Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

LUKA BAKAR

oleh:

Kelompok 8 (A4-F)

I Gede Eka Seriana 10.321.0896

Dewa Ayu Kade Sari Astarini 10.321.0895

Putu Yudha Prawira Putra 10.321.0906

Wayan Sutrisna Partama Putra 10.321.0908

Komang Herry Purnama 10.321.0914

Ni Wayan Diah Septanuryanti 10.321.0927

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
LUKA BAKAR

Pokok Bahasan : Gangguan Sistem Integumen


Sub Pokok Bahasan : Luka Bakar
Sasaran : Masyarakat
Hari/ Tanggal : Kamis/ 13 Desember 2012
Waktu : pukul 11.00 – 11.20
Tempat : Balai Desa
Penyuluh : Mahasiswa Stikes Wira Medika PPNI Bali

I. LATAR BELAKANG
Kurang lebih 2,5 juta orang menderita luka bakar di amerika serikat setiap tahunnya.
Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penangan rawat jalan dan 100 ribu
pasien dirawat di rumah sakit.
Anak kecil dan orangtua merupakan populasi yang paling berisiko untuk mengalami
luka bakar. Sebagian besar luka bakar terjadi dirumah seperti tesiram air mendidih pada
anak-anak yang baru belajar berjalan, bermain-main korek api pada anak-anak usia
sekolah, dsb.

II. TUJUAN UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 20 menit,, masyarakat diharapkan
mampu memahami tentang luka bakar

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah dilakukan tindakan penyuluhan peserta dapat memahami tentang:

1. Pengertian luka bakar

2. Penyebab luka bakar


3. Klasifikasi luka bakar

4. Tanda dan gejala luka bakar

5. Penatalaksanaan luka bakar

IV. METODE
Ceramah, Tanya jawab.

V. MEDIA
 Leaflet.
 LCD
 Laptop

VI. ISI MATERI


1. Pengertian luka bakar

2. Penyebab luka bakar

3. Klasifikasi luka bakar

4. Tanda dan gejala luka bakar

5. Penatalaksanaan luka bakar

VII. PROSES PELAKSANAAN


No Kegiatan Respon Pasien/ Keluarga Waktu
1. Pendahuluan
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Menyampaikan pokok Menyimak
3 menit
bahasan
c. Menyampaikan tujuan Menyimak
d. Melakukan apersepsi Menyimak
2. Isi
10 menit
Penyampaian materi tentang: Memperhatikan
1. Pengertian luka bakar

2. Penyebab luka bakar

3. Klasifikasi luka bakar

4. Tanda dan gejala


luka bakar

5. Penatalaksanaan luka
bakar

3. Penutup
a. Tanya jawab Aktif bertanya
b. Kesimpulan Memperhatikan 7 menit
c. Evaluasi Menjawab pertanyaan
d. Memberi salam penutup Menjawab salam
VIII. SETTING TEMPAT

PAPAN TULIS

PENYAJI MODERATOR

LAPTOP LCD

PESERTA PESERTA

PESERTA PESERTA

PESERTA PESERTA

PESERTA PESERTA

FASILITATOR FASILITATOR
OBSERVER

IX. PENGORGANISASIAN
Ketua : Sutrisna Partama Putra
Moderator : Komang Herry Purnama
Penyaji : I Gede Eka Seriana
Observer : Ni Wayan Diah Septanuryanti
Fasilitator : Yudha Prawira, Dewa Ayu Kade Sari Astarini

X. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Tempat dan peralatan tersedia sesuai perencanaan
b. Peran dan tugas masyarakat sesuai perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Audiens mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
c. Audiens berperan aktif selama penyuluhan
3. Evaluasi hasil
a. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menjelaskan
definisi luka bakar
b. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan factor
penyebab luka bakar
c. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan
klasifikasi luka bakar
d. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menjelaskan
manifestasi klinis luka bakar
e. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan
penatalaksanaan luka bakar
XI. REFERENSI
1. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
2. Carpenito, L. Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta:EGC
3. Doengoes, E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

4. Available at: http://ilmu-keperawatan.com/askep_luka_bakar/


XII. ISI MATERI

1. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat,
2001).
Bentuk kerusakan/kehilangan jaringan oleh karena kontak dengan sumber panas (FK
UI 2003)
Cedera kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit (Effendi,
1999, Smeltzer & Bare 2002)

2. PENYEBAB

- Luka bakar karena api


- Luka bakar karena air panas
- Luka bakar karena bahan kimia
- Luka bakar karena listrik, petir, radiasi
- Luka bakar karena ledakan kompor, udara panas
- Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

3. KLASIFIKASI
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan
perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan
keseriusan luka, yakni :
b. Berdasarkan penyebab
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia
 Luka bakar karena listrik
 Luka bakar karena radiasi
 Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

c. Berdasarkan kedalaman luka bakar


 Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
 Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
 Derajat II dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
 Derajat II dalam (deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari
sebulan.
 Luka bakar derajat III
- Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
- Tidak dijumpai bulae.
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.

c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori, yaitu:
 Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih
dari 20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan
derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
 Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
 Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10 % pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

d. Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :


 Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran
napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini
terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera
termis bersifat sistemik.
 Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah
inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
 Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi
maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar
berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

4. GEJALA KLINIS
a. Derajat I:
- Kesemutan
- Hiperestesia (supersensitivitas)
- Rasa nyeri menghilang jika didinginkan
- Penampilan luka memerah dan menjadi putih jika ditekan.
- Penampilan luka minimal atau tanpa edema.
b. Derajat II:
- Nyeri
- Hiperestesia
- Sensitive terhadap udara dingin
- Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka
basah
- Edema
c. Derajat III:
- Tidak terasa nyeri
- Syok
- Hematuria ( adanya darah dalam urin) dan kemungkinan pula hemolisis
(destruksi sel darah merah)
- Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik).
- Penampilan luka kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit
atau gosong
- Kulit retak dengan bagian lemak yang tampak

5. PENATALAKSANAAN
Prosedur penanggulangan pasien luka bakar di tempat kejadian:
- mematikan sumber penyebab luka bakar
- mendinginkan luka bakar
- melepaskan benda penghalang
- menutup luka bakar
- mengirigasi luka bakar(kimia)

Melakukan prosedur ABC (airway, breathing and circulation)


- Airway : membebaskan jalan nafas
- Breathing : memperbaiki pola nafas
- Circulation : memperbaiki sirkulasi darah
Penanggulangan terhadap shock:
a. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan
Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi
yaitu :
24 jam I : Cairan Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB.
- ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam
kecelakaan).
- ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
- Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).
d. Mengatasi gangguan pernafasan
e. Mengatasi infeksi
f. Eksisi eskhar dan skin graft.
g. Pemberian nutrisi
h. Rahabilitasi
i. Penanggulangan terhadap gangguan psikologis.

Anda mungkin juga menyukai