Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PRAKONSEPSI


ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH NORMAL DI
PUSKESMAS LANSAT KADAP KAB PASAMAN Tahun
2023

Pembimbing Akademik: Indah Putri Ramadhani, S.ST, Bd.M.Keb


Pembimbing Lahan : Hariyanti, S.Tr.Keb

Disusun oleh:
Nama: FATMAWATI
Nim:221004615901047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN UNIVERSITAS KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN
PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK PROFESI


STASE PRANIKAH PRAKONSEPSI

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pranikah Prakonsepsi ini


Telah Memenuhi Disetujui untuk di laksankan ke tahap Laporan Kasus
Puskesmas Lansat Kadap, Tanggal 22 Mei 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademi Pembimbing Lahan

Desti Nataria, S.ST, M.Keb Hariyanti, Str.Keb

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS


PRAKTEK KLINIK PROFESI
STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PRAKONSEPSI

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Pranikah Normal Telah Disahkan Untuk
Didokumentasikan Dalam Bentuk Laporan Kasus
Pasaman Mei 2023

Menyetujui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Indah Putri Ramadhani S.ST,Bd.M.Keb Hariyanti,STr.Keb


NIDN:1013058901 NIP:19730717 199301 2002

Mengetahui Diketahui
Ka.Prodi Pendidikan Profesi Bidan Koordinator Praktek Klinik Profesi

Suci Rahmadhani S..ST.Bd.M.Keb Lady Wizia S.Keb .Bd


NIDN:1007049002 NIDN:
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KASUS............................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A.Latar Belakang..............................................................................................
BRumusan Masalah.........................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................
1..Tinjauan teori medis......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan tidak hanya mempersatukan pasangan laki-laki dan

perempuan. Pernikahan merupakan bertemunya seorang laki-laki dan seorang

wanita yang berbeda ke dalam sebuah ikatan tali perjanjian yang sakral dengan

menjunjung tinggi nilai adat dan agama. Dalam pernikahan terdapat tanggung

jawab, komitmen dan tujuan untuk melanjutkan keturunan guna membentuk

keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah(1).

Demi mewujudkan tujuan mulia tersebut tiap pasangan perlu

mempersiapkannya dengan matang. Tidak hanya mempersiapkan fisik, modal

keuangan yang mencukupi, tetapi batin atau mental, serta riwayat kesehatan

maupun kehidupan pribadinya juga perlu dipertimbangkan, karena hal itu

merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan psikologis calon

pengantin(1).

Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premental Chek Up) adalah sekumpulan

pemeriksaan yang dilakukan oleh calon pengantin laki-laki maupun perempuan

untuk mendeteksi dan memastikan status kesehatan calon pengantin, terutama

penyakit menular, menahun dan turunan yang dapat mempengaruhi kesuburan

maupun kesehatan janin(1). Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan

pencegahan terhadap masalah kesehatan mengenai kesuburan dan penyakit yang

diturunkan secara genetik. Masih banyak pasangan yang menganggap bahwa

1
2

persiapan dan pemeriksaan pranikah hanya melakukan Imunisasi Tetanus Toksiod

(TT), sehingga persiapan dalam aspek psikologis jarang sekali menjadi

pertimbangan dalam melangkah ke jenjang pernikahan. Padahal persiapan dan

pemeriksaan pranikah tidak hanya melalui Imunisasi atau vaksinasi dan tidak

hanya berkaitan dengan fertilitas (keturunan), tetapi juga berkaitan dengan

pemeriksaan gizi, kesehatan mental calon pengantin atau aspek psikologis dan

fisiologi(1).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan

menurut responden wanita median umur ideal kawin untuk pria adalah 25,9 tahun,

dan menurut responden pria median umur ideal untuk wanita adalah 25,6 tahun (2).

Sementara pada penelitian Nurunniyah tahun 2015 tentang Gambaran Persiapan

Kehamilan di Puskesmas Sedayu I dan Puskesmas Sedayu II menunjukkan dari 79

orang calon pengantin dengan rentang usia 18-35 tahun, sebanyak 69 orang

(87,4%) berada pada usia reproduksi sehat yaitu usia 22-35 tahun(3).

Pada tujuan ketiga SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua lapisan usia, maka

Wanita Usia Subur (WUS) termasuk menjadi sasaran program. Kesehatan WUS

merupakan hal yang perlu diperhatikan karena WUS berada dalam usia

reproduksi. Maka salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan wanita usia subur yaitu melalui pelayanan pranikah(4).

Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Pelayanan Kesehatan

Prakonsepsi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak

saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
3

menuju kehamilan yang sehat(5). Salah satu pelayanan kesehatan yang

memberikan pelayanan pranikah di masyarakat yaitu pelayanan kesehatan tingkat

pertama atau Puskesmas.

Jumlah Puskesmas di Indonesia meningkat dari tahun 2014 sampai dengan

Desember 2015 sebanyak 9.754 unit, yang terdiri dari 3.396 unit rawat inap dan

6.358 unit Puskesmas rawat jalan. Total Sumber Daya Manusia Kesehatan

(SDMK) Puskesmas di Indonesia tahun 2015 sebanyak 258.568 orang yang

meliputi 219.860 orang tenaga kesehatan (85,03%), 38.708 atau 14,97% orang

tenaga penunjang kesehatan dan proporsi terbanyak tenaga kesehatan di

Puskesmas yaitu bidan sebanyak 79.314 orang (30,67%)(6). Sedangkan jumlah

Wanita Usia Subur (WUS) di provinsi DIY pada tahun 2016 sebanyak 708.585

orang dengan cakupan imunisasi TT3 sebanyak 21.845 orang (3,08%)(7). Ini

berarti banyaknya tenaga kesehatan tidak diimbangi dengan pelayanan pranikah

yang diberikan.

Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Nurunniyah pada tahun

2015 tentang Gambaran Persiapan Kehamilan di Puskesmas Lansat Kadap dan

Puskesmas Lansat kadap dengan hasil penelitian yaitu jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Lansat kadap dan Puskesmas Lansat kadap sebanyak 74 tenaga

kesehatan, dan 16 diantaranya adalah bidan, selain itu mayoritas calon pengantin

berpengetahuan cukup yaitu 87,3% dari total 79 calon pegantin. Seharusnya

dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Lansat kadap dan

Puskesmas Lansat kadap dan dilihat dari pengetahuan calon pengantin tersebut

memungkinkan untuk memberikan pelayanan pranikah semaksimal mungkin.

Tetapi yang terjadi pelayanan pranikah


4

yang diberikan meliputi imunisasi TT dengan cakupan 100% dan test kehamilan,

sedangkan untuk konseling dan pemeriksaan Hb belum dilakukan(3). Sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana persepsi bidan

tentang pelayanan pranikah di Puskesmas Lansat kadap dan Puskesmas Kadap

Kabupaten Pasaman.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah penulis ungkapkan di latar belakang

masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana

persepsi dan harapan bidan tentang pelayanan pranikah di Puskesmas Lansat

Kadap.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi dan harapan bidan tentang pelayanan pranikah

di Puskesmas Lansat kadap.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pelayanan pranikah yang diberikan pada

calon pengantin di Puskesmas lansat kadap.

b. Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara bidan Puskesmas Lansat

kadap dengan bidan Puskesmas Lansat kadap tentang pelayanan

pranikah.

c. Untuk mengetahui berbagai harapan ke depan bidan tentang pelayanan

pranikah di Puskesmas Lansat kadap.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat menjadi sumber informasi, menambah wawasan serta referensi

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pelayanan

pranikah.

b. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pranikah dan

menambah pengetahuan calon pengantin mengenai pemeriksaan

pranikah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan sumber

referensi di perpustakaan untuk menambah informasi dan wawasan

pembaca.

b. Bagi Profesi Bidan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bacaan dan masukan serta

inovasi dalam memberikan pelayanan pranikah sehingga calon

pengantin lebih mengerti tentang pentingnya pemeriksaan pranikah

pada calon pengantin.


6

c. Bagi Penulis

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama pendidikan dan mengetahui secara nyata mengenai

pelayanan pranikah.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian


Penelitian

No Peneliti Judul Hasil Penelitian Pebedaan Persamaan

Penelitian
1 Sumarni S, Pengembangan Berbagai informasi Tempat Metode
Nunik, Sistem Layanan yang dikumpulkan penelitian, penelitian
Tanto, Anna Pranikah memperlihatkan informan kualitatif
(2013)
Teradu bahwa pelayanan dengan
(LADUNI) Di kesehatan untuk wawancara
Kabupaten calon pengantin di mendalam
Probolinggo kabupaten (indepth
probolinggo sudah interview)
berjalan, namun
belum memberikan
hasil
yang memuaskan.
Safitri Gambaran Informan Tempat Metode
(2011) Persepsi pendukung tidak penelitian, penelitian
Petugas tahu tentang informan kualitatif
Kesehatan dan adanya pendataan yang dengan
Petugas kantor WUS terkait digunakan wawancara
KUA Pada imunisasiTT di yaitu 1 mendalam
Pelaksanaan wilayah tempat orang (indepth
Program tinggal mereka. petugas interview)
Imunisasi TT Sedangkan KUA, 3
Pada Calon informan kunci orang catin
Pengantin mengatakan wanita
Wanita Di Kota pencatatan
Tangerang imunisasi TT
Selatan digabung menjadi
satu (TT catin dan
7

TT pada bumil)
karena pihak
puskesmas menilai
kelengkapan status
imunisasi TT
sampai dengan
TT-5 bukan dari
status saat pasien
diimunisasi
3 Ariyanti, Analisis Sebagian besar Tempat Metode
Farida D Kualitas informan utama penelitian, penelitian
(2010) Pelayanan atau bidan sudah kualitatif
Antenatal Oleh pernah mengikuti dengan metode
Bidan di pelatihan wawancara
Puskesmas di pelayanan mendalam.
Kabupaten antenatal, Informan utama
Purbalingga walaupaun Bidan atau kunci
mengetahui tujuan adalah bidan.
dan manfaat
standar pelayanan
antenatal, tetapi
dalam
melaksanakan
pelayanan belum
sesuai standar
yang seharusnya.
Namun menurut
informan
pendukung bidan
telah melakukan
pelayanan
antenatal sesuai
walaupun standar
tidak tersurat ada
beberapa bagian
yang sulit
dilaksanakan
terutama asuhan
kebidanan karena
terlalu panjang dan
rumit.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Calon Pengantin (Capeng)
a. Pengertian Calon Pengantin
Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin adalah pasangan
yang akan melangsungkan pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan
sebagai pasangan yang belum mempunyai ikatan, baik secara hukum
Agama ataupun Negara dan pasangan tersebut berproses menuju
pernikahan serta proses memenuhi persyaratan dalam melengkapi data-
data yang diperlukan untuk pernikahan (Depag surabaya, 2010).
CATIN atau Calon Pengantin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
merupakan istilah yang digunakan pada wanita usia subur yang
mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar dapat melahirkan bayi
yang normal dan sehat serta Calon Pengantin laki-laki yang akan
diperkenalkan dengan permasalahan kesehatan reproduksi dirinya serta
pasangan yang akan dinikahinya (KBBI, 2019).
Calon Pengantin adalah terdiri dari dua kata yaitu calon dan
pengantin, yang memiliki arti sebagai berikut, “Calon adalah orang
yang akan menjadi pengantin”. Sedangkan “Pengantin adalah orang
yang sedang melangsungkan pernikahannya”. Jadi calon pengantin
adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang ingin atau
berkehendak untuk melaksanakan pernikahan. Dengan kata lain calon
pengantin ini adalah peserta yang akan mengikuti bimbingan pranikah
yang diadakan oleh Kantor Urusan Agama sebelum calon pengantin ini
akan melangsungkan akad nikah (Mia fatmawati, 2016).
b. Penyakit yang perlu diwaspadai oleh capeng
Menurut Kemenkes RI (2018), Fisik dan mental yang sehat
merupakan pondasi awal keluarga dalam mewujudkan generasi yang

berkualitas, oleh karena itu pasangan calon pengantin harus terbebaskan


dari penyakit yang dapatmempengaruhi kesehatan janin dan tumbuh
9

kembang anak. Terdapat beberapa penyakit yang perlu diwaspadai pada


masa sebelum dan selama kehamilan, antara lain :
1) HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus
yang menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular penyakit
(Kemenkes RI, 2013). Pencegahan dan penanganan Infeksi
Menular Seksual dan HIV/AIDS bagi calon pengantin sangat
penting, baik bagi calon pengantin perempuan maupun laki-laki,
mengingat calon pengantin merupakan salah satu populasi rentan
terhadap penularan penyakit tersebut. Perilaku calon pengantin
yang berisiko tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual dan
HIV/AIDS antara lain penyalahgunaan narkoba, penggunaan jarum
suntik bersama, seks tidak aman, tato dan tindik (Kemenkes RI,
2017) .
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus
penyebab AIDS. Virus ini termasuk RNA virus genus Lentivirus
golongan Retrovirus family Retroviridae. Spesies HIV-1 dan HIV-
2 merupakan penyebab infeksi HIV pada manusia (Soedarto,
2009). AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency
Syndrome, sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi merupakan
kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi
berbagai macam mikroorganisme serta keganasan lain akibat
menurunnya daya tahan/kekebalan tubuh penderita (Irianto, 2013).
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi menular Seksual
(IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang
ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan
seksual baik lewat vagina, dubur atau mulut baik berlawanan jenis
kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi saran
1
0

penularan penyakit kelamin. Kelompok umur yang memiliki risiko


paling tinggi untuk tertular Infeksi Menular Seksual adalah
kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).
Penyakit yang tergolong infeksi menular seksual adalah sebagai
berikut :
a) IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi
genital non spesifik, Sifilis, Ulkus Mole,
Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bakterial
b) IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis,
Kondiloma Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS,
Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.
c) IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis
genitalis
d) IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu:
Trikomoniasis, Pedikulosis Pubis, Skabies (Kemenkes
RI, 2013).
3) Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh
Virus DeoxyriboNucleic Acid anggota family Hepadnavirus dari
Genus Orthohepadnavirus yang berdiameter 40-42 nm (Hardjoeno,
2007). Virus tersebut penyebab terjadinya radang hati akut atau
kronis bila berlanju menjadi sirosis hati atau kanker hati (Mustofa
& Kurniawaty, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2013), faktor penyebab terjadinya
penyakit Hepatitis B adalah kontak lensi atau sekret dengan
penderita hepatitis B, tranfusi darah dan belum mendapat vaksinasi
Hepatitis B. Jalur penularan infeksi virus hepatitis B di Indonesia
terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara vertikal (tranmisi)
maternal-neonatal atau melalui hubungan seksual, iatrogenik dan
penggunaan jarum suntik bersama (Juffrie et al, 2010). Penanda
seseorang teridentifikasi terinfeksi Hepatitis B adalah melalui
saliva,
1
1

air mata, cairan seminal, serebrospinal, asites dan air susu ibu
(Thedja, 2012).
4) Malaria
Menurut Saputra (2011) malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh Plasmodium yang sering ditemukan di kawasan
Tropika yang apabila penyakit ini diabaikan dapat menjadi serius
yaitu berdampak kematian. Malaria adalah penyakit yang dapat
bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh Protozoa Genus
Plasmodium dengan gejala demam, Anemia dan Splenomegali
(Kemenkes RI, 2013). Malaria merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang dampak dari penyakit tersebut adalah
kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil dan pada umur dewasa dan secara tidak langsung
malaria dapat menyebabkan Anemia dan menurunkan
produktivitas kerja (Harijanto, 2010).
Rahayu (2010) mengemukakan bahwa Agent penyebab
penyakit malaria adalah Plasmodium bergenus Plasmodia, Family
Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae. Cara penularannya yaitu dari
gigitan nyamuk Anopheles yang sedang menyedot darah dan
mengeluarkan cairan berupa Plasmodium kedalam darah manusia
dan terinfeksi lalu menjadi sakit. Secara tidak alamiah penularan
penyakit malaria ada 3 yaitu malaria bawaan terjadi pada bayi yang
baru lahir akibat dari ibu yang menderita malaria hal tersebut
terjadi melalui tali pusat atau Plasenta. Secara mekanik terjadi
melalui transfusi darah menggunakan jarum suntik.
5) Penyakit Genetik (Penyakit Keturunan)
Calon Pengantin perlu mengetahui tentang penyakit genetik
karena
a) Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang
diturunkan saat terjadinya pembuahan sperma terhadap
1
2

ovum. Penyakit genetik (Talasemia dan Hemofilia) dapa


dilhat dengan riwayat keluarga calon pengantin.
b) Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit
genetik maka memungkin anak yang dilahirkan
berpotensi menderita kelainan tersebut. Konseling
sebelum pernikahan diperlukan apabila salah satu dari
calon pengantin atau garis keturunannya menderita
penyakit tersebut.
c) Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan
dan kesehatan janin (Talasemia dan Hemofilia)
(Tjokroprawi, 2015).
c. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin (CAPENG)
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premarital Check Up)
merupakan pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan dari
kedua calon mempelai laki-laki dan perempuan yang hendak
menikah. Hal ini diperuntukan untuk mendeteksi dini adanya
penyakit menular, menahun dan kesuburan maupun kesehatan jiwa
seseorang. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melakukan tindakan
terhadap permasalahan kesehatan terkait kesuburan dan penyakit
yang diturunkan secara genetik (laporan klinik prodia, 2012).
Calon pengantin perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk
menentukan status keehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman. Pemeriksaan
kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin berpedoman pada
buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018) yaitu meliputi :
1) Pemeriksaan Fisik
Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan
jasmani dalam fase kehidupan manusia akan mengalami
perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki usia
remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan
berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin
1
3

kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi


organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia
remaja dan semakin matang ketika memasuki fase dewasa.
Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan adalah
usia 20-30 tahun. Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang
diperlukan oleh catin antara lain adalah :
a) Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status kesehatan melalui pengukuran dan
pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh dan
seluruh tubuh).
b) Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia, melalui
pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan,
LILA dan tanda-tanda anemia)(BKKBN, 2006).
2) Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa
Pemeriksaan penunjang(laboratorium) yang diperlukan oleh
catin terdiri dari :
a) Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan
darah).
b) Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah,
HIV, IMS (Sifilis), Hepatitis, TORCH, Malaria (daerah
endemis), Talasemia dan pemeriksaan lain sesuai indikasi).
1) Penyakit genetik, misalnya : Talasemia, buta warna,
Hemofilia dan lain-lain.
2) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya
kecenderungan Diabetes Mellitus (kencing manis),
Hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan jantung, dan
sebagainya.
1
4

3) Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual


(PMS), Hepatitis B dan HIV/AIDS.
4) Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap
virus Rubella. Infeksi Rubella pada kehamilan dapat
menimbulkan kelainan pada janin seperti kepala kecil, tuli,
kelainan jantung dan bahkan kematian. Perlu pula
pemeriksaan virus Herpes karena dapat menyebabkan
cacat janin dan kelahiran prematur (Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan kesehatan pranikah disesuaikan dengan
gejala tertentu yang dialami calon pasangan secara jujur,
berani dan objektif (Hamdani, 2012). Adapun pemeriksaan
tersebut sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Hemoglobin
Menurut Kemenkes RI (2013) anemia adalah
kondisi kekurangan sel darah merah atau hemoglobin
antara Kadar HB <1d/gl atau <10,5 g/dl. Pemeriksaan
hemoglobin yaitu pemeriksaan molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi sebagai media transportasi
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-
paru. Calon pengantin biasanya juga diminta untuk
melakukan pemeriksaan darah Anti Cardiolipin
Antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal
itu bisa mengakibatkan aliran darah mengental
sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan
kepada janin yang berada di dalam rahimnya. Selain itu
jika salah satu calon pengantin memiliki catatan Down
Syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka
perlu dilakukan pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab
riwayat itu bisa mengakibatkan bayi lahir idiot
(Hamdani, 2012).
1
5

3) Pemeriksaan Gula Darah

Menurut Mia Fatmawati (2016), Pemeriksaan ini


bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit kencing manis
(Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu.
Ibu hamil yang menderita Diabetes tidak terkontrol dapat
mengalami beberapa masalah seperti : janin yang tidak
sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions (meningkatnya cairan
ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta
Macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu
saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar). Pemantauan
hasil dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler dengan glukometer.
1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa
adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
2) Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah es
toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram.
3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan
keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c >6,5% dengan
menggunakan metode High-Performance Liquid
Chromatograhy (HPLC) yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)
(Perkeni, 2015).
4) Pemeriksaan HbsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi
pada hati disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa
menjadi kronis setelah beberapa bulan seja terinfeksi pertama kali
(Kemenkes RI, 2013). Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis B, diagnosis
hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau Clearence
Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan
salah satu pasangan menderita Hepatitis B maka dapat diambil
1
6

langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya (Kamus Besar


Bahasa Indonesia, 2014).
HBsAg (Hepatitis B surface antigen) merupakan suatu
protein antigen dimana antigen tersebut dapat menjadi indikator
awal dari hepatitis B akut dan sering kali (digunakan untuk)
mengidentifikasi orang-orang yang terinfeksi sebelum gejala-
gejala muncul. HBsAg dapat dideteksi pada cairan tubuh yang
terinfeksi dan menghilang dari darah selama masa pemulihan.
Pada beberapa orang (khususnya mereka yang terinfeksi adalah
anak- anak atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang lemah, seperti pada penderita AIDS), infeksi kronis dengan
VHB dapat terjadi dan HBsAg tetap positif (Sri W. dkk, 2008).
5) Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang
bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya
infeksi penyakit Herpes, Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan Sifilis
pada calon pasangan, sehingga bisa dengan segera menentukan
terapi yang lebih tepat jika dinyatakan terjangkit penyakit
tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi
kesehatan ibu hamil maupun janinnya (Mia Fatmawati, 2016).
Untuk menegaskan diagnosa perlu dilakukan tes yang bersifat
lebih spesifik yaitu dengan tes TPHA (Treponema Pallidum
Haem Glutination) (Wagiyo, 2016).
6) Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit
tersebut merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil
terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu hamil
menularkan infeksi tersebut ke janinnya, maka hal fatal bahkan
1
7

risiko cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin (Emma Kasyi,
2018).
7) Skrining dan Imunisasi Tetanus
Sejak tahun 1986 sudah ditetapkan oleh pemerintah tentang
aturan resmi untuk Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT) (Ekastyapoo,
2010). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 2
tahun 1989 tentang Imunisasi Tetanus Toxsoid calon pengantin
ditekankan untuk di seluruh Indonesia melaksanakan, memantau
serta melaporkan secara berkala hasil dari pelaksanaan bimbingan
dan pelayanan Imunisasi Tetanus Toxsoid calon pengantin sesuai
dengan pedoman pelaksanaan. Peraturan tersebut masih berjalan
sampai sekarang yaitu merupakan kewajiban untuk calon
pengantin melaksanakan Imunisasi Tetanus Toxsoid dan
menunjukkan surat/kartu bukti imunisasi TT1 sebagai
administrasi pernikahan yang bisa dilakukan di pelayanan
kesehatan terdekat Puskesmas atau Rumah sakit (Lestari, 2017).
Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi
Tenanus Toxoid untuk mencegah dan melindungi diri terhadap
penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur
hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Setiap perempuan usia subur (15-49 tahun) diharapkan sudah
mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus Toxsoid lengkap, jika
status Imunisasi Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka calon
pengantin perempuan harus melengkapi status Imunisasi Tetanus
Toxsoid di Puskesmas (Kemenkes RI, 2018).
1
8

Tabel 2.1

Status Imunisasi Tetanus Toxsoid Pada Calon Pengantin

Pemberian Interval (Selang Waktu Tahapan Masa Perlindungan


Imunisasi Pemberian Minimal)

TT 1 Langkah awal pembentukkan


kekebalan tubuh terhadap penyakit
tetanus.

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 >25 tahun

Sumber : Permenkes Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

Puskesmas (pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan penunjang


(laboratorium), status dan pemberian Imunisasi Tetanus Toxsoid).

1) Rumah sakit (pemeriksaan laboratorium dengan kondisi tertentu


atas rujukan dari Puskesmas) (Mulyorejo, 2018).
2) Rumah sakit (pemeriksaan laboratorium dengan kondisi tertentu
atas rujukan dari Puskesmas) (Mulyorejo, 2018).
2. Konseling Pranikah Calon Pengantin
Pranikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan
perempuan, tujuannya untuk bersuami istri dengan resmi berdasarkan undang-
undang perkawinan agama maupun pemerintah. Dari pengertian ini, maka yang
dimaksud dengan konseling pranikah ialah proses pemberian bantuan terhadap
calon pengantin, sebelum melangsungkan kehidupan berumah tangga dan
memberikan petunjuk untuk dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat (Thohari 2002).
Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada pasangan
1
9

sebelum menikah, menyangkut masalah medis, psikologis, seksual dan sosial.

