Anda di halaman 1dari 53

HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

TERHADAP KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI


PADA NELAYAN DI KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2023

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Menyusun Skripsi

Oleh :
Melinda Yustitia Fahma
NIM: : 210712

PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAKLI SEMARANG
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dari mahasiswa:

Nama : Melinda Yustitia Fahma


NIM : 210712
Tahun Akademik : 2021
Judul Proposal : HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN
KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP
KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG
DIRI PADA NELAYAN DI KECAMATAN KEDUNG
KABUPATEN JEPARA

Disetujui untuk diujikan pada Ujian Proposal penelitian bersamaan dengan Ujian
Akhir Program tahun 2023.
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(MAULINA LATIFAH,SKM.,M.Kes) (SRI RATNA ASTUTI ,SKM.,M.Kes)

Semarang, 11 agustus 2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)
TERHADAP KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI
PADA NELAYAN DI KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

PROPOSAL
DISUSUN OLEH :
MELINDA YUSTITIA FAHMA
210712

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(MAULINA LATIFAH,SKM.,M.Kes) (SRI RATNA ASTUTI ,SKM.,M.Kes)

DISETUJUI OLEH :

KETUA PROGRAM STUDI

(RORO KUSHATANTI,SKM,M.Kes.,Epid)

DAFTAR ISI

iii
Halaman Sampul ...............................................................................................
Halaman Judul ......................................................................................................i
Halaman Persetujuan........................................................................................... .ii
Halaman Pengesahan........................................................................................... .ii
Kata Pengantar..................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ iv
Daftar Gambar..................................................................................................... .v
Daftar Lampiran ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. .1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... .5
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................... .5
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... .5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ .6
F. Keaslian Penelitian......................................................................... .6
G. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. .7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru.............................................................................8
B. Konsep Satursi Oksigen..................................................................16
C. Konsep Posisi High Fowler Dan Semi Fowler...............................18
D. Pengaruh Posisi High Folwer Dan Semi Flower Terhadap
Saturasi Oksigen.............................................................................21
E. Penelitian Terkait ...........................................................................22
F. Kerangka Teori...............................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian......................................................................... 24
B. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 24
C. Kerangka Konsep........................................................................... 24
D. Rancangan Penelitian..................................................................... 25
1. Jenis Penelitian ........................................................................ 25
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data ................................... 26

iv
3. Metode Pengumpulan Data ................................................... 26
4. Populasi Penelitian .................................................................. 28
5. Prosedur Sampel dan Sempel Penelitian................................... 28
6. Definisi Operasional.................................................................. 29
7. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data................... 30
8. Tehnik Pengolahan Data dan Analisis data .............................. 30
E. Etika Penelitian ............................................................................ 32
F. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 32
Dartar Pustaka....................................................................................................... 33
Lampiran

BAB I

v
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelaksanaan kesehatan keselamatn kerja (K3) Adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan

sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja menuju

peningkatan produktivitas.1 Kesehatan semua karyawan dalam sebuah

tempat kerja harus mendapat perhatian, kecelakaan kerja bukan hanya

menimbulkan korban jiwa maupun kerugian bagi pekerja dan pengusaha

tetapi dapat juga merusak lingkungan yang akhirnya berdampak pada

masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata untuk

mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja akibat dan

penyakit akibat kerja secara maksimal.

Kesehatan keselamatan kerja apabila dilakukan analisis secara

mendalam maka kecelakaan, ledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja

pada umumnya disebabkan karena tidak dijalankannya program – program

K3 yang baik dan benar.

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia

dan lingkungan, faktor manusia yaitu tidakan tidak aman dari manusia

seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan,

sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan

kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin, tetapi frekuensi

terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak pada faktor manusia karena

manusia yang paling banyak berperan dalam mengguanakan peralatan .

vi
Kecelakaan kerja tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi

karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian

sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari tehnik

keselamatan. Hal tersebut menunjukan cara yang lebih baik selamat untuk

menyiapkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai

keselamatan setiap karyawan, dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan

biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang

aman.2

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

mencatat, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak 234.270 kasus

pada 2021. Jumlah tersebut naik 5,65% dari tahun sebelumnya yang

sebesar 221.740 kasus., jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia terus

tumbuh dalam lima tahun terakhir. Sejak 2017, jumlah kecelakaan kerja

tercatat sebanyak 123.040 kasus. Jumlahnya naik 40,94% menjadi

173.415 kasus pada 2018. Setahun setelahnya, kecelakan kerja kembali

meningkat 5,43% menjadi 182.835 kasus. Kecelakaan kerja di dalam

negeri meningkat 21,28% menjadi 221.740 kasus pada 2020. Angkanya

pun kembali mengalami peningkatan pada tahun lalu. 2 Menurut BPJS

Kestenagakerjaan, mayoritas kecelakaan tersebut dialami di lokasi kerja.

Hal itu pun paling banyak terjadi pada pagi hari pukul 06.00 hingga 12.00.

Kecelakaan kerja di jawa tengah khususnya di Kabupaten Jepara

berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan angka kecelakaan kerja pada

vii
tahun 2022 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada

tahun 2021 sebanyak 75 kasus dan pada tahun 2022 sebanyak 103 kasus.

Menurut Kepala BPJS Ketenagkerjaan Cabang Jepara. Upaya yang

dilakukan untuk mengendalikan tingginya kecelakaan kerja yaitu dengan

menggunakan alat pelindung diri, alat pelindung diri merupakan peralatan

untuk melindungi pekerja dari potensi kecelakaan kerja saat bekerja yang

menjadi salah satu faktor dalam mengurangi kecelakaan di tempat kerja.

Alat pelidung diri yang biasanya dikenal dengan Personal Protective

Equipment yaitu alat yang mamapu untuk melindungi individu dan

berfungsi menjauhkan seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja.

Kesehatan keselamatan pekerja dipengaruhi oleh penggunaan alat

pelindung diri, hal ini sering kali dianggap remeh oleh para pekerja

sehingga beresiko untuk terjadi kecelakaan kerja, kesehatan keselamatan

kerja dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi dengan menggunakan

APD.

