Anda di halaman 1dari 21

PUSKESMAS PASAR AHAD

VARICELLA

Dr.Ety Puspita
Juli 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Dulu, penyakit chickenpox lebih dikenal sebagai smallpox. Seorang dokter dari Persia
bernama Muhammad ibn Zakariya ar-Razi adalah orang yang pertama kali menemukan
smallpox. Nama smallpox diambil dari dua suku kata small dan pox. Small berarti kecil,
sedangkan pox pada zaman itu berarti kutukan.
Namun pada tahun 1767, Dokter Herberden (seorang dokter dari Inggris) dengan tegas
menyatakan bahwa chickenpox dan smallpox adalah dua penyakit berbeda. Salah satu
perbedaannya adalah pada penderita penyakit chickenpox bentol merah tidak ditemukan di
telapak tangan dan kaki, sedangkan smallpox menyerang seluruh anggota tubuh termasuk
telapak tangan dan kaki.
Mengapa disebut chickenpox? Apa ada hubungannya dengan ayam? Ternyata ini adalah
bahasa kiasan. Dalam bahasa Inggris, "chicken" dapat juga diartikan sebagai "pengecut". Jadi,
chickenpox adalah penyakit yang pengecut (dibaca: lebih ringan) dibandingkan dengan
smallpox.
Penyakit varisela ini telah lama dikenal. Ingrassia, seorang dokter Sicilia,
telah pemah melaporkannya pada tahun 1553, sedang perbedaan karakteristik klinis antara
varisela dengan variola telah ditemukan oleh Heberden pacta tahun 1767
Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah
cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama chicken-pox. Varisela adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi
yang khas pada kulit. Pada umumnya menyerang anak-anak, tapi dapat juga terjadi pada
orang dewasa yang belum pernah terkena sebelumnya. Banyak menyerang anak usia sekolah
dasar (antara 5-9 tahun). Penularan memang cukup sering terjadi antar teman sekolah.
Bersifat sangat menular dengan masa penularan antara 1 hari sebelum timbul ruam sampai 7
hari setelah munculnya gejala. Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dan percikan
ludah (droplet infection).
Pokok Permasalahan

1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinik
5. Faktor Resiko
6. Komplikasi
7. Diagnosis Banding
8. Pencegahan
9. Penatalaksanaan
10. Prognosis
BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI
Varicella atau Chickenpox adalah penyakit yang disebabkan oleh Varicella Zooster Virus
(disingkat dengan VZV, atau disebut juga Human Herpes Virus-3 / HHV-3), ditandai dengan
adanya lesi berupa makula eritem, papul, vesikel, pustula, dan krusta, dan penyembuhannya
kira – kira setelah 16 hari, serta demam yang terjadi biasanya subfebril (100 - 102°F), namun
dapat pula tinggi hingga 106°F.
Vesikel pada varicella umumnya timbul pertama pada tubuh dan muka, kemudian menyebar
ke hampir seluruh tubuh, termasuk kulit kepala dan penis, juga pada mukosa mulut, hidung,
telinga, dan vagina. Vesikel varicella lebarnya sekitar 1/5 – 2/5 inchi (5 – 10 mm),
mempunyai dasar yang kemerahan, dan akan berkelompok setelah lebih dari 2 – 4 hari.
Beberapa orang hanya mengalami sedikit vesikel, meskipun yang lainnya memiliki vesikel
hingga ratusan. Bila vesikel digaruk atau dipecah, keropeng dan vesikel dapat terinfeksi oleh
bakteri (infeksi sekunder bakteri). Vesikel-vesikel baru akan tetap terbentuk, sementara
vesikel terdahulu pecah, mengering dan menjadi krusta, dengan demikian pada suatu saat
akan tampak bermacam-macam ruam kulit (polimorf). vesikel biasanya beratap tipis,
bentuknya bulat/lonjong menyerupai setetes air sehingga disebut teardrop vesicle.
Beberapa anak mengalami demam, nyeri perut, atau perasaan tidak enak dengan vesikel pada
kulit mereka. Gejala ini umumnya berakhir sekitar 3 hingga 5 hari, dan demam berkisar
antara 38,3oC hingga 39,4oC. Anak yang lebih muda sering mengalami vesikel yang lebih
sedikit dibanding anak yang lebih tua atau orang dewasa. Secara umum, varicella adalah
penyakit ringan, tetapi dapat mematikan pada penderita leukemia atau penyakit lain yang
melemahkan sistem immun.
Umumnya orang hanya akan terserang varicella satu kali seumur hidup. Tetapi virus yang
meyebabkan varicella dapat dormant (tidak aktif sementara) pada tubuh dan menyebabkan
erupsi kulit yang berbeda (disebut shingles/herpes zoster), pada saat yang akan datang.
EPIDEMIOLOGI

1. Frekuensi
Di Amerika Serikat, frekuensi tergantung musim, biasanya bulan Maret dan April. Sebelum
vaksin varicella disebarkan, dilaporkan terjadi 4 juta kasus varicella. Penyakit ini responsibel
pada 11.000 kasus di rumah sakit dalam setahun dan terjadi 50 – 100 kasus kematian. Saat
ini, kurang dari 10 kematian dalam setahun menimpa mereka yang belum diimunisasi.
Sedangkan di internasional, secara universal varicella cenderung merata, diperkirakan terjadi
60 juta kasus dalam setahun. Varicella lebih berpengaruh pada individu yang tidak
memperoleh kekebalan. Mungkin ada sekitar 80 – 90 juta kasus di seluruh dunia.

2. Mortalitas / Morbiditas

 Banyak terjadi pada anak usia 1 – 4 tahun, diperkirakan 2 kematian tiap 100.000
kasus
 Kebanyakan kematian di Amerika Serikat terjadi sebelum ada vaksinasi dan bersama
dengan ensefalitis, pneumonia, infeksi bakteri sekunder, dan sindroma Reye.
 Mortalitas pada anak – anak dengan immunocompromised lebih tinggi.
 Penyakit ini lebih serius pada neonatus, tergantung kapan infeksi terhadap ibunya
3. Ras
Tidak ada predileksi ras tertentu.

4. Seks
Tidak ada predileksi jenis kelamin

5. Umur
Insiden tertinggi varicella pada anak umur 1 – 6 tahun. Anak dengan umur lebih dari 14 tahun
hanya sekitar 10% dari kasus varicella.

PATOFISIOLOGI
Varicella primer disebabkan oleh infeksi Varicella Zooster Virus, suatu Herpes Virus.
Penularan melalui inhalasi (droplet) atau kontak langsung dengan lesi di kulit penderita.
Infeksi biasanya terjadi dengan menembus selaput konjungtiva atau lapisan mukosa saluran
napas atas penderita. Kemudian terjadi replikasi virus di limfonodi setelah dua sampai empat
hari sesudahnya, dan diikuti viremia primer yang terjadi setelah empat sampai enam hari
setelah inokulasi awal. Virus kemudian menggandakan diri di liver, spleen, dan organ lain
yang memungkinkan.
Viremia kedua, ditandai dengan adanya partikel – partikel virus yang menyebar di kulit 14
sampai 16 hari sejak paparan awal, menyebabkan typical vesicular rash. Ensefalitis, hepatitis,
atau pneumonia dapat terjadi pada saat itu.
Periode inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21 hari. Pasien mampu menularkan
penyakitnya sejak satu sampai dua hari sebelum muncul rash sampai muncul lesi yang
mengeras, biasanya lima sampai enam hari setelah muncul rash pertama kali. Meskipun
kebanyakan infeksi varicella menimbulkan kekebalan seumur hidup, pernah dilaporkan
infeksi ulangan pada anak yang sehat.
Hal lain yang harus dijelaskan, setelah infeksi primer VZV bertahan hidup dengan cara
menjadi dormant di system saraf sensorik, terutama Geniculatum, Trigeminal, atau akar
Ganglia Dorsalis dan dormant. Mekanisme imunologi host gagal menekan replikasi virus,
namun VZV diaktifkan kembali jika mekanisme host gagal menampilkan virus. Kadang –
kadang terjadi setelah ada trauma langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan
herpes zoster. Virus bermigrasi dari akar saraf sensoris dan menimbulkan kehilangan sensoris
pada dermatom dan rash yang nyeri dan khas.
MANIFESTASI KLINIK
1. Anamnesis
Pada masa prodormal, gejala – gejala yang muncul sangat bervariasi. Masa inkubasi adalah
10 sampai 20 hari.

 Varicella yang terjadi pada anak – anak sering tidak didahului dengan gejala
prodormal, melainkan ditandai dengan exanthema.
 Pada orang dewasa dan remaja sering didahului dengan gejala prodormal yaitu, mual,
mialgia, anoreksia, sakit kepala, batuk pilek, atau nyeri tenggorok
 Satu sampai dua hari setelah seseorang terinfeksi virus, timbul rash berupa vesikel –
vesikel, dan setelah empat sampai lima hari kemudian, vesikel – vesikel tersebut
pecah dan menjadi krusta.
 Adanya trias berupa munculnya rash, malaise, dan demam subfebril menandakan
onset dari varicella.
 Pada daerah wajah, badan, kepala, dan ekstremitas proksimal, sering terlihat adanya
makula eritem yang dengan cepat menjadi papul, vesikel yang jernih, dan pustula
dengan umbilikasi di daerah sentral selama 12 sampai 14 hari.
 Kadang vesikel dapat muncul di telapak tangan dan kaki, membran mukosa yang
dirasakan nyeri.

Gatal seringkali dirasakan pada saat muncul vesikel.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Adanya rash

 Tiap lesi dimulai dari macula eritem, papul, vesikel, pustula, dan krusta
 Bila di sekitar lesi berwarna kemerahan, dan sedikit membengkak, harus dicurigai
terjadi superinfeksi bakteri
 Beberapa lesi dapat muncul di daerah orofaring
 Lesi yang ditemukan pada mata jarang ditemukan
 Lesi akan mengalami erupsi setelah 3 – 5 hari
 Lesi biasanya berubah menjadi krusta selama 6 hari dan penyembuhan terjadi setelah
16 Hari
 Pemanjangan waktu erupsi pada lesi yang baru atau penyembuhan dapat terjadi pada
seseorang dengan imunitas seluler rendah

b. Demam yang terjadi biasanya subfebril (100 - 102°F), namun dapat pula tinggi hingga
106°F. Demam lama harus dicurigai terjadinya komplikasi atau imunodefisiensi

3. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Tzanck smear pada cairan vesikuler menunjukkan adanya giant cell yang multinuklear dan
badan inklusi eosinofil intranuklear pada sel epitel
Isolasi virus VZV dengan melakukan kultur cairan vesikel merupakan diagnosis defenitif,
walaupun pembiakan virus VZV merupakan cara yang sulit dan hasil positif diperoleh kurang
dari 40%.
Dapat digunakan dua teknik pemeriksaan, yaitu :

1. Teknik imunofluoresensi langsung

Lebih sensitif dan cepat bila dibandingkan dengan kultur jaringan

2) Teknik PCR
Sangat sensitif dalam mengidentifikasi VZV.
Dapat pula dilakukan pemeriksaan serologis seperti EIA, IFA, Complemen fixation, FAMA,
dan Tes Aglutinasi Latex (4).

b. Pencitraan
Foto thoraks diindikasikan bila pada penderita menunjukkan adanya tanda – tanda gangguan
pulmonal, untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya pneumonia. Pada foto thoraks dapat
ditemukan normal atau adanya infiltrat bilateral yang difus pada pneumonia yang disebabkan
varicella (4).

c. Pemeriksaan Lain
1. Lumbal Punksi

Anak – anak dengan tanda – tanda gangguan neurologis sebaiknya dilakukan pemeriksaan
LCS melalui lumbal punksi. LCS pada penderita dengan encefalitis varicella ditemukan
beberapa atau banyak sel, yaitu PMN atau mononuklear.

1. Kadar glukosa sering normal


2. Kadar protein dapat normal atau sedikit meningkat.

FAKTOR RESIKO
1. Neonatus pada bulan pertama memungkinkan terkena varicella yang berat, kecuali ibunya
dengan seronegatif.
2. orang dewasa
3. pasien yang sedang mendapat terapi steroid dosis tinggi dalam pengobatan 2 mingu
4. pasien dengan penyakit keganasan, semua pasien anak kecil dengan kanker beresiko
menderita varicella yang berat
5. stadium immunocompromised misal keganasan, sedang terapi antimalignansi, HIV, dan
semua kondisi imunodefisiensi didapat maupun congenital
6. wanita yang sedang hamil beresiko tinggi varicella, terutama dengan pneumonia

KOMPLIKASI
1. infeksi bakteri sekunder
2. komplikasi pada SSP (ataksia cerebelar post infeksi akut, ensefalitis, sindroma Reye,
meningitis aseptik, GBS, dan poliradikulitis)
3. pneumonia
4. herpes zoster
5. otitis media
6. trombositopenia
7. hepatitis
8. glomerulonefritis
9. varicella hemoragik

DIAGNOSIS
BANDING
1. pemfigoid bulosa
2. dermatitis herpetiformis
3. drug eruption
4. eritema multiforme
5. herpes simpleks
6. impetigo
7. insect bite
8. syphilis

PENCEGAHAN
1. Vaksinasi

1. Vaksin varicella terdiri dari virus varicella yang dilemahkan. Pemberian vaksin
varicella di USA sejak tahun 1955 telah menurunkan angka insidensi dan kematian
yang disebabkan oleh varicella.
2. Pemberian vaksin varicella telah memberikan perlindungan terhadap varicella hingga
71 – 100%, dan vaksin lebih efektif apabila diberikan pada anak setelah berusia 1
tahun. Pada anak – anak yang kurang dari 13 tahun pemberian vaksin varicella
direkomendasikan dengan dosis tunggal, sedangkan pada anak – anak yang lebih
besar dengan dua dosis yang diberikan dengan interval waktu 4 – 8 minggu.

Efek samping dari pemberian vaksin seringkali terjadi 42 hari setelah imunisasi, dan pada
umumnya terjadi bila diberikan pada anak sebelum 14 bulan, setelah pemberian vaksin
MMR, dan bila anak mendapat steroid peroral.

2. Imunoglobin Varicella Zooster (VZIG)

1. Diberikan sebagai profilaksis setelah terpapar virus, dan terutama pada orang – orang
dengan resiko tinggi
2. Dosis yang diberikan adalah 125 IU / 10 kgBB. 125 IU adalah dosis minimal,
sedangkan dosis maksimal adalah 625 IU dan diberikan secara intramuskuler
3. VZIG hanya mengurangi komplikasi dan menurunkan angka kematian varicella
sehingga pada orang – orang yang tidak mengalami gangguan imunologi lebih baik
diberikan vaksin varicella.
Indikasi pemberian VZIG :

1. Bayi baru lahir dari ibu yang menderita varicella 5 hari sebelum sampai 2 hari setelah
melahirkan
2. Anak – anak dengan leukemia atau limfoma yang belum divaksinasi
3. Penderita dengan HIV AIDS atau dengan imunodefisiensi
4. Penderita yang mendapatkan terapi imunosupresan (steroid sistemik)
5. Wanita hamil

Orang – orang dengan system imun yang lemak dan belum pernah menderita varicella

PENATALAKSANAAN
1. Penderita sebaiknya diisolasi dari penderita lain
2. antihistamin oral seperti Diphenhydramine dan Hydroxyzine diberikan bila pruritus hebat.
Pemberiannya sebaiknya secara topikal karena toksisitasnya. Dapat terjadi absorpsi sistemik.
3. Acetaminofen diberikan untuk mengurangi demam
4. Acyclovir intravena direkomendasikan hanya pada penderita anak – anak yang
immunocompromised atau dengan pneumonia atau ensefalitis varicella
5. Acyclovir oral sebaiknya diberikan pada penderita yang lebih dewasa pada saat awal sakit
6. VZIG diberikan 96 jam setelah terpapar pada orang – orang dengan resiko tinggi

Berikut beberapa kelompok pengobatan yang diberikan pada penderita varicella :


1. Antihistamin
Kerjanya melalui efek penghambatan terhadap histamin pada reseptor H1.
a. Diphenhydramine
Dapat diberikan peroral, intravena, dan intramuskuler.

Nama obat
Diphenhydramine
Dosis Dewasa : 25 – 50 mg/dosis peroral setiap 4 atau 6 jam perhari ; 10 – 50 iv mg /dosis
secara iv atau im ; tidak boleh melebihi 400 mg / hari ; bila diberikan secara iv harus secara
pelahan
Anak – anak: 0,5 – 1 mg/kgBB/dosis secara peroral / iv / im tiap 6 jam

Kontraindikasi
Pada orang – orang yang hipersensitif, MAOIs, dan asma akut

Interaksi
Dapat menyebabkan depresi SSP
Efek Samping
Dapat menyebabkan glaucoma sudut tertutup, hipertiroid, peptic ulcer, obstruksi traktus
urinarius, sedative

b. Hydroxyzine
Merupakan antagonis reseptor H1. Dapat menekan aktivitas histamin pada regio subkorteks
pada SSP. Merupakan lini kedua bila pemberian diphenhydramine tidak dapat menghentikan
pruritus. Dapat diberikan secara peroral atau intramuskuler.
Nama obat
Hydroxyzine

Dosis
Dewasa : 25 – 100 mg/dosis secara peroral atau intramuskuler tiap 4 – 6 jam perhari

Anak – anak :
2 – 4 mg/kgBB/dosis tiap 4 – 6 jam perhari. Sebagai alternative dapat diberikan 0,5 – 1
mg/kgBB/dosis tiap 4 – 6 jam perhari

Kontraindikasi
Pada orang – orang hipersensitif

2. Agen Antiviral
Diberikan pada anak – anak dengan immunocompromised atau pada anak sehat yang
menderita pneumonia atau ensefalitis varicella. Sebenarnya pemberian secara rutin Acyclovir
pada anak – anak sehat tidak dianjurkan.
Acyclovir dapat mencegah serangan ulang. Dapat digunakan pada penderita dengan usia
lebih dari 13 tahun, anak – anak lebih dari 12 bulan dengan gangguan kulit atau paru kronik,
pasien yang mendapat terapi Aspirin yang lama, dan penderita imunocompromised. Dosis
pemberiannya pada dewasa 600 – 800 mg peroral 5 dosis perhari untuk 5 hari, tidak boleh
melebihi 3200 mg / hari. Sedangkan untuk anak – anak 80 mg/kgBB/hari peroral untuk 5
hari. Kontraindikasi Acyclovir adalah pada penderita yang hipersensitif. Sedangkan efek
sampingnya antara lain dapat menyebabkan gagal ginjal, dehidrasi, gangguan neurologist.

3. Antipiretik
Diberikan bila penderita demam, contohnya adalah Acetaminofen.
Nama obat
Acetaminophen
Dosis
Dewasa :
325 – 650 mg peroral setiap 4 – 6 jam perhari. Tidak boleh melebihi 4 g/hari
Anak – anak :
< 12 tahun : 10 – 15 mg/kgBB/dosis peroral setiap 4 – 6 jam perhari. Tidak boleh melebihi
2,5 g/hari
> 12 tahun : sama dengan dosis dewasa

Kontraindikasi
Penderita hipersensitif
Efek samping
Dapat menyebabkan gagal ginjal, dehidrasi, gangguan neurologist

4. Immunoglobulin
Imunoglobulin merupakan imunisasi pasif yang diberikan pada orang yang telah terekspos
virus setelah 96 jam.
Nama Obat
Varicella Zooster Immunoglobulin Human (VZIG)
Dosis
Dewasa : 625 IU secara intramuskuler
Anak – anak :
< 10 kg : 125 IU
10,1 – 20 kg : 250 IU
20,1 – 30 kg : 375 IU
30,1 – 40 kg : 500 IU
> 40 kg : sama dengan dosisdewasa
Kontraindikasi
Pada penderita hipersensitif dan trombositopenia tidak boleh diberikan intravena karena dapat
menyebabkan defisiensi Ig A, nyeri, kemerahan, dan bengkak pada tempat injeksi

Pengobatan di rumah :
Tujuan perawatan di rumah untuk mengurangi rasa gatal dari varicella dan demam atau
perasaan tidak enak yang menyertai.
Atasi rasa gatal pada kulit dengan kompres basah atau memandikan pada air dingin atau air
hangat setiap 3-4 jam selama beberapa hari pertama. Mandi tidak memperparah varicella.
Kemudian keringkan tubuh (jangan digosok).
Calamine lotion paling sering digunakan untuk mengatasi rasa gatal, tetapi jangan
membarikan lotion di dekat mata atau wajah pada anak yang lebih muda. Lainnya dapat
diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau mentol 1-2%.
Potong kuku untuk melindungi terhadap garukan, yang dapat menimbulkan infeksi pada
vesikel yang pecah.
Varicella pada mulut mungkin menyebabkan sulit makan atau minum. Berikan air dingin dan
makanan lunak. Hindari makanan/minuman yang mengandung asam tinggi, seperti jus jeruk,
atau khususnya garam. Nyeri pada mulut dapat diatasi dengan memberikan acetaminophen
(paracetamol) secara rutin saat ada vesikel pada mulut.
Luka pada daerah genetalia dapat terasa sangat nyeri. Krim anestesi yang mengurangi nyeri
dapat diberikan. Tanyakan dokter anda.
Untuk menurunkan panas, gunakan pengobatan nonaspirin seperti acetaminophen
(paracetamol). Asprin jangan diberikan pada anak dengan varicella atau penyakit akibat virus
lainnya, karena penggunaan aspirin dapat berhubungan dengan berkembangnya Reye
Syndrome.

PROGNOSIS
1. Pada varicella yang tidak berat, prognosis baik
2. Angka kematian dari pneumonia varicella adalah 10% pada orang – orang dengan sistem
imun baik, dan 30% pada penderita yang immunocompromised
3. Angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi terjadi pada anak – anak yang menderita
varicella dengan immunocompromised
4. Bila seseorang telah terinfeksi varicella, akan memberikan ketahanan seumur hidup
walaupun reinfeksi sekunder pernah dilaporkan
5. Bila varicella terjadi pada neonatus, angka kematian dapat mencapai hingga 30%
BAB III
KESIMPULAN

1. Penyebab varicella adalah Varicella Zooster Virus yang merupakan anggota Human
Herpes Virus subfamili Alpha Herpesvirinae, dan sebagaimana semua virus herpes, virus ini
adalah virus DNA.
2. Varicella sangat menular, serangan kedua mencapai 80 – 90% pada kontak keluarga
3. Transmisi terjadi dengan :
a. Droplet pernapasan yang mengandung virus yang sangat menular sampai muncul rash
b. Papula dan vesikel (yang belum kering) mengandung banyak virus
c. Periode infeksi varicella dimulai dua hari sebelum lesi kulit muncul, dan berakhir ketika
lesi mengering, biasanya lima hari kemudian
d. Kontak langsung antara seseorang dengan orang yang memiliki lesi yang mengandung
banyak virus
e. Maternal varicella dengan viremia dapat menyebar melalui plasenta ke fetus, hal ini
mengakibatkan varicella fetus

4. Faktor resiko menderita varicella antara lain :

1. Neonatus pada bulan pertama, kecuali ibunya dengan seronegatif


2. Orang dewasa
3. Pasien yang mendapat terapi steroid dosis tinggi dalam pengobatan 2 minggu
4. Pasien dengan penyakit keganasan, semua pasien anak kecil dengan kanker beresiko
menderita varicella yang berat
5. Stadium immunocompromised seperti keganasan, sedang menjalani terapi anti
malignansi, HIV, dan semua kondisi imunodefisiensi didapat maupun congenital
6. Wanita yang sedang hamil beresiko tinggi terkena varicella, terutama dengan
pneumonia

5. Obat – obat yang dipakai untuk terapi varicella antara lain :

1. Anti histamine 0ral


2. Anti viral
3. Antipiretik
6. Prognosis :

Pada varicella yang tidak berat, prognosis baik

Angka kematian dari pneumonia varicella adalah 10% pada orang – orang dengan
system imun yang baik, dan 30% pada penderita yang immunocompromised

Angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi

Bila seseorang telah terinfeksi varicella, akan memberikan ketahanan seumur hidup
walaupun reinfeksi sekunder pernah dilaporkan

Komplikasi fatal jarang terjadi


BAB IV
KASUS

Identitas pasien
Nama : Nn.A
Umur : 18 th
Jeniskelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pasar Ahad
Anamnesa
KeluhanUtama :Bintk-bintik merah di badan
RiwayatPenyakitSekarang :
- Hal ini dialami OS sejak 3 Hr yang lalu
- Bintik-bintik berair,Gatal,pedih ,rasa terbakar
- Demam
- Nafsu Makan berkurang
- Mual
- Bak dan bab Normal
Riwayat Penyakit Dahulu : -
Riwayat Penyakit Keluarga: -
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :sedang Keadaan Sakit : sedang
Vital sign Kesadaran: CM
TekananDarah : 100/70 mmhg
FrekuensiNadi : 92 x/menit
FrekuensiNafas: 22 x / menit, Suhu:37,7° C
Mata :konjungtiva tidak anemis,sclera tidak ikterik
Hidung: T A K
Mulut: T A K
Leher: Kgb Tidak membesar,TVJ dalam batas normal
Paru-paru :Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi :stem fremitus kiri=kanan
Perkusi :sonor kedua lapangan paru
Auskultasi :vesikuler,suara tambahan negatif
Jantung :
Inspeksi :ictus kordis tidak terlihat
Palpasi :apek kordis tidak kua tangkat
Perkusi :jantung dalam batas normal
Auskultasi :irama sinus,reguler
Abdomen
Inspeksi :perut tidak membesar
Palpasi :Hepard an lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : peristaltic usus normal
Genitalia :tdk diperiksa
Ekstremitas :Refleks fisiologis normal,reflek patologis -

Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan


Diagnosis Kerja :Varicella
Terapi :
-Motivasi bnyk minum
-Acyclovir 5 X 800 mg
-PCT 3 x 500
-Loratadin 1 x 1
- Acyclovir zalp
Anjuran :
- Bintik berair jangan dipecahkan
- Tingkatkan Makan sayur dan buah
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito. 1997. Penerapam Pada Praktek Klinis. Salemba. Jakarta


2. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Kepreawatan. Volume 1. EGC. Jakarta
3. http://www.geocities.com/HotSprings/4530/varicella.htm
4. Edward Martin, 2000. "Penyakit anak sehari -hari dan tindakan darurat " Gramedia :
Jakarta
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Cacar_air

Anda mungkin juga menyukai