Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS


PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS MAMASA
KABUPATEN MAMASA TAHUN 2018

NURDIANA

B200214029

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN BARAMULI

KABUPATEN PINRANG

2018
PROPOSAL

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS


PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS MAMASA
KABUPATEN MAMASA TAHUN 2018

NURDIANA

B200214029

Proposal Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN BARAMULI

KABUPATEN PINRANG

2018
PROPOSAL

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS


PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS MAMASA
KABUPATEN MAMASA TAHUN 2018

Proposal Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan

Program Studi

Keperawatan

Disusun Dan Diajukan Oleh

NURDIANA

B200214029

Kepada

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN BARAMULI

KABUPATEN PINRANG

2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal ini akan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Uj

Proposal dan disetujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat un

mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Sekolah Tin

Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuli Pinrang.

Pinrang,

Menyetujui :

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Muh. Kardi Rais, SKM., M. Kes Sudirman, SKM, M. Ke

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pembantu Ketua I


Kesehatan Masyarakat Bidang Akademik
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH………………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….

A. Latar belakang………………………………………………………………….
B. Rumusan masalah ……………………………………………………………..
C. Tujuan penelitian………………………………………………………………..
D. Manfaat penelitian………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………..

A. Tinjauan umum tentang faktor-faktor dan pengaruh…………………………


B. Tinjauan umum tentang efektifitas pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan
……………………………………………………………………..
C. Tinjauan umum tentang mutu pelayanan ……………………………………
D. Tinjauan umum tentang dokumentasi proses keperawatan ……………….
E. Tinjauan umum tentang tugas perawat……………………………………….

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……………………………………


A. Dasar pemikiran variable penelitian…………………………………………..
B. Hubungan antar variable……………………………………………………….
C. Defenisi operasional penelitian dan criteria objektif ………………………..
D. Hipotesis penelitian ……………………………………………………………

BAB IV METODE PENELITIAN ………………………………………………………

A. Jenis dan metode penelitian ………………………………………………….


B. Lokasi dan waktu penelitian ………………………………………………….
C. Populasi dan sampel…………………………………………………………..
D. Cara pengmpulan data………………………………………………………...
E. Langkah pengolahan data ………………………………………………….
F. Penguji hipotesis……………………………………………………………..
G. Etika peneliti………………………………………………………………….

DAFTA PUSTAKA …………………………………………………………………..

LAMPIRAN…………………………………………………………………..............
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

LAMBANG ISTILAH ARTI DAN KETERANGAN

ANA American Nurse Asociatin

ASKEP Asuhan keperawatan

DIRJEN Direktorat Jendral

GBHN Garis besar haluan Negara

HA Hipotesis alternative

HO Hipotesis Nol

JCAHO Joint Commision On Accredetation

KG Kilogram

KAB. Kabupaten

KEMENKES Kementrian kesehatan

MENKES Mentri kesehatan

NANDA North American Nursing Diagnosis Association

POKJA Pembentukan kelompok kerja

PUSKESMAS ` Pusat Kesehatan Masyarakat


PES Problem EtiologiSymtom

RS Rumah Sakit

RSUD Rumah Sakit Umum daerah

RI Republik Indonesia

S.KEP Sarjana keperawatan

SKN Sistem Kesehatan Nasional

SK Surat Keputusan

SPSS Tatistical Package For The social Sciences

WHO Word Health Organization

YANMED Pelayanan Medik


DAFTAR LAMPIRAN

1. Permohonan untuk menjadi responden

2. Lembar persetujuan menjadi responden peneliti

3. Kuesioner penelitian

4.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Buku Administrasi Kesehatan

Edisi ketiga (Azrul Azwar, 1996) disebutkan bahwa penilaian merupakan suatu cara yang

sistematis dari pelayanan yang dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan

perencanaan terhadap suatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai

kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya. Artinya penilaian atau evaluasi

merupakan suatu proses feed back (umpan balik) dari keberhasilan kegiatan. Dalam Buku

Manajemen Pelayanan Kesehatan (Dedi Alamsyah, 2011, 40).

Dalam praktiknya, dokumentasi ini belum dilaksanakan secara penuh, untuk

memenuhi beberapa standar profesi yang telah ditetapkan. Menurut American Nurses

Asociation (ANA), dalam proses pelaksanaan asuhan keperawatan, standar dokumentasi

mencakup data pengkajian yang relevan, diagnosa, tujuan yang terukur, rencana

keperawatan, respons klien, perbaikan diagnosa, dari hasil dan rencana keperawatan.

Sedangkan menurut Joint Commision On Accreditation Of Health Care Organization

(JCAHO) standar yang dipakai meliputi : standar pengkajian awal, pengkajian ulang,

diagnosa keperawatan klien dan kebutuhan, rencana intervensi, asuhan keperawatan yang

dilakukan, respons pasien terhadap tindakan dan kemampuan untuk mengelola serta

berkesinambungan terhadap kebutuhan keperawatan. Dalam Buku Dokumentasi

Keperawatan (Ermawati Dalami, 2011, 96).

Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses

keperawatan adalah metode dimana suatu konsep ditetapkan dalam praktek keperawatan.
Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu,

teknik, dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan

berhubungan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Iyer et al,

1996). Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem-solving dalam

mendefinisikan suatu tindakan perawatan. Dalam Buku Dokumentasi Keperawatan

(Ermawati Dalami, 2011, 1).

Peningkatan mutu keperawatan dapat diperoleh jika perawat mampu

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai

dengan evaluasi lengkap dengan dokumentasi. Permasalahan yang sering muncul dan

dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat

yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan dan

tidak disertai dokumentasi yang lengkap. (Hariyati, 2009). Dalam Jurnal Keperawatan

(Soedirman, 2012, 78).

Pelaksanaan penerapan dokumentasi keperawatan saat ini masih belum dapat

diterima dikalangan tim medis atau tim kesehatan lainnya. Dalam keseharianya seorang

dokter mencari informasi data pasien dari perawat melalui oral atau lisan. Hal ini sangat

perlu bila sewaktu-waktu ada masalah lain yang berkaitan dengan aspek legal. Dan untuk

menghindari masalah ini dibuat sistem dokumentasi yang efektif serta adanya penerapan

secara langsung di klinik. Dalam Buku Dokumentasi Keperawatan (Ermawati Dalami, 2011,

93).

Dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan, Perawat memerlukan suatu standar

dokumentasi sebagai petunjuk dan arah terhadap teknik pencatatan yang sistematis dan
mudah diterapkan. Dalam Buku Dokumentasi Keperawatan `DAR` (Isti Handayaningsih,

2009, 1).

Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan pada

individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup seluruh

siklus kehidupan. (Carpenito, 2000). Dalam Jurnal Ilmiah (Hartati dan Handoyo, 2011, 26).

Dokumen adalah suatu catatan yang dapat di buktikan atau dijadikan bukti dalam

persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah merupakan pekerjaan

mencatat atau merekam peristiwa baik dari obyek maupun pemberi jasa yang dianggap

berharga dan penting. (Tungpalan, 1983). Dalam Buku Dokumentasi Keperawatan

(Ermawati Dalami, 2011, 32).

Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan

dilakukan dan disesuaikan urutan waktu. Adapun manfaat dari pendokumentasian

diantaranya sebagai alat komunikasi antara anggota tim kesehatan lainnya, sebagai

dokumen resmi dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggungjawaban dan

pertanggunggugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. (Effendy,1995).

Dalam Buku Dokumentasi Keperawatan (Ermawati Dalami, 2011, 29).

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan

yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi

merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien,

kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.

Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan

klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama
asuhan dilaksanakan. Disamping itu juga dapat sebagai wahana komunikasi dan

koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu

fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan

bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dalam Buku

Dokumentasi Keperawatan (Ermawati Dalami, 2011, 32).

Dalam proses penyusunan standar dokumentasi harus memperhatikan tiga

komponen penting sebagai pedoman. Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek

yaitu : (1) Komunikasi, (2) proses keperawatan, (3) Standar keperawatan. Dalam Buku

Dokumentasi Keperawatan DAR (Isti Handayaningsi, 2009, 5).

Rumah Sakit adalah bagian dari integral dari keseluruhan sistem kesehatan yang

dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pembangunan Rumah

Sakit tidak lepas dari pembangunan kesehatan, yakni harus sesuai dengan Garis-Garis

Besar Haluan Negara, Sistem Kesehatan Nasional dan repelita dibidang kesehatan serta

peraturan perundang-undangan. Dalam Buku Manajemen Pelayanan Kesehatan (Dedi

Alamsyah, 2011, 99).

Ruang pasien rawat inap merupakan ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan

dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.

Dalam Jurnal Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap

(umum).

Puskesmas Sesenapadang merupakan salah satu Puskesmas rawat inap yang

ada Kec. Sesenapadang, Kab. Mamasa. Puskesmas Sesenapadang Memiliki Tenaga

Kesehatan Sepanjang tahun 2017 berjumlah 51 orang. Untuk perawat secara khusus

berjumlah 31 orang. Perawat yang ditempatkan di rawat inap sepanjang tahun 2018

berjumlah 15 orang dengan 3 sifft waktu kerja.


Standar dokumentasi menjadi hal paling penting dalam setiap tindakan

keperawatan. Ditemukan di ruangan format dokumentasi keperawatan yang telah

disiapkan belum semuanya terlaksana karena mulai dari pengkajian sampai evaluasi ada

sebagian yang terisi dan sebagian lagi belum terisi dengan lengkap, sehingga pelaksanaan

proses pendokumentasian belum terlaksana dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, mendorong saya untuk dilakukan penelitian :

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan dokumentasi asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang Kab. Mamasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor apa yang mempengaruhi

efektivitas pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas

Sesenapadang Kab. Mamasa?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang

Kab. Mamasa.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengaruh mutu pelayanan terhadap pelaksanaan dokumentasi

asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang Kab. Mamasa.

b. Diketahuinya pengaruh dokumentasi proses keperawatan terhadap pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang

Kab. Mamasa.
c. Diketahuinya pengaruh tugas perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang Kab. Mamasa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang ilmu

keperawatan khususnya dibidang ilmu manajemen keperawatan khususnya dalam

pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam rangka

melaksanakan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan pendidikan.

3. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam rangka menambah

wawasan pengetahuan dan mengembangkan diri khususnya dalam bidang penelitian

serta untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor dan Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud faktor-faktor adalah hal
(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.
(www.artikata.com/arti.2018).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 849), “Pengaruh adalah daya

yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan atau perbuatan seseorang.” Sementara itu, Surakhmad (1982, 7)

menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau

orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang

ada di sekelilingnya. Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang

maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa

yang ada disekitarnya. (www.artikata.com/arti.2018).

B. Tinjauan Umum Tentang Efektivitas Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan


Keperawatan

1. Tinjauan Tentang Efektivitas


Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.Disebut efektif
apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai
dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. (1994, 16)
yang menyatakan bahwa Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.(reponsitory.unhas.ac.id.2011.pdf).
Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (1985, 50), mengemukakan:
“Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu
organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga
mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain,
penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.”
(reponsitory.unhas.ac.id.2011.pdf).
2. Tinjauan Tentang Dokumentasi
a. Definisi Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari pertanggungjawaban perawat secara utuh
terhadap klien yang dirawat. Kemampuan perawat untuk membuat perbedaan pada
hasil akhir klien harus didemonstrasikan dalam praktik dan catatan (chart). (Iyer dan
Camp, 2005).Dalam jurnal keperawatan (Soedirman, 2012, 78).
Dokumentasi Keperawatan adalah sebuah bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan
klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan
dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab
perawat. Penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (ASKEP)
digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan
masalah yang dialami klien puas/tidak puas. Dalam Buku Dokumentasi Proses
Keperawatan (Abd.Wahid, 2012, 2).
Asuhan keperawatan (nursing services) yang dilakukan perawat dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan (nursing process) dapat terlihat dari
hasil dokumentasi keperawatan. Kaitannya dengan keperawatan, maka dokumentasi
memegang peranan penting terhadap segala macam tuntutan dan merupakan satu
bentuk upaya membina serta mempertahankan akontabilitas perawat dan
keperawatan. Dalam jurnal ilmiah (Hartati dan Handoyo, 2011, 27).
Menurut Fisbbach (1991), pelaksanaan dokumentasi keperawatan adalah
sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau, dan menyimpulkan suatu
pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit.
Penyelenggaraan dokumentasi keperawatan telah ditetapkan dalam SK Menkes
No.436/Menkes/SK/VI/1993 tentang standar pelayanan Rumah Sakit dan SK Dirjen
Yanmed No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang Standar Asuhan Keperawatan.
Dalam jurnal ilmiah (Hartati dan Handoyo, 2011, 27).
b. Model Dokumentasi
Model Fishbach (Unifying Model) adalah model yang mempersatukan berbagai
macam metode dan sistem pendokumentasian. Terdiri dari tiga kesatuan komponen
adalah (1) Komunikasi, (2) Proses keperawatan, (3) Standar dokumentasi, yang saling
berhubungan, saling ketergantungan dan dinamis.
c. Tujuan Utama Dokumentasi
1) Tujuan utama dari pendokumentasian
a) Mengidentifikasikan status kesehatan klien dalam mencatat kebutuhan
klien, merencanakan, melaksanakan tindakan, dan mengevaluasi tindakan.
b) Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
2) Disamping itu dokumentasi juga untuk :
a) Bukti kualitas Askep
b) Bukti legal
c) Informasi terhadap perlindungan individu
d) Bukti aplikasi standar praktek keperawatan
e) Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan
f) Pengurangan biaya informasi
g) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan
h) Komunikasi konsep risiko tindakan keperawatan
i) Persepsi hak klien
j) Dokumentasi keperawatan untuk profesi dan tanggung jawab etik dan
mempertahankan kerahasiaan klien.
k) Suatu data keuangan yang sesuai.
l) Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa akan datang.
3) Manfaat Dokumentasi Keperawatan
a) Hukum, bisa digunakan sebagai bukti dipersidangan.
b) Jaminan mutu (kualitas pelayanan), sebagai gambaran kinerja/pelayanan
kesehatan yang diberikan.
c) Komunikasi, dapat didelegasikan apabila salah satu perawat berhalangan
untuk dinas.
d) Keuangan (biaya), bisa diprediksi secara pasti biaya yang diperlukan serta
distribusinya.
e) Pendidikan, sebagai acuan dalam perkembangan pendidikan tinggi
keperawatan.
f) Penelitian, sebagai bahan/objek penelitian guna perkembangan
keperawatan kearah yang lebih baik.
g) Akreditasi, bahan pertimbangan dalam menentukan status pelayanan suatu
institusi pelayanan kesehatan.
4) Metode dokumentasi efisien
a) Menghemat waktu
b) Ekonomis
c) Desain Bagus
d) Ringkas
5) Prinsip-prinsip dokumentasi
Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun
teknik pencatatan, yaitu :
a) Isi pencatatan :
(1) Mengandung nilai administratif, misalnya rangkaian
pendokumentasian kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat
pembelaan yang sah manakala terjadi gugatan.
(2) Mengandung nilai hukum, misalnya catatan medis kesehatan
keperawatan dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi Rumah
Sakit, petugas kesehatan, maupun klien.
(3) Mengandung nilai keuangan, kegiatan pelayanan medis keperawatan
akan menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang
merupakan sumber perencanaan keuangan Rumah Sakit.
(4) Mengandung nilai riset, pencatatan mengandung data, atau
informasi, atau bahan yang dapat digunakan sebagai objek
penelitian, karena dokumentasi merupakan informasi yang terjadi
dimasa lalu.
(5) Mengandung nilai edukasi, pencatatan medis keperawatan dapat
digunakan sebagai referensi atau bahan pengajaran dibidang profesi
si pemakai.
b) Teknik pencatatan
(1) Menulis nama klien pada setiap halaman catatan perawat.
(2) Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam.
(3) Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal,
waktu dan dapat dipercaya secara faktual.
(4) Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat
dipakai. Contoh: Kg untuk Kilogram.
(5) Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.
(6) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali
kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas.
Dilanjutkan dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. Validitas
pencatatan akan rusak jika ada penghapusan.
(7) Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi
tanda tangan.
(8) Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan
tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.
(Hartati dan Handoyo, 2011, 27).

C. Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan

1. Definisi Mutu Pelayanan

Word Health Organization (WHO) menyadari bahwa mutu amat diperlukan bagi
negara yang sedang mencoba memberikan layanan yang lebih baik dan memperbaiki
outcome layanan kesehatan. Dalam Buku Mutu Pelayanan Kesehatan (A.F.AL-Assaf,
2009, 11).
Menurut Josep Juran mutu adalah bahwa apa yang diharapkan atau yang
ditentukan oleh konsumen. Dalam Buku Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan,
(A.A.Gde Muninjaya, 2013, 19).
Pengembangan mutu dibidang kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan
berbagai pendekatan, antara lain melalui penjaminan mutu (quality assurance)
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, gugus kendali mutu diberbagai RS baik
pemerintah maupun swasta. Dalam Buku Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Aksetabilitasnya, (Bustami, 2011, 2).
KEMENKES RI memberikan pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan,
yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan,
tidak saja dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-
rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan. Dalam Buku Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (A. A. Gde
Muninjaya, 2013, 19).
Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN, 2004) dijelaskan bahwa dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan
upaya kesehatan yang bermutu, hal ini sering pula dengan meningkatkan kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Jurnal Analisis Biaya pelayanan
Rawat Inap. (Hendadi Setiadi, 2006).
Mutu pelayanan kesehatan selalu merupakan bahan kajian dan perhatian para
ahli diberbagai Negara. Untuk Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1993 menyatakan bahwa dalam pelita VI kebijaksanaan sektor kesehatan, antara lain
meliputi arah pembangunan kesehatan dan peningkatan perbaikan kesehatan
masyarakat, serta kualitas pelayanan masyarakat. Dalam Buku Manajemen
Administrasi Rumah Sakit (Tjandra Yoga Aditama, 2010, 153).
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan
mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan
(JCAHO, 1993). Definisi tersebut semula melahirkan 12 faktor-faktor yang menentukan
mutu pelayanan kesehatan, belakangan dikonversi menjadi dimensi “mutu kinerja”
(performance) yang dituangkan dengan spesifikasi seperti dibawah ini :
a. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan
terhadap kebutuhan klinis pasien dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan
dengan keadaannya.
b. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak
dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai keperluannya.
c. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasien
terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi.
d. Efektivitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasien
dilakukan dengan benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai
dengan keadaannya, dalam rangka memenuhi harapan pasien.
e. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasien
dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan
pasien.
f. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien terhadap sumber-
sumber yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasien.
g. Penghormatan dan perhatian adalah tingkat dimana pasien dilibatkan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pasien serta harapan-harapannya
dihargai.
h. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan perawatan diminimalisasi
untuk melindungi pasien dan orang lain, termasuk petugas kesehatan.
i. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada
pasien tepat waktu sangat penting dan bermanfaat.
2. Kaidah-kaidah jaminan mutu pelayanan kesehatan
a. Pemenuhan kebutuhan dan harapan individu atau kelompok masyarakat pengguna
jasa pelayanan kesehatan.
b. Mengikuti sistem dan proses (standar) didalam institusi pelayanan kesehatan.
c. Menggunakan data untuk menganalisis proses penyediaan dan produk (output dan
outcome) pelayanan kesehatan.
d. Mendorong berkembangnya team work yang solid untuk mengatasi setiap
hambatan dan kendala yang muncul dalam proses pengembangan mutu. (A.A.Gde
Muninjaya, 2011, 20)
3. Siklus pengembangan mutu pelayanan kesehatan
a. Tahap pengembangan strategi
Dimulai dengan membangkitkan kesadaran (awareness) akan perlunya
pengembangan jaminan mutu pelayanan yang diikuti dengan berbagai upaya
pelaksanaan, peningkatan komitmen dan kepemimpinan, merumuskan visi dan misi
institusi diikuti dengan penyusunan rencana strategi.
b. Tahap transformasi
Membuat model-model percontohan didalam institusi didalam peningkatan
mutu secara berkesinambungan yang mencakup perbaikan standar prosedur, dan
pengukuran tingkat kepatuhan terhadap standar tersebut, pembentukan kelompok
kerja (POKJA) mutu yang terampil melakukan perbaikan mutu, pelatihan
pemantauan, pemecahan masalah, untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar
peningkatan mutu, monitoring, dan evaluasinya.
c. Tahap Integrasi
Pengembangan pelaksanaan jaminan mutu diterapkan diseluruh jaringan
(unit) institusi, tetapi tetap mempertahankan komitmen yang sudah tumbuh,
optimalisasi proses pengembangan jaminan mutu secara berkesinambungan. (A. A.
Gde Muninjaya, 2011, 20).

D. Tinjauan Umum Tentang Dokumentasi Proses Keperawatan


1. Definisi Dokumentasi Proses Keperawatan
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari
kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada
pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan
pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien
terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan
mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor
tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu juga
dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang
dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk
dipertanggungjawabkan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dalam Buku
Dokumentasi Keperawatan (Ermawati Dalami, 2011, 32).
Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten sesuai
dengan perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut pertama kali dijabarkan
oleh Hall (1955). Pada tahun 1967, Yura dan Walsh menjabarkan menjadi 4 tahap
proses : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967,
edisi pertama proses keperawatan dipublikasikan. Pada edisi tersebut tahapan
proses keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Kemudian sejak edisi kedua (1973) dipublikasikan tentang proses keperawatan
semakin meningkat. Pada pertengahan tahun 70-an, Block (1974) Roy (1975),
Mundinger dan Jauron (1975), dan Aspinall (1976), menambahkan tahap diagnosa,
sehingga menjadi 5 tahap (1) pengkajian, (2) diagnosis, (3) perencanaan, (4)
pelaksanaan, dan (5) evaluasi. Dalam Buku Dokumentasi Keperawatan (Ermawati
Dalami, 2011, 1).
2. Teori-teori yang mendasari proses keperawatan
a. Teori Sistem
Teori sistem terdiri dari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan
keseluruhan sosial, manusia, struktur, dan masalah-masalah organisasi serta
perubahan hubungan internal dan lingkungan di sekitarnya. Sistem tersebut terdiri
dari tujuan, proses, dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, oleh
karena itu tujuan dapat memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam
memenuhi tujuan yang hendak dicapai dan isi terdiri dari bagian yang membentuk
suatu sistem.
b. Teori Kebutuhan Manusia
Teori ini memandang bahwa manusia sebagai bagian integral yang
berintegrasi satu sama lain dalam motivasinya memenuhi kebutuhan dasar
(fisiologis, keamanan, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri).
c. Teori Persepsi
Terjadinya perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia sangat
dipengaruhi oleh persepsi individu. Setiap manusia selalu berubah kebutuhan dan
kepuasannya, berdasarkan perubahan perilaku yang sangat unik.
d. Teori Informasi dan Komunikasi
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah klien.
Apakah keadaan klien sehat atau sakit. Proses keperawatan, sebagai salah satu
pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu
proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.
e. Teori Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
Setiap tindakan yang dilakukan secara rasional oleh orang selalu melibatkan
keputusan atau pilihan. Setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
menuntut orang dapat menerima sesuatu hal yang baru, perbedaan, dan aspek-
aspek yang lebih kompleks dari lingkungan yang sudah ada (A. A. Gde Muninjaya,
2011, 20).
3. Proses Keperawatan terbagi lima, yaitu :
a. Pengkajian dalam keperawatan
1) Pengertian pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Lyeret
al.,1996).
Standar ANA untuk pengkajian meliputi kriteria tindakan yang berfokus
pada hal-hal berikut (ANA, 1991) :
a) Menggunakan kondisi pasien atau kebutuhan akan pelayanan kesehatan
saat ini untuk menetapkan prioritas pengumpulan data.
b) Menggunakan teknik pengkajian yang tepat untuk mengumpulkan data-
data penting.
c) Melibatkan klien, teman dekat klien, dan petugas kesehatan lainnya, jika
perlu, untuk mengumpulkan data.
d) Menggunakan proses pengumpulan data yang sistematik dan continue.
e) Mendokumentasikan data yang relevan dengan cara yang mudah ditinjau
kembali.
2) Kegunaan pengkajian
Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap tentang kebutuhan
pasien dapat meningkatkan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan,
melalui hal-hal berikut :
a) Menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat diagnosis
keperawatan dan menetapkan prioritas yang akurat sehingga perawat
juga dapat menggunakan waktunya dengan lebih efektif.
b) Menfasilitasi perencanaan intervensi.
c) Menggambarkan kebutuhan keluarga dan menunjukkan dengan tepat
faktor-faktor yang akan meningkatkan pemulihan pasien dan
memperbaiki perencanaan pulang.
d) Memenuhi obligasi professional dengan mendokumentasikan informasi
pengkajian yang bersifat penting.
3) Model format pengkajian masuk
Keperawatan diarahkan untuk mengkaji kebutuhan biofisik, psikologis,
psikososial, lingkungan, penyuluhan, dan rencana pemulangan. Dasar
pendekatan pembuatan format pengkajian bila didasarkan pada sistem
tubuh, kebutuhan manusia, teori keperawatan atau pendekatan standar
diagnosa keperawatan.Dengan pola tertentu yang berdasarkan pada
kelompok diagnosis.
Format pengkajian yang berdasarkan pada sistem tubuh berasal dari
model medis perawatan kesehatan yang berorientasi pada dokter dalam
menerima pasien sebagai mahluk biofisik dengan penyakit pada satu atau
beberapa sistem tubuh.
Sistem tubuh yang dievaluasi secara khusus adalah sebagai berikut :
a) Mata, telinga, hidung, tenggorokan
b) Respiratorius
c) Integumen
d) Reproduksi
e) Genitourinarius
f) Kardiovaskuler
g) Muskuloskeletal
h) Neurologi
i) Gastrointestinal
Format pengkajian masuk yang berdasarkan pada diagnosis
keperawatan mengikuti suatu pola umum penempatan diagnosis
keperawatan berdasarkan pola tertentu yang berdasar pada kelompok
diagnosis. Salah satu patokan atau standar yang dijadikan dasar adalah
diagnosa milik North American Nursing Diagnosis Association (NANDA).
b. Diagnosa dalam keperawatan
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik
tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.
1) Perumusan Diagnosis
Diagnosis keperawatan biasanya terdiri dari 3 komponen yaitu :
a) Respon manusia (problem) disingkat “P” adalah respon klien dalam
bentuk (bio-psiko-sosio-spiritual) terhadap situasi atau keadaan yang
diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Respon manusia bisa
dalam bentuk situasi atau keadaan yang mengganggu, adanya keadaan
patologis dalam tubuhnya, dan adanya gangguan tumbuh kembangnya
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhannya.
b) Faktor yang berhubungan (etiologi) disingkat “E” adalah identifikasi dari
situasi atau keadaan patologis atau faktor tumbuh kembang yang
dianggap sebagai penyebab dari masalah. Secara menyeluruh faktor
yang berhubungan dapat dicerminkan dalam respon fisiologik yang
dipenuhi oleh unsur psikososial, spiritual, dan faktor-faktor lingkungan
yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab
ataupun faktor resiko. Penulisan etiologi meliputi beberapa unsur antara
lain :
(1) Patofisologi dari penyakit seperti semua proses penyakit.
(2) Situasional (keadaan lingkungan perawatan).
(3) Medication (Pengobatan yang diberikan).
(4) Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien).
c) Tanda dan gejala (simptom) disingkat “S’ adalah data yang menunjang
adanya masalah maupun etiologi dan disebut karakteristik penjelas.
Tanda dan gejala merupakan bagian ketiga dari diagnosis keperawatan.
Cara penulisan dalam diagnosa dengan kata-kata “yang dimanifestasikan
dengan atau yang ditandai dengan”. Dalam penulisan di diagnosa
keperawatan perawat hanya boleh mendokumentasikan tanda dan gejala
yang paling signifikan yang berkaitan dengan respons manusia untuk
menghindari diagnosis keperawatan yang panjang.
2) Langkah-langkah menentukan diagnosa
a) Klasifikasi dan analisis data
Klasifikasi atau pengelompokkan data adalah mengelompokkan
data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami
permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahannya.
Analisis data adalah kemampuan mengkaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Cara analisa data adalah :
(1) Validasi data, meneliti kembali data yang terkumpul.
(2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual.
(3) Membandingkan dengan standar.
(4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang dikemukakan
b) Interpretasi data
(1) Menentukan kelebihan klien
(2) Menentukan masalah klien
(3) Menentukan masalah klien yang pernah dialami, tahap ini perawat
menentukan masalah potensial klien.
(4) Penentuan keputusan
c) Validasi data
Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat
yang dilakukan bersama klien dan keluarga atau masyarakat. Validasi ini
dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang reflektif kepada
klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data.
d) Perumusan diagnosa keperawatan
Pada tahap ini perawat merumuskan diagnosa sesuai dengan
kebutuhan klien. Pada keadaan tertentu perawat akan menemukan
banyak diagnosis dari hasil pengkajian sehingga sangat perlu untuk
diprioritaskan diagnosis yang perlu diselesaikan. Penentuan prioritas
tergantung dari status kesehatan dan masalah klien saat itu.
Diagnosa prioritas, diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif
dimana sumber keperawatan akan diarahkan untuk pencapaian tujuan.
Pada situasi perawatan akut, diagnosa prioritas adalah diagnosa
keperawatan dengan masalah kolaboratif yang berkaitan dengan kondisi
medis. Bila tak diatasi sekarang akan mengganggu kemajuan atau
mempengaruhi status fungsional secara negatif.
Untuk memudahkan dalam menentukan diagnosa sebagai urutan
yang paling utama adalah :
(1) Apabila diagnosa itu menyangkut masalah yang mengancam
kehidupan seperti kerusakan hebat atau menurunnya fungsi jantung
atau menurunnya sirkulasi oksigen atau menurunnya fungsi
persyarafan.
(2) Keadaan nyata atau potensial yang mengancam kesehatan misalnya
gangguan nutrisi.
(3) Menyangkut pandangan/pengetahuan klien tentang kesehatan
seperti kurangnya pengetahuan tentang nutrisi atau pandangan yang
berbeda terhadap nutrisi.
3) Tipe dan komponen diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses beberapa pakar
telah merumuskan stuktur diagnosa keperawatan, antara lain hasil konferensi
NANDA ke-9 tahun 1990 membagi menjadi tiga tipe yaitu :
a) Aktual, diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara
klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat
diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan aktual yaitu :
(1) Label (deskripsi tentang definisi diagnosa dan batasan karakteristik
(Gordon, 1990) seperti perubahan, kerusakan, kekurangan, tak
efektif atau disfungsional).
(2) Definisi yang menekankan pada kejelasan atau arti yang tepat untuk
diagnosa.
(3) Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang
dan faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan.
(4) Batasan karakteristik, yang menentukan karakteristik yang mengacu
pada petunjuk klinis, tanda subjektif, dan objektif.
(5) Syarat diagnosa aktual harus ada PES (Problem, Etiologi, Symptom).
b) Risiko, menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika
tidak dilakukan intervensi. Masalah dapat timbul pada seseorang atau
kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi
kontribusi pada peningkatan kerentanan. Menurut NANDA diagnosa
keperawatan risiko adalah keputusan klinis tentang indvidu, keluarga,
atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding
individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
c) Kemungkinan, menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan. NANDA tidak
mengeluarkan diagnosa keperawatan kemungkinan, karena itu bukan
isu klasifikasi, tetapi masalah, pilihan yang tersedia untuk seluruh
diagnosa NANDA yang telah disetujui. Dengan suatu diagnosa
keperawatan kemungkinan, perawat mempunyai beberapa data untuk
menunjang suatu diagnosa yang pasti, tetapi ini tidak cukup.
d) Wellness (sejahtera) atau sehat, adalah keputusan klinik tentang
keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dalam
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2
kunci yang harus ada, yaitu : Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi dan adanya status dan fungsi yang
efektif.
e) Syndrome, adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual
dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian/situasi tertentu. NANDA akhirnya telah menyetujui dua diagnosa
sindrom yaitu :
(1) Sindrom trauma pemerkosaan (rape trauma sindrom) misalnya
cemas, takut, sedih, gangguan istirahat tidur, dan lain-lain.
(2) Risiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome) misalnya
risiko gangguan proses pikir, risiko ganguan gambaran diri dan lain-
lain.
d. Perencanaan dalam keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam
usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi
kebutuhan klien.
1) Langkah-langkah perencanaan
Proses perencanan antara lain adalah membuat tujuan dan
menetapkan kriteria hasil, memilih intervensi, dan membuat rasionalisasi dari
intervensi yang dipilih.
a) Menentukan tujuan dan kriteria hasil
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah
diagnosa keperawatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan tujuan keperawatan adalah :
(1) Masing-masing diagnosa keperawatan mempunyai tujuannya sendiri.
(2) Tujuan berorientasi pada masalah dari diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan.
(3) Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari masalah yang
telah ditemukan.
(4) Tujuan harus objektif atau merupakan tujuan oprasional langsung dari
kedua belah pihak (klien dan perawat)
(5) Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi.
b) Menentukan rencana tindakan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana
tindakan adalah :
(1) Rencana tindakan harus realistis dan disesuaikan dengan kondisi atau
kemampuan klien antara lain : Mempertimbangkan latar belakang
budaya dan agama klien dan mempertimbangkan lingkungan, sumber
daya dan fasilitas yang tersedia.
(2) Rencana tindakan disesuaikan dengan aturan dan fasilitas yang ada di
RS.
(3) Melibatkan klien dalam menyusun rencana tindakan.
(4) Rencana tindakan harus jelas dan konsisten.
(5) Semua intervensi diberi tanggal dan inisial.
(6) Menggunakan kata kerja, dengan menjabarkan setiap kegiatan.
(7) Intervensi keperawatan harus spesifik, tujuannya untuk mengarahkan
perawatan yang diberikan oleh perawat.
(8) Intervensi harus terindividualisasi.
(9) Tanda tangan perawat.
e. Implementasi dalam keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan
antara lain : Mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi,
menemukan perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan dokter.
Tahap-tahap tindakan keperawatan, ada 3 tahap tindakan :
1) Persiapan, meliputi kegiatan-kegiatan :
a) Review antisipasi tindakan keperawatan.
b) Menganalisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
c) Mengetahui yang mungkin timbul.
d) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
e) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
f) Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
2) Intervensi, meliputi :
a) Independen, adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Lingkup
tindakan independen : Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui
riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status
kesehatan klien, Merumuskan diagnosa keperawatan, Mengidentifikasi
tindakan keperawatan, Melaksanakan rencana pengukuran, Merujuk
kepada tenaga kesehatan lain, Mengevaluasi respon klien, Partisipasi
dengan consumer atau tenaga kesehatan lainnya dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Tipe tindakan independen keperawatan dapat
dikategorikan menjadi 4 : Tindakan diagnostik seperti wawancara dengan
klien, observasi dan pemeriksaan fisik, melakukan pemeriksaan
laboratorium sederhana, misalnya HB dan membaca hasil dari
pemeriksaan laboratorium, Tindakan terapeutik : untuk mencegah
mengurangi, dan mengatasi masalah klien, Tindakan edukatif : untuk
merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan pendidikan
kesehatan kepada klien, Tindakan merujuk : yaitu kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya.
b) Interdependen, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi,
fisioterapi, dan dokter.
c) Dependent, yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis. Misalnya dokter
menuliskan “perawatan kolostomy”. Tindakan keperawatan adalah
mendefinisikan perawatan kolostomi berdasarkan kebutuhan individu dari
klien.

f. Evaluasi dalam keperawatan


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga,
dengan tenaga kesehatan lainnya.
Proses evaluasi, terdiri dari 2 tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien
dan membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil sesuai tujuan.
Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen :
1) Kognitif (pengetahuan).
2) Afektif (status emosional).
3) Psikomotor (perilaku).
4) Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
penentuan keputusan pada tahap evaluasi :
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan sehingga rencana
mungkin dihentikan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan sehingga perlu
penambahan waktu, dan intervensi sebelum tujuan berhasil.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu :
Jenis evaluasi, dapat dibagi dalam 2 jenis :
1) Evaluasi berjalan (formatif), yaitu dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami
oleh klien. Format yang dipakai adalah format SOAP :
a) S : Data subjektif, adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada
apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
b) O : Data objektif, perkembangan yang bisa diamati dan diukur
oleh perawat atau tim kesehatan lain.
c) A : Analisa, penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
d) P : Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas dan berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan
atau masalah belum teratasi.
2) Evaluasi akhir (sumatif), yaitu dikerjakan dengan cara membandingkan
antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau
kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu
dimodifikasi. Format yang dipakai adalah SOAPIER :
a) S : Data subjektif
b) O : Data objektif
c) A : Analisis
d) P : Perencanaan
e) I : Implementasi
f) E : Evaluasi
g) R : Reassesment, bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum
teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses
pengumpulan data subjektif, objektif, dan proses analisis.

E. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas


Puskesmas yaitu suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu kepada masyarakat
diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, Tahun 1991)
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan
pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu
dalam membentuk usaha-usaha kesehatan pokok (dr. Azrul Azwar MPH, 1980) dalam
(Efendy, 2011).
Tugas dan fungsi puskesmas diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 128 / MENKES / SK / II /2004 tentang kebijakan dasar pusat
kesehatan masyarakat yaitu :
a. Tugas puskesmas
Melaksanakan pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Fungsi puskesmas
Fungsi Puskesmas meliputi :
1) Fungsi Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Fungsi ini bermakna bahwa Puskesmas harus berperan sebagai motor
penggerak serta motivator bagi terselenggaranya pembangunan yang
mengacu dan berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor
pertimbangan utama, sehingga pembangunan yang dilaksanakan di wilayah
kecamatan akan berdampak positif bagi lingkungan sehat dan perilaku sehat,
yang akan bermuara pada peningkatan kesehatan masyarakat.
2) Fungsi Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat yang Sehat.
Fungsi ini berupa upaya fasilitasi non instruktif guna peningkatan
pengetahuan keluarga dan masyarakat  agar mampu mengidentifikasi
masalah dan mrlakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun
LSM, swasta serta tokoh masyarakat.
3) Fungsi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan 
kesehatan yang mutlak perlu yang sangat dibutuhkan sebagian besar
masyarakat, serta mempunyai nilai strategis untuk meningkat derajat
kesehatan  masyarakat, dilaksanakan secara holistik, terpadu dan
berkesinambungan. Kegiatan ini terdiri dari program kesehatan dasar, yang
harus dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas, dan program kesehatan
pengembangan.
c. Pelayanan yang diberikan oleh puskesmas antara lain yaitu :
1) Upaya kesehatan wajib, yang terdiri dari :
a) Upaya promosi kesehatan
b) Upaya kesehatan lingkungan
c) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d) Upaya perbaikan gizi masyarakat
e) Upaya pengobatan
f) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
g) Unit kesehatan pengembangan.
2) Upaya kesehatan pengembangan yang terdiri dari :
a) Upaya kesehatan gigi dan mulut
b) Upaya kesehatan sekolah
c) Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d) Upaya kesehatan mata
e) Upaya kesehatan jiwa
f) Upaya kesehatan usia lanjut
g) Upaya kesehatan kerja
h) Upaya kesehatan olah raga
i) Upaya pembinaan pengobatan tradisional.
j) Pelayanan kesehatan

F. Tinjauan Umum Tentang Tugas Perawat


1. Definisi Perawat
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Dalam Buku Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. (Nursalam. 2011, 20).
Menurut Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
pengertian Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh
melalui pendidikan perawatan. Dalam Buku Dasar-Dasar Keperawatan Profesional.
(H. Zainal Ali, 2002, 15).
Tugas pokok Perawat menurut KepMenPan No.94 tahun 2001 tentang
Jabatan dan fungsi Perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa
asuhan keperawatan atau kesehatan. Dalam Jurnal Kesehatan Keperawatan,
Volume 7, No.3, (Indah Indrajaya, M.Basirun Al Ummah, dan Try Sumarsih, 2011).
2. Peran Perawat (Lokakarya Nasional 1983)
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang
lain (dalam hal ini adalah perawat).
a. Pelaksana pelayanan keperawatan
b. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan
c. Pendidikan dalam keperawatan
d. Peneliti dan pengembang keperawatan
(H. Zainal Ali, 2002, 19).
3. Fungsi Perawat dan Kompetensi Perawat (Lokakarya Nasional Keperawatan
1983) :
a. Mengkaji kebutuhan pasien/klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat, serta
sumber-sumber yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
b. Merencanakan tindakan dan tujuan asuhan keperawatan.
c. Melaksanakan rencana keperawatan.
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
e. Mendokumentasikan proses keperawatan.
f. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dan merencanakan
studi khusus untuk meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan
keterampilan dalam praktik keperawatan.
g. Berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan.
h. Bekerjasama dengan profesi lain.
i. Mengelola perawatan pasien.
j. Mengelola institusi pendidikan keperawatan.
k. Berperan serta dalam merumuskan kebijaksanaan perencanaan pelaksanaan
perawatan kesehatan primer.
(H. Zainal Ali, 2002, 19).
4. Tugas Perawat
a. Care Giver, Perawat harus :
1) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat
harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significant dari klien.
2) Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah
psikologis.
3) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks.
b. Client Advocate
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien. Hal ini harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di
rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat
adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, oleh
karena itu perawat harus membela hak-hak klien.
c. Conselor
1) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya.
2) Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan “Dasar” dalam
merencanakan metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3) Konseling diberikan kepada idividu/keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
4) Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah
perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
d. Educator
1) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain, baik
secara spontan (saat interaksi) maupun formal (disiapkan).
2) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam
upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan
yang spesifik.
3) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP.
e. Coordinator
Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan
pelayanan dari semua anggota team kesehatan. Karena klien menerima
pelayanan dari banyak profesional, misalnya pemenuhan nutrisi. Aspek yang
harus diperhatikan adalah jenisnya, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan,
cara memberikan, monitoring, motivasi, dedukasi dan sebagainya.

