Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah penyakit dapat berlangsung self-limited
berupa diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala
muntah, anoreksia, demam hingga dehidrasi berat bahkan dapat berakibat
fatal (Widagdo, 2012). Berdasarkan pengertian diare (gastroenteritis)
diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak
dari biasanya.
Penyebab Diare menurut (Pudiastuti, 2011) adalah virus
(Rotavirus) : bakteri, diantaranya : Shigella, Salmonella, Escheria Coli,
Vibrio dan parasit perut (cacing). Penyakit diare menular melalui makanan
atau minuman yang tercemar bakteri. Masa tunasnya sangat akut dan
pendek, dari beberapa jam hingga beberapa hari (antara 8 jam sampai 5
hari), tergantung penyebab sakitnya. Perilaku yang tidak baik juga dapat
menjadi sarana penularan diare. Misalnya kebiasaan membuang air besar
ditempat terbuka yang berakibat mencemari air, mencemari tanah dan
menjadi tempat hinggap lalat. Tidak mencuci tangan atau mencuci tangan
tetapi tidak memakai sabun, tidak memanfaatkan sarana air bersih.
Berdasarkan penelitian (Ulfah dkk, 2012) kemajuan terbesar dalam
menurunkan angka kematian akibat diare yang diperkenalkan World
Health Organization (WHO) adalah penggunaan cairan rehidrasi oral Oral
Rehidration Solution (ORS). Cairan tersebut dapat digunakan untuk
menangani Gastroenteritis akut untuk pemeliharaan rehidrasi dan
mencegah komplikasi lebih lanjut akibat diare. Cairan rehidrasi oral
tersebut terbukti dapat mengatasi dehidrasi ringan hingga sedang pada
bayi dan anak-anak secara aman, efektif, relatif lebih murah dan mudah
digunakan.Menurut penelitian (Utami, 2015) upaya penanggulangan dan
penanganan pada penderita diare adalah dengan pemberian cairan
(rehidrasi awal), pemberian makanan dan pada bayi, pemberian ASI (Air
Susu Ibu) diteruskan jika penyebabnya bukan dari ASI (Air Susu Ibu).
Berdasarkan penelitian jurnal perawatan kekurangan volume cairan
menurut (Ginting dkk, 2014) lebih dari 10% episode diare disertai
dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan,
karena itu penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare adalah
untuk mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Oralit merupakan salah
satu cairan pilihan untuk mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi
dengan cairan elektrolit, sehingga dapat yang hilang bersama cairan keluar.
Sedangkan jika telah terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya
diberikan terapi oralit.
Riskesdas 2013 menyatakan insiden diare (≤ 2 minggu terakhir
sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi
1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi
3,3%-10,2%). Sedangkan periode prevalence diare (>2 minggu-1 bulan
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%. Pada tahun
2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6 kabupaten/kota,
dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang Case
Fatality Rate (CFR) 1,14%. Lima provinsi dengan insiden dan period
prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan
10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%).
Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah Angka
Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum memenuhi target Millenim
Development Goals (MDG), yaitu sebesar 24 kematian per 1000 kelahiran
hidup (WHO, 2014).World Health Organization melaporkan tahun 2015
diare merupakan penyebab utama kematian pada balita yaitu sebanyak 9%
diseluruh dunia (Ariani,2016).
Prevelensi Diare di Sumatera Selatan yang telah terdiagnosis
berdasarkan nakes sebanyak 5.0%. Sumatera selatan menempati peringkat
ke-29 yang terdiagnosis diare dengan provinsi terbesar yaitu Bengkulu
sebesar 8.5 % dan yang terendah adalah Bangka Belitung 2.6%
( Riskesdas, 2018).
Upaya pemerintah dalam menanggulangi diare, terutama diare pada
balita sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan yang baik
melalui program proyek desa tertinggal maupun lainnya. Apabila diare
pada balita tidak ditangani secara maksimal dari berbagai sektor dan bukan
hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakat diharapkan dapat
ikut serta dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya Diare. Apabila
tidak dilaksanakan akan menimbulkan kerugian. Untuk pengobatan atau
dapat menimbulkan kematian pada balita yang terkena diare (Ariani,
2016).
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada bayi dan balita di Negara yang sedang berkembang.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2018) mencatat bahwa Diare
masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 46%
dibanding pneumonia 27%, sedangkan untuk golongan usia 1-4 tahun
penyebab kematian karena diare sebanyak 25,2% dibandingkan
pneumonia sebanyak 15,5%.
Dalam pengkajian awal pada kasus Gastroenteritis (diare), keluhan
utama yang ditemukan pada anak yaitu buang air besar (BAB) lebih dari 3
kali sehari. Gastroenteritis (diare) adalah sebuah penyakit dimana
penderita mengalami rangsangan buang air besar (BAB) yang terus-
menerus dengan tinja atau feses memiliki kandungan air berlebihan
(Dianawuri, 2009). Sesuai teori penyakit ini maka diagnosa keperawatan
yang muncul pada kasus Gastroenteritis adalah kekurangan volume cairan
(Nabiel, 2014). Kemudian untuk tindakan keperawatan pada diagnosa
kekurangan volume cairan menurut Kemenkes RI (2011) yaitu
memberikan cairan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai berat badan atau
beri minum lebih banyak.
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah
dijelaskan diatas maka dari itu perlu penanganan masalah Gastroenteritis
(diare) secara maksimal, yang salah satunya adalah dengan pemberian
asuhan keperawatan karena pasien Gastroenteritis (diare) cenderung
mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan, yang mana keadaan
tersebut dapat mengancam kehidupan anak. Sehingga pemberian asuhan
keperawatan yang cepat, tepat dan efisien dapat membantu menekan angka
kejadian dan kematian pada pasien Gastroenteritis (diare). Berdasarkan
latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan
kasus keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gastroentritis pada An.F dengan masalah
kekurangan volume cairan di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari”.

