487 -0,220 -0,248
55 0,887 -0,596 -0,870
56 0,087 0,322 -0,016
57 -0,625 -0,562 0,581
58 -0,958 0,470 -0,618
59 0,456 0,307 -0,142
60 -0,512 0,639 1,155
61 -0,405 0,696 0,565
62 0,208 0,075 -0,367
63 0,837 -0,458 0,379
64 -0,282 -0,159 -0,322
65 0,653 -0,037 1,070
66 0,080 -0,404 -0,409
67 -0,233 -1,831 -0,578
68 -0,213 1,167 0,945
69 0,208 0,075 -0,011
70 0,837 -0,292 0,879
71 -0,105 0,182 -0,107
72 0,837 0,038 -0,788
73 -0,213 1,167 1,123
74 -0,523 0,170 -0,298
75 0,837 -0,292 -0,366
76 0,863 0,327 -0,126
77 -1,199 -0,028 -0,426
78 -0,620 0,156 -0,114
79 -0,036 0,185 -0,706
80 -0,346 0,015 0,018

Inner Model Residual Correlation


BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000 0,000 0,000
DISIPLIN KERJA 0,000 1,000 0,000
KOMPETENSI BIDAN 0,000 0,000 1,000
LINGKUNGAN KERJA

Quality Criteria

R Square
R Square
R Square
Adjusted
BEBAN KERJA 0,482 0,475
DISIPLIN KERJA 0,655 0,646
KOMPETENSI BIDAN 0,682 0,669
f Square
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 0,250 0,367
DISIPLIN KERJA 0,045
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA 0,930 0,334 0,034

Construct Reliability and Validity


Average
Cronbach's Composite Variance
rho_A
Alpha Reliability Extracted
(AVE)
BEBAN KERJA 1,000 1,000 1,000 1,000
1,000
DISIPLIN KERJA 1,000 1,000 1,000 1,000
1,000
KOMPETENSI BIDAN 1,000 1,000 1,000 1,000
1,000
LINGKUNGAN KERJA 0,847 0,845 0,910 0,773
0,879

Discriminant Validity

Fornell-Larcker Criterion
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000
DISIPLIN KERJA -0,735 1,000
KOMPETENSI BIDAN -0,795 0,718 1,000
LINGKUNGAN KERJA -0,694 0,754 0,687 0,879
Cross Loadings
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000 -0,735 -0,795 -0,694
DISIPLIN -0,735 1,000 0,718 0,754
KOMPETENSI -0,795 0,718 1,000 0,687
LK1 -0,755 0,622 0,554 0,753
LK2 -0,520 0,667 0,607 0,932
LK3 -0,535 0,687 0,640 0,940

Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT)


BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA
DISIPLIN KERJA 0,735
KOMPETENSI BIDAN 0,795 0,718
LINGKUNGAN KERJA 0,749 0,818 0,746

Collinearity Statistics (VIF)


Outer VIF Values

VIF
BEBAN KERJA 1,000
DISIPLIN 1,000
KOMPETENSI 1,000
LK1 1,335
LK2 57,961
LK3 59,402
Inner VIF Values
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,930 2,412
DISIPLIN KERJA 2,900
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA 1,000 1,930 2,573

Model_Fit

Fit Summary
Saturated Estimated
Model Model
SRMR 0,099 0,099
d_ULS 0,208 0,208
d_G 0,895 0,895
Chi-Square 221,505 221,505
NFI 0,636 0,636

rms Theta

rms Theta 0,570


Model Selection Criteria
AICu AICc HQc
AIC BIC HQ
(Unbiased (Corrected (Corrected
(Akaike's (Bayesian (Hannan
Akaikes Akaikes Hannan-
Information Information Quinn
Information Information Quinn
Criterion) Criteria) Criterion)
Criterion Criterion) Criterion)
BEBAN KERJA -49,595 -47,570 32,721 -44,831 -47,685 -47,374
DISIPLIN KERJA -80,174 -77,116 2,359 -73,028 -77,309 -76,718
KOMPETENSI BIDAN -84,549 -80,445 -1,738 -75,021 -80,729 -79,770