Kelompok masyarakat pekerja sektor informal masih belum

mendapatkan perhatian dalam kesehatan kerjanya. Tindakan pencegahan

dan pengendalian yang ada belum disesuaikan dengan potensi bahaya yang

ada pada tempat kerja. Pada umumnya, fasilitas pelayanan kesehatan dan

keselamatan kerja lebih banyak dinikmati oleh tenaga kerja pada industri

sekala besar (Jumlah pekerja lebih dari 500 orang) salah satu yang

termasuk dalam industri mikro dan kecil adalah Kelompok nelayan. Dalam

kelompok nelayan menyerap cukup tenaga kerja di awali dari proses

viii
menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolam maupun

permukaan perairan dan akan menghasilkan ikan sampai terdistribusinya

yang berarti juga sebagai penyedia jasa. Namun para kelompok nelayan

belum memperoleh jaminan kesehatan keselamatan kerja dan resiko

penyakit yang sering terjadi pada nelayan yaitu luka luar, gangguan sistem

pernafasan dan gangguan pada otot. Hal tersebut terjadi karena pekerja

nelayan memiliki beberapa bahaya yang potensial yaitu udara laut yang

tidak menentu,terbatasnya ruang gerak dan penyimpanan sarana dan

prasarana untuk kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan upaya untuk melakukan

pencegahan peningkatan angka kecelakaan kerja yaitu melalui pendidikan

dan pelatihan kepada calon tenaga kerja. Pemerintah sendiri ikut andil

dalam menerapkan usaha usaha pelaksanaan kesehatan dan keselamatan

kerja di Indonesia. Usaha penerapan pedoman kesehatan dan keselamatan

kerja adalah salah satunya berdasarkan pada peraturan Menteri Tenaga

Kerja No. 5 Tahun 1996 tentang sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja dan PP RI No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Managemen

Keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Peraturan pemerintah ini

mengandung 22 pasal terdiri dari 3 bab membahas tentang tujuan,

penerapan, penetapan kebijakan SMK3, Perencanaan SMK3, Pelaksanaan

rencana SMK3, pemantauan evaluasi SMK3, peninjauan dan peningkatan

kinerja SMK3, serta penilaian yang dilakukan untuk evaluasi.

ix
Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara sebagian besar wilayahnya

merupakan daerah pesisir. sehingga mayoritas mata pencaharian

penduduknya berprofesi sebagai nelayan, hal ini karena didukung oleh

kondisi geografis dan bekal keterampilan secara turun – temurun. para

nelayan di Kecamatan Kedung memiliki kelompok kerja yang bertujuan

untuk memfasilitasi dan mempermudah dalam pemberian informasi

tentang nelayan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan keselamatan

kerja (K3) terhadap kepatuhan menggunakan alat pelindung diri pada

nelayan di kecamatan kedung Jepara pada tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan keselamatan kerja (K3) terhadap kepatuhan alat

pelindung diri pada nelayan di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara pada

tahun 2023?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan keselamatan kerja terhadap

kepahuhan menggunakan alat pelindung diri pada nelayan di

Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara

x
2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Karakteristik responden

b. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pekerja menggunakan alat

pelindung diri sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada

kelompok intervensi

c. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pekerja menggunakan alat

pelindung diri sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada

kelompok intervensi

d. Mengidentifikasi perbedaan tingkat kepatuhan pekerja

menggunakan alat pelindung diri sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi

e. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

kepatuhan pekerja menggunakan alat pelindung diri pada kelompok

kontrol dan intervensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat meningkatkan keselamatan dan kerja bagi

nelayan di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara pada Tahun 2023.

2. Bagi Nelayan

Memberikan informasi mengenai pentingnya kepatuhan dalam

menggunakan APD, sehingga pekerja dapat mencegah terjadinya

xi
kecelakaan kerja agar produktifitas tercapai secara optimal dan

memberikan informasi mengenai prilaku kerja yang baik.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai arahan dan membantu dapat mengurangi angka kecelakaan

kerja baik dalam lingkungan kerja maupun luar kerja.

E. Ruang Lingkup

Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan menggunakan alat

pelindung diri yang dilakukan pada kelompok nelayan di Kecamatan

Kedung Kabupaten Jepara dan akan dilakukan pada bulan Juni 2023.

F. Keaslian penelitian

Beberapa peneliti terdahulu yang menjadi landasan empiris peneliti

Tabel 1.1 Peneliti Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian
1. Ika Anjari Faktor Faktor Penelitian ini Terdapat a. Jenis penelitia
Doy Yang bersifat hubungan sebelumnya observa
Saputri Berhubungan observational antara usia, sedangkan penelitia
(2014) dengan penelitian ini pengetahuan, ini Quasi Experiment
kepatuhan menggunakan pemberian b. Populasi penelitia
menggunakan desain saksi, dan sebelumnya peker
APD Pada penelitian dorongan rekan kerangka banguna
pekerja Cross Sectional kerja terhadap sedangkan penelitia
kerangka kepatuhan ini adalah nelayan
bangunan pengunaan
APD
2. Bima Stria Hubungan Metode Hasil penelitian a. Variabel bebas yan
Dewantara motifasi kerja penelitian ini menunjukan digunakan penelitia
(2016) dengan menggunakan bahwa motifasi sebelumnya adala
kepatuhan mom kerja yang baik motifasi ker
penggunaan ekperimental tidak memiliki sedangkan penelitia
alat pelindung dengan hubungan yang ini adalah tentan
diri .pada menggunakan signifikan penerapan kesehata

xii
perawat di pendekatan dengan K3
ruang perawat secara cross kepatuhan b. Populasi peneli
inap rumah sectional menggunakan sebelumnya yait
sakit paru APD seluruh perawat raw
jember inap di rumah sak
paru jembe
sedangkan penelitia
ini yaitu nelayan d
Kecamatan Kedun
Jepara
3. Enno Yona Hubungan Jenis penelitian Hasil penelitian a. Variabel bebas yan
Magita tingkat yang ini dengan digunakan peneli
(2017) pengetahuan digunakan menggunakan sebelumnya tingk
APD dengan adlah uji pearson pengetahuan AP
kepatuhan observasional product sedangkan penelitia
pemakaian analitik moment dan ini adalah pemberia
APD Masker menunjukan pengetahuan
pada pekerja bahwa terdapat kesehatan K3
Bagian hubungan b. Jenis penelitia
Pelinting PT. antara tingkat sebelumya
Pasien Boyolali pengetahuan observasional analiti
APD dengan sedangakan penelitia
kepatuhan ini quasi experiment.
pemakaian
APD

xiii
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan

Kesehatan Pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang

berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan

pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan,

masyarakat dan bangsa.

Pendidikan kesehatan adalah unsur program kesehatan dan

kedokteran yang di dalamnya terkandung rencana untuk merubah

perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu

tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit

dan peningkatan Kesehatan.3

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi

kesehatan dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan

pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan).
3

Hasil yang diharapakan dari suatu promosi atau pendidikan

kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi

kesehatan .4

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan

dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan

adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan

pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.5

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan merupakan gambaran harapan, sasaran yang menjadi

acuan bagi semua aktivitas yang dilakukan untuk mencapainya

tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan

lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Terbentuknya perilaku sehat pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan

konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3. Langkah-Langkah dalam Pendidikan Kesehatan

Secara umum ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam

melaksanakan pendidikan kesehatan, yaitu:5


4

a. Mengkaji kebutuhan kesehatan

b. Menetapkan masalah Kesehatan

c. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu untuk ditangani

melalui pendidikan kesehatan

d. Menyusun rencana pendidikan :

1) Menetapkan tujuan

2) Penentuan sasaran

3) Menyusun materi/isi penyuluhan

4) Memilih metode yang tepat

5) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan.

6) Penentuan kriteria evaluasi

7) Pelaksanaan penyuluhan

8) Penilaian hasil penyuluhan

9) Tindak lanjut dari penyuluhan

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan tersebut dapat dikelompokkan

dalam dua kelompok metode, yaitu:

a. Metode Didaktik Pada metode didaktik yang aktif adalah orang

yang melakukan pendidikan kesehatan sedangkan sasaran bersifat

pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta

mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan

pertanyaan apapun dan proses pendidikan yang terjadi bersifat

satu arah (one way method), metode ini terbagi dua, yaitu Secara
5

langsung dengan kegiatan Ceramah Secara tidak langsung

dengan:

1) Poster

2) Media cetak (majalah, buletin, surat kabar)

3) Media elektronik (radio, televisi)

b. Metode Sokratik Pada metode ini sasaran diberikan kesempatan

mengemukakan pendapat sehingga mereka ikut aktif dalam proses

belajar mengajar dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah

antara yang menyampaikan pesan di satu pihak dengan yang

menerima pesan di lain pihak (two way method). Yang termasuk

dalam metode ini adalah:

1) Secara Langsung, termasuk dalam kegiatan ini adalah :

a) Diskusi

b) Curah pendapat

c) Demonstrasi

d) Simulasi

e) Bermain peran (role playing)

f) Sosiodrama

g) Simposium

h) Seminar

i) Studi kasus

j) Ceramah

k) Panel
6

l) Studi kasus.

2) Secara tidak langsung adalah

a) Penyuluhan kesehatan melalui telepon

b) Satelit komunikasi

B. Kesehatan Keselamatan Kerja

1. Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang

terkait dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan manusia

yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. 6 kesehatan dan

keselamatan kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal

dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja

yang disediakan oleh perusahaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin kebutuhan dan kesempurnaan baik jasmani

maupun rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan

Makmur.7

keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para

karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.8

2. Tujuan dan Manfaat Kesehatan Keselamatan Kerja

Tujuan dan manfaat keselamatan dan kesehatan kerja.8 adalah:

a. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja


7

b. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan

c. Mencegah/mengurangi kematian

d. Mencegah/mengurangi cacat tetap

e. Mengamankan material, konstruksi, dan pemakaian

f. Pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi, dan

lain sebagainya.

g. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan

menjamin kehidupan produktifnya

h. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, dan alat, dan sumber-

sumber produksi lainnya.

i. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman

sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja

j. Memperlancar, meningkatkan, mengamankan produksi industri

serta pembangunan.

3. Fungsi Kesehatan Keselamatan Kerja

Fungsi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.8 yaitu :

a. Fungsi dari Keselamatan Kerja

1) Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek

berbahaya,

2) Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur

dan program,
8

3) Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan

lainnya dalam hal pengendalian bahaya,

4) Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya

dan program pengendalian bahaya.

a) Fungsi dari Kesehatan kerja

b) Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko

dari bahaya kesehatan di tempat kerja

c) Memberikan saran terhadap perencanaan dan

pengorganisasian dan praktek kerja termasuk desain

tempat kerja

d) Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi

tentang kesehatan kerja dan APD

e) Melaksanakan surveilan terhadap kesehatan kerja

f) Terlibat dalam proses rehabilitasi Mengelola P3K

dan tindakan darat.

4. Bahaya Kesehatan Keselamatan Kerja

bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya

dalam pengendalian potensi bahaya dengan tujuan melindungi

keselamatan dan kesehatan para pekerja di lingkungan. Bahaya atau

hazard merupakan potensi yang dapat mengakibatkan luka, bahaya

atau kerusakan pada kesehatan pelaut.


9

Bahaya berasal dari berbagai sumber seperti sifat intristik,

situasi energi potensial, lingkungan atau faktor manusia. Risiko adalah

kemungkinan akan terjadi luka atau efek pada kesehatan yang dapat

merugikan. Hubungan antara bahaya dan risiko bergantung pada

pemaparan yang didapat oleh pekerja, termasuk seberapa lama durasi

dan intensitas, serta efektivitas tindakan pengendalian.

Pengurangan risiko dan bahaya merupakan dasar yang mengatur

kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk seluruh kegiatan atau

aktivitas manusia, keseimbangan sudah semestinya terwujud antara

benefit serta biaya dari risiko yang diambil. Pada kasus K3,

keseimbangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya

kemajuan ilmiah dan teknologi, perubahan yang terdapat pada

lingkungan pekerja maupun kecenderungan terhadap ekonomi.9

Standar international OHS 18001:2007 menyebutkan bahwa bahaya

ialah sumber, situasi atau tindakan yang memiliki potensi dalam

melukai manusia atau sakit maupun perpaduan dari semuanya.

Penjelasan “bahaya” dalam standar internasional tersebut adalah

mencederai manusia, namun selain arti mencederai manusia juga

memiliki potensi dan efek pada hal-hal yang sifatnya selain manusia.

Bahaya tersebut dapat terjadi pada suatu kondisi ketika sedang bekerja

ataupun praktek. Pada dasarnya bahaya bisa menyebabkan kerusakan

atau efek buruk, pada individu berupa efek kesehatan sedangkan pada

organisasi berupa musnahnya properti atau peralatan.


10

C. Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah sikap mau menaati dan mengikuti suatu

spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas yang

diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Seseorang dikatakan

patuh apabila dapat memahami, menyadari dan menjalankan peraturan

yang telah ditetapkan, tanpa paksaan dari siapapun. 10 Kepatuhan

menggunakan APD memiliki peranan penting dalam menciptakan

keselamatan di tempat kerja dan mengurangi angka kejadian

kecelakaan kerja. Pekerja yang patuh memiliki pengetahuan dan

kesadaran untuk melindungi dirinya terhadap bahaya keselamatan

kerja karena mereka memahami risiko yang diterima jika berperilaku

patuh ataupun tidak patuh terhadap peraturan yang ada.11

2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan.12 adalah:

a. Motivasi Perilaku kepatuhan terjadi karena adanya motivasi atau

dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak

sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena

tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang

mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku

kepatuhan. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need)

dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini


11

pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme

perilaku kepatuhan.

b. Pendidikan Pendidikan seseorang sangat berperan dalam proses

terbentuknya perilaku kepatuhan dalam mematuhi peraturan.

Makin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, akan

makin mudah menerima pengetahuan baru dan akan semakin

mudah pula untuk merubah perilakunya dalam mematuhi peraturan

yang telah ditetapkan.

c. Pelatihan Pelatihan formal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

kepatuhan pekerja menerapkan prosedur keselamatan kerja.

d. Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku untuk bertindak (kepatuhan) seseorang

(over behavior) peningkatan pengetahuan tidak selalu

menyebabkan perubahan perilaku, missal dari yang tidak patuh

menjadi patuh, namun hubungan positif diantara keduanya cukup

bermakna.

e. Masa kerja Petugas kesehatan yang berpengalaman dan memiliki

masa kerja yang lebih lama serta telah ditempa dengan

kedisiplinan, akan melakukan tindakan sesuai ketentuan yang telah

mereka kenal (berlaku patuh) tanpa merasa canggung dengan

tindakannya. Jadi semakin lama masa kerja seseorang semestinya

akan semakin taat (patuh) dan terampilan dia dalam melaksanakan

pekerjaanya. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan. 13adalah


12

1) Karakteristik tenaga kerja meliputi usia, tingkat

pendidikan, dan masa kerja.

2) Faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap kerja,

kepercayaan, keyakinan, nilai.

3) Faktor pemungkin meliputi sarana dan fasilitas dan

lingkungan fisik

4) Faktor penguat meliputi dorongan HSE (Health Saftey

and Enviroment) dan dorongan rekan

D. Alat Pelindung Diri (APD)

1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan wajib yang

digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga

keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat

kerja. Alat pelindung diri untuk K3 adalah alat-alat atau perlengkapan

yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan

pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau

resiko kecelakaan kerja, alat-alat pelindung diri yang digunakan harus

sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga

efektif melindungi pekerja sebagai penggunanya.7

2. Tujuan Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Tujuan utama penggunaan alat pelindung diri adalah

menghindari terjadinya cidera pada tubuh dalam keadaan pekerja

terpajan oleh bahaya dengan selalu memikirkan memungkinkan untuk


13

menghindari timbulnya kondisi bahaya tersebut. Selain itu

penggunaan APD untuk mencegah atau menurunkan angka

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk menggunakan APD

secara efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memilih APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan

b. Disiapkan dalam jumlah yang cukup

c. Dianjurkan para pekerja mencapai cara penggunaan yang benar

d. Pekerjaan yang membutuhkan peralatan pelindung dan pekerjaan

diwajibkan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri

3. Jenis Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung diri yang sebaiknya dipakai Nelayan.14 adalah

a. Alat pelindung kepala berguna untuk melindungi dari benturan,

terkantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras

yang melayang atau meluncur dari udara, terpapar oleh radiasi

panas, api, percikan bahan kimia, jasad renik (mikro organisme )

dan suhu yang ekstrim.

Contohnya : helm pengaman (sefety helm), Topi atau pengaman

rambut yang lainnya.

Gambar 2.1 Alat pelindung kepala


14

b. Alat pelindung Mata dan muka untuk melindungi dari paparan

bahan kimia berbahaya, paparan partikel – partikel yang melayang

di udara dan di badan air, percikan benda- benda kecil, panas atau

uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik, pancaran cahaya,

benturan dan pukulan pada benda keras atau tajam.

Contohnya : pemakaian kacmata, goggles, tameng muka atau

masker selam.

Gambar 2.1 Alat pelindung Mata dan muka

c. Alat Pelindung Telinga untuk melindungi dari kebisingan atau

tekanan.

Contohnya : Sumbat telinga Atau Penutup telinga (aer muff).

Gambar 2.3 Alat Pelindung Telinga

d. Alat pelindung pernafasan untuk menyalurkan udara bersih dan

sehat atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro organisme,


15

partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, gas, / fume, dan

sebagainya.

Contoh : masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline

respirator, Continues Air SupplyMachine = Air Hose

Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained

UnderwaterBreathing Apparatus atau SCUBA), Self-Contained

Breathing Apparatus (SCBA), danemergency breathing apparatus.

Gambar 2.4 Alat pelindung pernafasan

e. Alat pelindung tangan untuk melindungi dari gesekan saat menarik

tambang atau jaring, api, suhu panas, suhu dingin, radiasi

elektromagnetik, radiasimengion, arus listrik, bahan kimia,

benturan, tergores, terinfeksi zat pathogen (virus, bakteri) dan jasad

reniklogam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan

sarung tangan yang tahan bahan kimia

Gambar 2.5 Alat pelindung tangan


16

f. Alat pelindung kaki melindungi dari tertimpa atau berbenturan

dengan benda-benda berat, tertusuk bendatajam, terkena cairan

panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena

bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir sepatu

keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri,

kontruksibangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan,

bahaya listrik, tempat kerja yangbasah atau licin, bahan kimia dan

jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

Gambar 2.6 Alat pelindung kaki

g. Pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahanbahan kimia,

cairan dan logam panas, uap panas, benturan(impact) dengan

mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang,

mikroorganismepatogen dari manusia, binatang, tumbuhan

dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.rompi (Vests),

celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang

menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.


17

Gambar 2. 7 Pakaian pelindung

h. Pelampung digunakan untuk bahaya tenggelam dan atau mengatur

keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi

tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutralbuoyant) di

dalam air jaket keselamatan (life jacket), rompi keselamatan (life

vest), rompi pengatur keterapungan(Bouyancy Control Device)

Gambar 2. 8 Pelampung

4. Pemeliharaan dan Penyimpanan Alat Pelindung Diri

Pemeliharaan APD, meliputi mencuci dengan air sabun

kemudian bilas, menjemur di tempat panas. Penyimpanan Alat

Pelindung Diri Untuk menjaga daya guna dari APD hendaknya


18

disimpan di tempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas

beracun. Tempat tersebut hendaknya kering dan mudah dalam

pengambilannya.15

E. Kecelakaan Kerja Pada Nelayan

1. Pengertian Nelayan

Nelayan adalah suatu bagian dari masyarakat yang hidup dengan

mengelola potensi perikanan.16 Nelayan adalah orang yang bermata

pencaharian ikan di laut. Masyarakat yang berdomisili pada wilayah

pesisir adalah nelayan dengan sumber perekonomian utama memiliki

kaitan terhadap sumber daya laut. Sebagian masyarakat di Indonesia

adalah masyarakat nelayan dengan tempat tinggal di daerah pesisir

laut.17 Klasifikasi nelayan antara lain;

a. Nelayan dibagi menjadi 3 jenis menurut alat tangkap: Nelayan

buruh, nelayan yang bekerja menggunakan alat tangkap milik

orang lain

b. Nelayan juragan nelayan yang bekerja mempunyai alat tangkap

sendiri tetapi dioperasikan oleh orang lain

c. Nelayan perorangan, nelayan yang mempunyai alat tangkap sendiri

dan mengoperasikan alat tangkapnya sendiri.

d. Nelayan berdasarkan waktu pengoperasian penangkapan, yaitu:

1) Nelayan/Petani ikan penuh, yaitu nelayan/petani ikan

yang semua waktu kerjanya dipakai untuk


19

mengoperasikanpenangkapan/pemeliharaanikan/binatan

g air lainnya di tanaman air.

2) Nelayan/petani ikan sambilan utama, yaitu

nelayan/petani ikan yang sebagian besar waktu dipakai

untuk mengoperasikan penangkapan/pemeliharaan

ikan/binatang air lainnya/tanaman air.

1
Fitri, A. (2017). Hubungan Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindungdiri (APD) Pada Pekerja
Pembuatan Kerupuk Sanjai A Dikelurahan Manggis Gantiang Sanjai
Bukittinggi Tahun 2017 (Skripsi). Padang: STIKes Perintis

2
BPS (2017). "Badan Pusat Statistik": www.bps.go.id/subjek/view/id/6.
Diakses pada tanggal 7 Desember 2020

2
Afriyani, E. (2012). Hubungan Motivasi, Supervisi dan Faktor
Lainnya dengan Kepatuhan Bidan Menerapkan Standar Pelayanan
Antenatal di Kota Padangsidimpuan Tahun 2012 (Skripsi). Jakarta:
Universitas Indonesia.

3
Eliana, & Sumiati, S. (2016). Kesehatan Masyarakat 1st ed. N.
Suwarno, ed, Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
4
Notoatmodjo, S., 2012, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta

5
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan.

6
Halajur, Untung. 2018. Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja.
Malang: Wineka Media

7
Sucipto, Cecep Dani. 2014. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
Yogyakarta: Gosyeng Publishing.
20

3) Nelayan/ petani ikan sambilan tambahan yaitu nelayan

atau petani ikan yang sebagian kecil waktu dipakai

untuk mengoperasikan pekerjaan penangkapan/

pemeliharaan ikan/ binatang air lainnya/ tanaman air.

4) Nelayan berdasarkan kapasitas teknologi, yaitu:

a) peasant-fisher (nelayan tradisional).

b) post-peasant fisher.

8
Irzal. 2016. Dasar-Dasar Kesehatan dan Kselamtan Kerja volume 1.
Jakarta: Prenadamedia Group

9
Solekhah, S. A. (2018). Faktor Perilaku Kepatuhan Penggunaan Apd
Pada Pekerja Pt X. Jurnal PROMKES, 6(1), 1.
https://doi.org/10.20473/jpk.v6.i1.2018.1- 11
10
Murni, L., & Fitri, A. (2018). 68-Article Text-198-1-10-20180810. 1(1).

11
Faniah, A. M. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Penggunaan Apd Earplug Dan Sarung Tangan Pada
Pekerja Unit Perbaikan Di Pt. Kai Daop Vi Yogyakarta Dipo Solo
Balapan (Skripsi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

12
Afriyani, E. (2012). Hubungan Motivasi, Supervisi dan Faktor
Lainnya dengan Kepatuhan Bidan Menerapkan Standar Pelayanan
Antenatal di Kota Padangsidimpuan Tahun 2012 (Skripsi). Jakarta:
Universitas Indonesia.

13
Hariyadi, S. (2012). Modul Vidio Sebagai Media Layanan Bimbingan
dan Konseling. Semarang: Sigit Hariyadi Press,

14
Fairyo, L. S., & Wahyuningsih, A. S. (2018). Kepatuhan Pemakaian
Alat Pelindung Diri pada Pekerja Proyek. Higeia Journal Of Public
Health ResearchAndDevelopment,2(1),80–90
21

c) Commercial fisher (nelayan komersil)

d) Industrial fisher (nelayan industri).

5) Berdasarkan perahu/kapal penangkap yang digunakan,

antara lain:

a) Nelayan berperahu tak bermotor, terdiri dari:

Nelayan jukung, Nelayan perahu papan (kecil,

sedang, dan besar)

b) Nelayan berperahu motor tempel

c) Nelayan berkapal motor, menurut GT (Gross Ton)

terdiri dari:

1. Kurang dari 5 GT

2. 5-10 GT

3. 10-20 GT

4. 20-30 GT

5. 30-50 GT

6. 50-100 GT

7. 100-200 GT

8. 200-500 GT
22

9. Diatas 500 GT (Direktorat Jenderal Perikanan,

2018)

2. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak

diharapakan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.

Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang

lingkup kecelakaan yang sebenarnnya. Tidak diharapakan, oleh karena

peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderita dari

yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.17

Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan

dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini

berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau

pada waktu melaksanakan pekerjaan.18

Menurut peraturan mentri tenaga kerja RI Nomor:

03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelapuran dan Pemeriksaan

Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat

menimbulkan korban manusia dan/atau harta benda Yang dapat

mengakibatkan kelalaian hingga kecelakaan kerja.9

a. Beban kerja
23

Workload atau beban kerja merupakan usaha yang

dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi “permintaan” dan

pekerjaan tersebut, adapun kapasitas adalah kemampuan/kapasitas

manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun

mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran

(porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk

melakukan kerja tertentu. Perhitungan beban kerja setidaknya dapat

dilihat dari tiga aspek, yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu.

Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-

kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban

kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis).

Adapun pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek

penggunaan waktu untuk kerja.

b. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat

mempengaruhi kesehatan kerja yang berakibat dapat menimbulkan

kecelakaan kerja (occupational accident), penyakit akibat kerja dan

penyakit akibat hubungan kerja (occupational disease & work

related diseases).

Faktor-faktor lingkungan kerja antara lain: suara bising,

penerangan tempat kerja, kelembapan, suhu udara, pelayanan

kebutuhan karyawan, penggunaan warna, dan kebersihan


24

lingkungan. Dalam pelaksanaanya K3 adalah salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas

dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan/atau

bebas dari kecelakaan dan PAK yang pada akhirnya dapat

meningkatkan sistem dan produktivitas kerja.

3. Jenis Kecelakaan Kerja Pada Nelayan

a. Terjatuh atau Terpeleset Jenis-jenis kecelakaan kerja yang paling

umum terjadi adalah terjatuh atau terpeleset.Karena kondisi kapal

nelayan selalu basah sehingga menyebabkan terjadinya terpeleset.

b. Cedera Otot / nyeri punggung paling sering terjadi di area

punggung dan juga leher. Hal ini terjadi karena kurang tepatnya

posisi nelayan saat menebar jarring atau menarik jarring ikan .

Untuk menghindari hal ini, ada baiknya Anda mencari tahu

bagaimana teknik yang sesuai.

c. Gangguan Pendengaran sering terjadi karena tekanan udara yang

terdapat pada lautan lebih tinggi daripada di daratan, sehingga

menyebabkan gangguan pendengaran saat berlayar

d. Tangan terasa kebas paling sering terjadi saat nelayan menarik

jaring ikan dengan terlalu sering.

4. Penyebab kecelakaan Kerja

Penyebab kecelakaan kerja.8 meliputi :


25

a. Faktor manusia

1) Umur, mempunyai pengaruh yang penting terhadap

kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua

mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk

mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan

golongan umur muda karena umur muda mempunyai

reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi

2) Tingkat Pendidikan, seseorang berpengaruh dalam pola

pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang

dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga

akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap

pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan

pekerjaan dan keselamatan kerja

b. Faktor Pekerjaan

1) Giliran kerja (Shift) Terdapat dua masalah utama pada

pekerja yang bekerja secara giliran, yaitu ketidak

mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift

dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan

kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.

2) Jenis (Unit) Pekerjaan Jenis pekerjaan mempunyai

pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan

kerja.
26

c. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan fisik

2) Pencahayaan

3) Kebisingan

d. Lingkungan kimia, Faktor tersebut dapat berupa bahan baku

produksi, hasil satu produksi dari suatu proses, proses produksi

sendiri ataupun limbah dari suatu produksi

e. Faktor lingkungan biologi, disebabkan oleh jasad renik, gangguan

dari serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja

5. Akibat Kecelakaan Kerja

akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja.8 meliputi :

a. Kerugian bersifat ekonomis:

1) Nilai kerugian langsung, antara lain:

a) Biaya perawatan dan pengobatan penderita

b) Biaya perbaikan atau pengadaan baru peralatan

yang rusak

c) Tunjangan khusus bagi penderita

d) Premi asuransi kecelakaan

e) Nilai produksi yang hilang akibat terhentinya proses

kerja

2) Nilai kerugian tidak langsung


27

a) Nilai keterampilan/ skill yang hilang atau

berkurang

b) Waktu dan biaya yang diperlukan untuk melatih

pekerja baru

c) Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan jam

kerja yang hilang yang menyebabkan

keterlambatan proses produksi/jasa

d) Upah keluaran menurun bagi pekerja yang cacat

e) Biaya pengawasan dan administrasi

f) Menurunnya mutu produksi dan jasa

3) Kerugian bersifat non-ekonomis

a) Biaya perawatan, walaupun biaya perawatan dan

pengobatan ditanggung oleh perusahaan/instansi

yang bersangkutan, biaya perawatan lain-lain pasti

ada dan merupakan beban bagi pihak

keluarga/penderita

b) Penghasilan pihak keluarga/penderita menjadi

berkurang, khususnya bila penderita menjadi cacat

c) Bila korban meninggal, maka penderitaan pihak

keluarga semakin besar

6. Pencegahan Dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan dapat dikurangi bahkan akan dapat dicegah atau

dihindari.18 Pencegahan tindakan kecelakaan, dapat dilakukan


28

diantarannya dengan program tri-E (Program Tripel E) yang terdiri

dari:

a. Teknik (engineering)

Teknik (engineering) artinya tindakan pertama adalah

melengkapi semua perkakas dan mesin dengan alat pencegah

kecelakaan (safety guard) misalnya tombol untuk menghentikan

bekerjanya alat/mesin (cut of switches) serta alat lain, agar mereka

secara teknis dapat terlindungi.

b. Pendidikan (education)

Pendidikan (education) artinya perlu memberikan

pendidikan dan pelatihan kepada para pegawai untuk menanamkan

kebiasaan kerja dan cara kerja yang tepat dalam rangka mencapai

keadaan yang aman (safety) semaksimal mungkin.

c. Pelaksanaan (enforcement)

Pelaksanaan (enforcement) artinya tindakan pelaksanaan,

yang memberi jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan

dilaksanakan. Pihak pimpinan harus melakukan kerja sama dengan

para pegawai agar pengendalian kecelakaan di tempat kerja


Perubahan Prilaku
menjadi efektif. a. Predisposisi

5. Kerangka Teori
Faktor yang 1. Pendidikan
mempengaruhi K3
kesehatan Pencegahan
2. Sikap
keselamatan tindakan
terhadap K3
kerja (K3) : kecelakaan kerja
: Pendidikan
b. Enebling
a. Kondisi tempat Kesehatan
kerja yang tidak a. Teknik Alat pelindung
aman : (engineering) diri (APD)
b. Tindak perbuatan
yang tidak b.Mengurangi
Pendidikan c. Reinforcement
memenuhi kejadian
(education) Peraturan dan
keselamatan kecelakaan
c. Pelaksanaan
kerja pengawasan
29

BAB III

Metodologi Penelitian

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterikatan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang

tidak diteliti).19 Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam

menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Pada penelitian ini

peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pemberian pendidikan

kesehatan Keselamatan kerja (K3) terhadap kepatuhan menggunakan

APD pada Kelompok Nelayan. Kerangka konsep pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Skema 3.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pendidikan
kesehatan Kepatuhan
keselamatan kerja menggunakan alat
(K3) pelindung diri ( APD )

19
Kusumadewi, S., Hardjajani, T., &Priyatama, A. N. (2012).
Hubungan antara Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Diri
dengan Kepatuhan terhadap Peraturan pada Remaja Putri di Pondok
Pesantren Modern Islam Assalam Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Psikologi
Candrajiwa, 1(2).
30

C. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan pemberian pendidikan Kesehatan

Keselamatan Kerja (K3) terhadap kepatuhan menggunakan

APD pada Nelayan Dharma Laut.

Ha : Ada hubungan pemberian pendidikan Kesehatan

Keselamatan Kerja (K3) terhadap kepatuhan menggunakan

APD pada Nelayan Dharma Laut.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

15
Widjanarko, B., Widagdo, L., Promosi, M., Universitas, K., &
Semarang, D. (2016). Analisis Media Audio Terhadap Perubahan
Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petugas
Laboratorium Kesehatan Kota Banjar. Indonesian Journal of Health
Promotion, 9(2), 218–225. https://doi.org/10.14710/jpki.9.2.218-225
16
Septiningsih, E. (2017). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Rekanan
(Pt. X) Di Pt Indonesia Power Up Semarang. 5(5), 20–31.

17
Sumainar, Cecep Dani. 2014. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
Yogyakarta: Gosyeng Publishing.

18
Depkes RI. 2008. Field Book Metode dan Media Promosi Kesehatan.
Jakarta: Depkes RI.
31

Tabel 3.1 Definisi Oprasional

Variable Devinisi Alat Ukur Hasil ukur Sekala


Operasional Pengukuran
Pendidikan Tingkat pemahaman Kuesioner keselamatan untuk setiap Nominal
keselamatan Responden menjawab dan jawaban yang
dan Pertanyaan mengenai kesehatan kerja (K3) YA akan
kesehatan Keselamatan dan Menggunakan kuesioner diberikan nilai 1
kerja (K3) kesehatan kerja berjumlah 8 pertanyaan dan untuk
meliputi : pengertian, jawaban yang
jenis-jenis, penyebab, TIDAK akan
dll. diberikan nilai
Pendidikan kesehatan 0.
keselamatan dan
kesehatan kerja adalah
pemberian informasi

K3
kepada

Nelayan
menggunakan metode
ceramah, demonstrasi
dan diskusi pengukuran

diberikan
pada 1 kali pertemuan
dengan durasi
waktu 30
menit.Pretest
merupakan
pengetahuan responden
dimana yang diukur
yaitu sebelum
dilakukan penyuluhan
dan posttest merupakan
pengukuran responden
setelah dilakukan
penyuluhan.

Kepatuhan Perilaku Nelayan yang a. Kkuesioner untuk setiap Nominal


Menggunak taat terhadap Kepatuhan jawaban yang
an APD pemakaian APD menggunakan alat YA akan
(tudung kepala, pelindung diri diberikan nilai 1
masker, apron, sepatu Menggunakan dan untuk
safety) kuesioner berjumlah jawaban yang
8 pertanyaan TIDAK akan
b. Llembar observasi diberikan nilai
menggunakan APD 0.
Menggunakan
kuesioner berjumlah
6 pertanyaan
32

E. Rencana Penelitian

1. Jenis Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

penelitian yang peneliti gunakan ini masuk dalam kategori metode

penelitian kuantitatif.) Metode kuantitatif dinamakan metode

tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga

sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Adapun metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre- Eksperimen.

bahwa penelitian Pre- Eksperimen hasilnya merupakan variabel

dependen bukan semata-mata dihubungani oleh variabel independen.

Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel

tidak dipilih secara random (sampel jenuh).20

Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian

dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah One-Group Pretest-Posttest. Dalam desain ini, sebelum perlakuan

diberikan terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal) sebelum

diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan sampel diberi

posttest (tes akhir). Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

Skema 3.1 Desain Penelitian

Rumus One Groups Pretest-Posttest Design :

O1 X O2.1 O2.2
20
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.
33

Keterangan

O1 : Pengukuran kepatuhan menggunakan APD sebelum diberikan


pendidikan kesehatan digunakan sebagai data pre-test
X : Pemberian pendidikan kesehatan
O2.1 : Pengukuran kepatuhan menggunakan APD setelah diberikan
pendidikan kesehatan digunakan sebagai data post-test Tahap 1
O2.2 : Pengukuran kepatuhan menggunakan APD setelah diberikan
pendidikan kesehatan digunakan sebagai data post-test Tahap 2

Kegiatan Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan

pendidikan kesehatan keselamatan kerja (K3) terhadap kepatuhan

menggunakan alat pelindung diri pada nelayan. Melalui eksperimen ini,

peneliti ingin mengetahui bahwa pendidikan kesehatan keselamatan kerja

(K3) dapat mengurangi Kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) Pada

nelayan.

2. Pendekatan waktu dan penelitian

a. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni s/d Agustus 2023.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada kelompok nelayan yang terletak di

Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara

F. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian


34

yang dapat berupa: orang, benda, suatu hal yang di dalamnya dapat

diperoleh dan atau dapat memberikan informasi atau data penelitian.21

Penelitian ini merupakan seluruh KUB Nelayan Dharma Laut di Desa

Kedung Kecamatan Kedung yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non

probality sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. menyatakan bahwa sampling

purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Dari populasi sebanyak 30 orang nelayan, peneliti mengambil

sampel 30 orang nelayan.

3. Teknik Sampling

Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampling jenuh

merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Pada hal ini seluruh KUB Nelayan Dharma

Laut di Desa Kedung Kecamatan Kedung yang berjumlah 30 orang.

21
Notoatmodjo, S . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
35

a. Kreteria Inklusi

1) Tercatat sebagai KUB Nelayan Dharma laut

2) Hadir pada waktu penelitian

3) mengikuti seluruh rangkaian proses penelitian secara lengkap

(mengisi soal pre test, mengikuti ceramah diskusi dan post test)

b. Kriteria Eksklusi kriteria eksklusi itu bukan kebalikan

inklusi,tapi yg sudah masuk dlm kriteria inklusi namun

tidak bisa menjadi sampel, misal: pekerjabyg hadir saat

penelitian namun tidak mengikuti pretest.

1) Pekerja yang Sedang cuti

2) Pekerja yang tidak hadir dalam pemberian

pendidikan Kesehatan Keselamatan kerja.

G. Jenis Data dan Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data pada pengumpul data.Data diperoleh dari hasil pengukuran

pengetahuan menggunakan kuesioner pre-test dan post-test

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yang sudah teruji

validitas dan realibilitasnya.

1) Uji Validitas
36

Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrument dalam mengumpulkan data

Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas untuk

kuesioner tingkat kepatuhan, karena peneliti mengadopsi kuesioner

yang telah dilakukan Uji validitas menggunakan SPSS 21 dengan

menggunakan metode Alpha-Cronbach dengan membandingkan

nilai r hitung dengan r tabel yang ditentukan sesuai jumlah

responden yang diuji dengan tingkat signifikansi 5% (0,05). Item

instrument dianggap valid atau relevan jika r hitung > r tabel yang

telah ditentukan.

2) Uji Realibilitas

Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta kenyataan tadi diukur atau diamati berkali-

kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2013). Dalam

penelitian ini peneliti tidak melakukan uji reliabilitas untuk

kuesioner tingkat Kepatuhan, karena peneliti mengadopsi kuesioner

yang telah dilakukan oleh Putri (2018). Hasil uji reliabilitas pada

kuesioner tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa Cronbach

alpha sebesar 0,950, yang berarti pertanyaan pada kuesioner

dinyatakan sangat reliabel.

b. Data Sekunder
37

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data pada pengumpul data yang diperoleh dari literatur, buku dan

lainnya (Sugiyono, 2018). Data sekunder meliputi data identitas

sampel yaitu nama, umur, jenis kelamin, masa kerja.

H. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2010). Dalam

melakukan penelitian ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan

penelitian yaitu mempersiapkan prosedur pengumpulan data. Adapun

langkah-langkah adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan perijinan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

ijin kepada pihak yang berwewenang di tempat penelitian yaitu

ketua program studi ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Hakli

Semarang.

b. Menyerahkan surat ijin kepada KESBANGPOL

c. Menyerahkan surat ijin dari KESBANGPOL ke DISPERINDAG

d. DISPERINDAG merekomendasikan penelitian di Kelompok

nelayan Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.

e. peneliti menyeleksi responden dengan pedoman pada kriteria

sampel yang sudah ditentukan

f. Responden menandatangani surat pernyataan persetujuan.

g. Melakukan pre dan post test

I. Metode Pengolahan Dan Analisa Data


38

1. Pengolahan Data

a. Data Tingkat kepatuhan


Pengukuran hasil survey menggunakan kuesioner terdapat
16 butir pertanyaan. Penilaian pada kuesioner ini, dengan skor
“Benar = 1 dan Salah = 0”. Rumus yang digunakan untuk
mengukur jawaban yang didapat dari kuesioner menurut Arikunto
(2017), yaitu:

Rata -Rata =

menentukan "patuh" jika ....


"tidak patuh" jika ....
b. Editing atau mengedit data
Editing adalah tahapan peneliti melakukan koreksi data
untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban
kuisioner, angket dan pengamatan dari lapangan. Hal ini dilakukan
ditempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera
dapat dilengkapi.
c. Coding
Setelah editing, selanjutnya akan dilakukan coding. Coding
setelah semua kuisioner atau hasil pengamatan diedit dan disunting
selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yakni mengubah
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
d. Entering
Entry adalah memasukkan data yang diperoleh ke dalam
program atau software komputer. Paket program yang digunakan
untuk entry data adalah paket program SPSS for windows
e. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel
kemudian dianalisa dengan proses penyederhanaan data ke dalam
39

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan


2. Melakukan teknis analisis Data

Melakukan teknis analisis, khususnya terhadap data

penelitian digunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan

dengan tujuan dari data yang ada untuk dianalisis.

a. Analisis univariat
Analisis univariat yaitu analisis yang menggambarkan
secara tunggal variabel-variabel penelitian baik variabel bebas
maupun variabel terikat dalam bentuk distribusi frekuensi yang
diteliti berkaitan dengan tingkat Kepatuhan dalam mengunakan
APD yang hasil akhirnya akan disajikan berupa tabel, tulisan,
ataupun grafik.
b. Analisis bivariate
Analisa bivariat adalah analisa pada dua variabel yang
diduga mempunyai hubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2015).
1) uji statistik Chi Square
Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pendidikan kesehatan keselamatan
kerja terhadap tingkat kepatuhan dalam menggunakan alat
pelindung diri pada nelayan di Kecamatan Kedung
Kabupaten Jepara. dengan menggunakan uji statistik Chi
Square dengan batasan kemaknaan α = 0,05.
Rumus dari uji Chi-Square adalah :

Keterangan :
(Observed = 0) : Frekuensi yang diamati
(Expected = E) : Frekuensi yang diharapkan
X² : Chi Square = Kai Kuadrat
40

(O–E) : Perbedaan dengan pengamatan


dengan yang diharapkan (Budiarto, E. 2014).
Berdasarkan perbandingan chi-square uji dan tabel :
a) Jika chi – square hitung < dari chi square tabel , maka
Ho diterima
b) Jika chi – square hitung > dari chi- square tabel, maka
Ho ditolak
Berdasarkan probabilitis :
a. Jika probabilitas ( P ) ≤ α ( 0,05 ) Ho ditolak
b. Jika probabilitas ( P ) > α ( 0,05 ) Ho diterima .
2) Uji – T
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

uji T dengan taraf signifikan 0,05, Uji – t dapat

digunakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dalam

menggunakan alat pelindung diri pada nelayan. Kemudian

untuk pengujian normalitas dilakukan dengan uji statistik

independent t-test jika data berdistribusi normal dan bila

data tidak berdistribusi normal mengunakan Uji Wilcoxon

test.
41

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai