PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dan
juga budayanya. Antropologi berarti “ilmu tentang manusia.” Ilmu antropologi telah
berkembang dengan luas, ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas ini yang
menyebabkan timbulnya paling sedikit 5 masalah penelitian (Koentjaraningrat, 1981).
Menurut WHO, lansia merupakan mereka yang berusia 65 tahun ke atas untuk Amerika
Serikat dan Eropa Barat. Sedangkan di negara-negara Asia, lansia adalah mereka yang berusia
60 tahun ke atas. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa (Notoadmodjo, 2007).
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia karena
mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sekitar 8,90% dari jumlah
penduduk di Indonesia. Pada tahun 2010, jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia
harapan hidup 67,4 juta. Sedangkan, pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8
juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Menko Kesra, 2008).
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan
berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan atau mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberdayaannya. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posbindu, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar
adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit (Fallen,
2010).
Posbindu merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh
dan untuk kaum usia lanjut yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan
secara berkala, peningkatan olahraga, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman
agama, dan pengelolaan dana sehat (Notoadmodjo, 2007).
Posbindu banyak memberikan manfaat bagi lansia yang mengikutinya. Apabila
program Posbindu tidak terlaksana maka kegiatan pembinaan kesehatan lansia, pencatatan dan
pelaporan status kesehatan lansia, proses monitor kesehatan lansia melalui pemeriksaan lansia,
pengkajian indeks kemandirian dan indeks masa tubuh lansia, upaya preventif terhadap status
kesehatan lansia secara berkala, tidak dapat terlaksana.
Adapun beberapa kendala pelaksanaan Posbindu, misalnya: pengetahuan lansia yang
rendah tentang manfaat Posbindu sehingga lansia tidak datang ke Posbindu karena mereka
merasa keadaan kesehatan baik. Kurangnya dukungan sosial atau keluarga yang
mengakibatkan lansia kurang termotivasi untuk datang rutin ke Posbindu. Kesan yang buruk
terhadap petugas Posbindu sehingga lansia tidak mempunyai kesiapan untuk menghadiri
kegiatan di Posbindu. Jarak rumah dengan lokasi Posbindu yang jauh atau tidak terjangkau
menjadikan lansia malas datang ke Posbindu karena terjadinya kelelahan fisik ataupun
kekhawatiran dalam perjalanan menuju lokasi Posbindu.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Antropologi
2. Pengertian Antropologi Kesehatan
3. Pengertian Posbindu Lansia
4. Hubungan antara Posbindu Lansia dengan Antropologi Kesehatan
C. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
antropologi, posbindu lansia, dan hubungan antara keduanya agar dapat menigkatkan derajat
kesehatan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antropologi
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dan
juga budayanya. Menurut Koentjaraningrat (1981) antropologi berarti “ilmu tentang manusia.”
Ilmu antropologi telah berkembang dengan luas, ruang lingkup dan batas lapangan
perhatiannya yang luas ini yang menyebabkan timbulnya paling sedikit 5 masalah penelitian.
Menurut Anderson (2006) pendekatan holistik antropologi terhadap interpretasi atas
bentuk-bentuk sosial dan budaya serta ketergantungan pokok pada observasi partisipasi untuk
mengumpulkan data dan menghasilkan hipotesis adalah hasil dari, atau berkaitan erat dengan
sampel umum dari penelitian antropologi. Akan tetapi Anderson juga menyatakan antropologi
tidak mencukupi diri dalam menghasilkan hipotesis-hipotesis dan topik-topik penelitian baru.
Terdapat macam-macam antropologi seperti antropologi fisik, antropologi budaya,
antropologi biologi antropologi sosial, antropologi kesehatan. Ilmu antropologi memberi
sumbangan bagi ilmu kesehatan.
Anderson (2006) menyatakan bahwa kegunaan antropologi bagi ilmu-ilmu kesehatan
terletak dalam 3 kategori utama :
1. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam memandang masyarakat
secara keseluruhan maupun para anggota individual mereka. Ilmu
antropologimenggunakan pendekatan yang menyeluruh atau bersifat sistem, dimana
peneliti secara tetap menanyakan, bagaimana seluruh bagian dari sistem itu saling
menyesuaikan dan bagaimana sistem itu bekerja.
2. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses-proses perubahan sosial dan buaya dan juga untuk membantu
memahami keadaan dimana para warga dari “kelompok sasaran” melakukan respon
terhadap kondisi yang berubah dan adanya kesempatan baru.
3. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu metodologi penelitian
yang longgar dan efektif untuk menggali serangkaian masalah teoritis dan praktis yang
sangat luas, yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan.
C. Posbindu Lansia
Sementara menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut
Usia (2010) disebutkan bahwa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu
wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM),
lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan
menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping
pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama,
pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan
para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi
diri.
Sebelum membahas beberapa hal terkait Posyandu lansia ini, ada baiknya kita memahami
definisi dan pengertian lansia. Menurut WHO, yang termasuk katagori lansia, adalah mereka
yang berusia 65 tahun ke atas (AS dan Eropa Barat). Sedangkan di negara-negara Asia, lansia
adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas. Pengkatagorian lebih detail dikemukakan oleh
Durmin dalam Arisman (2007), yang membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun)
dan older elderly (75 tahun). Sementara di Indonesia, M. Alwi Dahlan dalam Arisman (2007)
menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60 tahun.
Sementara Notoatmodjo (2007) mengemukakan, bahwa lansia merupakan tahap akhir siklus
kehidupan. Lansia juga merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh
setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat
dihindari. Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia dimulai paling tidak saat puber
dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa. Menurut Depkes RI (2000), konteks
kebutuhan lansia akan dihubungkan secara biologis, sosial dan ekonomi. Tujuan Posyandu
Lansia.
Menurut Depkes RI (2003), tujuan umum dibentuknya Posyandu lansia secara garis besar
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk mencapai masa
tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya.
2. Tujuan Penyelenggaraan
Mengacu pada Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan, 1998
tujuan penyelenggaraan posbindu lansia Depkes, RI, 1998) adalah:
a. Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan lansia untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya dalam strata masyarakat.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina kesehatan dirinya sendiri.
2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menyadari dan menghayati
kesehatan lansia yang optimal.
3) Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lansia.
4) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia (2010),
untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap lanjut usia di
kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang benar dan tepat
waktu, serta pengendalian yang akurat.
Beberapa data yang dibutuhkan pada proses perencanaan Posyandu Lansia antara lain :
Data tersebut diatas dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui PKK dengan kegiatan
Dasawisma dimana satu kader membina 10 keluarga. Untuk sosial ekonomi, mandiri dan
cacat serta produktif harus dibuat kriteria yang jelas. Untuk hal tersebut perlu menggunakan
alat bantu kuesioner (lampiran) Rencana yang perlu disusun antara lain meliputi: a).
Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia; b) Jenis kegiatan posyandu; c). Tenaga pelaksana
kegiatan; d). Biaya kegiatan posyandu; dan e). Pengembangan kegiatan lanjut usia
A. Kesimpulan
1. Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dengan
budayanya, atau juga berarti ilmu tentang manusia. Dalam antropologi diterangkan
bagaimana hubungan manusia dengan budayanya dan apa pengaruhnya.
2. Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting
sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya
suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
3. Posbindu lansia adalah suatu sarana pelayanan kesehatan yang dipergunakan untuk
melayani lanjut usia dalam tingkat masyarakat.
4. Hubungan antropologi kesehatan dengan posbindu lansia, yaitu bagaimana manusia
ditinjau dari aspek sosialnya, seperti cara manusia berperilaku dan berinteraksi satu
sama lain yang dibatasi oleh norma atau nilai tertentu.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca lebih mendapatkan
pengetahuan tentang hubungan antara antropologi dengan posbindu lansia, sehingga pembaca
dapat mengetahui tentang pentingnya dan pengaruh antropologi terhadap posbindu suatu
masyarakat, sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan tentang cara-cara meningkatkan
derajat kesehatan. Akhirnya, semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.
Anonim. 2008. Kesehatan Lansia di Indonesia. http:// subhankadir.files.wordpress.com
Departemen Kesehatan RI. 2005 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh
Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository
@2009.
Komnas Lansia, 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Komnas lansia, Jakarta.