Anda di halaman 1dari 15

Demam berdarah dengue & demam

dengue
Demam berdarah dengue & demam dengue
 Meskipun disebabkan oleh infeksi virus dengue,
perbedaan utama DD dan DBD adalah adanya
kebocoran plasma pada DBD yang bisa menimbulkan
syok dan kematian
 Manifestasi klinis DBD, demam, nyeri otot / sendi,
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan
diathesis hemoragik
 Pada DD with warning signs:
 Gejala nyeri peru, muntah terus-menerus, pendarahan
mukosa, letargi/gelisah, pembesaran hati >2cm.
 Kelainan hasil lab: hematokrit bersamaan dengan
trombosit (<100.000/mm3) dan leukopenia.
 Ditularkan oleh nyamuk Aedes dan mempunyai 4
jenis serotipe yaitu,
 DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4.
 Pasien DD bisa berkembang menjadi DBD. Biasanya
demam mulai mereda 3-7 hari setelah onset gejala.
 Serotipe terbanyak di indonesia adalah DENV-3
 Mempunyai protein glikoprotein NS1 yang berperan
dalam diagnosis dan regulasi aktivasi sistem
komplemen dan meningkatkan permeabilitas
vaskular.
Epidemiologi

 Masih endemis dan masalah kesehatan di indonesia.


 50% penderita DBD berusia 10-15tahun. Nyamuk
aedes aktif menggigit pada siang hari puncaknya
pada pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00.

 Patofisiologi pada DBD


 Tanda penting DBD- meningkatnya permeabilitas
vaskular sehingga terjadi kebocoran plasma – volume
intravaskular dan syok .
 Kebocoran plasma terjadi selektif yaitu di pleura dan
rongga abdomen dengan periode pendek 24-48jam.
 Lebih banyaknya jumlah virus pada pasien DBD
dibanding pasien DB telah banyak terbukti. Derajat
banyaknya virus berkorelasi dengan tingkat keparahan
penyakit seperti,
 Jumlah efusi pleura dan trombositopenia.
 IgG dan IgM mulai terbentuk di infeksi primer dan
meningkat di infeksi sekunder. Ditemukan dalam
darah pada demam hari ke 5, meningkat di minggu 1-
3 dan menghilang setelah 60-90 hari.
 Terdapat 3 fase penyakit:
1. Fase demam
2. Fase kritis
3. Fase penyembuhan
Faktor resiko

 Tinggal di daerah tropis / subtropis


 Daerah padat penduduk, sanitasi kurang bersih
 Kontrol vektor nyamuk kurang baik.
 Faktor yang meningkatkan keparahan penyakit :
 Infeksi serotype DENV-2.
 Dan riwayat infeksi dengue sebelumnya
SISTEM ORGAN GEJALA DAN TANDA

Sistemik Demam tinggi, malaise, anoreksia

Tanda vital Takikardia, hipotensi

Gastrointestinal Mual, hematemesis, melena,


hepatomegali, asites
Ekstremitas Akral dingin, nyeri otot

Kulit Petekie, purpura, ekimosis

Kepala Nyeri kepala, epistaksis, gusi berdarah


Pemeriksaan penunjang
 Darah perifer lengkap:
 Trombositopenia (<100.00 sel/mm3), hematokrit
>20% dari baseline, leukopenia (<5.000 sel/mm3)
 Antigen NS1 (sensitivitas >90%): terdeteksi pada hari
pertama demam dan turun hingga hari 5-6.
 Serologi :
 IgM pada hari 3-5, meningkat hingga minggu ke 2 dan
turun dalam 2-3 bulan.
 IgG pada akhir minggu ke 1, meningkat dan menetap
hingga bertahun-tahun.
 Foto polos dada: efusi pleura
 Isolasi kultur virus, deteksi asam nukleat dengan PCR
Diagnosis

 Ditegakkan bila terdapat :


 Demam
 Pendarahan ( tes tourniket positif, petekie, pendarahan
gusi, epistaksis, hematemesis, melena)
 Kebocoran plasma ( hepatomegali, efusi pleura, asites)

 Pemeriksaan laboratorium
 Trombositopenia <100.000 sel/mm3
 Peningkatan hematokrit >20%

 Pemeriksaan NS1 dapat menegakkan diagnosis


secara pasti.
Klasifikasi

DD / DERAJ GEJALA DAN TANDA LABORATORIUM


DBD AT
DD Demam dengan minimal 2: •Leukopenia <5.000
•Sakit kepala sel/mm3
•Nyeri retroorbital •Trombositopenia
•Mialgia <150.000 sel/mm3
•Artralgia atau nyeri tulang •Peningkatan
•Ruam hematokrit 5-10%
•Manifestasi pendarahan •Tidak ada bukti
•Tidak ada bukti kebocoran plasma kebocoran plasma.
DBD 1 Demam tanpa pendarahan spontan
(torniket tes positif)
Ada bukti kebocoran plasma
DBD 2 Derajat 1 + pendarahan spontan

DBD 3 Derajat 1 / 2 + kegagalan sirkulasi


( pulsasi lemah, tekanan nadi <20mmHg,
hipotensi, gelisah)
DBD 4 Derajat 3 + syok dengan tekanan darah
dan nadi tidak terdeteksi
Diagnosis banding

 Chikunguya : dominan adalah nyeri dan


pembengkakan sendi
 Infeksi virus zika : terdapat konjungtivitis disertai
kemerahan pada kulit.
 Malaria : pola demam relapsing, anemia, ditemukan
parasit pada gambaran tepi darah
 Demam tifoid : pola demam step-ladder, bradikardia.
Komplikasi

 Acidosis metabolik;
 Koagulasi intravaskular diseminata – pendarahan
berat,
 Bila terjadi pendarahan intrakranial menyebabkan,
 Ensefalopati, gagal organ ( hati dan ginjal),
 Efusi pleura masif – gangguan pernapasan, kongesti
paru akut,
 Gagal jantung akibat terapi cairan berlebihan.
Terapi
 DBD fase kritis:
 Cairan kristaloid isotonik IV, kecuali bayi <6bulan
menggunakan NaCl 0,45%. Volume rumatan + 5%
untuk dehidrasi
 Pemberian cairan intravena tidak boleh melebihi 24-
48jam pada kasus syok dan 60-72jam pada kasus
tanpa syok
 Transfusi trombosit tidak direkomendasikan pada
kasus trompositopenia, dapat dipertimbangkan pada
pasien dewasa dengan hipertensi dengan
trombositopenia berat (<10.000 sel/mm3)
 DBD derajat 1 dan 2 ( tanpa syok)
- Jumlah cairan oral dan IV: cairan rumatan + defisit 5-
10% dalam waktu 48 jam
DBD derajat 3 (syok)
DBD derajat 4

Anda mungkin juga menyukai