NIM
: H1A011025
Nama Pembimbing
Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi tubuh
memberikan reaksi yang berbeda ketika seseorang mendapat infeksi yang
berulang dengan serotipe Virus Dengue yang berbeda. Hal ini merupakan dasar
teori yang disebut the secondary heterologous infection atau the sequential
infection hypothesis. Infeksi virus yang berulang atau re-infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan kompleks
antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) dengan konsentrasi tinggi. Sebagai
akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada tiap pasien,
respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer
tinggi antibodi IgG anti dengue. Replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah
banyak.
Terdapatnya
kompleks
virus-antibodi
di
dalam
sirkulasi
darah
dilepaskannya
anafilatoksin
C3a
dan
C5a.
C5a
pericardium.
Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks
antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran
ADP, sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini membuat
trombosit dihancurkan oleh RES sehingga terjadi trombositopenia.
Agregasi trombosit ini menyebabkan pengeluaran platelet faktor III
Dampak metabolik lain yang terjadi pada infeksi virus dengue ialah tubuh
host dalam kondisi hipermetabolik. Pada kondisi hipermetabolik tubuh menuntut
mitokondria untuk meningkatkan produksi ATP. Dampak sampingnya ialah
peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS). ROS bersama sitokin
proinflamatori menyebabkan penurunan elastisitas otot polos kapiler, miokard
dan berpengaruh pada sistem konduksi jantung terutama pada sindrom syok
dengue. Dapat dipahami bahwa syok pada infeksi DBD dapat terjadi akibat
perpindahan plasma, perdarahan, kelumpuhan otot polos vaskuler, kelumpuhan
miokard.6,8
Klasifikasi
DD/DBD
Grade
Demam
Dengue
Laboratorium
Trombositopenia
(< 150.000 sel/mm3 )
Hematokrit Meningkat
( 5 10 % )
Trombositopenia
( < 100.000 sel/mm3 )
Hematokrit Meningkat
(>20%)
DBD
Demam
disertai
manifestasi
perdarahan
(torniquet+)
ada
kebocoran plasma
DBD
II
DBD
(DSS)
III
DBD
(DSS)
IV
Trombositopenia
( < 100.000 sel/mm3 )
Hematokrit Meningkat
(>20%)
Grade I atau II + adanya kegagalan Trombositopenia
( < 100.000 sel/mm3 )
sirkulasi
Hematokrit Meningkat
(>20%)
Grade III + syok berat serta nadi
dan tekanan darah yang tidak
terukur
Trombositopenia
( < 100.000 sel/mm3 )
Hematokrit Meningkat
(>20%)
Diagnosis
Anamnesis
-
Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari
Lesu, tidak mau makan dan muntah
Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri perut
Diare kadang-kadang ditemukan
Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan
Pemeriksaan fisis
Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nyeri
kepala, nyeri otot dan sendi,nyeri tenggorok dengan faring hiperemis,nyeri di
bawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta tersebut lebih mencolok pada DD
daripada DBD.
- Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada
DBD.
- Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan
ini suhu turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi
ringan namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok.
- Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena, ataupun hematuria.
Tanda-tanda syok
- Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis
- Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba
- Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg
Apabila syok tidak dapat segera diatasi, akan terjadi komplikasi berupa
asidosis metabolik dan perdarahan hebat.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit & hitung jenis, hematokrit,
trombosit.
Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru,
peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD
- Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens
- Infeksi primer, serum akut <1:20, serum konvalesens naik 4x atau
hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah
diafragma kanan lebih tinggi dari pada kanan, dan efusi pleura.
- USG: efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah.
- Kriteria laboratorium:
- Trombositopenia (100.000/l atau kurang).
- Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut
Suportif
- Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
kecil
DBD ensefalopati
Pada ensefalopati cenderung terjadi edema otak dan alkalosis, maka bila
syok telah teratasi, cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung
HCO3- dan jumlah cairan segera dikurangi. Larutan ringer laktat segera
ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 3:1.
Indikas
rawat
lihat bagan
Pemantauan
Pemantauan selama perawatan
Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan transfusi
darah apabila diperlukan.