Interim Results

Stop Criterion Changes


BEBAN
DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
Iteration 0 1,000 1,000 1,000 0,381 0,381 0,381
Iteration 1 1,000 1,000 1,000 0,395 0,368 0,382
Iteration 2 1,000 1,000 1,000 0,395 0,368 0,382
Iteration 3 1,000 1,000 1,000 0,395 0,368 0,382
Iteration 4 1,000 1,000 1,000 0,395 0,368 0,382

Base Data

Setting
Data file Settings
ADE SKBM
Data file [80 records]
Missing value marker none
Data Setup Settings
Algorithm to handle
None
missing data
Weighting Vector -
PLS Algorithm
Settings
Mean 0, Var
Data metric 1
Initial Weights 1.0
Max. number of
1500
iterations
Stop criterion 7
Use Lohmoeller
No
settings?
Weighting scheme Path
Construct Outer
Weighting Mode
Settings
BEBAN KERJA Automatic
DISIPLIN KERJA Automatic
KOMPETENSI BIDAN Automatic
LINGKUNGAN KERJA Automatic

Inner Model
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1,000 1,000
DISIPLIN KERJA 1,000
KOMPETENSI BIDAN
LINGKUNGAN KERJA 1,000 1,000 1,000
Outer Model
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA -1,000
DISIPLIN -1,000
KOMPETENSI -1,000
LK1 -1,000
LK2 -1,000
LK3 -1,000

Indicator Data (Original)


BEBAN
Case ID DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
1 11,000 58,000 60,000 19,000 19,000 19,000
2 11,000 58,000 59,000 19,000 19,000 19,000
3 12,000 63,000 63,000 22,000 23,000 23,000
4 22,000 51,000 56,000 17,000 17,000 17,000
5 20,000 52,000 54,000 17,000 19,000 19,000
6 20,000 64,000 54,000 22,000 23,000 23,000
7 26,000 47,000 46,000 17,000 17,000 16,000
8 24,000 54,000 51,000 17,000 23,000 23,000
9 22,000 53,000 53,000 19,000 20,000 20,000
10 13,000 56,000 56,000 22,000 23,000 23,000
11 25,000 51,000 59,000 16,000 17,000 17,000
12 10,000 50,000 62,000 16,000 19,000 19,000
13 9,000 67,000 66,000 22,000 23,000 23,000
14 27,000 50,000 49,000 16,000 17,000 17,000
15 18,000 65,000 56,000 17,000 23,000 23,000
16 26,000 53,000 52,000 16,000 20,000 20,000
17 21,000 56,000 60,000 17,000 23,000 23,000
18 22,000 53,000 59,000 17,000 23,000 23,000
19 24,000 53,000 51,000 17,000 17,000 17,000
20 8,000 66,000 66,000 23,000 22,000 22,000
21 22,000 51,000 53,000 19,000 17,000 17,000
22 20,000 53,000 58,000 16,000 22,000 22,000
23 12,000 67,000 64,000 19,000 23,000 23,000
24 28,000 50,000 47,000 14,000 17,000 17,000
25 22,000 54,000 51,000 17,000 23,000 23,000
26 26,000 53,000 48,000 16,000 20,000 20,000
27 19,000 56,000 57,000 19,000 23,000 23,000
28 19,000 52,000 57,000 19,000 17,000 17,000
29 14,000 50,000 63,000 22,000 22,000 22,000
30 12,000 67,000 60,000 22,000 23,000 23,000
31 25,000 50,000 51,000 17,000 17,000 17,000
32 22,000 53,000 61,000 17,000 23,000 23,000
33 23,000 49,000 49,000 16,000 17,000 17,000
34 21,000 56,000 63,000 17,000 23,000 23,000
35 23,000 49,000 49,000 19,000 17,000 17,000
36 14,000 50,000 60,000 22,000 22,000 22,000
37 15,000 67,000 61,000 19,000 23,000 23,000
38 25,000 50,000 51,000 17,000 17,000 17,000
39 22,000 54,000 59,000 17,000 23,000 23,000
40 22,000 53,000 53,000 19,000 17,000 17,000
41 22,000 56,000 59,000 17,000 23,000 23,000
42 15,000 67,000 61,000 19,000 23,000 23,000
43 21,000 50,000 53,000 14,000 17,000 17,000
44 22,000 54,000 59,000 17,000 23,000 23,000
45 26,000 53,000 48,000 16,000 20,000 20,000
46 9,000 63,000 66,000 20,000 23,000 23,000
47 16,000 58,000 58,000 19,000 20,000 20,000
48 14,000 63,000 61,000 22,000 23,000 23,000
49 22,000 51,000 53,000 17,000 17,000 17,000
50 20,000 52,000 57,000 17,000 19,000 19,000
51 9,000 64,000 60,000 22,000 23,000 23,000
52 26,000 47,000 52,000 17,000 17,000 17,000
53 24,000 54,000 50,000 17,000 23,000 23,000
54 22,000 53,000 53,000 19,000 20,000 20,000
55 19,000 56,000 53,000 22,000 23,000 23,000
56 25,000 51,000 51,000 16,000 17,000 17,000
57 19,000 50,000 58,000 16,000 19,000 19,000
58 9,000 67,000 62,000 22,000 23,000 23,000
59 27,000 50,000 49,000 16,000 17,000 17,000
60 13,000 65,000 69,000 22,000 20,000 23,000
61 12,000 67,000 67,000 22,000 23,000 23,000
62 25,000 50,000 49,000 17,000 17,000 17,000
63 22,000 53,000 57,000 17,000 23,000 23,000
64 23,000 49,000 50,000 16,000 17,000 17,000
65 21,000 56,000 62,000 17,000 23,000 23,000
66 23,000 49,000 50,000 19,000 17,000 17,000
67 14,000 50,000 56,000 22,000 22,000 22,000
68 15,000 67,000 67,000 19,000 23,000 23,000
69 25,000 50,000 51,000 17,000 17,000 17,000
70 22,000 54,000 60,000 17,000 23,000 23,000
71 22,000 53,000 53,000 19,000 17,000 17,000
72 22,000 56,000 51,000 17,000 23,000 23,000
73 15,000 67,000 68,000 19,000 23,000 23,000
74 23,000 50,000 50,000 14,000 17,000 17,000
75 22,000 54,000 53,000 17,000 23,000 23,000
76 26,000 53,000 51,000 16,000 20,000 20,000
77 9,000 63,000 62,000 20,000 23,000 23,000
78 16,000 58,000 58,000 19,000 20,000 20,000
79 14,000 63,000 58,000 22,000 23,000 23,000
80 22,000 51,000 53,000 17,000 17,000 17,000

Indicator Data (Standardized)


BEBAN
Case ID DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
1 -1,545 0,411 0,656 0,324 -0,543 -0,545
2 -1,545 0,411 0,478 0,324 -0,543 -0,545
3 -1,361 1,238 1,189 1,644 0,981 0,959
4 0,484 -0,746 -0,056 -0,555 -1,304 -1,297
5 0,115 -0,581 -0,411 -0,555 -0,543 -0,545
6 0,115 1,403 -0,411 1,644 0,981 0,959
7 1,222 -1,408 -1,834 -0,555 -1,304 -1,673
8 0,853 -0,250 -0,945 -0,555 0,981 0,959
9 0,484 -0,415 -0,589 0,324 -0,162 -0,169
10 -1,176 0,081 -0,056 1,644 0,981 0,959
11 1,038 -0,746 0,478 -0,995 -1,304 -1,297
12 -1,729 -0,912 1,012 -0,995 -0,543 -0,545
13 -1,914 1,899 1,723 1,644 0,981 0,959
14 1,407 -0,912 -1,301 -0,995 -1,304 -1,297
15 -0,254 1,569 -0,056 -0,555 0,981 0,959
16 1,222 -0,415 -0,767 -0,995 -0,162 -0,169
17 0,300 0,081 0,656 -0,555 0,981 0,959
18 0,484 -0,415 0,478 -0,555 0,981 0,959
19 0,853 -0,415 -0,945 -0,555 -1,304 -1,297
20 -2,098 1,734 1,723 2,084 0,600 0,583
21 0,484 -0,746 -0,589 0,324 -1,304 -1,297
22 0,115 -0,415 0,300 -0,995 0,600 0,583
23 -1,361 1,899 1,367 0,324 0,981 0,959
24 1,591 -0,912 -1,656 -1,875 -1,304 -1,297
25 0,484 -0,250 -0,945 -0,555 0,981 0,959
26 1,222 -0,415 -1,478 -0,995 -0,162 -0,169
27 -0,069 0,081 0,122 0,324 0,981 0,959
28 -0,069 -0,581 0,122 0,324 -1,304 -1,297
29 -0,992 -0,912 1,189 1,644 0,600 0,583
30 -1,361 1,899 0,656 1,644 0,981 0,959
31 1,038 -0,912 -0,945 -0,555 -1,304 -1,297
32 0,484 -0,415 0,834 -0,555 0,981 0,959
33 0,669 -1,077 -1,301 -0,995 -1,304 -1,297
34 0,300 0,081 1,189 -0,555 0,981 0,959
35 0,669 -1,077 -1,301 0,324 -1,304 -1,297
36 -0,992 -0,912 0,656 1,644 0,600 0,583
37 -0,807 1,899 0,834 0,324 0,981 0,959
38 1,038 -0,912 -0,945 -0,555 -1,304 -1,297
39 0,484 -0,250 0,478 -0,555 0,981 0,959
40 0,484 -0,415 -0,589 0,324 -1,304 -1,297
41 0,484 0,081 0,478 -0,555 0,981 0,959
42 -0,807 1,899 0,834 0,324 0,981 0,959
43 0,300 -0,912 -0,589 -1,875 -1,304 -1,297
44 0,484 -0,250 0,478 -0,555 0,981 0,959
45 1,222 -0,415 -1,478 -0,995 -0,162 -0,169
46 -1,914 1,238 1,723 0,764 0,981 0,959
47 -0,623 0,411 0,300 0,324 -0,162 -0,169
48 -0,992 1,238 0,834 1,644 0,981 0,959
49 0,484 -0,746 -0,589 -0,555 -1,304 -1,297
50 0,115 -0,581 0,122 -0,555 -0,543 -0,545
51 -1,914 1,403 0,656 1,644 0,981 0,959
52 1,222 -1,408 -0,767 -0,555 -1,304 -1,297
53 0,853 -0,250 -1,123 -0,555 0,981 0,959
54 0,484 -0,415 -0,589 0,324 -0,162 -0,169
55 -0,069 0,081 -0,589 1,644 0,981 0,959
56 1,038 -0,746 -0,945 -0,995 -1,304 -1,297
57 -0,069 -0,912 0,300 -0,995 -0,543 -0,545
58 -1,914 1,899 1,012 1,644 0,981 0,959
59 1,407 -0,912 -1,301 -0,995 -1,304 -1,297
60 -1,176 1,569 2,256 1,644 -0,162 0,959
61 -1,361 1,899 1,901 1,644 0,981 0,959
62 1,038 -0,912 -1,301 -0,555 -1,304 -1,297
63 0,484 -0,415 0,122 -0,555 0,981 0,959
64 0,669 -1,077 -1,123 -0,995 -1,304 -1,297
65 0,300 0,081 1,012 -0,555 0,981 0,959
66 0,669 -1,077 -1,123 0,324 -1,304 -1,297
67 -0,992 -0,912 -0,056 1,644 0,600 0,583
68 -0,807 1,899 1,901 0,324 0,981 0,959
69 1,038 -0,912 -0,945 -0,555 -1,304 -1,297
70 0,484 -0,250 0,656 -0,555 0,981 0,959
71 0,484 -0,415 -0,589 0,324 -1,304 -1,297
72 0,484 0,081 -0,945 -0,555 0,981 0,959
73 -0,807 1,899 2,079 0,324 0,981 0,959
74 0,669 -0,912 -1,123 -1,875 -1,304 -1,297
75 0,484 -0,250 -0,589 -0,555 0,981 0,959
76 1,222 -0,415 -0,945 -0,995 -0,162 -0,169
77 -1,914 1,238 1,012 0,764 0,981 0,959
78 -0,623 0,411 0,300 0,324 -0,162 -0,169
79 -0,992 1,238 0,300 1,644 0,981 0,959
80 0,484 -0,746 -0,589 -0,555 -1,304 -1,297