Jadi, Konseling Pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon


pengantin untuk menganalisis kemungkinan masalah dan tentangan yang akan
muncul dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk
memecahkan masalah (Munira, 2006).
Kelas calon pengantin (catin) merupakan salah satu usaha dan kepedulian
pemerintah untuk membantu kesiapan calon pengantin dalam menjalankan
kehidupan rumah tangga. Adanya program konseling pranikah adalah suatu
proses pemberian bantuan oleh seseorang yang profesional terhadap pasangan
calon suami istri sebelum melaksanakan perkawinan dan memberikan bekal
serta petunjuk sehingga dapat membentuk kehidupan rumah tangga yang
bahagia dunia akhirat (Amalia R, 2018).
Beberapa kegiatan dalam konseling pranikah yang diberikan oleh petugas
ke catin yang membahas tentang kesehatan reproduksi yang meliputi masa
kehamilan, masa subur, proses kehamilan, tanda-tanda kehamilan, kehamilan
yang ideal dan beresiko, tanda bahaya kehamil, tanda-tanda perubahan
emosional pada ibu bayi, program perencanaan persalinan dan komplikasi
(P4K) dan pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin menunda
kehamilan (Kemenkes RI, 2018).
Metode yang digunakan petugas dalam memberikan konseling pranikah
adalah menggunakan metode ceramah, tanya jawab, leaflet dan media slide
show untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin. Metode tersebut
dianggap ampuh dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun
perlunya kaloborasi antara lintas program/pemegang program calon pengantin
dengan petugas gizi dan psikolog terkait dengan materi penyuluhan guna
peningkatan pengetahuan gizi dan perubahan emosional kelak pada ibu hamil
baru atau pada masa trisemester awal (Amalia R, 2018).

a) Alur Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin Menurut


Kemenkes RI (2011), dalam Buku Saku Penyuluhan Pernikahan kesehatan
reproduksi calon pengantin menyatakan bahwa alur
2
0

b) Pelaksanaan pelayanan kesehatan dan KIE kesehtan reproduksi bagi


Calon Pengantin adalah sebagai berikut :
1) Calon Pengantin mengisi formulir persyaratan nikah (model N1
sampai N4, dan formulir lainnya yang diperlukan) dari
kelurahan/desa tempat tinggal Calon Pengantin.
2) Calon Pengantin datang ke Kantor Urusan Agama atau
Lembaga Agama lainnya untuk mengurus pernikahnnya.
3) Calon Pengantin membawa surat pengantar dari Kantor Urusan
Agama ke Puskesmas untuk mendapatkan surat keterangan
kesehatan termasuk status imunisasi tetanus.
4) Di fasilitas pelayanan kesehatan petugas memberikan pelayanan
kesehatan, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisk, skrining dan
pelayanan Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT), pemeriksaan
laboratorium dan rujukan bila diperlukan.
5) Calon Pengantin kembali ke Kantor Urusan Agama atau
lembaga lainnya dengan membawa surat keterangan kesehatan
termasuk status Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT).
6) Setelah calon pengantin melakukan pernikahan, KUA akan
mencatatkan pernikahan pasangan pengantin yang telah
menyerahkan formulir model N1 sampai dengan N4, surat
keterangan kesehatan dan status Imunisasi Tetanus Toxsoid
(TT), Untuk calon pengantin diluar Agama Islam, pencatatan
pernikahan di Kantor Catatan Sipil (Kemenkes RI, 2018).

c) Pelaksanaan pelayanan kesehatan dan KIE kesehtan reproduksi bagi


Calon Pengantin adalah sebagai berikut :
1) Calon Pengantin mengisi formulir persyaratan nikah (model N1
sampai N4, dan formulir lainnya yang diperlukan) dari
kelurahan/desa tempat tinggal Calon Pengantin.
2) Calon Pengantin datang ke Kantor Urusan Agama atau Lembaga
Agama lainnya untuk mengurus pernikahnnya.
2
1

3) Calon Pengantin membawa surat pengantar dari Kantor Urusan


Agama ke Puskesmas untuk mendapatkan surat keterangan
kesehatan termasuk status imunisasi tetanus.
4) Di fasilitas pelayanan kesehatan petugas memberikan pelayanan
kesehatan, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisk, skrining dan
pelayanan Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT), pemeriksaan
laboratorium dan rujukan bila diperlukan.
5) Calon Pengantin kembali ke Kantor Urusan Agama atau
lembaga lainnya dengan membawa surat keterangan kesehatan
termasuk status Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT).
6) Setelah calon pengantin melakukan pernikahan, KUA akan
mencatatkan pernikahan pasangan pengantin yang telah
menyerahkan formulir model N1 sampai dengan N4, surat
keterangan kesehatan dan status Imunisasi Tetanus Toxsoid
(TT), Untuk calon pengantin diluar Agama Islam, pencatatan
pernikahan di Kantor Catatan Sipil (Kemenkes RI, 2018).
3. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial secaara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Calon
pengantin perlu mengetahui dan menjaga kesehatan reproduksi adalah
sebagai berikut :
1) Calon pengantin perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proes, fungsi dan perilaku yang sehat dan aman.
2) Calon pengantin perempuan akan mejadi calon ibu yang harus
mempersiapkan kehamilanya agar dapat melahirkan anak yang sehat
dan berkualitas.
3) Calon pengantin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki
kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga,
seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan
persalinan yang aman.
2
2

4) Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko masalah kesehatan


reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas, keguguran dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya lebih
rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan Infeksi Menular
Seksual (IMS) termasuk HIV.
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk menjaga kesehatan reproduksi (Evrianasari, 2017).
a. Kesetaraan Gender Dan Kesehatan Reproduksi
Gender adalah pembagian peran kedudukan dan tugas antara
laki- laki dan perempuan yag ditetapkan oleh masyarakat
berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan yang diangap panas sesuai
dengan norma- norma dan adat istiadat (Kemenkes RI, 2011).
Kesetaraan gender adalah suatu keadaan setara dimana antara laki-
laki dan perempuan dalam hak (hukum) dankondisi (kualitas hidup)
adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan
kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa
dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan
kesetaraan gender dalam pernikahan adalah :
1. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-
laki dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain
misalnya
:
a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersamaan dan tidak memaksakan ego masing-masing.
b) Suami istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.
d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI ekslusif
(Kemenkes RI, 2018).
2
3

2. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal dibawah ini :


a) Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak
rambut, menyudut dengan rokok, melukai dan lain-lain).
b) Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam dan lain-lain).
c) Kekerasan seksual.
d) Penelantaran rumah tangga (Kemenkes RI, 2018).
b. Hak Dan Kesehatan Reproduksi
Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiiki oleh
setiap laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya. Hak ini menjadi jaminan calon pengantin untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah, jarak dan waktu memiliki anak sera untuk memperoleh
informasi kesehatan reproduksi (Makruf, 2011). Informasi yang
perlu diketahui oleh calon pengantin dalam kesehatan reproduksi
antara lain adalah :
1) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya.
2) Agar calon pengantin terlindungi dari Penyakit Infeksi
Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS dan Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR), memahami cara penularannya, upaya
pencegahan dan pengobatan.
3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yaitu agar aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masing alat dan obat kontrasepsi.
4) Bagi calon pengantin berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat
dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas serta
memperoleh bayi yang sehat.
2
4

5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih


sayang, saling meghargai dan menghormati, dilakukan tanpa
paksaan, ancaman dan kekerasan (Lestari, 2017).
c. Cara Merawat Organ Reproduksi
Menurut Kemenkes RI (2018) Untuk menjaga kesehatan
fungsi organ reproduksi perlu dilakukan perawatan baik pada
laki- laki dan perempuan, antara lain adalah :
1) Pakaian dalam ganti minimal 2 x sehari.
2) Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan
cairan.
3) Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4) Menggunakan celana tidak ketat.
5) Membersihkan organ kelamin setelah buang air kecil dan
buang air besar.
Calon pengantin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan
agar mempunyai pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil,
mempersiapkan diri untuk hamil dan bersalin secara sehat dan
aman. Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan
memiliki janin yang seang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap
kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya dengan baik. Masa subur dapat dihitung
dengan cara menghitung ovulasi/masa subur pada wanita.
Puncak masa subur adalah 13 hari setelah haid hari pertama
dan masa subur terjadi kurang lebih dari tiga hari sebelum dan
sesudah menuju puncak masa subur tersebut. Tanda-tanda pada
masa subur adalah terjadi perubahan pada lendir serviks,
adanya dorongan seksual meningkat, temperatur tubuh
meningkat dan payudara lebih lunak (Ponda F., 2018).
2
5

4. Pengertian Konsepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014)
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
(BKKBN, 2015).
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun
dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang
dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi
dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang
berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur
harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu
menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana
sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan
untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi
yang akan datang (Manuaba.2015).
a. Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2010)
Kontrasepsi Sederhana :
1) Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis
yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan
sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga
tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu
mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah
spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang
sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan
dari penggunaan kondom ini 5-21%.
2) Coitus Interuptus Coitus interuptus atau senggama terputus
adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis
dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan
dari
7

cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif


sehat untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode
kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup
tinggi.
3) KB Alami KB alami berdasarkan pada siklus masa subur
dan tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya
ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu :
metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
4) Diafragma Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi
untuk mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma
tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma
4- 8% kehamilan.
Spermicida Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat
membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly, aerosol
(busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti
kondom dan diafragma.
8
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, S., Lefevre, A. E., Lee, J., L’engle, K., Mehl, G., Sinha, C., Labrique,
A., Vasudevan, L., Tamrat, T., Kallander, K., Mitchell, M., Aziz, M. A.,
Froen, F., Ormel, H., Muniz, M., & Asangansi, I. (2016). Guidelines for
reporting of health interventions using mobile phones: Mobile health
(mHealth) Evidence reporting and assessment (mERA) checklist. BMJ
(Online), 352, 1–10. https://doi.org/10.1136/bmj.i1174

Amalia, R., & Siswantara, P. (2018). Efektivitas Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Pada Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya.

Andika, E. S. (2018). Pengembangan Multimedia Berbasis Android Sebagai


Media Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Prodi Teknologi
Pendidikan, 7(2), 197–204.

APJII. (2019). Buletin APJII Edisi-40 2019. 6. https://apjii.or.id/survei.

Aziz, M. K. (2015). Pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis


android untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran pai. 1–65.

Badan Pusat Statistik. (2015). Angka Kematian Ibu (AKI). Retrieved Agustus
07, 2020,
fromhttps://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1
349/sdgs_3/1

Baso, Y. S. (2017). PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA


ARAB ONLINE BERBASIS LEARNING MANAGEMENT SYSTEM
(LMS) PADA PROGRAM STUDI SASTRA ARAB UNIVERSITAS
HASANUDDIN. NASPA Journal.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

BKKBN, BPS, & Kemenkes RI. (2018). Indonesian Health Demographic Survey.
Usaid, 1–606. https://e-koren.bkkbn.go.id/wp-
content/uploads/2018/10/Laporan-SDKI-2017-WUS.pdf

BPS. (2018). Statistik Indonesia. In Journal of Visual Languages &


Computing (Vol. 11, Issue 3). https://www.m-
culture.go.th/mculture_th/download/king9/Glossary_about_HM_King_
Bhumibol_Adulyadej’s_Funeral.pdf

Brayboy, L. M., McCoy, K., Thamotharan, S., Zhu, E., Gil, G., & Houck, C. (2018).
The use of technology in the sexual health education especially
9
81

among minority adolescent girls in the United States. Physiology &


Behavior, 176(12), 139–148.

Dahlan, M. S. (2019). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Epidemiologi Indonesia.

Darmayanti, Supiyah, & Mesalina, R. (2019). Kesehatan Reproduksi dan Seksual


bagi Calon Pengantin. Jurnal Sehat Mandiri, 15(1), 62–78.

Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user


acceptance of information technology. MIS Quarterly: Management
Information Systems, 13(3), 319–339. https://doi.org/10.2307/249008

Dinengsih, S., & Hakim, N. (2020). Pengaruh Metode Ceramah Dan Metode
Aplikasi Berbasis Android. 6(4), 515–522.

Direktorat Kesehatan Keluarga. (2016). Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan


Keluarga. Kementrian Kesehatan RI, 13–15.

Direktorat Kesehatan Keluarga. (2017, September Kamis). Upaya Pemenuhan


Hak Kesehatan Reproduksi Melalui Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT). Retrieved from http://kesga.kemkes.go.id/
Direktorat Kesehatan Keluarga. (2018, Januari Kamis). Retrieved Agustus 05,
2020, from http://kesga.kemkes.go.id/berita-lengkap.php?id=36-

Ernawati, I., & Sukardiyono, T. (2017). Uji Kelayakan Media Pembelajaran


Interaktif Pada Mata Pelajaran Administrasi Server. Elinvo (Electronics,
Informatics, and Vocational Education), 2(2), 204–210.
https://doi.org/10.21831/elinvo.v2i2.17315

Evrianasari, N., & Dwijayanti, J. (2016). Pengaruh Buku Saku Kesehatan


Reproduksi Dan Seksual Bagi Catin Terhadap Pengetahuan Catin Tentang
Reproduksi Dan Seksual Di Kantor Urusan Agama (Kua) Tanjung Karang
Pusat Tahun 2017. Jurnal Kebidanan, Vol 3(4), 157– 168.

Evrianasari, N., & Wahyudi, W. T. (2019). KIE Reproduksi dan Seksual


Berbasis Android bagi Calon Pengantin. 2, 157–165.

Farianita, R., Nugraheni, S. A., & Kartini, A. (2020). Kolaborasi pada program
kursus calon pengantin di Kabupaten Grobogan. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia, 09(01), 9–19.

Ferdira, B. G., Gulo, A. P. N., Nugroho, Y. I. D., & Andry, J. F. (2018). Analisis
Perilaku Pengguna Aplikasi Mobile Mataharimall.Com Menggunakan
Technology Acceptance Model (Tam). Jurnal SITECH :
1
82
0

Sistem Informasi Dan Teknologi, 1(2), 107–116.


https://doi.org/10.24176/sitech.v1i2.2790

Fitryya, M. (2012). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang inisiasi


menyusu dini melalui kombinasi metode ceramah-tanya jawabi leaflet
terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di RB An-Nissa Surakarta.

Gonsalves, L., L’Engle, K. L., Tamrat, T., Plourde, K. F., Mangone, E. R.,
Agarwal, S., Say, L., & Hindin, M. J. (2015). Adolescent/Youth
Reproductive Mobile Access and Delivery Initiative for Love and Life
Outcomes (ARMADILLO) Study: formative protocol for mHealth platform
development and piloting. Reproductive Health, 12(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12978-015-0059-y

Hasanah, H. (2017). PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI


PEREMPUAN: Sebuah Strategi Mencegah Berbagai Resiko Masalah
Reproduksi Remaja. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 11(2), 229.
https://doi.org/10.21580/sa.v11i2.1456

Herlina, Lutfi, M., & Nasrah, A. (2018). Pengembangan Aplikasi Mobile


Learning Pra Nikah Berbasis Android dengan Menggunakan Teknologi
Unity 3D V5. JURNAL INSTEK: Informatika Sains Dan Teknologi, 3(2),
211–220. https://doi.org/10.24252/instek.v3i2.5950

Indah, H. P., & Desmiwarti. (2018). Efektifitas Konseling Kesehatan


Reproduksi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Pasangan Calon Pengantin di KUA Kota Padang Bagian
Obstetri dan Ginekologi , Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ,
Padang , Subbagian Obstetri Sosial , Ba. 2.

Januarti, A., Qurniasih, N., Kristianingsih, A., & Kusumawardani, P. (2020).


PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN CALON PENGANTIN. 1(3).

Joenaidy, A. M. (2019). Konsep dan Strategi Pembelajaran di Era Revolusi


Industri 4.0. Yogyakarta: Laksana.

Kemenkes RI. (2018). Buku-Saku-Kespro-dan-Seksual-Bagi-Catin.pdf.

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018).


Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 1–100. http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Petunjuk Pelaksanaan Komunikasi


Informasi Dan Edukasi Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi
Calon Pengantin.
1
83
1

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Saku Kespro (pp. 21–22). Lestyoningsih, I.

H. (2018). Implementasi Model Kesehatan Reproduksi


Berbasis Masalah Pada Remaja Putri Di Indonesia Tahun 2018. Jurnal
Berkala Kesehatan, 4(2), 47. https://doi.org/10.20527/jbk.v4i2.5659

Lim, M. S., Vella, A., Sacks-Davis, R., & Hellard, M. E. (2014). Young people’s
comfort receiving sexual health information via social media and other
sources. International Journal of STD and AIDS, 25(14), 1003–1008.
https://doi.org/10.1177/0956462414527264

Mahmoodi, G. (2016). The effect of marriage counseling on the knowledge of the


married couples. Int J Med Res Health Sci., 5(7S), 354–35.

Maulana, Y. (2018). Jenius Membuat Mobile Edukasi Android. CV. Mobidu


Sinergi.
Mayasari, A. T., Hakimi, M., EN, U. H., & Setyonugroho, W. (2020). Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berbasis Seluler pada Calon Pengantin
terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 7(1), 18–25.
https://doi.org/10.22146/jkr.47128

Merliana, N. P. E. (2019). Pemanfaatan Teknologi Informasi Berbasis Android


Sebagai Media dalam Pembelajaran Hindu. Satya Widya: Jurnal Studi
Agama, 1(1), 37–53.
https://doi.org/10.33363/swjsa.v1i1.54

Miller, A. M., Kismödi, E., Cottingham, J., & Gruskin, S. (2015). Sexual rights as
human rights: A guide to authoritative sources and principles for applying
human rights to sexuality and sexual health. Reproductive Health
Matters, 23(46), 16–30.
https://doi.org/10.1016/j.rhm.2015.11.007

Mishra, P. K., & Lohiya, N. K. (2016). Prioritizing reproductive health: Can it be


the real game changer for India? Journal of Reproductive Health and
Medicine, 2(1), 1–3. https://doi.org/10.1016/j.jrhm.2015.08.001

Moghadam, S. H., & Ganji, J. (2019). Evaluation of the nursing process utilization
in a teaching hospital, Ogun State, Nigeria. Journal of Nursing and
Midwifery Sciences, 6(3), 149–155. https://doi.org/10.4103/JNMS.JNMS

Moodi, M., Miri, M.-R., & Sharifirad, G. (2013). The effect of instruction on
knowledge and attitude of couples attending pre-marriage counseling classes.
Journal of Education and Health Promotion, 2(1), 52.
https://doi.org/10.4103/2277-9531.119038
1
84
2

Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam


Perspektif Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi
Dan Aplikasi, 2(1), 33–47. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616

Novaeni, N., Dharminto, Agusyahbana, F., & Mawarni, A. (2018).


Pengembangan Aplikasi Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja Berbasis
Android Untuk Pembelajaran Biologi Di Sma Pius Kabupaten Purworejo
Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), 138–147.

Nugraheni, S. A., Martini, M., Kartasurya, M. I., Johan, I., Ambari, R. P.,
Sulistiawati, E., & Nurchumaida, N. (2018). The Change of Knowledge and
Attitude of Bride and Groom Candidate After Reproductive Health Pre-
Marital Course by KUA Officer. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 14(1),
126–132. https://doi.org/10.15294/kemas.v14i1.13495

Nurasiah, A. (2016). EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN


REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
PASANGAN CALON PENGANTIN DI KANTOR URUSAN AGAMA
KECAMATAN KUNINGAN KABUPATEN KUNINGAN. 1, 44–53.