d. Collaborator
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang dipelukan klien, pemberian dukungan,
panduan keahlian dan keterampilan dari bebagai profesional pemberi
pelayanan kesehatan.
e. Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.Dengan peran
ini dapat dikatakan perawatan adalah sumber informasi yang berkaitan dengan
kondisi spesifik klien.
f. Agent of change
Element ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis
dalam berhubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada
klien.
5. Fungsi Perawat
Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanaan perannya, yaitu :
a. Fungsi Independent
Dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung
pada orang lain.
Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan
atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan
spiritual), mulai dari tingkat individu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan,
sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler.
Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat
bertangungjawab serta beranggunggugat atas rencana dan keputusan
tindakannya.
1) Fungsi Dependent
Kegiatan ini dilaksanakan atas pesan atau intruksi dari orang lain.
2) Fungsi Interdependent
Fungsi ini berupa “kerja tim”, sifatnya saling ketergantungan baik dalam
keperawatan maupun kesehatan.
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian


Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki anggota – anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain, atau variabel adalah objek
penelitian yang bervariasi (Saryono, 2011).
Menurut KEMENKES RI bahwa mutu pelayanan kesehatan yang meliputi kinerja
yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja dapat
menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi
juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Dokumentasi
proses keperawatan yaitu lima tahap proses yang konsisten sesuai dengan perkembangan
profesi keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Dokumentasi adalah bagian dari pertanggungjawaban perawat secara utuh terhadap
klien yang dirawat. Kemampuan perawat untuk membuat perbedaan pada hasil akhir klien
harus didemonstrasikan dalam praktik dan catatan (chart). (Iyer dan Camp, 2005).Dalam
jurnal keperawatan (Soedirman, 2012, 78). Tugas perawat menurut KepMenPan No.94
tahun 2001 tentang jabatan dan fungsi perawat adalah memberikan pelayanan
keperawatan berupa asuhan keperawatan dan kesehatan.
B. Hubungan Antar Variabel

Dari tinjauan dan landasan teori yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

kerangka konsep pada gambar 3.1 dibawah ini :

Variabel Independen Variabel dependen

Mutu Pelayanan Pelaksanaan Dokumentasi


Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat Inap

Dokumentasi Proses
keperawatan

Tugas perawat

Keterangan :

: Variabel dependen yang diteliti

: Variabel independen yang diteliti

: Hubungan antar variabel

C. Definisi Operasional Penelitian dan Kriteria Objektif

Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara

operasional di lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi definisi operasional yaitu :

1. Mutu Pelayanan

Mutu pelayanan menurut KEMENKES RI pengertian tentang mutu pelayanan

kesehatan, yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan, tidak saja dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai

dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode
etik profesi yang telah ditetapkan. Diukur melalui kuesioner terdiri dari 10

pertanyaan dengan menggunakan skala Likert.

2. Dokumentasi Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten sesuai

dengan perkembangan profesi keperawatan. Tahap itu : (1) pengkajian, (2) diagnosis,

(3) perencanaan, (4) pelaksanaan, dan (5) evaluasi. Diukur dengan menggunakan

kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan dengan skala Likert.

3. Tugas Perawat

Tugas perawat menurut KepMenPan No.94 tahun 2001 tentang jabatan dan

fungsi perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan

keperawatan dan kesehatan. Pengukuran variabel ini menggunakan kuesioner terdiri

dari 10 pertanyaan dengan skala Likert

2. Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas

Sesenapadang.

Kegiatan pencatatan tindakan asuhan keperawatan, yang memuat informasi

tentang klien yang dicatat secara menyeluruh di susun dalam format yang telah

tersedia. Yang diukur dengan kuesioner, yang terdiri dari 30 pertanyaan, hal-hal yang

dinilai dengan skor : 4 untuk bila telah dilakukan sepenuhnya dengan tepat, 3 untuk

bila dilakukan sepenuhnya kurang tepat, 2 bila hanya sedikit yang dilakukan, 1 bila

tidak dilakukan sama sekali.


3. Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap

Puskesmas Sesenapadang.

Kegiatan pencatatan tindakan asuhan keperawatan, yang memuat informasi

tentang klien yang dicatat secara menyeluruh di susun dalam format yang telah

tersedia. Yang diukur dengan kuesioner, yang terdiri dari 30 pertanyaan

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis, hupo sementara kebenarannya dan

thesis artinya pernyataan atau teori. Jadi Hipotesis merupakan pernyataan sementara

yang perlu diuji kebenarannya. Statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol secara umum di ungkapkan

sebagai tidak terdapatnya hubungan atau tidak ada pengaruh signifikan antara dua

variabel atau tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok yang satu dengan

kelompok lainnnya. Uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran

hipotesis nol, disebut hipotesis alternatif diungkapkan sebagai ada hubungan atau ada

pengaruh signifikan antar dua variabel. Dalam buku apliasi metodologi penelitian

kesehatan (Agus Riyanto, 2011).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada pengaruh mutu pelayanan terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang.

b. Tidak ada pengaruh dokumentasi proses keperawatan terhadap pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang.

c. Tidak ada pengaruh tugas Perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang.


2. Hipotesis Alternatif (Ha) :

a. Ada pengaruh mutu pelayanan terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang.

b. Ada pengaruh dokumentasi proses keperawatan terhadap pelaksanaan dokumentasi

asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang.

c. Ada pengaruh tugas Perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitik. Dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yang merupakan suatu penelitian yang

mempelajari hubungan antara faktor risiko (Independen) dengan faktor efek (Dependen)

dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada

waktu yang sama. Dalam Buku (Agus Riyanto, 2011, 28).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Puskesmas Sesenapadang Kab.
Mamasa.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan juli sampai agustus 2018.
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.Dalam Buku Metode

Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data (A. Aziz Alimul Hidayat, 2011, 60).

Populasi dalam penelitian adalah semua perawat pelaksana di ruang rawat inap

Puskesmas Sesenapadang yang berjumlah 31 orang perawat.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimilki oleh populasi. Jumlah sampel yang akan diteliti pada
penelitian ini sebanyak 31 orang perawat. Dalam Buku Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisis Data (A. Aziz Alimul Hidayat, 2011, 60).

a. Penentuan besar Sampel

Besar sampel yang akan diteliti adalah tenaga kesehatan yaitu semua perawat

pelaksana di ruang rawat inap interna dengan dasar melaksanakan tugas sesuai

program kerja. Maka jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini sebanyak 31

orang.

b. Teknik penarikan sampel

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi dalam

penelitian. Sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara “Total Sampling”

atau sampling jenuh merupakan teknik pengambilan sampel yang prosesnya

berdasarkan sudah jenuh atau belum suatu sampel. Yaitu memilih seluruh jumlah

populasi yang ada yaitu 31 Perawat. Dalam Buku Aplikasi Metodologi Penelitian

Kesehatan. (Agus Riyanto, 2011, 99).

D. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner yaitu

metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau

pernyataan kepada responden dengan panduan kuesioner.

E. Langkah Pengolahan Data

1. Editing
Editing adalah kegiatan memeriksa jawaban terhadap instrumen yang telah
diserahkan responden ke peneliti.
2. Koding
Koding adalah tahapan memberikan kode terhadap setiap jawaban untuk
mempermudah menganalisis data maupun mempercepat entry data.
3. Processing
Processing adalah proses data dengan cara meng – entry data dari instrumen
penelitian ke komputer dengan cara menggunakan program statistik.
4. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di – entry ke
computer untuk melihat apakah terdapat kesalahan atau tidak.
(Ziliwu, 2014).

