Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PRAKTEK KLINIK

PEDOMAN PRAKTEK KLINIK SMF SARAF


Panduan Praktik Klinis
KSM/SMF : SARAF
RSU DADI KELUARGA CIAMIS

TGL/BLN/THN REVISI KE 0 DIREKTUR RS


PENGESAHAN
01 Juni 2018

dr. Muhamad Ikbal


NAMA PENYAKIT : NYERI PUNGGUNG BAGIAN BAWAH
ICD – 10 : M54.5
1. Pengertian (Definisi) Nyeri yang dirasakan diantara sudut iga terbawah dan lipat
bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral.
2. Anamnesis Nyeri diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah
Onset : Akut, Kronik, Insidious, Kronis-progresif
Kualitas : sifat nyeri (tumpul, tertusuk, terbakar)
Faktor yang memperberat dan memperingan
Gejala penyerta : baal, kesemutan, gangguan BAK/BAB
Riwayat trauma atau penyakit dahulu.
3. Pemeriksaan Fisik Pengukuran tanda vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis.
4. Kriteria Diagnosis Nyeri punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan
daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal
maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat
bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan
sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan
kaki.
Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal
dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah
(referred pain)

Klinis:
Pembagian NPB untuk triage:
-NPB dengan tanda bahaya ( red flags):
 Neoplasma/ karsinoma
▪ Infeksi
▪ fraktur vertebra
▪ sindrom kauda equina
▪ NPB dengan kelainan neurologik berat
▪ NPB dengan sindroma radikuler
▪ NPB non spesifik
Sekitar ≥ 90% NPB akut (≤ 3 bulan) atau kronik (> 3
bulan) merupakan NPB non spesifik
4. Diagnosis Nyeri punggung bawah

5. Diagnosis Banding sesuai etiologi:


- Spondilogenik
- Neurogenik
- Vaskulogenik
- Viscerogenik
- Psikogenik
6. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium (atas indikasi) :
- Laju endap darah
- Darah perifer lengkap
- Ureum, creatinin
- elerktrolit
- C – reaktif protein (CRP)
- Faktor rematoid
- Urinalisa
- LCS
 Atas indikasi : Foto polos, mielografi, CT-mielografi,
MRI
Neurofisiologi:
 Atas indikasi, terutama pada kasus NPB dengan
nyeri radikuler: EMG
7. Terapi Kausal : terutama kasus NPB dengan tanda bahaya (red
flags )
NPB akut (≤ 3 bulan):
1. Medikamentosa dosis disesuaikan dengan jenis dan
intensitas nyeri:
• Nyeri inflamasi : Asetaminofen, ASA, NSAID, steroid,
relaksan otot (esperison, tizanidin), analgetik opioid
lemah - kuat
• Nyeri Neuropatik : analgetic adjuvant (antikonvulsan),
antidepresan, relaksan otot
2. Non medikamentosa:
 Edukasi:
 Reassurance
- Kembali ke aktifitas normal dini dan bertahap
- Mengenal dan menangani faktor yellow flags
(faktor biopsikososial)
- Heat- wrap therapy
3. Tindakan dapat diberikan: Injeksi epidural
(steroid, lidokain, opioid) pada sindroma radikuler.
NPB KRONIK
1. Medikamentosa: disesuaikan dengan respon terapi
fase akut dan pengawasan efek samping pengobatan
jangka panjang
2. Non Medikamentosa:
- Edukasi
- Terapi perilaku
- Intensive exercise therapy (Rehabilitatif)
8. Edukasi Penyebab, pengobatan dan penatalaksanaan selanjutnya

9. Prognosis Ad vitam = Tergantung etiologi dan beratnya defisit


neurologis yang ada
Ad sanationam = Tergantung etiologi dan beratnya defisit
neurologis yang ada
Ad Fungsionam = Tergantung etiologi dan beratnya defisit
neurologis yang ada
10. Tingkat Evidens Mengenai lebih dari 70% negara berkembang
Angka kejadian 45% dengan usia tersering antara 35-55 th
Laki-laki lebih sering dari wanita
11. Tingkat Rekomendasi A/B/C
12. Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI. 2016
2. Martin SA, Allan RH. Samuel’s manual of neurologic
therapeutic. Lippincott williams & wilkins. 2012

