Anda di halaman 1dari 25

ILMU KESEHATAN ANAK

A.

SUB BAGIAN HEMATOLOGI ANAK

LEUKEMIA AKUT
1. Nama Penyakit

Leukemia Akut

2. Kriteria Diagnostik

Pucat, lemah, lesu


Panas badan berulang/menetap
Perdarahan: epistaksis, ekimosis ptekie,

Limfadenopati
Hepatosplenomegali
Sakit sendi
Kejang pada leukernia serebral

perdarahan gusi

3.

Diagnosa Banding

1. Anemia aplastik
2. I. T. P.

4. Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah tepi:
- Anemia, agranulositopenia, trombositopenia
- Limfositosis monoton
- Limfoblast
2. Fungsi sumsum tulang:
Didapat gambaran monoton dari sel limfopostik
patologik sedangkan sistem lain normal
3. Fungsi lumbal
Pada leukemia meningeal di dapat peninggian
jumtah sel patologik dan kadar protein meningkat.
4. Sinar tembus dada
Untuk menentukan ada tidaknya massa
mediantinal yang turut menentukan prognosis
penderita.
5. Faal hati
6. Asam urat

5.

6. Perawatan RS

Rawat inap pada masa pengobatan

7. Terapi

1.
2.
3.
4.

Konsultasi

Dokter
Dokter
Dokter
Dokter

Spesialis Anak
Spesialis Patologi Klinik
Gigi/Mulut
Spesialis Radiologi

Perawatan umum
Pengobatan suportif
Anti biotik pada keadaan infeksi
Sitostatika (sesuai protokol)

B.

SUB BAGIAN NEUROLOGI ANAK

MENINGITIS PURULENTA
1. Nama Penyakit

Meningitis Purutenta

2.

Defenisi

Meningitis Purulenta adalah peradangan selaput otak


mengakibatkan exudatie berupa pus pada rongga subarachnoid.

3.

Kriteria Diagnosis

Anamnensis:
- Panas
- Kejang
- Kesadaran menurun
Pemeriksaan Diagnostik:
- Kaku duduk
- Reflex cahaya (+)
- Reaksi meningeal
- Reflex fisiologis
- Babinsky (+)
- Brudzinski f dan 1V (+)

4.

Diagnosa Banding

1. Meningitis Serosa

2.
3.
4.
5.

Meningoen Cefhalitis
Encefhalitis
Abcess Otak
Sub arachnoid hemorrhage

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Lumbal Punksi
Darah rutine
Transilluminasi
Funduscopie
EEG
CT Scan
IMR
Kultur liquor dan darah

6.

Konsultasi

Bedah syarap
Radiologi
Patologi Klinik

7. Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap

8.

9. Tempat Pelayanan

Rindu AIB

10.

Penyulit

11.

lnformed Consent

Perlu (tertulis)

12.

Tenaga Standard

13.

Lama Perawatan

- Spesialis Neurologi Anak


- Perawatan khusus
2-3 minggu

14.

Masa Pemulihan

3 bulan

15.

Output

16. Patologi Anatomi

17. Otopsi/Risalah Rapat

Perlu

Terapi

Antibiotika Broad spectrum/khusus


Perawatan orang tak sadar

Effusi Sub Dural


Veutriculotis
Epilepsi
Retardasi Mental
Hemi parese
Afasia
Kebutaan

Sembuh total
Kematian (40-60) %

MENINGITIS TBC
1.

Nama Penyakit

Meningitis TBC

2.

Defenisi

Meningitis TBS adalah peradangan selaput otak

sebagai komplikasi TBC primer


3.

Kriteria Diagnosa

Anamnese:
- Panas naik turun sudah lama
- Batuk
- Nafsu maka kurang
- Berat badan turun
P. Diagnostik:
- Tampak sakit berat
- Kesadaran menurun
- Kaku duduk
- Reabsi meninggal
- Pupil anisocoric Reflese (+)
- Parese

4.

Diagnosa Banding

1.
2.
3.
4.

5.

Pemeriksaan Penunjang :
-

- Lumbal Punksi
Funduscopie
Transilluminasi Umur < 1 Thn
EEG
CT Scan
IMR
Evoiuee Potensial
Kultur Spritum & Liguar (BTA)
Matorex test
Takahashi test

6.

Konsultasi Rumah Sakit

- Spesialis Pulmonologi
Spesialis Radiotogi
Spesialis Ped Dosial

7.

Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap

8.

Terapi

Terapi Spesifik
Prednison
Diet

9.

Tempat Pelayanan

Rindu A/B

10.

Penyulit

C.

SUB BAGIAN PULMONOLOGI ANAK

:
-

Aseftig Meningitis
Meningitis Purulenta
Meningo Encephalitis
Abcess otak

lnfeksi sekunder
Epilepsi
Retardasi mental
Kebutaan
Ketulian

BRONKOPNEMONIA
1.

Nama Penyakit

Bronkopnemonia

2.

Kriteria Diagnosis

Selalu didahului gejala infeksi saluran nafas atas


dalam beberapa hari seperti batuk, pilek, suhu
meninggi (bisa tiba-tiba menjadl 39 40o C). Sesak
nafasdan dangkal) anak menjadi gelisah. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai pernafasan cuping hidung,
sianosis sekitar hidung dan mulut, retrakst sela iga.
ronki basah getembung kecil/sedang.

3.

Diagnosis Banding

1.
2.
3.
4.
5.
6.

4.

Pemeriksaan Penunjang : Darah tepi:


Lekositosis, pergeseran ke kiri
Foto toraks (AP-Lateral)
AGDA/Elektrolit

5.

Konsultasi

6.

Perawatan RS

Rawat inap

7.

Terapi

a. Beri Oksigen
b. Atasi dehidrasi, koreksi cairan, kalori dan electrolit
serta asidosis metabolik.
c. Antibiotika polifragmasi:
Penisilin 50.000 U/kg BBJhari atau Ampisilin 100200 mgl kg BB/hari dengan Kloramfenikol 50-100
mglkg BB/hari atau gentamisin 5-7 mglkg BbJhari
selama 7-10 hari (4 hari bebas demam)
NB:
- Untuk usia kurang dari 3 bulan digunakan
gentamisin
- Jika setelah 3 hari tidak ada respons yang baik
maka diganti dengan gotongan sefalosporin.
d. Diit: Puasa selama penderita sangat sesak, setelah
sesak berkurang dapat diberikan melalui NGT.

8. Tempat Pelayanan

RS Kelas D

9.

Empiema, Otitis media akut, Meningitis-Osteomielitis,


abses paru, pneumatokel, pneumomediastinum, dll

10. lnformed Consent

Tidak perlu

11. Tenaga Standard

Dokter Umum

12. Lama Perawatan

1-2 minggu

13. Masa Pemulihan


14. Output

:
:

2 minggu
Sembuh total, mortality kurang dari 1%. Mortality
tebih tinggi pada penderita yang datang terlambat

Penyulit

Bronkiolitis
Atelektasis
Apses paru
Aspirasi benda asing
Gagal jantung
Tuberkulosis paru

dan malnutrisi.
15. Patologi Anatomi

Tidak perlu

16. Otopsi/Risalah Rapat

ASMA BRONKIAL
1. Nama Penyakit/Diagnosis:

Asma Bronkial

2. Kriteria Diagnostik

Gejala batuk dan atau mengi yang berulang


(episodik), nokturnal, musiman, sete.abeban fisik.
Adanya riwayat pada anak dan keluarga.
Pada pemeriksaan fisik anak kelihatan sesak (nafas
cepat dan sukar) disertai batuk paroksismal. Anak
lebih senang duou membungkuk, tangan memegang
pinggr tempat tidur atau kursi.
Pada yang kronik, bentuk toraks emfisematous
bungkuk ke depan, sela iga melebar, diameter
anteropostenor bertambah pada inspirasi, retraksi
supraklavikular, suprasternal dan sela iga.
Pergerakan lambat pada saat bernafas bernafas. Pada
perkusi dapat menjadi hipersonor.
Pada auskultasi, fase ekspirasi lebih panjang, suara
pernafasan dapat melemah, ronki kering, wizing
(mengi).

3.

Diagnosis Banding

1.
2.
3.
4.
5.

4.

Pemeriksaan Penunjang : Darah tepi rutin


Eosinofilia: IgE
Foto toraks AP-Lateral
Foto Sinus paranasalis
Uji tuberkulin
Uji faal paru, uji provokasi bronkus
Uji alergi dan lain-lain.

5.

Konsultasi

Dokter Spesialis THT (kalau perlu)

6.

Perawatan RS

Rawat inap (Asma berat dan akutlStatus asmatikus).

7.

Terapi

Oksigen
Beta 2 agonis atu adrenalin (nebulizerlSC)
Kortikosteroid:
Hidrokortison 4 mglkg BB/6 jam
Aminofilin:
6 mg/kg BB (10-20 menit) kemudian 1 mg/kg BB/jam
(skema terlampir).

RS kelas D

8. Tempat Pelayanan

Corpus alienum
Bronkiektasis
Bronkiolitis akut
Bronkitis
Tuberkulosis

9.

Penyulit/Komplikasi

Pneumotoraks Gagal nafas

10. lnformed Consent

11. Tenaga Standard

Dokter Umum

12. Lama Perawatan

2 - 3 hari

13. Masa Pemulihan


14. Output

:
:

15. Patologi Anatomi

16. Otopsi/Risalah Rapat

TUBERKULOSIS
1. Nama Penyakit/Diagnosis

Tuberkulosis

2.

Kriteria Diagnostik

Gejala tidak spesifik, sering berupa gejala infeksi


saluran nafas atas berulang disertai demam yang
tidak begitu tinggi. Nafsu makan turun, berat badan
turun. Keringat malam. Ada riwayat kontak dengan
penderita Tb aktif dewasa.

3.

Diagnosis Banding

Bronkopneumonia Bronkiolitis

4. Pemeriksaan Penunjang :

Darah tepi rutin:


Limfositosis, LED meninggi,
Uji tuberkulin
Uji serologik (Elisa)
Foto toraks AP-Lateral
Direct smear & Kultur, Uji kepekaan
BTA (sputum/cairan lambung) dll.

5. Konsultasi

Bagian Paru, Neurotogi

6. Perawatan RS

Rawat inap bila berat (Tb milier).

7.

Kombinasi beberapa obat anti tuberkulosis: INH : 1020 mg/kg BB/hari 12-24 bulan. Rifamfisin : 10-20
mglkg BB/hari 6 - 9 bulan Streptomisin: 30-50 mg/kg
BB/hari 3 bulan Pirazinamid : 15-30 mg/kg BB/har 2
bulan Etambutol : 15-25 mglkg BB/har 12 bulan
Kortikosteroid (Prednison) bila diperfukan : 1-2 mg/kg
BB/hari 1,5 - 3 bulan.

8. Tempat Pelayanan

RS kelas D

9.
Penyulit
mental dll.

Paresis/paralisis, hidrosefalus deserebrasi, retardasi

10. Informed Consent

Mungkin diparlukan

11. Tenaga Standard

Dokter Umum

12. Lama Perawatan

4 - 6 minggu

13. Masa Pemulihan

6 - 9 bulan

14.

Tergantung saat permulaan pengobatan Mortalitas


bisa 10-50 % jika terlambat

15. Patotogi Anatomi

Mungkin diperlukan

16. Otopsi/Risalah Rapat

Terapi

Output

EFUSI PLEURA

10

1.

Nama Penyakit/Diagnosis:

2.

Kriteria Diagnostik

Sesak nafas, sianosis, batuk, suhu bisa mendadak


tinggi, anak tampak sakit berat. Bentuk toraks
asimtris, pergerakan pernafasan tertinggal Perkusi
beda, pekak jantunglmediastinum terdorong ke sisi
yang sehat. Bising nafas melemah sampai hilang. Sela
iga melebar.

3.

Diagnosa Banding

1. Efusi pleura eksudativa (empiema tuberkulosis)


2. Efusi pleura transudativa (Nefrotik sindrom, gagal
jantung Kwashiorkor dll).
3. Khilotoraks, hemotoraks dll
4. Pneumonia iobaris
5. Tumor paru

4.

Pemeriksaan Penunjang : Darah tepi: Lekositosis


Foto Ro toraks (AP-Lateral)
Fungsi pleura --- analisa cairan pleura
Biopsi pleura

5.

Konsultasi

Efusi Pleura

Bagian bedah/paru

6. Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap

7. Terapi

Tergantung jenislpenyebab efusi pteura:


Empiema pengeluaran nanah sebanyak mungkin,

Antibiotik polifragmasi

Tuberkulosis: Obat anti tuberkulosis prednison.


Transudat: Terhadap penyakit yang mendasari.
8.

Penyulit

Perikarditisd, fistel bronkus, abses paru, Osteomielitis


tulang iga, meningitis dll.

9. Tempat Pelayanan

Rumah Sakit kelas D

10.

lnformed Consent

Diperlukan

11.

Tenaga Standard

Dokter Umum

12.

Lama Perawatan

1 - 2 minggu

13.

Masa Pemulihan

1 - 2 minggu

14.

Output

Tergantung penyebab, umumnya baik

15.

Patologi Anatomi

Mungkin diperlukan (Cairan pleural biopsi pleura/paru)

16. OtopsilRisalah Rapat


D.

SUB BAGIAN INFEKSI ANAK

DIFTERIA

11

1. Nama Penyakit

Difteria

2. Kriteria Diagnosis

Demam.
Pseudo membrane berwarna putih keabuan, yang
sukar diangkat mudah berdarah pada daerah yang
terkena seperti di hidung, faring dan tonsil serta
laring.
Gejala lain yaitu pilek, banyak sekret, epistaksis, bul
neck, anoreksia, sakit tenggorokan/menetan, batuk,
suara serak, stridor inspiratoar.

3.

Difteri nasal:
- Commonn cold
- Benda asing
- Sinusitis
- Adenoiditis
- Sifilis kongenital
Difteri tonsil dan faring:
- Faringitis
- Tonsilitis
- lnfeksi mononukleosis
Difteri laring:
- Laringitis akut
- Laringo-trakheo bronkhitis
- Aspirasi benda asing
- Abses faring dan retrofaringeal
- Papiloma laring

Diagnosis Banding

4. Pemeriksaan Penunjang :

Darah tepi rutin


Sediaan hapus langsung pseudo membrane
Kultur pseudomembrane
Foto toraks
EKG

5. Konsultasi

Bagian THT
Sub Bagian Kardiologi Anak
Sub Bagian ICU Anak
Bagian Anaestesi

6. Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap

7. Pengobatan

Pengobatan spesifik dengan ADS 40.000 IU dalam


NaCI fisiologis 200 ml per infus, habis dalam waktu 3045 menit.
Prokain penisilin 50.000 IUIkg BB/hari selama 7 hari.
Kostikosteroid (Deksametason 1-2 mgl kg BB/hari) bila
ada tanda-tanda miokarditis.
Trakheostomi kalau diperiukan

8.

Miokarditis
Obstruksi jalan nafas
Paralisis palatum molle

Penyulit

12

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER


1. Nama Penyakit

Dengue Hemorrhagic Fever

2.

Kriteria diagnostik

Demam tinggi 2-7 hari


Manifestasi perdarahan:
- Uji tomiquet (+)
- Ptekia, purpura, ekhimosis, perdarahan,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri
dll.
Pembesaran hati
Tanda - tanda renjatan
Hemokonsentrasi
Trombositopeni

3.

Diagnosa Banding

Malaria Pneumonia ITPo

4.

Pemeriksaan Penunjang : Darah tepi rutin + Trombosit + Hematokrit


Tes H.1
Tes Dengue Blot
Analisa gas darah + Elektrolit
Foto toraks

5. Konsultasi

Sub Bagian ICU Anak

6. Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap

7.

Terapi

DHF tanpa renjatan:


Cairan: banyak minum
IV bila muntah terus menerus
Hematokrit cenderung meningkat ringer laktat
sesuai pada Gastroenteritis dengan dehidrasi sedang.
Anti piretika: Asetaminofen 10 mgl kg BBks
Anti konvulsan: Diazepam 0,5 mgl kg Bf3AaN
DHF dengan renjatan:
Cairan: Ringer laktat 20 ml/kgBB/jam/infus bila
renjatan telah teratasi 10 ml/kg BB/jam, bila
renjatan berulang Plasma expander 10-20 ml/kg BB/
jam. Transfusi darah bila bila ada perdarahan gastrointestinal.
Obat-obatan:
Ampisilin 100-200 mf/kg BBlhari.
Gestamisin 5 mglkg BB/hari.
Kostikosteroid bita ada ensefalopati
Koreksi asidosis dengan Natrium bikarbonat 7,5 %.

