Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM HEMORAGIC FEVER(DHF)

PAADA ANAK DI RUANG PICU

RSUD S.K.LERIK KUPANG

OLEH

MAGDALENA T.NENOMEL

223111033

UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG

2023/2024
Tinjauan Teori

A.Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang

disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus,

famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan

aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul

sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan

dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).

B.Etiologi

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan

disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk penular

dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang

ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu & Budi,

2017).Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-

bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus

dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :

a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.

d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.

Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang

terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3

merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi,

2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang

bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain

(Wijaya, 2013).Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya DBD :

a.Pencahayaan rumah yang kurang terang

Menyebabkan suasana rumah yang menjadi lembab dan gelap sehingga nyamuk
menyukai untuk hidup dirumah tersebut.

b.Tempat aiar yang terbuka dan jarang dikuras

Nyamuk aedes aegypti menyukai air yang bersih untuk meletakkan telurnya. Telur
tersebut memerlukan waktu 4-5 hari untuk berkembang menjadi nyamuk dewasa. Jadi
bak mandi / tempat air lainnya sebaiknya harus dikuras minimal 1 minggu sekali.

c.Kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai

Nyamuk suka berlindung dan hinggap di sela-sela pakaian bekas pakai.

C.Manisfestasi Klinis

Beberapa kondisi klinis yang terkait dengan terjadinya hipertermia di antaranya adalah
proses infeksi (viremia), hipertiroid (kondisi dimana jumlah hormon tiroid dalam tubuh
sangat tinggi), stroke, dehidrasi (kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan dari
pada yang didapatkan), trauma, prematuritas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

D.Tanda dan Gejala

1.Panas tinggi selama 2-7 hari .

2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit pteachie, ekhimosis hematoma.

3. Epitaksis

4. Mual,muntah,tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

5. Nyeri otot, tulang, sendi, abdomen, dan uluh hati .

6. Sakit kepala, pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limfe, dan kelenjar getah
bening.

7.Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembab, dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, nadi cepat dan lemah .)

8.Tes tourniquet positif

9.Setelah hari ketiga biasanya demam akan turun dan penderita mungkin merasa sudah
sembuh tetapi setelah itu demam dapat menyerang kembali .

10. Berak darah dan mimisan .

11.Trombositopenia Perjalanannya
Gambaran klinis bervariasi dari tidak bergejala, kemudian demam yang tidak khas sampai
dengan gambaran perdarahan (mimisan, bintik bintik merah di kulit) dan yang paling berat
dapat menimbulkan syok (penurunan tekanan darah dan gangguan sirkulasi tubuh).
Biasanya penderita mengalami fase demam 2-7 hari, fase kritis berlangsung sekitar 2-3
hari. Pada fase kritis yang terjadi, pasien tidak demam namun dapat terjadi risiko syok jika
tidak mendapat pertolongan yang adekuat.

E. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala

karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,

hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada

system retikolo endhothelial seperti pembesaran kelenjar- kelenjar getah bening, hati dan

limpa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan

tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu, akan timbul the secondary heterologous

infection atau the sequential infection of hypothesis.


Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan

konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.

Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai

berikut :

a.Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat

dilepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,

suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.

b.Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami

metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan

oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada

keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang

bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang

merangsang koagulasi intravascular.

c.Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir terjadinya

pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan

menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran

fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivas akan merangsang

sistim klinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh

darah(Wijaya,2013).
KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

Pengkajian
1. Identitas
DBD dapat mengenai pada semua umur yang tinggal di daerah tropis.
2. Keadaan Umum
Terjadinya peningkatan suhu tubuh / demam dan disertai ruam macula popular.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Umumnya klien dengan DHF datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam akut 2
– 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, malaise, mual, muntah, sakit kepala,
sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, pendarahan spontan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Diantara penyakit yang pernah diderita yang dahulu dengan penyakit DHF yang
dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF penyakit itu berulang.
5. Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain, yang tinggal didalam satu
rumah / beda rumah dengan jarak yang berdekatan sangat menentukan karena
ditularkan melalui gigitan nyamuk.
6. Riwayat Penyakit Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 nyamuk yaitu: Aedes aeyipry dan Aedes albopiehis, hidup dan
berkembang biak didalam rumah yaitu pada tempat penampungan air bersih seperti
kaleng bekas, bak mandi yang jarang dibersihkan.
7. Pemeriksaan Fisik
 Sistem pernafasan
Tidak ada gangguan dalam pernafasan.
 Sistem persyarafan
Gangguan dalam sistem persyarafan adalah terdapat respon nyeri.
 Sistem cardiofaskuler
Terjadi pendarahan dan kegagalan sirkulasi.
 Sistem pencernaan
Terjadi anorexia, mual dan muntah.
 Sistem otot dan integumen
Ditemukan peteckie, pegal-pegal pada seluruh tubuh.
 Sistem eliminasi
Terjadi gangguan pada sistem eliminasi yaitu terjadi konstipasi.

2.Diagnosis Keperawatan
1.hipertermia
2. konstipasi
3.Gangguan rasa nyaman

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnostik DHF diantaranya
adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan darah pasien DHF
meliputi pemeriksaan Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Leukosit, SGOT, SGPT, elektrolit,
ureum, dan analisa gas darah.

4.Intervensi Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia :
asuhan Observasi
keperawatan selama 3 x 1. Monitor suhu tubuh.
24 jam diharapkan 2. Monitor kadar elektrolit
termoregulasi 3. Monitor kadar haluaran
membaik, dengan urine
kriteria hasil 4. Monitor komplikasi
: akibat hiportermia
1. Menggigil menurun Terpaeutik
(5) 1. Sediakan lingkungan
2. Kulit merah yang dingin.
menurun.(5) 2. Longgarkan atau
3. Pucat menurun(5) lepaskan pakaian.
4. Suhu tubuh 3. Basahi dan kipasi
membaik(5) permukaan tubuh .
5. Suhu kulit 4. Berikan cairan oral.
membaik(5)
6.Tekanan darah Edukasi
membaik(5) 1. anjurkantirah baring.
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena.
5. Kolaborasi pemberan
antipiretik, jika perlu.
konstipasi Setelah dilakukan Observasi
asuhan
keperawatan selama 3 x 1. Identifikasi masalah usus
24 jam diharapkan dan penggunaan obat
Eliminasi fekal pencahar
membaik dengan 2. Identifikasi pengobatan
kriteria hasil yang berefek pada
1. Kontrol kondisi gastrointestinal
pengeluaran 3. Monitor buang air besar
feses meningkat (mis: warna, frekuensi,
(5) konsistensi, volume)
2. Keluhan 4. Monitor tanda dan gejala
defekasi lama diare, konstipasi, atau
dan sulit impaksi
menurun (5)
3. Mengejan saat Terapeutik

defekasi 1. Berikan air hangat

menurun (5) setelah makan

4. Konsistensi 2. Jadwalkan waktu

feses membaik defekasi Bersama pasien

(5) 3. Sediakan makanan tinggi

5. Frekuensi BAB serat

membaik(5) Edukasi

6. Peristaltik usus 1. Jelaskan jenis makanan

membaik (5) yang membantu


meningkatkan
keteraturan peristaltik
usus
2. Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi, volume feses
3. Anjurkan meningkatkan
aktivitas fisik, sesuai
toleransi
4. Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukan gas
5. Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang
mengandung tinggi serat
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak
ada kontraindikasi

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu
Gangguan rasa nyaman 1.Kesejahtraan fisik Observasi
meningkat (5) 1.Identifikasi masalah yang tidak
2.Kesejahtraan menyenangkan yaitu
psikologi meningkat(5) mual,muntah,nyeri dll
3Keluhan tidak nyaman 2.Identifikasi pemahaman
menurun (5) tentang kondisi,situasi dan
4.Gelisah menurun (5) perasaannya
Terapeutik
1.Berikan posisi yang nyaman
2.Ciptakan lingkungan nyaman
Edukasi
1.Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan
2.Ajarkan teknik distraksi
Koloborasi
Kolaborasikan pemberian
analgetik

5.Implemntasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan
serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien.
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat (Ludji, 2019).

6.Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan teratasi, tidak
teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria

DAFTAR PUSTAKA
Dian, dkk, Buletin Kesehatan Vol.4 No.2 Agustus-Desember 2020. Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue

Fitriani, 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Dengue Hemorrhagic Fever
(Dhf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit

Nettina, Sandra M, 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih Bahasa Setiawan dkk,
Ed. 1. Jakarta : EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017., Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia (SDKI)., Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017., Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017 ., Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNIReeves,
Charlene j et al. 2013.
Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.Ed. 1. Jakarta : Salemba
MedikaSoetjiningsih, 1998, Tumbuh KembangAnak, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai