Anda di halaman 1dari 58

HUBUNGAN POTENSI BAHAYA BERDASARKAN METODE HIRADC

DENGAN KEJADIAN KASUS KECELAKAAN KERJA


PADA PEKERJA PROYEK DI RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

PROPOSAL

OLEH :

NURUL SYAFDIAH
NPM : 19.21.074

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian Dengan Judul :

HUBUNGAN POTENSI BAHAYA BERDASARKAN METODE HIRADC


DENGAN KEJADIAN KASUS KECELAKAAN KERJA
PADA PEKERJA PROYEK DI RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

Yang Dipersiapkan Oleh :

NURUL SYAFDIAH
NPM : 19.21.074

Proposal Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diseminarkan


Dihadapan Peserta Seminar Dan Penguji Proposal Penelitian Pada Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Pembimbing,

Dr. Ns. Rotua Sumihar Sitorus, S.Kep,


M.Kes NPP.06.22.29.08.1969
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal penelitian dengan judul :

HUBUNGAN POTENSI BAHAYA BERDASARKAN METODE HIRADC


DENGAN KEJADIAN KASUS KECELAKAAN KERJA
PADA PEKERJA PROYEK DI RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

Oleh:
NURUL SYAFDIAH
NPM : 19.21.074

Proposal Ini Telah Diseminarkan Dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat
UntukMemproleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)

Tim Penguji: Lubuk Pakam, 17 April 2023

1.1 Fadlilah Widyaningsih, SKM,


M.Kes.- NPP: 03.10.09.06.1988

1.2 apt. Suci Wulandari,


S.Farm.,MKM.- NPP:
06.19.27.01.1997

1.3 Dr. Ns. Rotua Sumihar Sitorus, S.Kep,


M.Kes,- NPP: 06.22.29.08.1969

Disahkan Oleh

Dekan Ketua Program Studi

Dr.dr. Felix Kasim, M.Kes,- Irmayani, SKM, MPH,-


NPP.03.19.06.04.1968 NPP.03.12.25.03.1987
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya penjatkan kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa

atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

proposal ini yang berjudul : “Hubungan Potensi Bahaya Berdasarkan Metode

HIRADC Dengan Kejadian Kasus Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Proyek Di

Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam”.

Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini penulis banyak menghadapi

kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak terkait, akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan. Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes, Selaku Ketua Yayasan Medistra

Lubuk Pakam.

2. Drs. David Ginting, M. Pd, M.Kes, Selaku Rektor Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam.

3. Reny Aprinawaty Sirait, SKM, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

4. Raisha Octavariny, SKM, M.Kes, Selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Medistra Lubuk Pakam.

5. Irmayani, SKM, M.PH, Selaku Sekretaris Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Msayarakat Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam

6. Dr. Ns. Rotua Sumihar Sitorus, S.Kep.,M.Kes sebagai dosen pembimbing

saya yang membantu dan mengarahkan saya dalam proses pembuatan

proposal ini.

i
7. Seluruh Staff Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam.

8. Kepada Orang Tua Peneliti Ayah, Ibu dan Adik-adik saya yang telah

memberikan motivasi dan dukungan baik dari segi materi maupun lainnya

serta mendoakan peneliti selama proses pendidikan sehingga peneliti

semangat dalam menyelesaikan pendidikan.

9. Kepada rekan-rekan Mahasiswa/i khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat

yang merupakan teman seperjuangan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Lubuk Pakam, 17 April 2023


Peneliti

NURUL SYAFDIAH
19.21.074

ii
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................iii
Daftar Gambar.................................................................................................iv
Daftar Tabel.......................................................................................................v
Daftar Lampiran..............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kecelakaan Kerja.................................................................................9
2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja....................23
2.3. Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control. . .25
2.4. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep.............................................32
2.5. Hipotesis............................................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................34
3.2. Lokasi dan Waktu Peneltian.............................................................34
3.3. Populasi dan Sampel.........................................................................35
3.4. Metode Pengumpulan Data...............................................................36
3.5. Metode dan Definisi Operasional......................................................39
3.6. Metode Pengukuran Data..................................................................39
3.7. Pengolahan dan Analisis Data...........................................................40

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................42

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Teori Domino Heinrich..............................................................11


Gambar 2.2. Kerangka Teori...........................................................................32
Gambar 2.3.Kerangka Konsep........................................................................33

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kegiatan Penelitian........................................................................35


Tabel 3.2. Definisi Operasional......................................................................39

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Bersedia Menjadi Responden..................................44


Lampiran 2. Pernyataan Menjadi Responden....................................................45
Lampiran 3. Pertanyaan Menjadi Responden....................................................46

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan bisnis di era abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan

mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Setiap pelaku usaha di setiap

kategori bisnis dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang

terjadi dan menempatkan orientasi kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan

utama (Kotler, 2005). Meningkatnya persaingan di bidang jasa konstruksi

menuntut perusahaan untuk meningkatkan kinerja pada setiap tahapan

penyelesaian proyek, agar tidak terjadi keterlambatan pelaksanaan dan

penyelesaian proyek. Salah satu faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan dan

penyelesaian proyek konstruksi adalah terjadinya kecelakaan industri.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan yang dapat terjadi

secara tidak terduga, mempersulit pekerjaan, merusak harta benda, mencederai

pekerja dan merusak area kerja. Kecelakaan tidak hanya menyebabkan cedera diri,

tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan material dan peralatan yang ada

(Muhtia dkk, 2020).

Menurut PT Jamsostek, lingkungan industri merupakan tempat yang

memiliki angka kecelakaan tertinggi. Adapun potensi bahaya yang dapat terjadi

seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, dan keracunan. Berdasarkan data

BPJS Ketenagakerjaan tahun 2019 tercatat 114.235 kasus kecelakaan kerja.

Sedangkan pada tahun 2020, BPJS mencatat 177.161 kecelakaan kerja, 53 kasus

penyakit akibat kerja yang dimana 11 diantaranya adalah kasus Covid-19. BPJS

1
2

Ketenagakerjaan Sumatera Utara melaporkan pada Januari 2021 terjadi 1.272

kecelakaan kerja dengan santunan Rp 8,128 miliar.

Berdasarkan riset National Safety Council penyebab kecelakaan kerja

sebesar 88% terjadi akibat unsafe action (perilaku manusia yang tidak aman)

dimana perilaku tersebut terjadi karena presepsi dan keyakinan para pekerja yang

merasa sudah ahli dibidangnya dan didukung dengan peristiwa kecelakaan kerja

tersebut belum pernah terjadi selama bekerja sehingga tingkat kepedulian menjadi

kurang (Muhtia, 2020). Ditambah lagi dengan kurangnya perhatian aspek K3 dan

penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja yang masih dianggap beban

biaya perusahaan (Marpaung, 2018).

Menurut UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan

kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang

mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan

kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Faktor penyebab kecelakaan

kerja dapat dibagi menjadi tiga, yaitu faktor manusia, faktor lingkungan dan

faktor peralatan. Faktor manusia disebabkan oleh perilaku manusia yang ceroboh,

kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta tidak

patuhnya pekerja terhadap SOP yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Faktor

lingkungan berkaitan dengan lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan standar

keamanan serta kondisi cuaca di lokasi kerja. Sedangkan faktor peralatan

disebabkan oleh umur alat yang sudah tua serta posisi letak alat yang aman

sehingga potensi alat terkena oleh manusia semakin kecil. Oleh karena itu untuk

mengurangi kecelakaan kerja dibutuhkan suatu disiplin ilmu guna mengurangi

kecelekaan kerja guna teciptanya tempat kerja yang aman dari bahaya.berdasarkan
3

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) memegang peranan penting di perusahaan,

agar karyawan dapat merasa aman saat bekerja, dan perusahaan tidak mengalami

kecelakaan kerja. K3 adalah kondisi yang harus diterapkan di tempat kerja dalam

semua cara berbasis pengetahuan yang berguna untuk melindungi pekerja.

Kecelakaan di tempat kerja harus dicegah secara permanen sesuai dengan

peraturan dan standar perundang-undangan yang ditetapkan (Ramadhan dkk,

2020).

Menurut Standar (Depnaker RI, 1996), perusahaan harus mengembangkan

manajemen risiko berdasarkan identifikasi bahaya dan penilaian risiko, yang

dirinci dan diatur dalam program K3, sehingga karyawan dapat melaksanakan

keselamatan kerja. Risiko yang muncul dianalisis dalam beberapa langkah

identifikasi untuk setiap unit kerja, setelah itu risiko dinilai menggunakan metode

yang sesuai. Salah satu metode untuk mengidentifikasi potensi risiko ini adalah

metode Hazard Identification Risk Assessment and Determining (HIRADC)

merupakan serangkaian proses dalam mengidentifikasi bahaya pada kegiatan atau

proses kerja yang dilakukan baik secara rutin dan non rutin (Ramadhan, 2017).

HIRADC terdiri dari 3 fase yaitu Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk

Management (Determination of Controls).

Menurut Maulana (2018), dalam jurnal Aplikasi Metode HIRADC

sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja di Area Dok Citra

dimana outputnya adalah terdapat 83 potensi bahaya yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja dengan menggunakan metode HIRADC, maka potensi bahaya

yang sebelumnya berpotensi high atau tinggi dapat diminimalisir menjadi

bahaya medium bahkan bisa menjadi low, dengan adanya HIRADC perusahaan
4

dan pekerja dapat mengetahui bahaya apa yang mungkin terjadi pada pekerjaan

yang dilakukan serta dapat mengetahui tingkat risikonya dan tahu bagaimana

kontrol yang harus dilakukan agar memperkecil risiko tersebut sehingga

memperkecil terjadi kecelakaan kerja.

Menurut Harvin (2022) di dalam jurnal yang berjudul Analisis

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Freight Forwader Menggunakan

Metode HIRADC .Setelah dilakukan pengamatan langsung dan ditinjau dari

langkah-langkah kerja serta kuesioner yang diberikan pada masing-masing area

kerja di PT. Wardani Srikandi Karya diperolehh 24 jenis pekerjaan yang dapat di

identifikasi dan dianalisa dengan metode Hazard Identification Risk Assessment

Determine Control (HIRADC). Hasil identifikasi terhadap aktivitas kerja

dijadikan sebagai acuan melakukan pengendalian untuk menekan angka

kecelakaan atau potensi bahaya yang ada di PT. Wardani Srikandi Karya. Dimulai

dari kriteria aspek kemungkinan (Probabiity) yang sangat jarang terjadi sampai

dengan kriteria yang paling mungkin terjadi, selanjutnya aktivitas kerja yang

masuk pada kriteria tingkat keparahan (Severity) diperlukan pengendalian yang

tepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2021) dengan judul Analisis Potensi

Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendaliannya Menggunakan Metode Hazard

Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC). Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, penilaian risiko dan

pengendaliannya menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment

and Risk Control (HIRARC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 106
5

potensi bahaya pada 9 proses kerja dengan rincian sebagai berikut; 11 potensi

bahaya pada pengoperasian over head dan jib crane, 12 potensi bahaya pada

pengoperasian mesin vicorex, 6 potensi bahaya pada pengoperasian Mesin

Gerinda, 8 potensi bahaya pada pengoperasian Mesin Bor, 7 potensi bahaya pada

pengoperasian mesin gergaji potong, 7 potensi bahaya pada perawatan/perbaikan

di ketinggian, 19 potensi bahaya pada perbaikan panel overhead dan mobil crane,

20 potensi bahaya pada pembuatan panel kontrol dan 16 potensi bahaya pada

Pengisian refrigant musicool. Hasil penilaian risiko K3 pada bagian Bengkel

Utama didapatkan 69 risiko kecelakaan kerja dengan level medium to high risk

pada 9 proses kerja.

Rumah sakit Grandmed Lubuk Pakam merupakan Rumah Sakit Swasta

yang terletak di wilayah Deli Serdang. Rumah Sakit Grandmed beroperasi

dibawah naungan Yayasan Medistra sejak tanggal 9 Desember 2009. Rumah Sakit

Grandmed memiliki Visi menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan paripurna dan

terpercaya, dengan Misi memberi pelayanan yang aman, berkualitas dan

terjangkau, meningkatkan pelatihan dan pendidikan, memberi fasilitas yang

canggih untuk pasien. Proyek pembangunan lanjutan dari Rumah Sakit Grandmed

Lubuk Pakam sudah berjalan selama 6 bulan dan dalam kurun waktu tersebut

sudah terdapat 4 kasus kecelakaan kerja yang sudah dilaporkan kepada ahli K3 di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Pada Desember 2022 terdapat 3

kasus kecelakaan kerja yang mana pekerja terkena paku pada area tangan dan

pada bulan April 2023 terdapat 1 kasus kecelakaan kerja yang mana pekerja

tertimpa oleh alat kerja.


6

Berdasarkan survey awal peneliti, aktifitas yang dilakukan pekerja proyek

pembangunan di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam beresiko menyebabkan

peningkatan kasus kecelakaan kerja. Di antaranya 10 dari 40 pekerja yang telah

diwawancarai pada saat survey awal mengalami kecelakaan ringan (terkena bahan

bangunan yang berserakan, tertimpa alat kerja,dsb). Hal ini terjadi dikarenakan

para pekerja tidak menggunakan APD pada saat bekerja. Kemudian, tata letak dari

alat dan bahan yang digunakan oleh pekerja masih tidak tertata dengan baik yang

menyebabkan pekerja tersandung ataupun tertimpa.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti berinisiatif melakukan penelitian

mengenai hubungan potensi bahaya berdasarkan metode HIRADC dengan

kejadian kasus kecelakaan kerja pada pekerja proyek di Rumah Sakit Grandmed

Lubuk Pakam.

1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor bahaya dan faktor risiko penyebab kecelakaan kerja pada

pekerja proyek di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam?

2. Bagaimana penilaian risiko kecelakaan kerja pada pekerja proyek di

Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam?

3. Bagaimana pengendalian risiko kecelakaan kerja pada pekerja proyek di

Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam?


7

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah menjelaskan hubungan potensi

bahaya berdasarkan metode HIRADC dengan kejadian kasus kecelakaan kerja

pada pekerja proyek di rumah sakit Grandmed Lubuk Pakam.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini:

a. Mendeskripsikan hubungan identifikasi bahaya dengan kasus kejadian

kecelakaan kerja pada pekerja proyek di Rumah Sakit Grandmed Lubuk

Pakam.

b. Mendeskripsikan hubungan penilaian risiko dengan kasus kejadian

kecelakaan kerja pada pekerja proyek di Rumah Sakit Grandmed Lubuk

Pakam.

c. Mendeskripsikan hubungan pengendalian risiko kecelakaan kerja dengan

kasus kejadian kecelakaan kerja pada pekerja proyek di Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pekerja

Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi pekerja mengenai

penyakit akibat kerja yang timbul akibat pekerjaan, yang diharapkan dapat

mengurangi potensi bahaya kecelakaan kerja.


8

1.4.2. Bagi Pengusaha

Memberikan masukan kepada perusahaan jasa konstruksi untuk

menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik untuk mengurangi kecelakaan dan

meningkatkan kesejahteraan karyawan.

1.4.3. Bagi Instansi Pendidikan

Menambah bahan informasi atau data pada perpustakaan Institut

Kesehatan Medistra Lubuk Pakam sebagai sumber literatur bagi mahasiswa dalam

pengembangan program sarjana.

1.4.4. Bagi Peneliti

Sebagai pengaplikasian ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam dan

acuan atau bahan masukan untuk peneliti selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan Kerja

2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan

kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak

dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan, dikatakan

tidak terduga karena di belakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur

kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa

kecelakaan disertai kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari

skala paling ringan sampai paling berat (Suma’mur, 2009)

Menurut Tarwaka (2016) kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa

yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak

terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan

selalu disertai kerugian baik fisik maupun material. Selalu menimbulkan kerugian

dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya akan dapat menyebabkan gangguan

proses kerja.

9
10

2.1.2. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Teori Efek Domino oleh Heinrich (1931), kecelakaan kerja

terjadi melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab

kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan

kerja serta beberapa kerugian lainnya. Terdapat faktor-faktor penyebab

kecelakaan kerja antara lain penyebab langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak

langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja. (Ridley, 2008).

Dalam teori domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang

saling berhubungan, yaitu:

1. Kondisi kerja

Kondisi kerja mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan

yang kurang atau mencakup sifat seseorang seperti keras kepala.

2. Kelalaian manusia

Kelalaian manusia meliputi stress, motivasi rendah, konflik, masalah yang

berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai dan lain-lain.

3. Tindakan dan kondisi tidak aman

Tindakan tidak aman seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja,

tidak menggunakan alat pelindung kerja (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di

tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan

dengan risiko tinggi dan berbahaya dan lain sebagainya. Sedangkan kondisi tidak

aman meliputi pencahayaan yang kurang, APD kurang layak pakai atau tidak

tersedianya APD lengkap dan tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja.


11

4. Kecelakaan

Kecelakaan kerja seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja,

terkena alat, kontak langsung dengan sumber bahaya, dan lain sebagainya.

5. Dampak kerugian

Dampak kerugian bias berupa:

a. Pekerja : cedera, cacat, meninggal.

b. Pengusaha : biaya langsung dan tidak langsung.

c. Konsumen : ketersediaan produk.

Kelima faktor ini layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu

jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lainnya sehingga kelimanya akan roboh

secara bersama. Gambaran teori domino Heinrich bisa dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 2.1 Teori Domino Heinrich


(Sumber: pusdiklatk3.com)

Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah

menghilangkan sikap dan kondisi tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan

analogi efek domino, jika kartu ketiga tidak ada lagi, seandainya kartu kesatu dan

kedua jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu. Adanya Gap atau

jarak dari kartu kedua dengan kartu keempat, jika kartu kedua jatuh, ini tidak akan

sampai meruntuhkan kartu keempat. Pada akhirnya, kecelakaan (kartu keempat)


12

dan dampak kerugian (kartu kelima) dapat dicegah. Pencegahan terjadinya

kecelakaan kerja dengan menghilangkan salah satu faktor penyebab terjadinya

kecelakaan kerja.

2.1.3. Sumber dan Tipe Kecelakaan Kerja

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Pengawasan Ketenagakerjaan No.84 (1998) menyebutkan bahwa sumber dan tipe

kecelakaan adalah sebagai berikut:

1. Sumber kecelakaan kerja

a. Mesin (mesin pons, mesin press, gergaji, mesin bor, mesin tenun,

dan lain-lain).

b. Penggerak mula dan pompa (motor bakar, pompa

angina/kompresor, pompa air, kipas angin, penghisap udara, dan

lain-lain).

c. Lift (lift untuk orang atau barang baik yang digerakkan dengan

tenaga uap, listrik, hydraulic, dan lain-lain).

d. Pesawat angkat (keran angkat, derek, dongkrak, takel, lir, dan lain-

lain)

e. Conveyor (ban berjalan, rantai berjalan, dan lain-lain).

f. Pesawat angkut (lori, forklift, gerobag, mobil, truck, cerobong

penghantar, dan lain-lain).

g. Alat transmisi mekanik (rantai, pulley, dan lain-lain).

h. Perkakas kerja tangan (pahat, palu, pisau, kapak, dan lain-lain).


13

i. Pesawat uap dan bejana tekan (ketel uap, bejana uap, pemanas air,

pengering uap, botol baja, tabung bertekanan, dan lain-lain)

j. Peralatan listrik (motor listrik, generator, transformator, ornament,

listrik, zakering, sakelar, kawat penghantar, dan lain-lain).

k. Bahan kimia (bahan kimia yang mudah meledak atau menguap,

beracun, korosif, uap logam, dan lain-lain).

2. Tipe kecelakaan

a. Terbentur (pada umumnya menunjukan kontak atau persinggungan

dengan benda tajam atau benda keras yang mengakibatkan

tergores, terpotong, tertusuk, dan lain-lain).

b. Terpukul (pada umumnya karena yang jatuh, meluncur, melayang,

bergerak, dan lain-lain).

c. Tertangkap pada, dalam, dan diantara benda (terjepit, tergigit,

tertimbun, tenggelam, dan lain-lain).

d. Jatuh dari ketinggian yang sama.

e. Jatuh dari ketinggian yang berbeda.

f. Tergelincir.

g. Terpapar (pada umumnya berhubungan dengan temperatur, tekanan

udara, getaran, radiasi, suara, cahaya, dan lain-lain).

h. Penghisapan, penyerapan (menunjukkan proses masuknya bahan

atau zat berbahaya ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan


14

i. ataupun kulit dan yang pada umumnya berakibat sesak nafas,

keracunan, mati lemas, dan lain-lain).

j. Tersentuh aliran listrik.

2.1.4. Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak,

cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor

Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh

yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:

 Kepala: mata.

 Leher.

 Batang tubuh: bahu, punggung.

 Alat gerak atas: lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari

tangan.

 Alat gerak bawah: lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki 

Sistem tubuh.

Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh

yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program untuk

mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata

dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk

menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.


15

2.1.5. Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang

ditimbulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat

kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan

statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan yang digunakan

berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1

(1990). Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:

 Cidera fatal (fatality) Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau

penyakit akibat kerja.

 Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) Adalah

suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan

hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja

tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari kerja.

 Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) Adalah

semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja

karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga

termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode

sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja

alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220

kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut

terjadi.

 Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)

Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
16

 Pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang

sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan kerja

pola atau jadwal kerja.

 Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury) Kecelakaan kerja

ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang

ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki kualifikasi untuk

memberikan pertolongan pada kecelakaan.

 Cidera ringan (first aid injury) Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja

yang ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan

setempat, con Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury

Incident) Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan

bahaya pembuangan limbah.toh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-

lain.

2.1.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan haruslah dilakukan, agar dapat menekan tingkat

kecelakaan tenaga kerja ditempat kerja. Umumnya kejadian kecelakaan kerja

disebabkan kesalahan manusia (human error).

Menurut Sedarmayanti (2011:129), dalam kecelakaan kerja dapat

dikelompokkan menjadi empat yaitu:

1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja.

2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.


17

3. Kecelakaan diperjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan

sebaliknya, melalui jalan yang wajar).

4. Penyakit akibat kerja.

Maka dari itu perusahaan perlu melakukan tindakan pencegahan

kecelakaan yang mungkin terjadi terhadap tenaga kerja. Tindakan pencegahan

kecelakaan bertujuan untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan hingga

mutlak minimum.

Menurut Sedarmayanti (2011:138), salah satu pencegahan kecelakaan

dimulai dengan pemeliharaan lingkungan kerja, lingkungan kerja yang buruk

dapat menurunkan derajat kesehatan dan daya kerja karyawan. Dengan demikian

perlu ada upaya pengendalian untuk mencegah, mengurangi bahkan menekan agar

hal demikian tidak terjadi.

Menurut Ridley (2006:178), untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja

perlu dilakukan upaya menghilangkan bahaya yang ada pada tempat kerja, apabila

tidak dapat dihilangkan, tindakan pengendalian harus diimplementasikan untuk

meminimalkan resiko dari bahan-bahan kimia yang dihadapi pekerja. Tujuan

utama tindakan-tindakan pencegahan ini haruslah untuk melindungi seluruh

karyawan perusahaan. Ada beberapa prinsip pencegahan kecelakaan menurut

Ridley (2006:113), yaitu:

1. Mengidentifikasi bahaya. Dalam mengidentifikasi bahaya, meliputi teknik-

teknik yang harus dilakukan, yaitu:

a. Melakukan inspeksi

b. Melalui patrol dan inspeksi keselamatan kerja

c. Laporan dari operator


18

d. Laporan dalam jurnal-jurnal teknis.

2. Menghilangkan bahaya

a. Dengan sarana-sarana teknis

b. Mengubah material

c. Mengubah proses

3. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak

dapat dilakukan:

a. Dengan saran teknis dan memodifikasi perlengkapan

b. Pemberian pelindung/kumbung

c. Pemberian alat pelindung diri (personal protective equipment)

4. Melakukan penelitian resiko residual.

5. Mengendalikan resiko residual.

Menurut Sedarmayanti (2011:133), tindakan pencegahan kecelakaan dapat

dilakukan diantaranya dengan program tri-E (program triple E) yang terdiri dari:

1. Teknik (Engineering) Adalah tindakan pertama yang melengkapi semua

perkakas dan mesin dengan alat pencegah kecelakaan (safety guards).

2. Pendidikan (Education) Adalah perlu memberikan memberikan pendidikan dan

latihan kepada para pegawai untuk menanamkan kebiasaan bekerja dan cara kerja

yang tepat dalam rangka mencapai keadaan yang aman (safety) semaksimal

mungkin.

3. Pelaksanaan (Enforcement) Adalah tindakan pelaksanaan, yang memberi

jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan dilaksanakan. Selain itu upaya

pencegahan kecelakaan yaitu dengan memberikan pelatihan mengenai

keselamatan dalam bekerja kepada karyawan. Pelatihan dapat memberikan


19

pemahaman dan pengetahuan kepada karyawan bahwa pentingnya keselamatan

dalam bekerja sehingga tidak terjadinya kecelakaan akibat kerja.

Menurut Moekijat (2010:76), Pelatihan adalah sesuatu yang terusmenerus

dilakukan, karena pendidikan seseorang itu pada hakikatnya tidak pernah

berakhir. Selalu ada sesuatu yang perlu dipelajari. Pelatihan bagi karyawan dapat

mendorong karyawan untuk bekerja terus dengan sebaik-baiknya dan dapat

membantu menambah hasil pekerjaannya.

Menurut Moekijat (2010:73), tujuan dari pelatihan karyawan adalah

sebagai berikut:

a. Karyawan baru diberi pelajaran mengenai apa yang diperlukan dalam

jabatan tertentu yang ia harus mengerjakannya sehingga ia dapat secepat-

cepatnya memenuhi standar hasil pekerjaan yang akan menambah

nilainnya terhadap organisasi.

b. Pelatihan memungkinkan pegawai baru memperoleh pengetahuan lebih

banyak dan lebih luas, jadi berarti menambah kecakapan karyawan.

c. Jika karyawan telah diberi pelatihan sewajarnya, maka kecelakaan kerja

yang tidak baik dan kerusakan mesin-mesin dan perlengkapan

perlengkapan lainnya dapat diperkecil.

d. Pelatihan membantu karyawan menyesuaikan diri dengan metodemetode

dan proses-proses baru yang terus-terusan diadakan.

Pelatihan yang baik mengurangi rasa tidak puas, absensi dan perpindahan

karyawan, karena pelatihan membantu mempergunakan kecakapan seseorang

sepenuh-penuhnya, baik karyawan lama maupun karyawan baru


20

Pelatihan karyawan tersebut tidak dapat dicapai apabila pemimpin tidak sadar

akan pentingnya pelatihan yang sistematis dan karyawankaryawan sendiri tidak

sadar bahwa mereka akan mendapat keuntungan dengan adanya pelatihan.

Beberapa upaya-upaya pencegahan kecelakaan juga dapat dilakukan dengan

berbagai cara, diantaranya adalah:

1. Memberikan penanda dan isyarat keselamatan kerja Penanda dan isyarat

digunakan agar karyawan lebih mengetahui apa saja yang menjadi bahaya

ditempat kerja. Menurut Ridley (2006:98), untuk mencegah terjadinya kecelakaan

maka perusahaan perlu memberikan penanda dan isyarat keselamatan kerja.

Penggunaan papan penanda keselamatan yang benar di tempat kerja dapat:

a. Menggalakkan instruksi-instruksi dan aturan-aturan keselamatan kerja.

b. Memberikan informasi atas resiko dan tindakan pencegahan yang harus

diambil.

Terdapat tiga kelompok penanda keselamatan yang dapat digunakan

ditempat kerja diantaranya yaitu:

a. Penanda keselamatan kerja yang digunakan untuk memberikan informasi

dalam kondisi kerja normal.

b. Penanda peringatan bahaya digunakan untuk mengidentifikasi beberapa

substansi berbahaya dan perlu dimasukkan sebagai bagian dari pelabelan

substansi-substansi berbahaya.

c. Papan Hazchem digunakan untuk memberikan peringatan dalam kondisi

darurat mengenai sifat substansi-substansi yang mungkin terlibat dalam

kebakaran atau kecelakaan di jalan raya. Untuk kendaraan transportasi

telah dilengkapi dengan sebuah kartu trem yang dipegang pengemudi.


21

2. Memberikan pemahaman kepada karyawan untuk selalu berhati-hati dalam

bekerja. Perusahaan harus memberikan pemahaman kepada karyawan bahwa

pentingnya bekerja dengan hati-hati agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan

akibat kerja. Menurut Sedarmayanti (2011:125), untuk meningkatkan kesadaran

akan pentingnya keselamatan kerja yaitu selalu berhatihati dalam bekerja dapat

dilakukan dalam beberapa cara yaitu:

a. Pengarahan singkat yang dilakukan oleh pihak perusahaan setiap hari

sebelum bekerja.

b. Memberi pengertian kepada karyawan mengenai cara bagaimana mereka

harus bekerja dengan benar, (tepat, cepat dan selamat).

c. Meyakinkan karyawan bahwa keselamatan kerja mempunyai dasar yang

sama pentingnya dengan kualitas/ mutu dan target.

d. Member pengertian kepada karyawan tentang cara pelaksanaan

pengamanan kerja tanpa disertai suatu peraturan.

e. Menginsyafkan diri sendiri beserta staf, bahwa kecelakaan kerja yang

mungkin dan telah terjadi, sebenarnya dapat dihindarkan. Jika karyawan

lebih dahulu mengetahuinya dan mau mencegah segera.

f. Perlu ditekankan bahwa cara kerja yang baik dan aman merupakan

kebiasaan dan dapat dikembangkan dengan kesadaran untuk selalu berhati-

hati dalam bekerja.

3.Memberikan Sanksi kepada karyawan yang melanggar peraturan keselamatan

dalam bekerja Sanksi diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan yang

telah dibuat dan disahkan perusahaan. Menurut Ridley (2006:74), beberapa


22

langkah sanksi yang diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan

mengenai keselaman kerja diantaranya adalah:

a. Memberikan peringatan lisan kepada pekerja dengan memberi kesempatan

untuk memperbaiki kesalahan, menawarkan pelatihan tambahan jika

dipandang perlu. Selain itu, berilah kesempatan pula kepada karyawan

untuk mengemukakan argumentasinya atau keluhannya.

b. Jika tidak ada perubahan dalam diri pekerja, perusahaan berhak

mengeluarkan surat peringatan pertama berikut pernyataan kemungkinan

konsekuensinya jika tidak diikuti, misalnya pemecatan.

c. Memberikan surat peringatan kedua yang mengulangi pernyataan yang

diberikan pada surat peringatan pertama.

d. Memberikan surat peringatan terakhir beserta pernyataan tentang

kemungkinan pemecatan.

e. Jika tidak juga ada perubahan, perusahaan dapat melakukan pemecatan

langsung kepada karyawan tersebut.

4. Memberikan pemahaman agar karyawan mematuhi standar prosedur

keselamatan kerja Perusahaan perlu memberikan pemahaman kepada karyawan

agar karyawan dapat lebih mengetahui dan memahami bahwa pentingnya

mengikuti standar prosedur keselamatan kerja agar dapat mencegah terjadinya

kecelakaan kerja. UU No. 1 Tahun 1970 Bab VIII pasal 13 tentang Kewajiban dan

Hak Kerja yang salah satunya berbunyi: bahwa karyawan harus memenuhi dan

mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.

5. Memberikan perhatian lebih kepada karyawan yang kondisi tubuhnya melemah

Perusahaan harus melindungi karyawannya dari masalah kondisi tubuh


23

karyawan, karena apabila karyawan kondisi tubuhnya sehat maka dapat

bekerja dengan baik. Menurut Sedarmayanti (2011:165), masalah kesehatan

karyawan ada beraneka ragam jenis dan sulit dihindari. Masalah tersebut dapat

berkisar dari keadaan sakit kecil sampai keadaan sakit serius berhubungan

dengan pekerjaan yang dilakukan. Beberapa karyawan memiliki masalah

kesehatan emosional, masalah alcohol/narkoba, masalah kronis, masalah yang

tidak permanen, tetapi semua masalah yang mempengaruhi operasi

organisasional dan produktivitas karyawan.

2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja mendefinisikan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat

SMK3 adalah sebagai bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah

segala kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja.
24

2.2.2. Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Selain berperan dalam memperbaiki kondisi kerja dan memastikan

kesejahteraan pekerja, penerapan K3 yang baik juga berperan dalam menurunkan

angka kesakitan, absensi, kecacatan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pekerja

yang sehat akan cenderung memiliki motivasi yang besar dalam bekerja untuk

menghasilkan produk atau memberikan layanan yang berkualitas yang secara

tidak langsung juga turut berperan dalam meningkatkan produktifitas perusahaan.

Pengusaha memiliki tanggung jawab terhadap penyelenggaraan SMK3

yang merupakan salah satu pendekatan yang berguna untuk memenuhi kewajiban

dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan pekerja. SMK3 menyajikan

kerangka kerja dalam memahami dan mengendalikan risiko di tempat kerja

dengan cara menghilangkan maupun meminimalkan risiko melalui langkah-

langkah pencegahan dan perlindungan yang efektif, serta bagaimana

memanfaatkan peluang K3 untuk mencegah terjadinya cedera yang berkaitan

dengan pekerjaan untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat (18).

Tujuan SMK3 telah disebutkan pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3 sebagaimana berikut:

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang terencana, terukur,

terstruktur, dan terintegrasi.

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/ buruh, dan/ atau serikat

pekerja/ serikat buruh.

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas.
25

2.3. Hazard Identification Risk Assessment and Detrmining Control (HIRADC)

Dalam melakukan penerapan K3 dapat dimulai dengan melakukan perencanaan

yang baik diantaranya, identifikasi bahaya (hazard identificatiom) proses ini dapat

terjadi pada aktivitas yang sering dilakukan maupun jarang dilakukan di

perusahaan/industri, penilaian risiko (risk assessment) yang digunakan untuk

menilai risiko tersebut dapat diterima oleh pekerja atau tidak, serta pengendalian

risiko (determining control) sebagai upaya dalam mengurangi risiko akibat

terjadinya kecelakan kerja. ketiga elemen ini dapat disingkat menjadi HIRADC

yang merupakan bagian dari sistem manajemen K3 yang berkaitan dengan upaya

pencegahan dan pengendalian bahaya keseluruhan proses ini disebut dengan

manajemen risiko (risk management) (Indragiri, 2018).

2.3.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi bahaya merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

perusahaan untuk mengetahui risiko yang mungkin terjadi didalam kegiatan yang

dilakukan oleh suatu organisasi atau perorangan. Tujuannya untuk mengurangi

peluang terjadinya kecelakaan, sebagai pemahaman bagi semua pihak pekerja,

landasan strategi pencegahan dan pengamanan, serta sebagai arsip informasi pada

pihak yang berkaitan (Department of Occupational Safety and Health, 2008).

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi bahaya,

yaitu observasi/survei, inspeksi, monitoring, audit, kuesioner, data statistic, dan

konsultasi dengan pekerja (Siswanto, 2009). Adapaun Teknik identifikasi bahaya

yang dapat dilakukan yaitu:


26

1. Teknik pasif

Teknik ini digunakan pada bahaya yang mudah diketahui. Contohnya kita

mengalaminya sendiri secara langsung. Namun metode ini sangat rawan untuk

digunakan karena jika suatu perusahaan belum mengalami kecelakaan atau

kejadian lainnya, tidak menutup kemungkinan perusahaan itu aman dan tidak

berbahaya.

2. Teknik semi proaktif

Teknik ini dilakukan dengan cara melihat dari pengalaman orang lain agar

dapat mengetahui adanya suatu bahaya.

3. Teknik proaktif

Metode ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan karena dalam

mengidentifikasi bahaya dilakukan dengan cara mencari bahaya sebelum bahaya

tersebut dapat merugikan baik pekerja maupun bagi perusahaan.

Berikut teknik yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi bahaya

diantaranya: (Utami, 2017):

a. Data kecelakaan kerja

Dengan adanya data kecelakaan dapat dijadikan sumber informasi dalam

melakukan identifikasi risiko sehingga jenis-jenis risiko kecelakaan yang sering

terjadi lebih mudah untuk ditentukan.

b. Brainstorming

Brainstorming dapat dilakukan dalam menentukan risiko atau bahaya apa

saja yang diperoleh oleh pihak yang bekerja. Dengan teknik ini semakin banyak

informasi yang diperoleh maka semakin banyak jenis-jenis risiko dan bahaya yang

dapat diidentifikasi.
27

c. What if

Teknik ini juga bersifat brainstorming, karena semua anggota akan

dipandu dengan kata “what-if” yang bertujuan untuk mengidentifikasi

kemungkinan yang mungkin timbul akibat suatu pekerjaan. Setelah kemungkinan

bahaya dapat teridentifikasi, akan dilakukan penilaian terhadap kemungkinan

terjadinya penyimpaangan rancang banggunan maupun konstruksi.

d. Hazard and Operability Studies (HAZOPS)

Pada umumnya teknik HAZOP banyak digunakan pada industri kimia.

HAZOPS merupakan teknik identifikasi yang dapat digunakan untuk sistem atau

bentuk penilaian dari sebuah perancangan atau proses yang telah ada kemudian

dilakukan identifikasi dan evaluasi disetiap masalah yang mewakili risiko-risiko

perorangan atau peralatan.

e. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Metode ini dilakukan dengan menganalisis berbagai pertimbangan

kesalahan dari suatu sistem atau peralatan yang digunakan dan kemudian

dievaluasi dampak dari kesalahannya. Metode ini dapat memilih langkah

perbaikan untuk mengurangi konsekuensi (risk) dan kegagalan sistem (fault).

Proses identifikasi dengan FMEA dilakukan dengan cara mendaftarkan semua

bagian dari sistem dan kemudian dianalisa apa saja dampak yang terjadi jika

sistem tersebut gagal berfungsi. Setelah itu dilakukan evaluasi dengan

menetapkan konsekuensinya.

f. Job Safety Analysis (JSA)

Job safety analysis (JSA) merupakan alat yang dapat membantu dalam

mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Teknik ini berfokus pada tiap Langkah-
28

langkah kerja kemudian diidentifikasi bahayanya sebelum terjadinya kecelakaan

kerja. Setelah itu, dilakukan upaya dalam menghilangkan atau mengurangi risiko

bahaya tersebut.

g. Fault Tree Analaysis (FTA)

Pada umumnya metode ini digunakan untuk mengidentifikasi kombinasi

kegagalan peralatan dengan kesalahan manusia yang dapat mengakibatkan

kecelakaan dengan menggunakan pendekatan diagram logika secara sistimatis

yang dimulai dari kejadian puncak kemudian dilanjutkan dengan mencari faktor

penyebab kejadiannya.

2.3.2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Setelah melakukan identifikasi bahaya, kemudian potensi bahaya tersebut

perlu dianalisis untuk menentukan level risikonya masuk kedalam kategori risiko

besar, sedang, kecil, atau dapat diabaikan. Penilaian risiko (risk assessment)

adalah proses evaluasi risiko yang timbul dari adanya bahaya dengan

mempertimbangkan pengendalian yang telah dilakukan. sehingga dapat

diputuskan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak (Kridatama, 2010).

Menurut (Suardi, 2007) dalam (Yudhitira, 2018) Penilaian Risiko (Risk

Assessment) terdiri dari dua tahap proses yaitu menganalisis risiko (Risk Analysis)

dan mengevaluasi risiko (risk evaluation), dimana kedua tahapan ini penting

untuk menentukan langkah dan stategi pengendalian risiko.

a. Analisis Risiko

Analisis risiko merupakan gabungan antara peluang terjadinya bahaya (likelihood)

dan keparahan (severity).


29

1.) Peluang (likelihood)

Menurut (Suardi, 2007) dalam (Yudhitira, 2018) faktor yang dapat

mempengaruhi peluang terjadinya kecelakaan adalah berapa kali situasi terjadi,

durasi paparan, kondisi lingkungan dan peralatan, posisi pekerja terhadap bahaya,

tingkat paparan, dan jumlah orang terpapar serta keterampilan dan pengalaman

korban.

2.) Menentukan konsekuensi (Saverity)

Menurut (Suardi, 2007) dalam (Yudhitira, 2018) adapun beberapa faktor

yang dapat memepengaruhi tingkat keparahan yaitu volume material, jarak

pekerja dengan potensi bahaya, dan konsentrasi subtansi.

b. Evaluasi risiko

Evaluasi risiko dilakukan untuk menentukan apakah risiko dapat diterima

atau tidak, dengan mempertimbangkan kemampuan suatu organisasi dalam

menghadapi suatu risiko. Tahap ini dilakukan degan mengevaluasi hasil peringkat

risiko yang dihasilkan dari kombinasi antara tingkat kemungkinan dan keparahan.

kemudian level risiko akan dibagi menjadi 4 kategori yaitu rendah, sedang, tinggi,

dan sangat tinggi (supriyadi, 2015).

2.3.3. Upaya Pengendalian Risiko (Determining Control)

Upaya pengendalian risiko dilakukan untuk seluruh bahaya yang

ditemukan pada proses identifikasi bahaya dengan mempertimbangkan peringkat

risiko sehingga dapat ditentukan cara pengendaliannya. Penentuan pengendalian

mengacu pada hirarki pengendalian yang terdiri dari eliminasi, substitusi,

pengendalian teknis, administratif, dan penyediaan alat pelindung diri yang

disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan suatu organisasi. Tindakan


30

pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi kemungkinan (likelihood),

keparahan (consequence) pengalihan risiko sebagian atau seluruhnya (risk

transfer) (Intenational labour Organization, 2013). Salah satu stategi yang dapat

dilakukan dalam pengendalian risiko yaitu dengan menekan peluang terjadinya

(likelihood).

Berikut penjelasan mengenai pengendalian dengan pendekatan hirarki risiko:

1) Eliminasi

Risiko dapat dihindari dengan menghilangkan sumbernya. Seperti mesin

kompresor yang bising dimatikan sehingga tempat kerja bebas dari kebisingan.

2) Substitusi

Teknik substitusi aktivitas mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan

yang lain sehingga kecil kemungkinan kecelakaan dapat terjadi. Contohnya bahan

pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan yang lebih aman dan tidak

berbahaya.

3) Engineering control

Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara rekayasa teknis seperti

melakukan penambahan peralatan kerja dan perbaikan pada mesin.

4) Pengendalian Administratif

Pengendalian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kontak antara

penerima dengan sumber bahaya. Contohnya seperti pengendalian potensi bahaya

didalam pabrik melalui human control dengan cara memberikan pelatihan kepada

pekerja mengenai cara kerja yang aman.


31

5) Alat Pelindung Diri (APD)

APD merupakan pilihan terakhir dalam opsi pengendalian risiko.

Penggunaan APD bukan bertujuan untuk mencegah kecelakaan (likelihood),

melainkan untuk mengurangi keparahan akibat kecelakaan (severity). Sebagai

contoh, jika benda berat jatuh maka topi yang digunakan pekerja akan pecah dan

hancur sehingga tidak mampu melindungi penggunanya. Adapun Jenis APD yang

digunakan untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya terdiri dari pelindung

kepala (safety helmet), pelindung tangan (gloves), pelindung mata (googles),

pelindung telinga (ear plug/earmuff), pelindung pernapasan (respirator, masker),

pakaian pelindung dan pelindung kaki (safety shoes) (Utami, 2017).


32

2.4. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep


2.4.1. Kerangka Teori
Pada penelitian ini, kerangka teori yang disajikan pada gambar 2.2 berikut
:
Potensi Bahaya di Rumah
Sakit Grandmed Lubuk
Pakam

Unsafe Man Machine Interaction


Unsafe Actions Unsafe Conditions

HIRADC

Penerapan
Metode

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Kecelakaan
Sumber: Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian risiko K3 dengan Metode
Kerja dapat
HIRADC dalam Arif Wahyu Pratama (2022)
dikendalikan
33

2.4.2. Kerangka Konsep


Pada penelitian ini, kerangka konsep disajikan pada gambar 2.2. berikut

Potensi bahayaGambar 2.3 Kerangka KonsepKejadian Kasus


berdasarkan metode Kecelakaan Kerja
Berdasarkan
HIRADC kerangka konsep diatas, variabel independen adalah potensi

bahaya berdasarkan metode HIRADC sedangkan variabel dependennya adalah

kejadian kasus kecelakaan kerja.

Keterangan:

: Variabel

: Arah / hubungan

2.5. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

Ada hubungan potensi bahaya berdasarkan metode HIRADC

dengan kejadian kasus kecelakaan kerja pada pekerja proyek di

Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Disebut metode kuantitatif karena

data pada penelitian berupa angka-angka dan analisis statistik (Sugiyono, 2017).

Rancangan yang digunakan pada penelitian adalah cross sectional, dimana data

yang menyangkut variabel bebas (Variabel Independen) dan variabel terikat

(variabel dependen) akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan mengenai

hubungan potensi bahaya berdasarkan metode HIRADC dengan kejadian kasus

kecelakaan kerja pada pekerja proyek di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.

Adapun alasan peneliti menentukan tempat penelitian tersebut dikarenakan belum

pernah dilakukan penelitian dengan topik masalah ini di Rumah Sakit Grandmed

Lubuk Pakam. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa pada

proyek pembangunan lanjutan Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam masih

terdapat kasus kecelakaan kerja, dan peneliti berkeinginan untuk bisa mengurangi

jumlah kasus kecelakaan kerja untuk proyek pembangunan rumah sakit

selanjutnya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari bulan Desember 2022 sampai

dengan Juni 2023.

34
35

3.2.3. Kegiatan Penelitian

Uraian kegiatan penelitian disajikan pada tabel 3.1. berikut ini:

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek

yang memiliki kualitas atau karakteristik tertentu yang dipilih peneliti untuk

dipelajari lalu dapat menarik kesimpulan (Sugiyono, 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah para pekerja proyek di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam

yang berjumlah 40 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang terpilih dan mewakili

dari populasi yang ada (Sugiyono, 2017). Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu purposive sampling.


36

Penentu Jumlah sampel yang ditentukan menggunakan rumus minimal

sampel size (Lemeshow, 1997) dengan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :

n : Besar sampel minimal

N : Jumlah populasi

Z : Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI

95% d : Derajat ketepatan yang digunakan 0,1

p : Proporsi target populasi adalah

0,5 q : Proporsi tanpa atribut 1-p =

0,5

n= 1,962.40.0,5.0,5

0,12.(40-1) + 1,962.0,5.0,5

= 28 orang

Berdasarkan hasil pengambilan sampel pada rumus diatas, maka dapat ditentukan

jumlah sampel pada penelitian ini adalah 28 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti

untuk membantu proses analisa dalam penelitian melalui pengukuran langsung,

kuesioner, dan wawancara. Adapun data primer pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:
37

a. Observasi

Riyanto (2010) menyatakan “obsevasi merupakan metode pengumpulan

data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung”.

Pada penelitian ini observasi dilakukan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

para pekerja proyek pembangunan lanjutan Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam.

b. Verifikasi

Menurut Morse (2002) Verifikasi adalah proses memeriksa,

mengonfirmasi dan memastikan. Verifikasi yang dilakukan pada penelitian ini

adalah untuk memastikan bahwa draf HIRADC yang dibuat oleh peneliti sudah

sesuai dengan HIRADC yang dibuat dan diterapkan oleh organisasi yang

melakukan pembangunan pada proyek terkait.

c. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah

pertemuan yang dilakukan oleh dua orang yan bertukar informasi maupun suatu ide

dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan

atau makna dalam topik tertentu.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh/dikumpulkan dari luar data

primer yang berupa data pelengkap. Data sekunder yang diperlukan dalam

penelitian ini berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengendalian


38

bahaya K3. Adapun data sekunder pada penelitian ini adalah dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan pengendalian bahaya di proyek adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

b. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan

SMK3 .

c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.

10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan

Konstruksi.

d. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang K3

Lingkungan Kerja.

e. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2014 tentang

Penyelanggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

f. Studi literatur tentang K3.

g. Dan lain-lain.

3.5. Metode dan Definisi Operasional

Menurut Sutama (2016) definisi operasional yaitu pemberian atau

penetapan makna bagi suatu variabel dengan spesifikiasi kegiatan, pelaksanaan

atau operasi yang dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau

memanipulasi variabel. Definisi operasional mengatakan pada pembaca penelitian

apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis.


39

Tabel 3.2. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Potensi Penerapan metode Kuesioner Ordinal
bahaya HIRADC untuk Tinggi:
berdasarkan menganalisis Median≥
metode potensi bahaya di 50
HIRADC lingkungan kerja Rendah:
Median≤
50
2. Kejadian kasus Suatu kejadian yang Kuesioner Ordinal
kecelakaan kerja tidak diinginkan dan Tinggi:
dapat menyebabkan Median≥ 50
kerugian Rendah:
Median≤ 50

3.6. Metode Pengukuran Data

3.6.1. Metode HIRADC

Metode HIRADC yang dinilai yaitu Penerapan metode HIRADC untuk

menganalisis potensi bahaya di lingkungan kerja. Variabel ini menggunakan skala

Guttman, yang terdiri dari 15 pertanyaan dengan menggunakan 2 kategori yaitu

“Ya” dan “Tidak”. Jawaban Ya diberi nilai 1 dan jawaban Tidak diberi nilai 0.

Dimana :

Jumlah pertanyaan : 15

Setiap pertanyaan berskala = 0-1

Skor tertinggi = 15 × 1 = 15 (100%)

Skor terendah = 15 × 0 = 0 (0%)

Range = skor tertinggi – skor

terendah

= 15 – 0

= 15 (100%)

Jumlah kategori (K) = 2

Interval(I)=𝑅𝐾
40

= 100%
2

= 50%

Maka skor standar = 100% - 50%

= 50%

Kriteria objektif

Baik : bila responden memperoleh skor ≥ 50%

Buruk : bila responden memperoleh skor ≤

50%

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu kegiatan penelitian setelah

pengumpulan data. Data yang masih rentan, perlu diolah sehingga informasi yang

akhirnya digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, agar analisis penelitian

menghasilkan informasi yang benar, pengolahan data yang dilakukan melalui 4

tahap, yaitu :

a. Editing, tahap ini dilakukan untuk memeriksa data yang telah

diperoleh berupa kuesioner. Setelah kuesioner terkumpul lalu peneliti

melakukan pemeriksaan kembali terhadap kelengkapan data dan

kelengkapan jawaban.

b. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam bentuk angka/bilangan. Pengklasifikasian peneliti

dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-

masing jawaban.
41

c. Data entry atau processing, merupakan memasukkan seluruh data yang

telah diberi kode. Data-data yang dimasukkan kedalam proses analisa data

di komputer

d. Cleaning, ketika semua data dari setiap responden selesai dimasukkan,

perlu dilakukan pengecekan kembali untik melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode atau ketidaklengkapan.

3.7.2. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing masing variabel penelitian, atau untuk mengetahui distribusi

dan persentase dari setiap variabel. Variabel ini meliputi variabel identifikasi

bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko.

3.7.3. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat untuk melihat hubungan variabel independen dan

dependen (Hastono dan Sabri, 2007). Pada penelitian ini menggunakan analisa

bivariat untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya hubungan anatara variabel

bebes dan terikat dengan menggunakan uji statistik. Karena data pada penelitian

berskala nominal dan ordinal maka uji statistik menggunakan Chi Square dengan

derajat kepercayaan 95% dan α = 0,05. Nilai α (0,05) dengan ketentuan sebagai

berikut :

1) Apabila p lebih kecil dari α = 0,05 (p<0,05) maka ada hubungan

bermakna antara variabel independen dan variabel dependen.

2) Apabila p lebih besar dari α = 0,05 (p>0,05) maka tidak ada

hubungan bermakna antara variabel independen dan variabel

dependen.
42

DAFTAR PUSTAKA

Atmariyani, Siti Azahra I., Tatan Sukwika, and Ninin Gusdini. "Analisis Risiko
Penyebaran Covid-19 Melalui Fasilitas dan Kegiatan di Universitas Sahid
Menggunakan Metode HIRADC." Journal of Applied Management
Research 2.2 (2022): 126-138.
CHOLIL, ACHMAD AZHAR, et al. "Penerapan Metode Hiradc Sebagai Upaya
Pencegahan Risiko Kecelakaan Kerja Pada Divisi Operasi Pembangkit
Listrik Tenaga Gas Uap." Jurnal Bisnis dan Manajemen (Journal of
Business and Management) 20.2 (2020): 41-64.
Fathmi, Reza. Analisis Risiko Bahaya Menggunakan Metode HIRADC Pada
Laboratorium Multifungsi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Diss. UIN Ar-Raniry, 2022.
Harahap, Ida Marito, and Meilandy Purwandito. "ANALISIS RISIKO
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MELALUI
METODE HIRADC DAN METODE JSA PADA PROYEK LANJUTAN
PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT REGIONAL LANGSA." Menara:
Jurnal Teknik Sipil 17.2 (2022): 43-50.
Harvin Dwipa Pranata, Harvin Dwipa. Analisis Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Bidang Freight Forwader: Penerapan Metode HIRADC. Diss.
Universitas Sahid Jakarta, 2022.
Hidayat, D. F., & Hardono, J. (2021). Penerapan Metode HIRADC pada Bagian
Proses Penerimaan di PT. CA. Journal Industrial Manufacturing, 6(2), 87-
92.
Ihsan, T., Hamidi, S. A., & Putri, F. A. (2020). Penilaian risiko dengan metode
HIRADC pada pekerjaan konstruksi gedung kebudayaan Sumatera
Barat. Jurnal Civronlit Unbari, 5(2), 67-74.
Katihokang, Junita E., et al. "Analisis risiko bahaya dengan metode HIRADC
pada salah satu perusahaan berskala internasional di Sulawesi Utara." e-
CliniC 11.2 (2023): 224-232.
Makarim, Muchammad Fatkhul. "Penerapan Metode Hiradc Pada Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Dprd Provinsi Jawa Tengah." (2021).
MANURUNG, MELANI MISCA. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Ergonomi Pada Aktivitas Pengelasan dengan Metode HIRADC
di PT. NOV PROFAB Tahun 2022. Diss. Fakultas Teknik Unpas, 2022.
Mawardani, A., & Herbawani, C. K. (2022). Analisa Penerapan Hiradc Di Tempat
Kerja Sebagai Upaya Pengendalian Risiko: a Literature
Review. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 316-322.
Mitasari, Olla, Arief Subekti, and Mades Darul Khairansyah. "Teknik Identifikasi
menggunakan Metode HIRADC dan FTA pada Pekerjaan Non Rutin di
Industri Pengolahan Minyak Pelumas." Seminar K3. Vol. 2. No. 1. 2018.
Muhammad, Gilang Firmanullah. Analisa Risiko Pekerjaan di Gudang
43

Penyimpanan B3 dengan Metode HIRADC dan FTA serta Penentuan


Pengendalian Risiko dengan Pendekatan 6S. Diss. Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya, 2021.
MUMTAZ, FIRYAL SYIFA. "Penerapan Keselamatan Konstruksi Dengan
Metode Hiradc Pada Pekerjaan Tower Crane Proyek Living World Grand
Wisata Tambun Bekasi." (2023).
Pramadi, M. I., Suprapto, H., & Yanti, R. R. (2020). Pencegahan Kecelakaan
Kerja Dengan Metode Hiradc Di Perusahaan Fabrikasi Dan
Machining. JENIUS: Jurnal Terapan Teknik Industri, 1(2), 98-108.
Prasetya, R. Lucky Budi, Mardi Santoso, and Haidar Natsir Amrullah.
"ANALISIS RISIKO PADA PEKERJAAN TANK CLEANING TANGKI
TIMBUN DENGAN METODE HIRADC DAN FTA DENGAN
PEMBERIAN REKOMENDASI MENGGUNAKAN METODE
BCR." Seminar K3. Vol. 2. No. 1. 2018.
Putri, Atikah Rizqy. "Evaluasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Produksi Iii Pt X." (2020).
Riandini, Afrida Hafshalya, Muhammad Sagaf, and Akhmad Syakhroni.
"PENERAPAN MAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PLTGU
TAMBAK LOROK SEMARANG." JURNAL DISPROTEK 14.1 (2023):
11-18.
Rohmatillah, Wulidatu. "ANALISA STRATEGI PROAKTIF DALAM
MENCEGAH RISIKO BAHAYA DENGAN METODE HIRADC DI CV.
PAKIS INDAH." MEDIA HUSADA JOURNAL OF ENVIRONMENTAL
HEALTH SCIENCE 1.1 (2021): 28-35.
Salsabila, Khairunnisa Ghina, Galih Anindita, and Haidar Natsir Amrullah.
"Identifikasi Bahaya Pekerjaan Perbaikan Aerator Menggunakan Metode
HIRADC Di Perusahaan Lubricant Refinery." Seminar K3. Vol. 2. No. 1.
2018.
Santoso, Galang Virgiawan. ANALISIS KECELAKAAN KERJA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HIRADC DAN FTA STUDI KASUS PT. ABC.
Diss. Universitas Muhammadiyah Malang, 2021.
SAPUTRO, T., & LOMBARDO, D. (2021). Metode Hazard Identification, Risk
Assessment And Determining Control (HIRADC) Dalam Mengendalikan
Risiko Di PT. Zae Elang Perkasa. Baut dan Manufaktur, 3(01), 23-29.
Sukwika, Tatan, and Harvin Dwipa Pranata. "Analisis Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bidang Freight Forwader Menggunakan Metode
HIRADC." Jurnal Teknik 20.1 (2022): 1-13.
Tanisri, Roberta HA, Kharisno Kharisno, and Denny Siregar. "Pengendalian
Bahaya dan Risiko K3 Menggunakan Metode HIRADC dan FTA Pada
Industri Kerupuk." Journal of Industrial and Engineering System 3.2
(2022): 34-45.
44

LAMPIRAN 1 : PERMOHONAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Responden yang terhormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Nurul Syafdiah

NIM : 19.21.074

Program Studi : Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam

Dalam kesempatan ini, saya akan mengadakan wawancara kepada

pekerja mengenai “Hubungan potensi bahaya berdasarkan metode HIRADC

dengan kasus kejadian kecelakaan kerja pada pekerja proyek di Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam”.

Saya mohon bapak/ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

dengan cara memberikan waktu kepada saya untuk mengajukan beberapa

pertanyaan. Jawaban bapak/ibu akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk keperluan penelitian.

Atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih,.

Lubuk Pakam, April

2023 Peneliti

(Nurul Syafdiah)
45

LAMPIRAN 2 : PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN POTENSI BAHAYA BERDASARKAN METODE HIRADC


DENGAN KASUS KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
PROYEK DI RUMAH SAKIT GRANDMED LUBUK PAKAM

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk turut

berpartisipasi sebagai Responden peneliti yang dilakukan oleh mahasiswa/i

Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk

Pakam yang bernama Nurul Syafdiah dengan judul :

Hubungan potensi bahaya berdasarkan metode HIRADC dengan kasus

kejadian kecelakaan kerja pada pekerja proyek di Rumah Sakit Grandmed Lubuk

Pakam. Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden peneliti ini

atas kesadaran saya sendiri.

Lubuk Pakam, April 2023

Responden

(………………………….)
46

LAMPIRAN 3 : PERTANYAAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN POTENSI BAHAYA BERDASARKAN METODE HIRADC


DENGAN KASUS KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
PROYEK DI RUMAH SAKIT GRANDMED LUBUK PAKAM
(“ Dimohon dengan hormat kepada bapak / ibu/ saudara untuk mengisi kuesioner

ini dengan sebenar – benarnya sesuai dengan kenyataan yang ada. Terimakasin

atas bantuan dan partisipasinya”)

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan :

B. Metode HIRADC

Penerapan metode HIRADC untuk menganalisis potensi

bahaya di lingkungan kerja.

Pilihan jawaban yang tersedia adalah :

1 = Ya

0 = Tidak
47

Sumber: Evaluasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Sebagai


Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Atiqah Rizki (2022)

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda mengetahui
fungsi HIRADC ?
2. Apakah anda mengetahui dan
memahami isi HIRADC ?
3. Setelah mengetahui dan
memahami isi HIRADC,
apakah anda melaksanakan apa
yang tertulis dalam HIRADC ?
4. Apakah HIRADC efektif untuk
meminimalisir potensi bahaya
yang timbul ?
5. Apakah anda mengetahui
seberapa penting HIRADC
dalam
menurunkan/mengurangi
kecelakaan kerja ?
6. Apakah HIRADC disampaikan
atau diinformasikan kepada
pekerja ?
7. Apakah setiap unit produksi
memiliki HIRADC?
8. Apakah hasil dari HIRADC
dilakukan evaluasi?
9 Apakah anda mengetahui
proses yang ada pada unit anda
bekerja?
10 Apakah anda mengetahui
terkait risiko atau potensi
bahaya dalam melakukan
pekerjaan dalam unit anda?
11 Apakah anda mendapat
pelatihan sebelum dan setelah
48
bekerja terkait K3?
12 Apakah anda mengerti dan
mematuhi safety sign yang ada
pada lokasi unit anda bekerja?
13 Apakah anda mengerti dan
bekerja sesuai dengan SOP ?
14 Apakah perusahaan
memberikan APD sesuai
dengan pekerjaan yang anda
lakukan ?
15 Apakah setiap APD, peralatan
kerja yang digunakan dalam
keadaan baik?

Anda mungkin juga menyukai