Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada

anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri

sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong

arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypty (betina). Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal

ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya

perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di

Filipina tahun 1953–1954.Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil,

sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada

suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu Dengue Haemorhagic Fever (DHF)?

1.2.2 Apa saja faktor presdisposisi?

1.2.3 Bagaimana gejala klinis DHF?

1.2.4 Bagaimana cara pencegahan DHF?

1.2.5 Bagaimana caring menurut K.M.Swanson?

1.2.6 Apakah ada kasus nyata dari DHF?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Supaya mahasiswa bisa mengetahui apa itu DHF.

1.3.2 Agar kita bisa mengetahui apa saja faktor presdisposisi.

1.3.3 Supaya kita bisa mengetahui gejala klinis DHF

1.3.4 Supaya kita bisa mengetahui cara pencegahan DHF

1.3.5 Agar kita bisa menegerti dan memahami caring menurut K.M.Swanson.

1.3.6 Supaya kita bisa mengetahui kasus nyata dari DHF.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat

pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan

nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang

tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypty (betina).

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan

beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya

dengan cepat menyebar secara efidemik.

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut

yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue

haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak

dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi

yang disertai ruam atau tanpa ruam.

3
2.2 Etiologi

2.2.1 Penyebab utama : virus dengue tergolong albovirus.

2.2.2 Vektor utama : Aedes aegypti, Aedes albopictus. Adanya vektor

tesebut berhubungan dengan :

2.2.2.1 kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan

sehari-hari.

2.2.2.2 Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

2.2.2.3 Penyedaiaan air bersih yang langka.

2.2.3 Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk

karena Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan

penularan karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m.

2.2.4 Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang

(multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian

dalam waktu singkat.

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae

dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian

ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3

dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953–

1954.Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif

terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil

pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak

beredar.

4
2.3 Faktor Predisposisi

2.3.1 Lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih.

2.3.2 Kurangnya informasi mengenai DHF atau tingkat pengetahuan

masyarakat tentang DHF.

2.4 Patofisiologi

Fenomena patologis yang utama pada penderita DBD adalah

meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan

terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra vaskuler. Demam terjadi

karena virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti membentuk antibodi terhadap penyakit. Setelah terjadi

virus-antibodi dalam system sirkulasi, akan mengakibatkan aktifnya

system komplemen (suatu system dalam sirkulasi darah terdiri dari 11

komponen protein dan beredar dalam bentuk yang tidak aktif serta labil

terhadap suhu panas). Bila system komplemen aktif maka tubuh akan

melepaskan histamin yang merupakan mediator kuat yang menyebabkan

permeabilitas pembuluh darah meningkat.Tingginya permeabilitas

dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma yang

berlangsung selama perjalanan penyakit sejak permulaan masa demam

dan mencapai puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien dengan

renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai 30 % atau lebih.

Dengan turunnya plasma klien akan mengalami hipovolemik.Jika keadaan

tersebut tidak teratasi, akan menyebabkan anoxia jaringan, asidosis

metabolic dan berakhir dengan kematian.Perdarahan yang terjadi pada

5
pasien DBD terjadi karena trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit

dan menurunnya factor koagulasi (Protrombin dan fibrinogen).

Perdarahan hebat dapat terjadi terutama pada traktus/ saluran

gastrointestinal.

2.5 Klasifikasi

Derajat beratnya DBD berdasarkan patokan WHO 1975 :

2.5.1 Derajat I:

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket

positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2.5.2 Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan

di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain

tempat.

2.5.3 Derajat III :Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan

ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang

cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan

penderita gelisah.

2.5.4 Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan

ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak

terukur dan nadi tak teraba.

6
2.6 Gejala Klinis

Demam tinggi yang timbul secara mendadak tanpa sebab yang

jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu makan berkurang,

muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut.

Gejala menyerupai influenza biasa. Ini berlangsung selama 2-7 hari.

Hari ke 2 dan 3, timbul demam. Uji tourniquet positip karena

terjadi perdarahan di bawah kulit (peteki, ekimosis) dan di tempat lain

seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis akibat perda2rahan dalam

lambung, melena dan juga hematuria massif.

Antara hari ke 3 dan ke 7 syok terjadi saat demam menurun.

Terdapat tanda kegagalan sirkulasi (renjatan), kulit teraba dingin dan

lembab terutama pada ujung jari tangan dan kaki, nadi cepat dan lemah

sampai tak teraba, takanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih

dari 2 detik.

Hepatomegali (pembesaran hati) pada umumnya dapat ditemukan

pada permulaan penyakit, bervariasi dari yang hanya sekedar diraba

sampai 2-4 cm dibawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri tekan pada

hepar tampak jelas pada anak besar, ini menandakan telah terjadi

perdarahan.

2.6.1 Dapat juga dijabarkan Tanda dan Gejala dari DHF yaitu:

2.6.1.1 Demam tinggi selama 2-7 hari sifatnya mendadak ( 38-40 ºC ).

2.6.1.2 Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit: petekie, ekimosis,

hematoma.

7
2.6.1.3 Epistaksis, hematemisis, melena, hematuria.

2.6.1.4 Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

2.6.1.5 Nyeri otot , tulang sendi, abdomen, ulu hati.

2.6.1.6 Sakit kepala.

2.6.1.7 Pembengkakkan sekitar mata.

2.6.1.8 Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

2.6.1.9 Tanda-tanda renjatan ( sianosis, kulit lembab dan dingin, TD menurun,

gelisah, CRT > detik, nadi cepat dan lemah ).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

2.7.1 Laboratorium:

Trombositopenia: trombosit turun, penurunan progresif pada

pemeriksaan periodic dan waktu perdarahan memanjang,

Hemokonsentrasi: Hematokrit saat masuk rumah sakit > 20 % atau

meningkat progresif pada pemeriksan periodic Hb meningkat > 20 %

Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hiponatremia, hipokloremia, pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi

leucopenia(penurunan leukosit) SGOT dan SGPT mungkin meningkat :

ureum, pH darah bisa meningkat.

2.7.2 Foto thorax :

Foto thorax lateral dekubitus kanan terdapat efusi pleura dan

bendungan pembuluh darah Darah rutin Hb, leukosit, hitung jenis

(limfosit plasma darah 6 – 30%) Waktu perdarahan dengan cara LVY (

n = 1-7 menit).

8
2.8 Pencegahan DHF

2.8.1 Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

2.8.1.1 Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah

dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit

terdapatnya kasus DHF.

2.8.1.2 Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor

pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita

viremia sembuh secara spontan.

2.8.1.3 Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu

di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

2.8.1.4 Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi.

2.8.2 Ada beberapa macam pemberantasan vektor antara lain:

2.8.2.1 Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara

lain dengan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN), pengelolaan

sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil

samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai

contoh: Menguras bak mandi / penampungan air sekurang kurangnya

sekali seminggu.

9
2.8.2.2 Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan : Pengasapan/Fogging

(dengan menggunakan malathion dan untuk mengurangi kemungkinan

penularan sampai batas – fenthion), berguna waktu tertentu seperti,

gentong air , vas bunga , kolam dan lain- lain.

Memberikan bubuk abate ( temhepos) pada tempat- tempat

penampungan air. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit

DHF adalah dengan mengkombinasikan cara- cara diatas yang disebut

dengan “3 M plus”, yaitu menutup ,menguras , menimbun. Selain itu

juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan

jentik, menabur lavarsida, menggunakan kelambu pada waktu tidur ,

memasang kasa , menyemprot dengan insektisida, menggunakan

repellent, memasang obat nyamuk , memeriksa jentik berkala, dan lain

– lain sesuai dengan kondisi setem.

2.9 Penatalaksanaan DHF

2.9.1 DHF tanpa Renjatan:

2.9.1.1 Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ).

2.9.1.2 Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan

kompres.

2.9.1.3 Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak

<1th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit

kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (

anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB).

10
2.9.1.4 Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.

2.9.2 DHF dengan Renjatan ( syok)

2.9.2.1 Medik:

2.9.2.1.1 Pasang infus RL.

2.9.2.1.2 Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander

( 20 – 30 ml/ kg BB ).

2.9.2.1.3 Tranfusi jika Hb dan Ht turun.

2.9.2.2 Keperawatan

2.9.2.2.1 Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam.

2.9.2.2.2 Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam.

2.9.2.2.3 Observasi intik output.

2.9.2.2.4 Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda

vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri

minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres.

2.9.2.2.5 Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan

Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil

dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri

infus.

2.9.2.2.6 Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri

O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,

obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt..

11
2.9.2.3 Resiko Perdarahan

a. Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena.

b. Catat banyak, warna dari perdarahan.

c. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal.

d. Peningkatan suhu tubuh.

e. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic.

f. Beri minum banyak.

g. Berikan kompres.

2.10 Caring Menurut K.M.Swanson

Menurut Swanson (1991 dalam Monica, 2008) ada lima asumsi yang

mendasari konsep caring. 5 konsep tersebut adalah :

2.10.1 Maintaining belief

Maintaining belief adalah mempertahankan iman dalam kapasitas

orang lain, untuk mendapatkan melalui suatu peristiwa atau transisi dan

menghadapi masa depan dengan bermakna. Tujuannya adalah untuk

memungkinkan yang lain sehingga dalam batas-batas kehidupannya, ia

mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh

harapan.

2.10.2 Knowing

Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa seperti yang

memiliki makna dalam kehidupan yang lain. Mengetahui melibatkan

untuk menghindari asumsi tentang makna dari suatu peristiwa dengan

12
yang merawat, yang berpusat pada kebutuhan lain, melakukan kajian

mendalam, mencari petunjuk verbal dan nonverbal, dan mengikut

sertakan dari keduanya.

2.10.3 Being with

Being with adalah secara emosional hadir untuk yang lain dengan

menyampaikan ketersediaan berkelanjutan, perasaan berbagi, dan

pemantauan yang peduli memberikan tidak membebani orang dirawat.

2.10.4 Doing for

Doing for adalah melakukan untuk yang lain apa yang dia akan

lakukan untuk diri sendiri jika hal itu mungkin. Melakukan untuk yang

lain berarti memberikan perawatan yang nyaman, protektif, dan

antisipatif, serta menjalankan tugasnya terampil dan kompeten sambil

menjaga martabat orang tersebut.

2.10.5 Enabling

Enabling adalah memfasilitasi bagian yang lain melalui transisi

kehidupan dan peristiwa asing dengan memberi informasi, menjelaskan,

mendukung, dengan fokus pada masalah yang relevan, berfikir melalui

masalah, dan menghasilkan alternatif, sehingga meningkatkan

penyembuhan pribadi klien, pertumbuhan, dan perawatan diri.

2.11 KASUS

An. V perempuan usia 5 tahun , di diagnosa DHF oleh dokter ,

dibawa ke UGD karena panas nya tidak turun –turun, tidak mau minum

dan makan , selalu mual muntah , kesadaran pasien compos metis , pasien

13
mengeluh nyeri di seluruh tubuhnya . pasien takut sama jarum suntik dan

selalu menolak untuk di suntik obat melalui infusnya . setelah dikaji An.V

pernah di rawat di RS sebelumnya dan pernah mengalami tangannya

bengkak dan seluruh tubuhnya gatal setelah di suntik obat lewat infusnya.

YANG DI LAKUKAN PERAWAT KEPADA PASIEN DENGAN

PROSES CARING MENURUT SWANSON

2.11.1 MAINTAINING BELIEF:

a. Kita sebagai perawat tetap berusaha melakukan pendekatan kembali pada

anak tersebut .

b. Kembali membujuk dam memberikan pengertian tentang pemberian obat

melewati infus

c. Kita mengecek dan menanyakan kembali pada orang tuanya apakah

sebelumnya ada alergi obat pada anak nya (an.v)

d. Memotivasi pasien agar mau untuk melakukan terapi atau pengobatan

dengan merayu pasien karena pasien tersebut masih anak-anak .

2.11.2 KNOWING:

a. Kita sebagai perawat harus mengetahui tanda dan gejala penyakit

sehingga lebih mudah memberikan terapi pada pasien

b. Kita sebagai perawat dapat mengumpulkan data dan keluhan pasien untuk

di jadikan tanda bukti sebagai data subjektif dari pasien yang pasien

rasakan ,dan data objektifnya dari perawat itu sendiri yang perawat lihat

terhadap pasien.

14
2.11.3 BEING WITH :

a. Kita sebagai perawat memberikan perhatian penuh terhadap pasien dengan

mendengarkan keluhan pasien yang pasien rasakan

b. Kita sebagai perawat tidak terlalu memaksakan kehendak dari pasien pada

saat pasien di berikan terapi selalu menanyakan apakah pasien mau di

berikan terapi atau tidak lalu memcatat di asuhan keperawatan medis

pasien.

2.11.4 DOING FOR:

a. Menjaga privasi pasien dengan setiap tindakan yang akan di lakukan oleh

perawat menutup sampiran (gorden) yang ada di ruangan pasien

b. Kita sebagai perawat harus tetap mengantisipasi keadaan pasien dengan

terus memamtau perkembangan kesehatan pasien

c. Kita sebagai perawat harus cekatan (cepat) dalam meberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien sesuai dengan prosedur kesehatan dan

keperawatan atau SOP.

2.11.5 ENABLING:

a. Kita sebagai perawat dapat memberikan informasi dalam memberikan

pengobatan serta menjelakan tentang penyakit yang di derita pasien

tersebut

b. Mendukung pengobatan agar dapat mempercepat kesembuhan pasien

tersebut

c. Kita sebagai perawat harus memfokuskan keadaan pasien dan dapat

mengutamakan kepentingan pasien demi kesembuhan pasien.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi dapat di tarik kesimpulan dari materi di atas yaitu, Dengue

Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo

virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypty (betina). Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit

yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus

dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty.

Demam tinggi yang timbul secara mendadak tanpa sebab yang

jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu makan berkurang,

muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut.

Gejala menyerupai influenza biasa. Ini berlangsung selama 2-7 hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://gegtriee.wordpress.com/2010/10/04/demam-berdarah-dhf/. Diakses 27

februari 2018

https://anitadwinurcahya.wordpress.com/2014/03/18/dengue-hemorrhagic-fever-

dhf-dengue-fever-df/. Diakses 27 februari 2018

https://www.academia.edu/17473705/KONSEP_CARING. Diakses 27 februari

2018

17

Anda mungkin juga menyukai