PENDAHULUAN
asing lagi di Indonesia. Setiap tahun insidensinya selalu meningkat seiring dengan
di setiap daerah di Indonesia terdapat kasus DBD baru tak terkecuali dengan
Propinsi Jawa Timur. Sampai bulan September 2012 lalu, ada 5.140 penderita
Wilayah yang berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa) juga cukup banyak, yakni 12
kabupaten/kota1.
September 2012 adalah Kota Surabaya dengan 960 penderita, Kediri 259
penderita, Gresik 259 penderita, Jombang 247 penderita dan Bojonegoro 212
penderita. Lima daerah tersebut hanya Kediri dan Bojonegoro yang berstatus
KLB. Kota Surabaya Gresik dan Jombang, masih belum memenuhi kriteria KLB.
Sedangkan berdasarkan data Dinkes Jatim sampai Juli 2012, terdapat 12 daerah
yang berstatus KLB. Mereka adalah Kediri 259 penderita, Sumenep 212
penderita, Bojonegoro 206 penderita, Lamongan 177 penderita, dan Jember 161
1
1.2 Pernyataan Masalah
berikut:
Kecamatan Srengat.
tindakan apa yang akan dilakukan agar kasusnya tidak semakin meluas.
1.3 Tujuan
Kecamatan Srengat.
Blitar
1.4 Manfaat
Srengat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi
dengan demam dengue adalah ada tidaknya perembesan plasma yang ditandai
virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan
diameter sekitar 30 nanometer yang terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4 x 10-6. Terdapat 4 serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe virus tersebut semuanya telah ditemukan
2.2 Epidemiologi2
seluruh tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6-15 per 100.000 penduduk
(pada 1989 hingga 1995) dan pernah meningkat tajam hingga 35 per 100.000
3
penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun
hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue melalui
kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng
dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; (3) Lingkungan: curah
2.3 Patogenesis2
4
Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD. Kadar C3 dan
tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD,
Namun demikian, terdapat bukti bahwa faktor virus serta respons imun cell-
Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang
tidak spesifik, demam dengue, demam berdarah dengue, hingga yang paling berat
ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari
Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama
5
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
Kriteria Laboratoris :
6
darah tidak terukur) - ada kebocoran plasma
antara lain:
- hipoproteinemia
- hiponatremia
2.5 Diagnosis2,3
dan pemeriksaan fisik telah dibahas pada sub bab 2.4 mengenai manifestasi klinis
a. Pemeriksaan Laboratorium
hematokrit (Htc), jumlah trombosit, dan hitung jenis leukosit untuk melihat ada
7
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction). Namun karena teknik ini masih sulit
dilakukan dan biayanya mahal maka dapat digunakan juga uji serologis yang
darah adalah:
Leukosit: dapat berupa leukositosis atau leukopenia, mulai hari ke-3 dapat
ditemukan limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai limfosit
plasma biru (> 15% dari total leukosit di mana pada fase syok akan
meningkat jumlahnya
Faal ginjal: dapat terjadi peningkatan ureum, kreatinin terutama jika terjadi
syok
sampai dengan minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari, serta
8
terjadi peningkatan IgG mulai hari ke-14 (infeksi primer) atau hari ke-2
(infeksi sekunder)
Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI): uji ini merupakan standar WHO untuk
b. Pemeriksaan Radiologis
komplikasi dari DBD yaitu efusi pleura dan asites. Efusi pleura dapat dilihat pada
foto thorax PA dan lateral, sedangkan asites dapat ditemukan pada pemeriksaan
USG Abdomen.
2.6 Penatalaksanaan
a. Promotif
adalah melalui semboyan “3M plus” yaitu menguras bak mandi minimal
9
seminggu sekali, menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-
barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti,
b. Preventif
insektisida antinyamuk (semprot, bakar, atau elektrik), memakai kaos kaki yang
panjang hingga ke lutut untuk anak-anak yang masih sekolah atau menggunakan
celana panjang maupun baju lengan panjang, serta tidur dengan menggunakan
kelambu.
c. Kuratif2
Tidak ada terapi yang spesifik untuk infeksi dengue, prinsip utama adalah
dengan terapi simtomatis. Dengan terapi simtomatis yang adekuat angka kematian
berdarah dengue. Asupan cairan pasien harus dijaga terutama cairan oral. Apabila
asupan secara oral tidak dapat terpenuhi maka alternatifnya dapat diberikan cairan
darah.
10
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama
pertama pada pasien DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat serta
11
Protokol II: Pemberian Cairan pada Pasien Tersangka DBD di Ruang Rawat
Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok
di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus
berikut ini.
atau dapat juga dijabarkan dalam Rumus Holiday-Segar yang dapat pula
bawah ini.
Misal:
Pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, maka perhitungannya adalah (10
12
Alur penatalaksanaan pasien tersangka DBD tanpa perdarahan dan syok di
sebanyak kurang lebih 5%. Penatalaksanaannya seperti yang terlihat pada bagan
berikut ini.
Defisit Cairan 5%
13
MEMBAIKHematokrit TIDAK MEMBAIKHematokrit
↓Nadi ↓, Tensi ↑Diuresis ↑, Nadi ↑Tensi ↓ <20
↑ 2 cc/kgBB/Jam mmHgDiuresis ↓
Kurangi infus Tanda Vital dan Tambah infus
kristaloid5 Hematokrit kristaloid10
cc/kgBB/jam Memburuk cc/kgBB/jam
MEMBAIK TIDAK
MEMBAIK MEMBAIKTanda
Syok (+)
14
pemberian cairan tetap sama seperti keadaan tanpa syok. Observasi tanda vital,
Hb, hematokrit, dan trombosit sebaiknya dilakukan setiap 4-6 jam sekali.
darah diberikan sesuai indikasi. Tranfusi PRC (Pack Red Cells) dilakukan bila Hb
Sedangkan FFP diberikan bila terdapat tanda defisiensi faktor pembekuan (PT dan
aPTT memanjang).
KASUS DBD:Perdarahan
spontan masifTanda-tanda
syok (-)
dengan kebutuhan pasien. Ada rumus yang dapat digunakan dalam menentukan
15
(Hb target – Hb pasien) x Berat Badan (kg) x 3
pada pasien dengan berat badan minimal 50 kg. Ada beberapa institusi yang
pemberian kortikosteroid ini harus lebih hati-hati pada pasien yang memiliki
riwayat diabetes mellitus dan hipertensi, karena steroid akan sangat mudah
(DBD Derajat III dan IV) yang merupakan kegawatdaruratan pada penyakit ini.
Tatalaksana Dengue Shock Syndrome (DSS) dapat dilihat seperti pada bagan
berikut ini.
MEMBAIKKristaloid 3
cc/kgBB/jam MEMBAIKMen TIDAK MEMBAIKKoloid 30
Evaluasi 24-48 jam, jika
tetap stabil berikan cairan TIDAK
MEMBAIKMen
maintenance MEMBAIKPasang
uju ke
PVC
HIPOVOLEMIKKristalo NORMOVOLEMIKKoreksi
id pantau tiap 10-15 Gangguan Asam Basa,
menit Elektrolit, Hipoglikemia,
Anemia, DIC, Infeksi sekunder
- Inotropik
Kombinasi Koloid- Perbaikan terhadap - Vasopressor
Kristaloid vasopressor - After load
PERBAIKAN
BAB III
METODE
17
Kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan langsung dengan
3.2 Sasaran
Sasaran pada kegiatan ini adalah para siswa sekolah dasar se-Kecamatan
Srengat yang ditunjuk oleh sekolah masing-masing sebagai kader tiwisada (dokter
kecil).
3.3 Media
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah slide (powerpoint) serta
leaflet.
BAB IV
HASIL
pada jalur segitiga Blitar, Tulungagung, dan Kediri. Kecamatan Srengat memiliki
wilayah yang tidak terlalu luas dengan jumlah penduduk yang cukup banyak.
18
dan 3 swasta), 6 SMP (3 negeri dan 3 swasta), dan 3 SMA (1 negeri dan 2
kelurahan, 12 desa, 74 rukun warga (RW), dan 339 rukun tetangga (RT). Berada
pada ketinggian ±133 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata
Pada tahun 2010, jumlah tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan Srengat
sebanyak 24 orang dengan rincian 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 7
orang perawat, 14 orang bidan dan 1 orang sanitarian 4. Jumlah ini belum termasuk
19
dokter/dokter gigi praktek swasta, bidan praktek swasta, serta tenaga kesehatan
Dari hasil survey BPS tahun 2010 diketahui bahwa di Kecamatan Srengat
Provinsi Jawa Timur baru mencapai 84%. Di Kecamatan Srengat sendiri ABJ
pada tahun 2011 juga baru mencapai 71,11%, seperti halnya yang terjadi di
20
Kelurahan Srengat di mana dari 135 rumah yang dipantau terdapat 39 rumah yang
BAB V.
PEMBAHASAN
Dari data yang dipaparkan pada Bab. IV terlihat bahwa hampir setiap
bulan pada tahun 2012 terdapat penderita DBD baru, kecuali bulan Maret, April
dan Juni. Hal ini disebabkan karena perubahan iklim dan cuaca yang tidak
Srengat terjadi peningkatan curah hujan pada bulan Januari hingga Juni dan pada
bulan Oktober hingga Desember. Pada tahun 2009, peningkatan curah hujan justru
terjadi pada bulan Januari hingga Juli dan bulan Oktober hingga Desember.
Sedangkan pada tahun 2010, terjadi peningkatan curah hujan setiap bulannya,
sehingga bisa dikatakan pada tahun 2010 Kecamatan Srengat diguyur hujan
sepanjang tahun4.
21
Mengenai ABJ, target Provinsi Jawa Timur harus mencapai 95% 5. Untuk
itu Puskesmas Srengat sendiri telah memiliki beberapa program untuk mencegah
mewabahnya penyakit DBD, antara lain pemantauan jentik nyamuk oleh jumantik
mengenai DBD dan PSN 3M Plus kepada perwakilan siswa-siswi sekolah dasar
se-Kecamatan Srengat yang ditunjuk oleh pihak sekolah sebagai kader tiwisada
(dokter kecil) pada tanggal 20 November 2012, pukul 08.00. Dengan begitu
diharapkan para kader tiwisada dapat ikut serta secara aktif membantu petugas
puskesmas untuk mensosialisasikan materi tentang DBD dan PSN 3M Plus ini
kepada guru-guru dan teman-teman lainnya di sekolah serta kepada keluarga dan
22
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
orang dan ABJ baru mencapai 71,11%. Meskipun belum dikatakan sebagai
KLB (Kejadian Luar Biasa) tetapi sudah mulai ada peningkatan insidensi DBD
b. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya ABJ serta tingginya kasus DBD
6.2 Saran
23
a. Sosialisasi mengenai penyakit DBD dan PSN 3M Plus hendaknya dilakukan
secara berkala agar masyarakat tetap ingat dan semakin paham mengenai
pencegahan DBD.
DAFTAR PUSTAKA
4. BPS dan Bappeda Kabupaten Blitar. 2011. Kabupaten Blitar dalam Angka
2011. Blitar: BPS Kabupaten Blitar
24
5. Seksi P2 Dinkes Provinsi Jatim. 2012. Program Pengendalian Penyakit Menular
di Jawa Timur. http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/P2.pdf. Diakses 20
Oktober 2012.
25