Nurfiyah, Mayangky, N. A., Hadianti, S., & Riana, D. (2019). Analisis


Technology Acceptance Model Pada Aplikasi Platform Perdagangan
Elektronik Di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Teknik Informatika, 12(1), 59–
68. https://doi.org/10.15408/jti.v12i1.10507

Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Yani, N. E., Laily, N., & Anhar, V. Y. (2018).
Promosi Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Nuryati, S., & Yanti, R. D. (2017). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA


SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN PADA IBU NIFAS DI KOTA
BOGOR. 3(01), 52–59.

Perdana, F., Madanijah, S., & Ekayanti, I. (2017). Pengembangan media edukasi
gizi berbasis android dan website serta pengaruhnya terhadap perilaku
tentang gizi seimbang siswa sekolah dasar. Jurnal Gizi Dan Pangan,
12(3), 169–178. https://doi.org/10.25182/jgp.2017.12.3.169-
178

Ratnasari, A. (2018). Perancangan Aplikasi Edukasi Calon Pengantin untuk


Peningkatan Pengetahuan Pra Kehamilan Berbasis Android. Seminar
Nasional Informatika Medis, 51–56.
https://journal.uii.ac.id/snimed/article/download/11884/pdf

Rokicki, S., Cohen, J., Salomon, J. A., & Fink, G. (2017). Impact of a text-
messaging programon adolescent reproductive health: A cluster- randomized
trial in Ghana. American Journal of Public Health, 107(2), 298–305.
https://doi.org/10.2105/AJPH.2016.303562
1
85
3

Salekha, D. F., Nugraheni, S. A., & Mawarni, A. (2019). Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Kesehatan Reproduksi Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti
Suscatin (Studi Pada Calon Pengantin Yang Terdaftar Di Kua Kabupaten
Grobogan). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(4), 675–682.

Saputra, A. (2019). Penerapan Usability pada Aplikasi PENTAS Dengan


Menggunakan Metode System Usability Scale (SUS). JTIM : Jurnal
Teknologi Informasi Dan Multimedia, 1(3), 206–212.
https://doi.org/10.35746/jtim.v1i3.50

Sari, P., Rusmil, K., Kartasasmita, A. S., Farid, Rajab, T. L. E., Sunjaya, D. K., &
Judistiani, T. D. (2017). the Effectiveness of Health Education Through
Smartphone and Booklet on Knowledge and Attitude of Adolesence
Reproductive Health. THE 4th INTERNATIONAL CONFERENCE ON
HEALTH SCIENCE 2017 “The Optimalization of Adolescent Health in
The Era of SDGs,” 3.

Serli, Anieq, & Nadyah. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal


pada Ibu dengan Masalah Plasenta Previa Disertai Anemia di RSUD
Syekh Yusuf Gowa Tanggal 02-04 Agustus 2018. 1(2), 92–99.

Setiawati, E., Yuli, V., Amran, A., & Sari, N. (2019). Pengetahuan Calon
Pengantin tentang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah di Kota Padang,
Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Cehadum, 1(4), 1–8.

Sinta, L. El, Yulizawati, Insani, A. A., & Nurdiyan, A. (2017). Pengaruh


Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education Mengenai Skrining
Prakonsepsi Terhadap Sikap dan Motivasi Wanita Usia Subur. Tunas-
Tunas Riset Kesehatan, 4, 9–15.
https://doaj.org/article/f820bd6e28cf44988e96d72e946a06ff

Stang. (2018). Cara Praktis Penentuan Uji Statistik Dalam Penelitian Kesehatan
dan Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sudiarto, S., Niswah, F. Z., Pranoto, R. E. P., Hanifah, I., Enggardini, A. A.,
Masruroh, Z., & Muhammad, H. N. A. (2019). Optimalisasi Pendidikan
Kesehatan Kepada Remaja Melalui Aplikasi Android Profoteen. Jurnal
Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 2(2), 74.
https://doi.org/10.32584/jkmk.v2i2.380

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


bandung: PT Alfabet.

Supriyati, & Cholil, M. (2017). Aplikasi Technology Acceptance Model pada


Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jurnal Bisnis & Manajemen,
17(1), 81–102.
https://doi.org/https://doi.org/10.20961/jbm.v17i1.12308
1
4

86

Susanti, D., Rustam, Y., & Doni, A. W. (2018). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan. 13(2), 18–25.
http://jurnal.poltekkespadang.ac.id/ojs/index.php/jsm

Susiana, S. (2019). Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya


Penanganannya.

Terzioglu, F., Kok, G., Guvenc, G., Ozdemir, F., Gonenc, I. M., Hicyilmaz,
B. D., & Sezer, N. Y. (2018). Sexual and Reproductive Health Education
Needs, Gender Roles Attitudes and Acceptance of Couple Violence
According to Engaged Men and Women. Community Mental Health
Journal, 54(3), 354–360. https://doi.org/10.1007/s10597-017- 0227-3

Torkian, S., Mostafav, F., & Pirzadeh, A. (2020). Effect of a mobile application
intervention on knowledge, attitude and practice related to healthy
marriage among youth in Iran. 1–6. https://doi.org/10.4103/jehp.jehp

Tyas, E. I., & Darma, E. S. (2017). Pengaruh Perceived Usefulness, Perceived


Ease of Use, Perceived Enjoyment, dan Actual Usage Terhadap Penerimaan
Teknologi Informasi: Studi Empiris Pada Karyawan Bagian Akuntansi dan
Keuangan Baitul Maal Wa Tamwil Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia, 1(1), 25–35.
https://doi.org/10.18196/rab.010103

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan. (2019). 006265, 2–6.
http://www.koalisiperempuan.or.id/wp- content/uploads/2019/10/Salinan-
UU-Nomor-16-Tahun-2019-.pdf

Wasludin, W. (2019). Efektifitas Media Elektronik Dan Media Cetak Terhadap


Pengetahuan Hiv/Aids Pada Siswa Smp Negeri 4 Kota Tangerang. Jurnal
Medikes (Media Informasi Kesehatan), 6(1), 11–18.
https://doi.org/10.36743/medikes.v6i1.90

WHO. (2017). Sexual health and its linkages to reproductive health : an


operational approach. Geneva, 11.

Yustin, E., Wijanarka, A., & Ashari, A. (2020). Efektivitas aplikasi android
kesehatan reproduksi remaja terhadap perbaikan perilaku seksual pranikah di
SMK X Yogyakarta. JHeS (Journal of Health Studies), 4(1), 96–103.
https://doi.org/10.31101/jhes.1357

Anda mungkin juga menyukai