Indicator Data (Correlations)


Empirical Correlation
Matrix
BEBAN
DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
BEBAN KERJA 1,000 -0,735 -0,795 -0,755 -0,520 -0,535
DISIPLIN -0,735 1,000 0,718 0,622 0,667 0,687
KOMPETENSI -0,795 0,718 1,000 0,554 0,607 0,640
LK1 -0,755 0,622 0,554 1,000 0,467 0,487
LK2 -0,520 0,667 0,607 0,467 1,000 0,991
LK3 -0,535 0,687 0,640 0,487 0,991 1,000

Model Implied Saturated Correlation


Matrix
BEBAN
DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
BEBAN KERJA 1,000 -0,735 -0,795 -0,523 -0,647 -0,652
DISIPLIN -0,735 1,000 0,718 0,568 0,703 0,709
KOMPETENSI -0,795 0,718 1,000 0,518 0,640 0,646
LK1 -0,523 0,568 0,518 1,000 0,702 0,708
LK2 -0,647 0,703 0,640 0,702 1,000 0,876
LK3 -0,652 0,709 0,646 0,708 0,876 1,000
Model Implied Estimated Correlation
Matrix
BEBAN
DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
BEBAN KERJA 1,000 -0,735 -0,795 -0,523 -0,647 -0,652
DISIPLIN -0,735 1,000 0,718 0,568 0,703 0,709
KOMPETENSI -0,795 0,718 1,000 0,518 0,640 0,646
LK1 -0,523 0,568 0,518 1,000 0,702 0,708
LK2 -0,647 0,703 0,640 0,702 1,000 0,876
LK3 -0,652 0,709 0,646 0,708 0,876 1,000

Empirical Covariance
Matrix
BEBAN
DISIPLIN KOMPETENSI LK1 LK2 LK3
KERJA
BEBAN KERJA 29,384 -24,092 -24,230 -9,298 -7,397 -7,719
DISIPLIN -24,092 36,575 24,415 8,553 10,595 11,057
KOMPETENSI -24,230 24,415 31,615 7,080 8,967 9,572
LK1 -9,298 8,553 7,080 5,169 2,788 2,944
LK2 -7,397 10,595 8,967 2,788 6,894 6,921
LK3 -7,719 11,057 9,572 2,944 6,921 7,073
LAMPIRAN OUPUT PLS

Path Coefficients
BEBAN DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN
KERJA KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA -0.268 -0.497
DISIPLIN
0.144
KERJA
KOMPETENSI
BIDAN
LINGKUNGAN
-0.699 0.619 0.254
KERJA

Outer Loadings

DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN


BEBAN KERJA
KERJA BIDAN KERJA
BEBAN
1.000
KERJA
DISIPLIN 1.000
KOMPETENSI 1.000
LK1 0.753
LK2 0.932
LK3 0.940

Latent Variable Correlations

DISIPLIN KOMPETENSI LINGKUNGAN


BEBAN KERJA
KERJA BIDAN KERJA
BEBAN KERJA 1.000 -0.735 -0.795 -0.694
DISIPLIN KERJA -0.735 1.000 0.718 0.754
KOMPETENSI
-0.795 0.718 1.000 0.687
BIDAN
LINGKUNGAN
-0.694 0.754 0.687 1.000
KERJA
R Square

R Square R Square Adjusted


BEBAN KERJA 0.5704 0.475
DISIPLIN KERJA 0.7040 0.646
KOMPETENSI BIDAN 0.6885 0.669

Construct Reliability and Validity

Average
Cronbach's Composite
rho_A Variance
Alpha Reliability
Extracted (AVE)
BEBAN KERJA 1.000 1.000 1.000 1.000
DISIPLIN KERJA 1.000 1.000 1.000 1.000
KOMPETENSI
1.000 1.000 1.000 1.000
BIDAN
LINGKUNGAN
0.847 0.845 0.910 0.773
KERJA

Anda mungkin juga menyukai