Ketua Komite Medik Penyusun

dr. H. Suswadi, Sp.OG dr. Rissa Nurlaila, Sp.S


PANDUAN PRAKTEK KLINIK
PEDOMAN PRAKTEK KLINIK SMF SARAF
Panduan Praktik Klinis
KSM/SMF : SARAF
RSU DADI KELUARGA CIAMIS

TGL/BLN/THN REVISI KE 0 DIREKTUR RS


PENGESAHAN
01 Juni 2018

dr. Muhamad Ikbal


NAMA PENYAKIT : NYERI NEUROPATI DIABETIKA
ICD – 10 : G63.2

1. Pengertian (Definisi) Nyeri neuropati diaberika ditandai dengan kerusakan saraf


somatis dan atau saraf otonom yang ditemukan secara
klinis/subklinis karena diabetes mellitus.
Neuropati diabetika merupakan komplikasi mikrovaskular
yang paling sering terjadi, diperkirakan > 50% penderita
diabetes
2. Anamnesis 1. Baal, Kesemutan atau nyeri Pada Ekstremitas
2. Polifagi,Polidipsi,Poliuri
3. Mengantuk
4. Kelemahan
5. Berkeringat
3. Pemeriksaan Fisik Inspeksi: ulserasi pada kaki dan charcot joint
Pemeriksaan neurologik:
a. pemeriksaan motorik di dapatkan kelemahan tipe LMN
b. pemeriksaan sensorik didapatkan gambaran sarung
tangan pada rangsang nyeri atau suhu
4. Kriteria Diagnosis 1. Penderita DM
2. Tidak ada kelainan atau penyakit lain yang dapat
menyebabkan gejala neurologis
3. Gejala simetris (nyeri spontan, paresthesia, hipestesia,
anestesia)
4. Penurunan refleks achiles atau patella
5. Pallestesia (sensasi getar)
6. Gejala neuropati otonom
5. Diagnosis Nyeri neuropati diabetika

6. Diagnosis Banding Neuropati oleh sebab lain selain DM

7. Pemeriksaan Penunjang Kadar gula darah


Plasma vena sewaktu : > 200mg/dl
puasa : > 140mg/dl
2 jam PP : > 200mg/dl
Darah kapiler sewaktu : >200mg/dl
puasa : > 120mg/dl
2 jam PP : > 200mg/dl
HbA1C
ENMG : Indikasi utama adanya gejala dan tanda otonom
murni atau hanya ada nyeri
8. Terapi KAUSAL
Pengendalian optimal kadar gula darah, kadar HbA1C
dipertahankan 7 %
Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskeletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan : karbamazepin, gabapentin
- Antiaritmia : meksiletin
- Topikal : krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa : Edukasi
Splint
TENS
9. Edukasi Perawatan kaki teliti
Kontrol gula darah
10. Prognosis Ad vitam = dubia ad bonam
Ad sanationam = dubia ad bonam
Ad Fungsionam = dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens prevalensi neuropati diabetika : 12-50 % dari penderita DM
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Kepustakaan 1. Konsensus Nasional Diagnostik dan
Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Kelompok
Studi Nyeri. PERDOSSI. 2011
2. Nyeri Neuropati Diabetika. Panduan Praktik Klinis.
PERDOSSI. 2016

Ketua Komite Medik Penyusun

dr. H. Suswadi, Sp.OG dr. Rissa Nurlaila, Sp.S


PANDUAN PRAKTEK KLINIK
PEDOMAN PRAKTEK KLINIK SMF SARAF
Panduan Praktik Klinis
KSM/SMF : SARAF
RSU DADI KELUARGA CIAMIS

TGL/BLN/THN REVISI KE 0 DIREKTUR RS


PENGESAHAN
01 Juni 2018

dr. Muhamad Ikbal


NAMA PENYAKIT : RADICULOPATHY LUMBAL
ICD – 10 : M54.1

1. Pengertian (Definisi) Suatu proses patologis yang melibatkan radiks nervus


lumbal sehingga menyebabkan gejala radikular ke
ekstremitas bawah.
2. Anamnesis Nyeri menjalar yang tajam, tumpul, seperti ditusuk-tusuk,
berdenyut, atau rasa terbakar. Nyeri yang dikarenakan oleh
HNP meningkat saat membungkuk ke depan, duduk, batuk,
stres yang berleboihan pada diskus. Kebalikannya, nyeri
yang timbul karena stenosis kanalis meningkat pada saat
berjalan dan membaik saat membungkuk ke depan.
Parestesi pada dermatom yang terkena, distribusi dari
penyebaran nyeri dan parestesi dapat menjadi indikasi
untuk menentukan segmen mana saja yang terlibat.
3. Pemeriksaan Fisik Ditemukan gangguan gerak dari ekstremitas karena nyeri
atau adanya deformitas dari segmen tulang belakang yag
terlihat atau teraba saat palpasi.
Pada pemeriksaan neurologis radikulopathy lumbal dapat
ditemukan kelainan berupa kelemahan ekstremitas
(monoparese/paraparese), gangguan sesibilitas, penurunan
reflek fisiologis yang sesuai dengan dermatom radiks
nervus yang terganggu.
Pemeriksaan lasegue sering dilakukan pada kasus curiga
radikulopati lumbal. Jika nyeri radikular muncul ketika
sudut kaki dibawah 60˚ dapat disimpulkan kemungkinan
besar terdapat radikulopati.
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis mendukung adanya keluhan berupa nyeri khas
radikular atau gangguan sensibilitas dikombinasikan
dengan hasil pemeriksaan fisik neurologis yang
mengindikasikan adanya iritasi radiks atau gangguan
fungsi neurologis
5. Diagnosis Radiculopathy Lumbal

6. Diagnosis Banding - HNP : Nyeri punggung bawah disertai nyeri menjalar,


kesemutan, tersetrum.
- Stenosis Spinal lumbal: Nyeri menjalar, kelemahan dan
kebas di area distribusi nervus spinal yang terkena
stenosis
- Cauda equine syndrome: Gangguan BAB dan BAK,
saddle anaesthesia, kelemahan ekstremitas
(paraparese/plegi)
- Diabetic amyotrophy: Salah satu bentuk neuropati DM
dengan karakteristik kelemahan diikuti pengecilan otot
pelvifemoral baik unilateral atau bilateral dengan
disertai nyeri
- Lumbosacral plexopathy: Gangguan pada plexus
lumbosacral dengan nyeri terbakar/tajam di bagian
paha diikuti kelemahan dan pengecilan otot betis,
unilateral
- Mononeuropati : Kelemahan pada otot yang diinervasi
nervus yang terkena dan diikuti dengan nyeri
7. Pemeriksaan Penunjang - MRI
- CT Scan
- ENMG
- Ronsen Vertebra

8. Terapi Konservatif : NSAID, trisiklik antidepresan, anti


konvulsan, opioid
- Intervensi : tindakan bedah, injeksi epidural, pulse
radiofrequency (PRF), adhesiolysis, spinal cord
stimulation(SCS)

Monitoring Pengobatan
Monitor perkembangan intensitas nyeri dan keluhan
neurologis yang lain serta awasi tanda adanya efek
samping atau komplikasi seperti Gastrointestinal Tract
Bleeding, resiko cardio vasculer
9. Edukasi - Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga
bahwa tingkat perbaikan dari gangguan radikulopati
tergantung dari tingkat keparahan radikulopati tersebut
dan seberapa cepat memulai penanganannya
- Keluarga ikut membantu memotivasi pasien untuk
tetap semangat menjalani pengobatan.
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad Sanationam : dubia
Ad Fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Kepustakaan 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
2. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
Indonesia, 2015
3. Perdossi, Panduan Praktik Klinis Neurologi Tahun 2016

Ketua Komite Medik Penyusun

dr. H. Suswadi, Sp.OG dr. Rissa Nurlaila, Sp.S


PANDUAN PRAKTEK KLINIK
PEDOMAN PRAKTEK KLINIK SMF SARAF
Panduan Praktik Klinis
KSM/SMF : SARAF
RSU DADI KELUARGA CIAMIS

TGL/BLN/THN REVISI KE 0 DIREKTUR RS


PENGESAHAN
01 Juni 2018

dr. Muhamad Ikbal


NAMA PENYAKIT : OSTEOARTHRITIS
ICD – 10 :
1. Pengertian (Definisi) Suatu proses degeneratif akibat hilangnya kartilago pada
sendi.
2. Anamnesis  Usia > 60 tahun; wanita > 50 tahun atau sudah
menopause
 Morning stiffness < 30 menit
 Durasi nyeri lama
 Onset gradual
 Diperberat dengan aktivitas (mengangkat berat, naik
tangga, olahraga)
 Membaik dengan istirahat.
3. Pemeriksaan Fisik  Bony tenderness (+)
 Bony enlargement / deformitas
 Tidak didapatkan erythema
 Krepitasi (+) pada pergerakan sedi
 ROM menurun
 Efusi ringan (+)
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis dapat berdasarkan pada manifestasi klinis, atau
didukung oleh pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Osteoarthritis
6. Diagnosis Banding - Berdasarkan lokasi anatomisnya
- Gout artritis
- Reumatoid artritis
7. Pemeriksaan Penunjang - laboratorium sesuai indikasi
- radiologis X-Ray
- EMG
- MRI
8. Terapi  Medikamentosa: NSAIDs, acetaminophen sesuai skala
nyeri, kortikosteroid
 Injeksi kortikosteroid : MP asetat 20-80 mg,
triamcinolon asetat 10-15 mg, injeksi Sodium
Hyaluronate 4-5x interval 6 bulan
 Non medika mentosa
- Penurunan berat badan
- Latihan terapeutik
- Operatif (bila konservatif tdk berhasil, OA grade 3-4)
 Follow up dalam 6-12 minggu untuk yang weight
bearing dan 3 minggu tanpa weight bearing
 Follow up efek samping obat
9. Edukasi - Memberi penjelasan mengenai risiko dan komplikasi
- Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan
rekurensi
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad Sanationam : tergantung derajat
Ad Fungsionam : tergantung derajat
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Kepustakaan 1. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
Indonesia, 2015
2. Perdossi, Panduan Praktik Klinis Neurologi Tahun 2016
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Ketua Komite Medik Penyusun

dr. H. Suswadi, Sp.OG dr. Rissa Nurlaila, Sp.S


PANDUAN PRAKTEK KLINIK
PEDOMAN PRAKTEK KLINIK SMF SARAF
Panduan Praktik Klinis
KSM/SMF : SARAF
RSU DADI KELUARGA CIAMIS

TGL/BLN/THN REVISI KE 0 DIREKTUR RS


PENGESAHAN
01 Juni 2018

dr. Muhamad Ikbal


NAMA PENYAKIT : NEUROPATI
ICD – 10 :

1. Pengertian (Definisi) Proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer,


berupa proses demielinisasi atau degenerasi aksonal atau
kedua-duanya. Susunan saraf perifer mencakup saraf otak,
saraf spinal dengan akar saraf serta cabang-cabangnya,
saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf
otonom.
2. Anamnesis -baal
-lemah
-sulit berjalan
-riwayat penyakit DM dan keganasan
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dan neurologis lengkap
-inspeksi : cara berjalan, besar otot, postur abnormal
-pemeriksaan neurologis:
motorik :kekuatan, gerakan, tonus
Reflex : menurun atau naik, atau normal
Sensoris :raba halus, raba getar, stocking gloves sensation
4. Kriteria Diagnosis 1. Metabolik
* Neuropati diabetik:
Polineuropati : komplikasi diabetes mellitus yang
paling sering terjadi
Gejala & tanda:
- gangguan motorik tungkai lebih sering terkena
daripada tangan
- gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan
berupa gangguan rasa nyeri & suhu, vibrasi serta
posisi
Otonom neuropati :
Gejala & tanda : keringat berkurang, hipotensi
ortostatik, nocturnal diare, inkontinensi alvi,
konstipasi, inkontinensi & retensio urin, gastroparesis
dan impotensi
Mononeuropati:
Gejala & tanda: terutama mengenai nervi kranialis
(terutama nervi untuk pergerakan bola mata) dan
saraf tepi besar dengan gejala nyeri.
* Polineuropati uremikum:
Terjadi pada pasien uremia kronis (gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda:
- gangguan sensorimotor simetris pada tungkai &
tangan
- Rasa gatal, geli & rasa merayap pada tungkai dan
paha memberat pada malam hari, membaik bila kaki
digerakkan (restless leg syndrome)
2. Nutrisional
* Polineuropati defisiensi:
1. Piridoksin : pada penggunaan Izoniazid (INH)
Gejala & tanda : neuropati sensorimotor dan neuropati
optika
2. Asam folat : sering pada penggunaan fenintoin &
intake asam folat yang kurang
3. Niasin : pada pasien defisiensi multiple
* Polineuropati alkoholik : Neuropati karena defisiensi
multivitamin dan thiamin
Gejala & tanda: gangguan sensorimotor simetris
terutama tungkai, tahap lanjut mengenai tangan
3. Toksik:
* Arsenik: keracunan arsen secara kronik (akumulasi
kronik)
Gejala & tanda :
- gangguan sensoris berupa nyeri & gangguan motorik
yang berkembang lambat
- gangguan GIT mendahului gangguan neuropati oleh
karena intake arsen
* Merkuri:
Gejala & tanda: menyerupai keracunan arsen
4. Drug induced
* Obat antineoplasma: (Cisplastin, Carboplastin,
Vincristin)
Gejala & tanda:
- Banyak sebagai gangguan sensorik polineuropati
setelah beberapa minggu terapi seperti parestesia
- Gangguan proprioseptif, vibrasi sering terganggu
sampai mengenai kolum posterior
- Gangguan motorik terutama tungkai bawah
* Antimikrobal:
- INH: simetrikal polineuropati
- Kloramfenikol & Metronidazole:
Gangguan sensoris ringan/akral parestesia, kadang
optic neuropatI
5. Keganasan / paraneoplastic polyneuropathy
Gejala & tanda:
- Banyak dalam bentuk distal simetrikal sensorimotor
polineuropati akibat “remote effect” keganasan seperti
: myeloma multiple, limfoma
- Gejala motorik seperti ataksia, atrofi tingkat lanjut
kelumpuhan
Trauma: neuropati jebakan
5. Diagnosis Neuropati

6. Diagnosis Banding  Miopati


 Motor Neuron Disease
 Sklerosis Multipel
7. Pemeriksaan Penunjang  Laboratorium:
- Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6,
B12 darah, kadar logam berat, fungsi hormon tiroid
- Lumbal pungsi: sesuai indikasi
 Gold standard:
- ENMG
- Biopsi saraf
8. Terapi - Terapi kausa / etiologi
- Simptomatis: analgetik (paracetamol, NSAID,analgetik
ajuvan, opioid, gabapentin / pregabalin)
- Neurotropik vitamin: B1, B6, B12, asam folat
- Fisioterapi
- Monitor perkembangan intensitas nyeri dan keluhan
neurologis yang lain serta awasi tanda adanya efek
samping atau komplikasi seperti Gastrointestinal Tract
Bleeding, resiko cardio vasculer
9. Edukasi Terapi pengobatan

10. Prognosis Ad vitam = dubia ad bonam


Ad sanationam = dubia ad boanam
Ad Fungsionam = dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens prevalensinya berkisar antara 2,4% sampai 8%.
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C
13. Kepustakaan 1. Konsensus Nasional Diagnostik dan Penatalaksanaan
Nyeri Neuropatik. Kelompok Studi Nyeri. PERDOSSI.
2011
2. Neuropati. Standar Pelayanan Medis. PERDOSSI.
2006

Ketua Komite Medik Penyusun

dr. H. Suswadi, Sp.OG dr. Rissa Nurlaila, Sp.S

Anda mungkin juga menyukai