F. Pengujian hopotesis
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing –
masing yang diteliti, yaitu veriabel independen dan dependen. Analisis univariat
pada data terbentuk kategorik , dilakukan dengan ukuran persentase atau proporsi.
Sedangkan analisis pada data yang berbentuk numerik dilihat dari mean, median
standar deviasi dan nilai minimal maksimal (Hastono 2007) dalam (Ziliwu, 2014).
Menilai kenormalan data dengan menghitung nilai skewnes dan standar erorrnya
(Dahlan, 2008) dalam (Ziliwu, 2014).
2. Analisi bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan dependen.Uji yang digunakan adalah Chi – Square atau batas
kemaknaan 0,10. Hipotesis nol (Ho) dalam penelitian adalah tidak ada hubungan
variabel independen dengan variabel dependen. Bila nilai p value <0,10 berarti Ho
ditolak, artinya ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Uji
statistik dengan menggunakan komputer program SPSS versi 16,0.

G. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusi
dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuli Pinrang dengan
mengajukan izin kepada instansi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat
persetujuan, maka kegiatan penelitian dimulai dengan menekankan masalah etika yang
meliputi:
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Penelitian dapat dilaksanakan jika telah mendapat persetujuan tertulis dari
responden sebagai bukti bahwa responden bersedia diteliti.Peneliti akan
memberikan lembaran persetujuan untuk ditandatangani responden. Sebelumnya
peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. Jika responden menolak, maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama subjek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data untuk
mengetahui keikutsertaannya, peneliti hanya menggunakan kode nomor pada
masing-masing lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dan data yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti.Segala informasi yang diberikan oleh responden tidak dapat disebarluaskan
oleh peneliti untuk kepentingan apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Canda Yoga, 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit (edisi ke-2), Universitas
Indonesia (UI-Press) : Jakarta

A. F. Al-Assaf, 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional , EGC : Jakarta.

Arif Sumantri, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Kencana : Jakarta.

Alamsyah Dedi, 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan, Nuha Medika :Yokyakarta.

Bustami, 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya. Erlangga :


Jakarta.

Dalami Ermawati, 2011. Dokumentasi Keperawatan dengan kurikulum Berbasis


Kompetensi, CV. Trans Info Media : Jakarta Timur.

Fajar Ibnu, 2009. Statistika untuk praktisi kesehatan, Graha Ilmu : Yogyakarta.

Handayaningsih Isti. 2009. Dokumentasi keperawatan “DAR “ Panduan, konsep, dan


aplikasi, buku kesehatan Mitra Cendikia Press : Jogjakarta.

Hartati dan Handoyo, 2011. Pengaruh motivasi Dua Faktor Herzberg Terhadap
Pelaksanaan Dokumentasi Proses Keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD
Purbalingga. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1.

Hidayat Alimul Aziz, 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika : Jakarta.

H. Zainal Ali, 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional ,Widya Medika : Jakarta.

Indrajati Indah, Al Ummah M. Basirun, dan Sumarsih Tri, 2011. Pendokumentasian Tentang
Perencanaan Dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di Ruang Barokah Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gombang, Volume 7, No. 3, 0ktober 2011.
Muninjaya A. A. Gede, 2013. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.

Muninjaya A. A. Gede, 2012. Manajemen Kesehatan Edisi ke-3, EGC : Jakarta.

Mohamad As”ad Efendy, Retno Purwandari, 2012. Perbedaan tingkat kualitas Dokumentasi
Proses Keperawatan Sebelum Dan Sesudah Penerapan NANDA, NIC, Dan NOC.
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2.

Najmah, 2011.Managemen dan Analisa Data Kesehatan Kombinasi Teori dan Aplikasi,
Nuha Medika : Yogyakarta.

Notoatmodjo Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.


Nursalam , 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatam, Salemba Medika :
Jakarta.

Nursalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional edisi


3, Salemba Medika : Jakarta.

Riduwan, 2008, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Anggota Ikatan Penerbit


Indonesia : Bandung.

Riyanto Agus, 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan dilengkapi contoh kuesioner
dan laporan penelitian, Nuha Medika : Jogjakarta.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Setiadi, 2012, Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Graha Ilmu :
Jogjakarta.

Wahid Abd dan Suprapto Imam, 2012, Dokumentasi Proses Keperawatan, Nuha Medika :
Jogjakarta.

Ziliwu, H. J. (2014). Buku Ajar Metodologi dan Riset Keperawatan. Makassar: penerbit
Pustaka As Salam.

Lampiran 1
PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak/Ibu, calon responden
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Progam Studi S1 Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuli Pinrang.
Nama : Nurdiana
NIM : B200214029
Alamat : Mamasa
Akan mengadakan penelitian dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP PUSKESMAS SESENAPADANG KAB . MAMASA
Penelitian ini tidak merugikan Bapak/Ibu sebagai responden, kerahasiaan semua
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jika Bapak/Ibu telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang merugikan, maka
diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon untuk menandatangani lembar
persetujuan atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.
Mamasa, 2018
Peneliti

(................................)

Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKES) Baramuli

Pinrang atas nama : NURDIANA, NIM : B200214029, dengan judul : “FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS SESENAPADANG KAB.

MAMASA”.

Saya telah memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk kepentingan

perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan manajemen, dan sebagai syarat

dalam rangka penyelesaian tugas akhir dari peneliti. Partisipasi saya dalam penelitian ini

tidak menimbulkan kerugian bagi saya sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang

sebenarnya dan dijaga kerahasiaannya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden

pada penelitian ini.

Mamasa, 2018

Responden

(…………………………..)

Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN


DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS
SESENAPADANG
KAB. MAMASA

No : (diisi oleh peneliti)

Karakteristik Responden :

Nam :

Umur :

Agama :

Pekerjaan :

Pendidikan :

JenisKelamin :

Lama Bekerja di Puskesmas Sesenapadang :

Petunju :

a. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan baik.


b. Berilah tanda Cheklis (√) pada jawaban yang anda pilih.

A.Kuesioner Mutu Pelayanan Ruang Rawat Inap Puskesmas Sesenapadang, Kab. Mamasa
Petunjuk :
Mohon Anda memberi tanda cheklis (√) pada nomor yang telah disediakan sesuai
dengan penilain Anda dalam menilai setiap jawaban :
4 = Sangat sering
3 = Sering
2 = Kadang-kadang
1 = Tidak pernah
N PERNYATAAN MUTU PELAYANAN 1 2 3 4
O.
1. Anda memberikan perawatan atau tindakan yang
dilakukan sesuai prosedur terhadap kebutuhan klien
dan memberikan pengetahuan terhadap keadaannya.
2. Sebelum Anda melakukan pelayanan terlebih dahulu
melakukan persiapan tindakan yang layak untuk
pemenuhan kebutuhan klien.
3. Tindakan perawatan yang Anda lakukan kepada klien
terkoordinasi dengan baik setiap saat diantara tim
keperawatan di ruangan.
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien
dengan benar sesuai standar keperawatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan klien.
5. Anda melibatkan klien dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan dirinya.
6. Anda melakukan tindakan keperawatan tepat pada
waktunya.
7. Anda menjaga keamanan klien terhadap bahaya
lingkungan tindakan perawatan.
8. Anda memberikan pelayanan klien yang bermutu
dengan bekerja sama dalam satu tim yang kompak.
9. Anda mendorong berkembangnya tim kerja yang solit
untuk mengatasi setiap hambatan yang muncul pada
proses pengembangan mutu klien.
10. Membuat model-model percontohan didalam ruangan
dalam peningkatan terhadap perbaikan standar
prosedur dalam pembentukan kelompok kerja.

B.Kuesioner
Dokumentasi Proses Keperawatan Ruang Rawat Inap Puskesmas Sesenapadang, Kab.
Mamasa.
Petunjuk :
Mohon Anda memberi tanda cheklis (√) pada nomor yang telah disediakan sesuai
dengan penilain Anda dalam menilai setiap jawaban :
4 = Bila telah dilakukan sepenuhnya
3 = Bila dilakukan sepenuhnya kurang tepat
2 = Bila hanya sedikit yang dilakukan
1 = Bila tidak dilakukan sama sekali

No. PERNYATAAN DOKUMENTASI PROSES 1 2 3 4


KEPERAWATAN
1. Sebelum melakukan proses keperawatan Perawat
tentukan tujuan terlebih dahulu.
2. Pengkajian dalam pegumpulan data untuk
menetapkan prioritas pengumpulan data.
3. Menfasilitasi perencanaan intervensi yang
dilakukan.
4. Menggunakan kondisi pasien akan pelayanan
kesehatan untuk menetapkan prioritas.
5. Identifikasi dari situasi atau keadaan patologis atau
faktor tumbuh kembang yang dianggap sebagai
penyebab dari masalah.
6. Dalam penulisan di diagnosa keperawatan Perawat
hanya boleh mendokumentasikan tanda dan gejala
yang paling signifikan yang berkaitan dengan
respon klien, untuk menghindari diagnosa
keperawatan yang panjang.
7.
Membuat tujuan dan menetapkan kriteria hasil,
memilih intervensi, dan membuat rasionalisasi dari
intervensi yang dipilih.
8. Rencana tindakan disesuaikan dengan aturan dan
fasilitas Puskesmas.
9. Melibatkan klien dalam menyusun rencana tindakan.
10. Semua intervensi diberi tanggal dan inisial.
C. Kuesioner Tugas Perawat Ruang Rawat Inap Puskesmas Sesenapadang, Kab. Mamasa.

Petunjuk :
Mohon Anda memberi tanda cheklis (√) pada nomor yang telah disediakan sesuai
dengan penilain Anda dalam menilai setiap jawaban :
4 = Sangat sering
3 = Sering
2 = Kadang-kadang
1 = Tidak pernah
N PERNYATAAN TUGAS PERAWAT 1 2 3 4
O.
1. Mengkaji kebutuhan klien dan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan klien.
2. Merencanakan tindakan dan tujuan asuhan keperawatan.

3. Melaksanakan rencana keperawatan.


4. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
5. Mendokumentasikan proses keperawatan.
6. Bekerjasama dengan profesi lain.
7. Melakukan perawatan kepada klien.
8. Berperan serta dalam merumuskan kebijaksanaan
perencanaan pelaksanaan perawatan kesehatan.
9. Berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan.

10. Bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga


dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (informed concent)
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
D.Kuesioner Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap
Puskesmas Sesenapadang, Kab. Mamasa.
Petunjuk :
Mohon Anda memberi tanda cheklis (√) pada nomor yang telah disediakan sesuai
dengan penilain Anda dalam menilai setiap jawaban :
4 = Bila telah dilakukan sepenuhnya.
3 = Bila dilakukan sepenuhnya kurang tepat
2 = Bila hanya sedikit yang dilakukan
1 = Bila tidak dilakukan sama sekali

NO. PERNYATAAN PENGKAJIAN 1 2 3 4


1. Melibatkan klien, teman dekat klien, dan petugas
kesehatan lainnya, jika perlu, untuk
mengumpulkan data.
2. Menggunakan proses pengumpulan data yang
sistematik dan kontinue.
3. Mendokumentasikan data yang relevan dengan
cara yang mudah ditinjau kembali.
4. Melakukan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
5. Pengkajian yang dilakukan meliputi criteria
tindakan.
PERNYATAAN DIAGNOSA
6. Menentukan diagnosa keperawatan dengan
melihat respon klien terhadap situasi atau kondisi
klien yang mengganggu, dan melihat keadaan
penyakitnya.
7. Menentukan faktor yang berhubungan dengan
penyebabnya (etiologi) dari situasi atau keadaan
penyakit klien.
8. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan
bio-psiko-sosial dan spiritual.

NO 1 2 3 4
. PERNYATAAN PERENCANAAN
(INTERVENSI)
9. Menentukan tujuan dan criteria hasil.

10. Rencana tindakan harus realistis dan


disesuaikan dengan kondisi atau kemampuan
klien.
11. Rencana tindakan harus jelas dan konsisten.
PERNYATAAN PELAKSANAAN
(IMPLEMENTASI)
12. Menganalisis pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan.
13. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
14. Mempersiapkan lingkungan yang aman.
15. Merumuskan diagnose keperawatan
16. Bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
yang lain didalam melaksanakan tugas.
PERNYATAAN EVALUASI (PENILAIAN)
17. Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih
akurat.
18. Membuat autcome yang baru, mungkin autcome
pertama tidak realistis atau mungkin klien tidak
menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh
perawat.
19. Intervensi keperawatan harus di evaluasi dalam
hal ketepatan untuk mencapai tujuan
sebelumnya.
20. Dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan dengan berorientasi
kepada masalah yang dialami oleh klien. Format
yang dipakai adalah format SOAP.
21. Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum
teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan
kembali melalui proses pengumpulan data
subjektif, objektif, dan proses analisis.
NO PERNYATAAN PELAKSANAAN 1 2 3 4
. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
22. Mencatat dengan jelas,mudah dimengerti.
23. Mudah diinterpretasikan, otentik bias dipahami
oleh perawat lain untuk menjelaskan apa yang
sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh
perawat.
24. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret
satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya
serta paraf dengan jelas. Jangan dihapus pakai
tipex tetapi digaris satu kali pada catatan yang
salah.
25. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah
dilakukan.
26. Menggunakan tinta biru atau hitam agar mudah
dibaca.
27. Memutuskan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi hasil yang diharapkan.
28. Menulis nama klien pada setiap halaman catatan
perawat.
29. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan
waktu lampau.
30. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan
dapat diterima, dapat dipakai. Contoh: Kg untuk
Kilogram.
Lampiran 4

PERHITUNGAN KRITERIA OBJEKTIF

1. Penilaian Mutu Pelayanan

SB : Sangat Baik (Skor 4)

B : Baik (Skor3)

CB : Cukup Baik (Skor 2)

KB : Kurang Baik (Skor 1)

STB : Sangat Tidak Baik (Skor 1)

Jadi skor tertinggi (X) : Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

10 x 4 = 40

40
x 100 %=100 %
40

Skor terendah : 10x 1

10
x 100 %=25 %
40

Range (R) : Skor tertinggi – skor terendah

100% - 25%

= 75%

Kategori 2 : 2

R 75 %
Interval : = =38 %
K 2

Sehingga Kriteria Penilaian : 100% - 38%

= 62%

Dimana Kriteria Objektifnya :

Cukup Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≥ 62%


Kurang Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≤ 62%

2. Penilaian dokumentasi proses keperawatan

SB : Sangat Baik (Skor 4)

B : Baik (Skor3)

CB : Cukup Baik (Skor 2)

KB : Kurang Baik (Skor 1)

STB : Sangat Tidak Baik (Skor 1)

Jadi skor tertinggi (X) : Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

10 x 4 = 40

40
x 100 %=100 %
40

Skor terendah : 10x 1

10
x 100 %=25 %
40

Range (R) : Skor tertinggi – skor terendah

100% - 25%

= 75%

Kategori 2 : 2

R 75 %
Interval : = =38 %
K 2

Sehingga Kriteria Penilaian : 100% - 38%

= 62%

Dimana Kriteria Objektifnya :

Cukup Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≥ 62%

Kurang Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≤ 62%


3. Penilaian tugas perawat

SB : Sangat Baik (Skor 4)

B : Baik (Skor3)

CB : Cukup Baik (Skor 2)

KB : Kurang Baik (Skor 1)

STB : Sangat Tidak Baik (Skor 1)

Jadi skor tertinggi (X) : Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

10 x 4 = 40

40
x 100 %=100 %
40

Skor terendah : 10x 1

10
x 100 %=25 %
40

Range (R) : Skor tertinggi – skor terendah

100% - 25%

= 75%

Kategori 2 : 2

R 75 %
Interval : = =38 %
K 2

Sehingga Kriteria Penilaian : 100% - 38%

= 62%

Dimana Kriteria Objektifnya :

Cukup Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≥ 62%

Kurang Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≤ 62%


4. Penilaian pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan diruang rawat inap

puskesmas sesenapadang

SB : Sangat Baik (Skor 4)

B : Baik (Skor3)

CB : Cukup Baik (Skor 2)

KB : Kurang Baik (Skor 1)

STB : Sangat Tidak Baik (Skor 1)

Jadi skor tertinggi (X) : Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

30 x 4 = 120

120
x 100 %=100 %
120

Skor terendah : 30x 1

30
x 100 %=25 %
120

Range (R) : Skor tertinggi – skor terendah

100% - 25%

= 75%

Kategori 2 : 2

R 75 %
Interval : = =38 %
K 2

Sehingga Kriteria Penilaian : 100% - 38%

= 62%

Dimana Kriteria Objektifnya :

Cukup Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≥ 62%

Kurang Baik : Jika Total Skor Jawaban Responden ≤ 62%

Anda mungkin juga menyukai