Anda di halaman 1dari 4

14.

tugas dan tanggung jawab tim rha

1. Mengidentifikasi fakta-fakta di lokasi bencana.


2. Mengindikasi kebutuhan yang harus segera dipenuhi.

Tujuan dari dilakukannya assessment awal secara cepat adalah :

1. Mendapatan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan darurat


2. Menjadi dasar bagi perencanaan program
3. Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help serta
aktivitas-aktivitas berbasis masyarakat.
4. Mengidentifikasi kesenjangan, guna :
a. Menggambarkan secara tepat dan jelas jenis bencana, keadaan,
dampak, dan kemungkinan terjadinya perubahan keadaan darurat.
b. Mengukur dampak kesehatan yang telah terjadi dan akan terjadi.
c. Menilai kapasitas sumber daya yang ada dalam pengelolaan tanggap
darurat dan kebutuhan yang perlu direspon secepatnya.
d. Merekomendasikan tindakan yang menjadi prioritas bagi aksi tanggap
darurat.
5. Pasca bencana: berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah
selanjutnya
a. Pengendalian penyakit menular (ISPA, diare,DBD,chikungunya,
tifoid,dll)
b. Pelayanan kesehatan dasar
c. Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan
sampah, sanitasi makanan, dll)

Tanggung jawab

1. Aspek Medis
Untuk menilai dampak pelayanan medis terhadap korban dan potensi pelayanan
kesehatan. Dalam aspek medis, meliputi:
a. Puskesmas setempat dan sekitar
Segera mengerahkan dan menyiapkan petugas kesehatan untuk menangani
kejadian bencana, seperti longsor.
b. Rumah Sakit
Rumah sakit siap siaga dalam menindaklanjuti dan menerima rujukan bencana,
seperti longsor.
c. Dinas Kesehatan Kota.
Memerintahkan semua puskesmas untuk melibatkan atau mengirim tenaga
kesehatan.
2. Aspek Epidemiolog
Untuk menilai potensi munculnya KLB penyakit menular pada periode pasca
kejadian/bencana. Dalam aspek epidemiologi, dengan contoh sebagai berikut:
a. Menilai kemungkinan munculnya diare,
b. Kemungkinan munculnya luka infeksi,
c. Kemungkinan munculnya penyakit menular,
d. Dst.

3. Aspek Kesehatan Lingkungan


Untuk menilai masalah yang terkait dengan sarana kesehatan lingkungan yang
diperlukan bagi pengungsi dan potensi yang dapat di manfaatkan. Dalam aspek
kesehatan lingkungan, meliputi :
a. Air bersih
b. Jamban
c. Pembuangan sampah
d. Tempat pengungsian yang aman
e. Dapur umum

15 Langkah-Langkah Rapid Health Assessment (RHA)

a. Apa bencana yang sedang terjadi


b. Siapa / Organisasi Pelaksana
1) Petugas puskesmas
2) Dinas kesehatan kabupaten dan dibantu dinas kesehatan provinsi dan
depkes
3) Terdapat tim yang melakukan RHA :
4) Petugas medis
5) Epidemiologist
6) Sanitasi (kesehatan lingkungan)
Dan diharapkan tim RHA :
1) Memiliki kemampuan analisis yang baik dalam bidangnya
2) Dapat bekerjasama dan dapat diterima
3) Memiliki kapasistas untuk mengambil keputusan
c. Dimana / Informasi Yang Mana
1) Area geografi yang terkena bencana.
2) Status sarana transportasi, komunikasi, listrik.
3) Ketersediaan air bersih, pangan, fasilitas sanitasi dan kondisi tempat
pengungsian.
4) Perkiraan jumlah korban (meninggal, luka ).
5) Kondisi SDM kesehatan yang ada.
6) Perkiraan jumlah pengungsi
7) Endemisitas penyakit menular setempat.
8) Kondisi penyakit potensial KLB dan kecenderungannya.
9) Kondisi lingkungan (sebagai ‘risk factors’)
10) Jenis bantuan awal yang diperlukan segera.
11) Kondisi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya,
d. Kapan RHA dilakukan
1) Dalam situasi yg memerlukan pertimbangan keamanan, waktu
pelaksanaan penilaian dapat dipersingkat
2) Bencana banjir, pengungsian, pengungsian penduduk dalam jumlah
besar, selambat-lambatnya 2 hari setelah kejadian.
3) Kedaruratan mendadak ( gempa bumi, keracunan makanan, kecelakaan
kimiawi, dan lain-lain) perlu dilakukan secepat mungkin atau beberapa
jam setelah kejadian
e. Bagaimana Langkah Penting dalam Mengumpulan Data dan Informasi
a. Sesuaikan dengan tujuan assessment
b. Review information yang lalu dan yang ada
c. Interview tokoh-tokoh kunci
d. Ke lapangan, observasi, interview & dengar
e. Rumuskan berbagai informasi dan
f. Analisis segera dan buat rekomendasi
g. Laporkan segera ke pimpinan
16. Penyakit endemik muncul di suatu area tertentu dan tidak menyebar ke area lain dengan
cepat. Penyakit endemik kemunculannya terjadi secara konstan dan bisa diprediksi.

Contoh penyakit endemik adalah malaria di Papua atau DBD yang dialami berbagai provinsi
Indonesia saat musim hujan tiba. Jumlah penderita penyakit endemik pun biasanya tidak akan
terlalu jauh berbeda dari tahun ke tahun.

Saat jumlah penderita penyakit endemik jumlahnya meningkat di luar prediksi tapi kejadiannya
masih bertahan di area yang sama, maka penyakit tersebut bisa dikategorikan sebagai
hiperendemik.

Anda mungkin juga menyukai