1.2 Rumusan Masalah

Membuat asuhan keperawatan Gastroentritis pada An.F dengan masalah


kekurangan volume cairan di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari”

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini, antara lain sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
a. Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Anak yang
mengalami Gastroenteritis dengan Kekurangan Volume
Cairan di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari.
b. Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Anak yang
mengalami Gastroenteritis dengan Kekurangan Volume
Cairan di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada anak dengan
Gastroentritis di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
anak dengan Gastroenteritis di Zaal Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang Bari.
c. Penulis mampu menyusun intervensi pada anak dengan
Gastroenteritis di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada anak dengan
Gastroenteritis di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada anak dengan
Gastroenteritis di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
asuhan keperawatan pada anak yang mengalami
Gastroenteritis dengan kekurangan volume cairan di Zaal
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
b. Sebagai wacana untuk studi kasus berikutnya dibidang
kesehatan terutama dalam asuhan keperawatan pada anak
yang mengalami Gastroenteritis dengan kekurangan volume
cairan di Zaal Anak Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
Bari.
1.4.2 Manfaat Praktis bagi Rumah Sakit
a. Bagi rumah sakit
Hasil studi ini digunakan masukan perbaikan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada anak yang mengalami
Gastroenteritis dengan kekurangan volume cairan di Zaal
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bari. Meningkatkan mutu
pemberian asuhan keperawatan pada anak yang mengalami
Gastroenteritis dengan kekurangan volume cairan di Zaal
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
b. Bagi Penulis
Menambah pengalaman serta dapat menerapkan standart
asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik
keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam
bidang atau profesi keperawatan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada
penanganan kasus Gastroenteritis dilapangan dan dalam
teori.
d. Bagi Klien dan Keluarga
Memberi pengetahuan kepada keluarga supaya keluarga
dapat mengetahui gambaran umum pada anak dengan
Gastroenteritis serta perawatan yang benar bagi klien
supaya mendapatkan perawatan yang tepat dalam
keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai