Anda di halaman 1dari 9

LP ASKEP DHF (Dengue Haemoragic 

Fever)
Posted on 6 Agustus 2013 | Meninggalkan komentar

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang berpotensial mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan
kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419)

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV
yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti dan aides albopictus (Soegijanto, 2006: 61).

Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :

1. Derajat I ( ringan )

Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji
turniquet (+).

     2. Derajat II ( sedang )

Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis,  pendarahan

    3. Derajat III ( berat )

Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)

    4. Derajat IV ( DIC )

Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.

B. ETIOLOGI

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti,
nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).
C. PATOFISIOLOGI (pathway)

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia.

Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu dihipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan
suhu.

Selain itu virtemia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.

Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari
antibody melawan virus.

Pada Pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau
perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk
melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan
dan jka tidak tertangani maka akan menimbulkan syok . Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari,
rata-rata 5-8 hari.

                                                            ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ).

 D. TANDA DAN GEJALA

    1. Masa Inkubasi

Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit, terdapat
masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.

    2. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang
tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya

    3. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena,
petekia dan purpura.

Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis.

Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.


    4. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi
hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di
perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita

    5. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda –
tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki
serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.

    6. Gejala klinik lain

          Nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan
nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan
syok.

( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ).

E. PENGKAJIAN (Doenges, 2000)

Identitas

   Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF

Riwayat kesehatan

 Keluhan utama

          Panas

 Riwayat kesehatan sekarang

Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat
menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.

 Riwayat kesehatan dahulu

Pernah menderita yang sama atau tidak

 Riwayat kesehatan keluarga

Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit
herediter (keturunan).
Pemeriksaan fisik

 System pernapasan

Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi

 System cardivaskular

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.

Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan
darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.

Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

 System neurologi

Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS

 System perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat
kencing, kencing berwarna merah

 System pencernaan

Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta
dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).

 System integument

Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit
(petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai

1. Ig.G dengue positif


2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
4. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan

–          hipoproteinemia

–          hiponatremia dan

–          hipokalemia

Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit,
monosit dan basofil

1. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat


2. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3. Waktu pendarahan memanjang
4. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 –
40 mm Hg, HCO3 rendah

 Pemeriksaan serologi

Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara haemaglutination
nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di
butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan

( 104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2
– 5 ml.

1. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural
effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler
keekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual muntah dan
nafsu makan yang menurun
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni ).
6. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan hepatomegali.

1. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.     Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Hipertermia b/d Setelah dilakukan 1. engobservasi ku dan
proses infeksi virus keluhan klien.
dengue tindakan keperawatan 2. Observasi suhu klien
(derajat dan
selama 3 x 24 jam, klien pola)perhatikan
menggigil / diaforsis.
menujukan temperatur dalan batas 3. Pantau suhu lingkungan,
normal batasi / tambahkan linen
tempat tidur sesuai
dengan kriteria: indikasi.
4. Berikan kompres hangat
1. Bebas dari kedinginan hindri penggunaan
2. Suhu tubuh dalam akohol.
5. Kolaborasi untuk
      rentan normal 36,5-      37,5C pemberian antipiretik
dan cairan parenteral.
    3. Mukosa bibir lembab

    4. Kulit tidak teraba panas


2. Resiko defisit Setelah dilakukan 1. Observas vital sign tiap
volume cairan b/d 3 jam / lebih.
pindahnya cairan tindakan keperawatan 2. Observasi capillary.
intravaskuler 3. Observasi intake
keekstravaskuler. selama 3 x 24 jam. dan output. Catat
jumlah,warna, konsentra
Kebutuhan cairan klien  dapat si, BJ urine.
terpenuhi dengan 4. Anjurkan untuk minum
Kriteria hasil : 1500-2000 ml /hari
(sesuai toleransi).
1. Input dan output seimbang, 5.  Kolaborasi : Pemberian
2. Vital sign dalam batas normal cairan intravena, plasma
(TD 100/70mmHg, N: 80- atau darah.
120x/mnt),
3. Tidak ada tanda presyok,
4. Akral hangat,
5. Capilarry refill < 3detik, Pulsasi
kuat

3. Resiko syok Setelah dilakukan  


hypovolemik b/d
perdarahan yang tindakan keperawatan 1. Monitor keadaan umum
berlebihan, klien.
pindahnya cairan selama 3 x 24 jam. 2. Observasi vital
intravaskuler sign setiap 3 jam atau
keekstravaskuler. lebih.
Tidak terjadi syok 3. Jelaskan pada klien dan
keluarga tanda
Hipovolemik dengan Kriteria hasil : perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi
1. TTV dalam batas normal (TD perdarahan.
100/70 mmHg, N: 4. Kolaborasi : Pemberian
80-120x/mnt), cairan intravena.
5. Kolaborasi :
pemeriksaan : HB, PCV,
trombo.

4. Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji riwayat nutrisi,


pemenuhan keperawatan selama 3×24 jam. termasuk makanan
kebutuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi yang disukai.
kurang dari dengan kriteria hasil : 2. Observasi dan catat mas
kebutuhan tubuh b/d ukan makanan pasien.
intake nutrisi yang 1. klien menghabiskan separo / 3. Timbang BB tiap hari
tidak adekuat akibat satu porsi makan. (bila memungkinkan ).
mual muntah dan 2. nafsu makan meningkat 4. Berikan / Anjurkan pada
nafsu makan yang 3. klien tidak terlihat lesu dan klien untuk makanan
menurun lemah. sedikit namun sering
4. mukosa bibir tidak kering dan ataumakan diantara
5. mual dan muntah berkurang waktu.
6. tidak ada tanda-tanda 5. Berikan dan bantu oral
malnutrisi. hygiene.
7. tidak terjadi penurunan berat 6. Hindari makanan yang
badan. merangsang
(pedas / asam) dan
mengandung gas.
7. Jelaskan pada klien dan
keluarga tentang penting
nutrisi / makanan bagi
proses penyembuahan.
8. Sajikan makanan dalam
keadaan hangat.
9. Anjurkan pada klien
untuk
menarik nafas dalam jik
a mual.
10. Kolaborasi dalam
pemberian diet lunak
dan rendah serat.
11. Observasi porsi makan
klien, berat badan dan
keluhan klien.

5. Resiko terjadi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penjelasan


perdarahan berhubun keperawatan selama 3×24 jam. Tidak kepada klien dan
gan dengan terjadi perdarahan selama dalam masa keluarga
penurunan factor- perawatan dengan kriteria hasil : tentang bahaya yang
faktor pembekuan dapat timbul akibat dari
darah 1. TTV dalam rentan normal adanya
(trombositopeni ). perdarahan, dan anjurka
(TD n untuk segera
100/60 mmHg, N: 80-100x/menit) regu melaporkan jika ada
ler, pulsasi kuat. tanda perdarahan seperti
di gusi, hidung
1. tidak ada perdarahan (epistaksis), berak darah
spontan (gusi, hidung, (melena), atau muntah
hematemesis dan melena). darah (hematemesis).
2. Trombosit dalam batas normal 2. Antisipasi adanya
(150.000/uL). perdarahan : gunakan
3. Anjurkan pada klien untuk sikat gigi yang lunak,
banyak istirahat tirah baring pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan
5-10 menit setiap selesai
ambil darah dan
Observasi tanda-tanda
perdarahan serta tanda
vital (tekanan darah,
nadi,suhu dan
pernafasan).
3. Kolaborasi dalam pemer
iksaan laboratorium
secara berkala (darah
lengkap).
4. Monitor tanda-tanda
penurunan trombosit
yang disertai tanda
klinis.
5. Monitor
trombosit setiap hari.
6. Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
(trombosit concentrate).

6. Nyeri b/d Gangguan rasa nyaman : nyeri 1. Observasi adanya tanda


berkurang / terkontrol setelah -tanda nyeri nonverbal,
hepatomegali. dilakukan tindakan keperawatan seperti: ekspresi wajah,
selama 3×24 jam, dengan kriteria posisi tubuh, gelisah,
hasil : menangis / meringis,
menarik diri,
1. skala nyeri berkurang (0-3) diaphoresis, perubahan
2. ekspresi wajah relax frekuensi jantung/
3. bisa menggunakan teknik pernapasan, tekanan
relaksasi dengan baik (nafas darah.
dalam, imajinasi). 2. Evaluasi perilaku nyeri.
4. Kaji keluhan nyeri,  lokasi, dan 3. Teknik relaksasi (nafas
intensitasnya. dalam)
4. Kolaborasi pemberian
analgesik sesuai
indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E, dkk, 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan. Jakarta : EGC
2. Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam. Jilid 1. Jakarta : FKUIM
3. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta
4. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
5. Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. edisi 2. Surabaya : Aerlangga
6. Widyastuti, Palupi. 2004. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam Berdarah.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai