A.
LEUKEMIA AKUT
1. Nama Penyakit
Leukemia Akut
2. Kriteria Diagnostik
Limfadenopati
Hepatosplenomegali
Sakit sendi
Kejang pada leukernia serebral
perdarahan gusi
3.
Diagnosa Banding
1. Anemia aplastik
2. I. T. P.
4. Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah tepi:
- Anemia, agranulositopenia, trombositopenia
- Limfositosis monoton
- Limfoblast
2. Fungsi sumsum tulang:
Didapat gambaran monoton dari sel limfopostik
patologik sedangkan sistem lain normal
3. Fungsi lumbal
Pada leukemia meningeal di dapat peninggian
jumtah sel patologik dan kadar protein meningkat.
4. Sinar tembus dada
Untuk menentukan ada tidaknya massa
mediantinal yang turut menentukan prognosis
penderita.
5. Faal hati
6. Asam urat
5.
6. Perawatan RS
7. Terapi
1.
2.
3.
4.
Konsultasi
Dokter
Dokter
Dokter
Dokter
Spesialis Anak
Spesialis Patologi Klinik
Gigi/Mulut
Spesialis Radiologi
Perawatan umum
Pengobatan suportif
Anti biotik pada keadaan infeksi
Sitostatika (sesuai protokol)
B.
MENINGITIS PURULENTA
1. Nama Penyakit
Meningitis Purutenta
2.
Defenisi
3.
Kriteria Diagnosis
Anamnensis:
- Panas
- Kejang
- Kesadaran menurun
Pemeriksaan Diagnostik:
- Kaku duduk
- Reflex cahaya (+)
- Reaksi meningeal
- Reflex fisiologis
- Babinsky (+)
- Brudzinski f dan 1V (+)
4.
Diagnosa Banding
1. Meningitis Serosa
2.
3.
4.
5.
Meningoen Cefhalitis
Encefhalitis
Abcess Otak
Sub arachnoid hemorrhage
5.
Pemeriksaan Penunjang :
-
- Lumbal Punksi
Darah rutine
Transilluminasi
Funduscopie
EEG
CT Scan
IMR
Kultur liquor dan darah
6.
Konsultasi
Bedah syarap
Radiologi
Patologi Klinik
Rawat inap
8.
9. Tempat Pelayanan
Rindu AIB
10.
Penyulit
11.
lnformed Consent
Perlu (tertulis)
12.
Tenaga Standard
13.
Lama Perawatan
14.
Masa Pemulihan
3 bulan
15.
Output
Perlu
Terapi
Sembuh total
Kematian (40-60) %
MENINGITIS TBC
1.
Nama Penyakit
Meningitis TBC
2.
Defenisi
Kriteria Diagnosa
Anamnese:
- Panas naik turun sudah lama
- Batuk
- Nafsu maka kurang
- Berat badan turun
P. Diagnostik:
- Tampak sakit berat
- Kesadaran menurun
- Kaku duduk
- Reabsi meninggal
- Pupil anisocoric Reflese (+)
- Parese
4.
Diagnosa Banding
1.
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan Penunjang :
-
- Lumbal Punksi
Funduscopie
Transilluminasi Umur < 1 Thn
EEG
CT Scan
IMR
Evoiuee Potensial
Kultur Spritum & Liguar (BTA)
Matorex test
Takahashi test
6.
- Spesialis Pulmonologi
Spesialis Radiotogi
Spesialis Ped Dosial
7.
Rawat inap
8.
Terapi
Terapi Spesifik
Prednison
Diet
9.
Tempat Pelayanan
Rindu A/B
10.
Penyulit
C.
:
-
Aseftig Meningitis
Meningitis Purulenta
Meningo Encephalitis
Abcess otak
lnfeksi sekunder
Epilepsi
Retardasi mental
Kebutaan
Ketulian
BRONKOPNEMONIA
1.
Nama Penyakit
Bronkopnemonia
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4.
5.
Konsultasi
6.
Perawatan RS
Rawat inap
7.
Terapi
a. Beri Oksigen
b. Atasi dehidrasi, koreksi cairan, kalori dan electrolit
serta asidosis metabolik.
c. Antibiotika polifragmasi:
Penisilin 50.000 U/kg BBJhari atau Ampisilin 100200 mgl kg BB/hari dengan Kloramfenikol 50-100
mglkg BB/hari atau gentamisin 5-7 mglkg BbJhari
selama 7-10 hari (4 hari bebas demam)
NB:
- Untuk usia kurang dari 3 bulan digunakan
gentamisin
- Jika setelah 3 hari tidak ada respons yang baik
maka diganti dengan gotongan sefalosporin.
d. Diit: Puasa selama penderita sangat sesak, setelah
sesak berkurang dapat diberikan melalui NGT.
8. Tempat Pelayanan
RS Kelas D
9.
Tidak perlu
Dokter Umum
1-2 minggu
:
:
2 minggu
Sembuh total, mortality kurang dari 1%. Mortality
tebih tinggi pada penderita yang datang terlambat
Penyulit
Bronkiolitis
Atelektasis
Apses paru
Aspirasi benda asing
Gagal jantung
Tuberkulosis paru
dan malnutrisi.
15. Patologi Anatomi
Tidak perlu
ASMA BRONKIAL
1. Nama Penyakit/Diagnosis:
Asma Bronkial
2. Kriteria Diagnostik
3.
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.
5.
4.
5.
Konsultasi
6.
Perawatan RS
7.
Terapi
Oksigen
Beta 2 agonis atu adrenalin (nebulizerlSC)
Kortikosteroid:
Hidrokortison 4 mglkg BB/6 jam
Aminofilin:
6 mg/kg BB (10-20 menit) kemudian 1 mg/kg BB/jam
(skema terlampir).
RS kelas D
8. Tempat Pelayanan
Corpus alienum
Bronkiektasis
Bronkiolitis akut
Bronkitis
Tuberkulosis
9.
Penyulit/Komplikasi
Dokter Umum
2 - 3 hari
:
:
TUBERKULOSIS
1. Nama Penyakit/Diagnosis
Tuberkulosis
2.
Kriteria Diagnostik
3.
Diagnosis Banding
Bronkopneumonia Bronkiolitis
4. Pemeriksaan Penunjang :
5. Konsultasi
6. Perawatan RS
7.
Kombinasi beberapa obat anti tuberkulosis: INH : 1020 mg/kg BB/hari 12-24 bulan. Rifamfisin : 10-20
mglkg BB/hari 6 - 9 bulan Streptomisin: 30-50 mg/kg
BB/hari 3 bulan Pirazinamid : 15-30 mg/kg BB/har 2
bulan Etambutol : 15-25 mglkg BB/har 12 bulan
Kortikosteroid (Prednison) bila diperfukan : 1-2 mg/kg
BB/hari 1,5 - 3 bulan.
8. Tempat Pelayanan
RS kelas D
9.
Penyulit
mental dll.
Mungkin diparlukan
Dokter Umum
4 - 6 minggu
6 - 9 bulan
14.
Mungkin diperlukan
Terapi
Output
EFUSI PLEURA
10
1.
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnostik
3.
Diagnosa Banding
4.
5.
Konsultasi
Efusi Pleura
Bagian bedah/paru
Rawat inap
7. Terapi
Antibiotik polifragmasi
Penyulit
9. Tempat Pelayanan
10.
lnformed Consent
Diperlukan
11.
Tenaga Standard
Dokter Umum
12.
Lama Perawatan
1 - 2 minggu
13.
Masa Pemulihan
1 - 2 minggu
14.
Output
15.
Patologi Anatomi
DIFTERIA
11
1. Nama Penyakit
Difteria
2. Kriteria Diagnosis
Demam.
Pseudo membrane berwarna putih keabuan, yang
sukar diangkat mudah berdarah pada daerah yang
terkena seperti di hidung, faring dan tonsil serta
laring.
Gejala lain yaitu pilek, banyak sekret, epistaksis, bul
neck, anoreksia, sakit tenggorokan/menetan, batuk,
suara serak, stridor inspiratoar.
3.
Difteri nasal:
- Commonn cold
- Benda asing
- Sinusitis
- Adenoiditis
- Sifilis kongenital
Difteri tonsil dan faring:
- Faringitis
- Tonsilitis
- lnfeksi mononukleosis
Difteri laring:
- Laringitis akut
- Laringo-trakheo bronkhitis
- Aspirasi benda asing
- Abses faring dan retrofaringeal
- Papiloma laring
Diagnosis Banding
4. Pemeriksaan Penunjang :
5. Konsultasi
Bagian THT
Sub Bagian Kardiologi Anak
Sub Bagian ICU Anak
Bagian Anaestesi
Rawat inap
7. Pengobatan
8.
Miokarditis
Obstruksi jalan nafas
Paralisis palatum molle
Penyulit
12
2.
Kriteria diagnostik
3.
Diagnosa Banding
4.
5. Konsultasi
Rawat inap
7.
Terapi
8.
Penyulit
Demam Tifoid
DEMAM TIFOID
1. Nama Penyakit
13
2. Kriteria Diagnostik
3.
Diagnosa Banding
Malaria
TBC
Pneumoni
Meningitis
Ensefalitis
4.
Konsultasi
5.
6.
Terapi
1. Nama Penyakit
Tetanus Anak
2.
Kriteria Diagnostik
Demam subfebriil
Trismus
Kaku duduk
Risus sardonikus
Opistotonus
Abdominal rigidity
Kejang rangsang dan kejang spontan dengan
kesadaran yang baik setelah kejang
Adanya port d'entree
3.
Diagnosa Banding
Abses retrofaringeal
tidak merangsang.
7.
Penyulit
TETANUS ANAK
14
Abses gingiva
Meningitis
Mastoiditis
Rabies
Intoksikasi strychnine
4.
Konsultasi
Bagian Bedah
Bagian THT
Bagian Anaestesi
Sub Bagian ICU Anak
Rawat inap
6.
Terapi
1 hari.
Penyulit
Spasme laring
Pneumoni aspirasi
Faktur tulang belakang
Retensi urine
Hipoksia
E.
4.
5.
lnjeksi Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,1 - 0,3 ml/IC, dan bila perlu dapat
diulang setiap 15 menit, maksimal 3 kali.
Pada anak yang dapat memakai inhaler, dapat diberi Salbutamol Terbutalin atau
Atrovent inhaler sesuai kebutuhannya.
Pada anak yang dapat memakai nebuliser, dapat diberikan cairan Ventolin
nebule sebanyak 2,5 mg selama 5 sampai 10 menit dan dapat diulang setelah
60 menit.
Dapat diberi Aminofilin secara parenteral bolus (selama 15 menit) dengan dosis
7 mglkg BB dan dilanjutkan dengan 15 mg/kg BB dengan tetesan tetapi dalam
larutan Dekstrosa 5r6.
Pada hal - hal yang memerlukan Kortikosteroid, dapat diberikan injeksi
Deksametason 0,5 mg/kg BB/IV untuk dosis initial, dan dilanjutkan dengan dosis
15
6.
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnosis
16
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
Diagnosis Banding
4.
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
resusitasi/ kateter
1. Pulmonologi Anak
2. Neurologi Anak
Gawat Darurat/Perawatan lntensif
darah rutin
5. Toraks foto
6. Bila hasil analisa gas darah tetap jelek lakukan
inkubasi dan berikan bantuan ventilasi mekanik.
7. Pemantauan tanda vital, keseimbangan cairan,
serial analisa gas darah arteri, sena foto toraks.
8. Terapi definitif
8.
Tempat Pelayanan
ICU Anak
9.
Penyulit
1.
2.
3.
4.
10.
lnformed Consent
Perlu (tertulis)
11.
Tenaga Standard
lntensifis Anak
12.
Lama Perawatan
3 (tiga) hari
13.
Masa Pemulihan
1 (satu) minggu
14.
Output
Kematian 25-50 k
15.
Patologi Anatomi
16.
Ensefalopati
Barotrauma (ventilator)
Gangguan hemodinamik
Infeksi/sepsis
17
SYOK (RENJATAN)
1.
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnosis
( > 2 detik ).
3.
Diagnosis Banding
4.
Pemeriksaan Penunjang :
2.
3.
4.
5.
Konsultasi
6.
7.
Terapi
masker/kateter
Syok (Renjatan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kehilangan cairan/plasma/darah
Kelainan jantung
Reaksi anafilaksis
Sepsis
Problim Neurologik
Hipoglikemia/gangguan metabolikl kecarunan.
1.Lab.darah rutin, gol darah/cross kultur
Glukose darah
Kadar elektrolit
Skrining toksikologi
1. Kardiologi Anak
2. Neurologi Anak
Gawat DaruratlPerawatan lntensif
elektroiit
8.
Tempat Pelayanan
ICU Anak
9.
Penyulit
1.
2.
3.
4.
10.
lnformed Consent
Perlu (tertulis)
Ensefalopati
Odem pulmonum (overload)
Gagal ginjal akut
Gangguan etektrotit
18
11.
Tenaga Standard
lntensifis Anak
12.
Lama Perawatan
1 - 3 hari
13.
Masa Pemulihan
1 (satu) minggu
14.
Output
15.
Patologi Anatomi
16.
Otopsi/Risalah Rapat :
KOMA
1.
Nama Penyakit/Diagnosis:
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Banding
1. Trauma kepala
2. Perdarahan intra kranial
3. lnfeksi SSP
4. Metabollik (sering)
5. Keracunan
6. SOL (abses, tumor dll)
Note: Sebanyak 95 % koma pada anak disebabkan
kelainan non-struktural.
4.
Pemeriksaan Penunjang :
2.
3.
4.
5.
6.
5.
Konsultasi
Koma
1.CT Scan
Darah rutin, kultur
Faal hati, faal ginjal, glukose darah
Skrining toksikologi
Analisa gas darah, elektrolit
Punksi lumbal
1. Neurologi Anak
2. Bedah Saraf
7.
Terapi
elevasi kepala 30 C.
19
Tempat Pelayanan
lcu Anak
9.
Penyulit
1.
2.
3.
4.
10.
lnformed Consent
Perlu (tertulis)
11.
Tenaga Consent
Intensitis Anak
12.
Lama Perawatan
1 (satu) minggu
13.
Masa Pemulihan
3 (tiga) minggu
14. Output
gejala sisa 10-90
20
G.
DIARE
Batasan:
Diare adalah suatu keadaan dimana kadar air datam tinja bertambah sehingga
terjadi perubahan konsitensi tinja (tinja cair atau lembek).
Diare dapat disebabkan:
1.
lnfeksi (diare oleh karena infeksi yang disebut Gastro Enteritis).
2.
Non infeksi (hormonal, alergi, kelainan anatomi dan lain - lain).
Bila diare berlangsung tidak lebih dari 7 hari disebut diare akuta. Dalam praktek
sehari-hari: defekasi cair dengan frekwensi > 3 x/hari dengan atau tanpa darah/lendir
disertai atau tanpa muntah disebut Gastro Enteritis.
Pemeriksaan:
1.
Tentukan derajat dehidrasi (Kriteria WHO)
a. Tanda dehidrasi
b. Dehidrasi ringan-sedang: kehilangan cairan 5-10 % BB ( 7,5 cc/kgBB)
c. Dehidrasi berat: Kehilangan cairan > 10 % BB = 100 cc/kg BB.
2.
Tentukan problem - problem lain atau penyakit penyerta
3.
Laboratorium:
a. Tinja : makroskopis, mikroskopis, kadar lemak, tinja (steatokrit), clini test,
pH, kultur
b. Darah : darah lengkap, berat jenis, elektrolit, asam basa, plasma protein,
glukos
c. Urine : mikroskopis, elektrolit, pH, protein dan glukosa.
d. E.C.G
Penilaian Dehidrasi:
Penilaian
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan
sedang
Dehidrasi berat
LIHAT
Keadaan umum
Baik, sadar
* Gelisah, rewel
Mata
Normal
Cekung
Airmata
Ada
Tidak ada
* Lesu,lunglai atau
tidak sadar
Sangat cekung dan
kering
Sangat kering
Rasa haus
* Kembali lambat
* Kembali sangat
lambat
PERIKSA
Turgor
Kembali cepat
21
22
III.
- Bubur nasi
- Pisang
- Tahu
- Tempe
- dll.
Obat-obatan:
1. Kausal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Simptomatik. Pada penderita dengan demam atau kejang dapat diberi anti
piretik ataupun anti konvulsan. Obat-obat anti diare tidak bermanfaat. WHO
hanya menganjurkan pemberian anti infeksi pada Kolera. Disentri Sigella,
Amubiasis dan Giardiasis.
Hiponatremia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat,jika:
a. masih ada hiponatremia (Na serum < 130 meq/L = hiponatremia
asimptomatik ) > cukup diberikan Ringer Laktat saja.
b. masih ada hiponatremia (Na serum < 120 meq/L = hiponatremia
simptomatik ) --> diberikan Na Cl sebanyak :
Na dibutuhkan (meq) = (135-Na serum) x 0,6 x BB (kg)
Kenaikan kadar Na serum sebanyak 5 - 10 meq/L dilakukan dalam 1 4 jam.
Atau setiap pemberian NaCi 3 % sebanyak 12 cclkg BB (6 meq/ kg BB) akan
menaikkan kadar Natrium serum sebanyak 10 meq/L.
c. Jika Hiponatremia terjadi setelah rehidrasi dan tak ada gejala (hiponatremia
asimptomatik) cukup dilakukan restriksi cairan. Kalau ada gejala, diberikan
NaCL 3 % dengan dosis dan cara pemberian seperti diatas.
2.
Hipematremia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, temyata masih ada
hipernatremia, maka infus distop dan bayi/anak diberi air putih saja.
3.
Hipokalemia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, ternyata masih ada
hipokalemia:
a. Kalau mencret masih berlanjut, tetapi diberi Ringer Laktat
b. Kalau mencret sudah berkurang, gambaran ECG tidak ada tanda-tanda
hipokatemia cukup diberikan KCI oral.
KCI per oral diberikan dalam bentuk tablet slow-released ataupun larutan
(tak dian}urkan dalam bentuk tepung karena menimbulkan ulserasi usus)_
Konsentrasi larutan tidak boleh lebih 70-80 meq/L karena ditakutkan spasma
pilarus.
c. Kalau mencret sudah berkurang, gambaran ECG menunjukkan tandatanda
hipokalemia, diberikan KCL per drip. Pemberian KCI per drip bertujuan untuk
23
Hiperkalemia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, ternyata hiperkalemia masih
menetap perlu dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, karena kebanyakan
penyebab hiperkalemia adalah insufisiensi renalis. Kalau ada tanda gagal ginjal
akut dilakukan restriksi cairan.
5.
Asidosis metabolik
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, bila masih ada asidosis
metabolik (klinis atau laboratorium) dapat di berikan Bikarbonat. Pemberian
Bikarbonat bertujuan hanya untuk mengatasi kedaruratan, bila ph dibawah 72
Pemberian Bikarbonat harus dilakukan secara bertahap, dosis tidak boleh
melebihi 1 meg/kgRR/kali beri Bikarbonat diencerkan 5 kali dan pemberian
dapat diulangi setelah satu jam.
Pemberian Bikarbonat tidak dianjurkan kalau ada gangguan ventilasi paru
(terjadi hiperkarbia) dan hipokalemia (hipokalemia makin berat sehingga bisa
terjadi paralise otot pernafasan). Untuk menentukan apakah seseorang
menderita asidosis metabolik murni dapat dipakai rumus:
PCO2 = ( 1,54 x HCO3) + 8,36 1,11
6.
Demam
Tindakan yang dilakukan pada penderita dengan demam adalah dengan
menurunkan temperatur.
Menurunkan temperatur dapat dilakukan dengan cara :
A. Mendinginkan tubuh:
a. Membuka baju
b. Melap keringat
c. Kipas angin
d. Kompres
B. Obat demam:
1. Parasetamol dengan dosis 30 mglKglBB per hari dabag,i 3 dosis.
2. Obat-obatan demarn yang mengandung acetyt saltcylic acid (seperti
Aspirin*, Aspi.let*; Gaten4l*), m.e.fenam.ic acid (seperti Ponstan*) tidak
dianjurkan.
3. Penurunan temperatur yang tertatu cepat teh'sh dari 1OoEi C akan
rrmenyebabkan bayilanak menggigiL Kalau terjadi hal seperti ini, bayi 1
anak diselimuti atau. kornprPs panac.
7.
Kejang
Tindakan yang dilakukan pada bayi/anak dengan kejang adalah dengan
memberikan Diazepam = 1 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.
Diazepam dapat diberikan IV atau per rektal. Bila pada bayi/anak dengan
demam ada riwayat kejang maka pemberian parasetamol dapat
dikombinasikan dengan diazepam.
24
8.
Hipoglskemia
Hipoglikemia pada penderita diare dapat disebabkan masukan makanan yang
kurang malabsorbsi ataupun kebutuhan meningkat. Hipoglikemia (kadar gula
darah ,50 mg%) jarang terjadi bila masukan makanan cukup. Bila penderita
dalam koma harus diberikan intravenous glukosa 20% sebanyak 2,5 cc/kgBB
dalam masa 5 menit. Jika penyebab penurunan kesadaran adalah hipoglikemia
akan dijumpai perbaikan kesadaran yang cepat.
25