8.

Penyulit

Renjatan dan renjatan berulang


Perdarahan gastro-intestinal
Efusi pleura
Over loading

Demam Tifoid

DEMAM TIFOID
1. Nama Penyakit

13

2. Kriteria Diagnostik

Panas > 1 minggu


Adanya penurunan kesadaran 2 3
Gejala gastro intestinal
Lidah tifoid
Hepato- splenomegali

3.

Diagnosa Banding

Malaria
TBC
Pneumoni
Meningitis
Ensefalitis

4.

Konsultasi

5.

Pemeriksaan Penunjang : Darah tepi rutin


Tes widal
Kultur darah, kultur tinja

6.

Terapi

Sub Bagian Neurologi Anak


Sub Bagian ICU Anak
Sub Bagian Kardiologi Anak
Bagian Bedah

Khloramfenikol 100 mg/kg BB/hari sampai 5-7 hari


bebas demam. Apabila jumlah lekosit diantara 10025001mm3, maka dosis dikurangi separuhnya. Bila
lekosit < 1000lmm3 obat dihentikan dan diganti
dengan yang lain:
Kontrimoksasol
Ampsilin
Amoksisilin
Transfusi darah bila ada perdarahan masif
Diet: cukup cairan dan makanan mudah dicerna serta

Perdarahan gastro intestinal


Perforasi
Pneumoni
Toksik ensefalopati
Meningitis
Gangguan psikiatris

1. Nama Penyakit

Tetanus Anak

2.

Kriteria Diagnostik

Demam subfebriil
Trismus
Kaku duduk
Risus sardonikus
Opistotonus
Abdominal rigidity
Kejang rangsang dan kejang spontan dengan
kesadaran yang baik setelah kejang
Adanya port d'entree

3.

Diagnosa Banding

Abses retrofaringeal

tidak merangsang.
7.

Penyulit

TETANUS ANAK

14

Abses gingiva
Meningitis
Mastoiditis
Rabies
Intoksikasi strychnine
4.

Konsultasi

Bagian Bedah
Bagian THT
Bagian Anaestesi
Sub Bagian ICU Anak

5. Perawatan Rumah Sakit :

Rawat inap

6.

Atasi kejang dengan Diazepam 5 - 10 mg iv.


Hindari rangsangan
Bersihkan jalan nafas
Pasang NGT bila kejang telah teratasi
ATS 20.000 IU dalam 200 ml NaCI fisiologis iv dan
habis dalam waktu 30-45 menit.
ATS 20.000 IU/IM.
Toksoid 0,5 ml/IM pada tempat yang berbeda.
Prokain penisilin 50.000 IU/kg BBI12 jam/tM selama 7-

Terapi

1 hari.

Anti konvulsaan 3-4 mg/kg BB/hari dengan dosis


maksimal 25 mg/kg BB/hari dengan interval 2-4 jam.
Dosis diturunkan sebanyak 10-15 % setelah 3 hari
tidak ada kejdng spontan.
Apabila setelah tercapai dosis maksimal kejang belum
teratasi, maka diberikan tambahan Feno barbital dan
atau khlor promazin.
7.

Penyulit

Spasme laring
Pneumoni aspirasi
Faktur tulang belakang
Retensi urine
Hipoksia

E.

SUB BAGIAN ALERGI IMUNOLOGI ANAK

PENATALAKSANAAN ASMA BRONKIAL


1.
2.
3.

4.
5.

lnjeksi Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,1 - 0,3 ml/IC, dan bila perlu dapat
diulang setiap 15 menit, maksimal 3 kali.
Pada anak yang dapat memakai inhaler, dapat diberi Salbutamol Terbutalin atau
Atrovent inhaler sesuai kebutuhannya.
Pada anak yang dapat memakai nebuliser, dapat diberikan cairan Ventolin
nebule sebanyak 2,5 mg selama 5 sampai 10 menit dan dapat diulang setelah
60 menit.
Dapat diberi Aminofilin secara parenteral bolus (selama 15 menit) dengan dosis
7 mglkg BB dan dilanjutkan dengan 15 mg/kg BB dengan tetesan tetapi dalam
larutan Dekstrosa 5r6.
Pada hal - hal yang memerlukan Kortikosteroid, dapat diberikan injeksi
Deksametason 0,5 mg/kg BB/IV untuk dosis initial, dan dilanjutkan dengan dosis

15

6.

maintenance 0,3 mg/kg BB/IV. Cairan yang dipakai adalah Dekstrosa 5 % +


NaCl 0,45 %.
Dapat diberikan Antibiotik bila ada infeksi.

LANGKAH - LANGKAH PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK PADA ANAK


1. Tidurkan penderita segera, dan kalau perlu dengan sikap trende lenburg.
2. Nilai tanda vital dan kalau perlu dilakukan resusitasi kardiopulmonal
3. Suntikkanlah segera Adrenalin dalam larutan 1 : 1000 dengan dosis 0,01 ml/kg BB
yang banyaknya tidak melebihi 0,3 - 0,5 ml dan ini dapat diulang setiap 15 atau
30 menit bila respon tidak ada. Dan biia tekanan darah tidak terukur perlu
diberi Adrenalin, 0,3 ml intrakardial
4. Bila tekanan darah sistolik belum mencapai diatasi 50 mmHg, dapat diberikan
cairan intravena Dextran atau cairan isotonik dengan dosis sebanyak 20-30
ml/kg BB.
5. Pemberian Hydrokortison IM atau Dexamethason IMlIV boleh diberikan pada reaksi
yang hebat dengan dosis awal Hydrokortison 7-10 mg/kg BB dan selanjutnya 5
mg/kg BB dan untuk Dexamethason 0,5 mg/kg BB.
6. Terapi dapat dihentikan setelah 48-72 jam.
7. Aminofilin intravena dapat diberikan bila dijumpai Bronkospas me menetap
dengan dosis 6 mg/kg BB selama 15 menit dan 5-15 mg/kg BB dalam 24 jam
berikutnya.
7. lntubasi dan Trakeotomi dapat dilakukan bila terdapat obstruk si jafan nafas
bagian atas yang dapat mengganggu ventilasi
8. Oksigen diberikan bila ada indikasi
PENATALAKSANAAN URTIKARIA
1. lstirahat bila erupsi luas
2. lnjeksi Adrinalin 1 : 1000 dengan gosis 0,01 ml/kg BB, maksimal 0,3 mi secara IC
atau IM pada Urtikaria Akut dan berat atau bila ada edemaglottis
3. Pada Urtikaria yang menimbulkan angioedema disamping pemberian Adrenalin
agar diberikan Deksametason 0,5 mglkg BB/IV dan kemudian dilanjutkan
dengan pemberian per-oral sampai keadaan membaik.
4. Tab. Hydroxyzine ( Benadryl ) 0,5 mglkg BB setiap 4-6 jam yang merupakan obat
pilihan untuk urtikaria kronik
5. Tab.Cyproheptadine (Heptaso=an, Lexahist, Asgiran) diberi 2-4 mg setiap 4-12 jam
untuk profilaksis urtikaria oleh karena dingin, sedangkan Urtikaria oleh karena
panas dianjurkan untuk menghindari panas matahari.
6. Boleh diberikan sedative untuk menenangkan penderita
7. Prednisone kadang bermanfaat untuk Urtikaria kronis, 2-3 mg/kgbb
8. Menghindari makanan ataupun obat-obotan yang diduga dapat menimbulkan
Urtikaria.
F.

SUB BAGIAN GAWAT DARURAT ANAK

GAGAL NAFAS AKUT


1.

Nama Penyakit/Diagnosis:

2.

Kriteria Diagnosis

GAGAL NAFAS AKUT

1. Suara pernafasan menghilang/melemah


2. Sianosis

16

3.
4.
5.
6.

Retraksi otot nafas asesorik


Penurunan kesadaran
Hipotonus otot-otot
Pa02 < 50 torr dan atau PaCO2 > 60 torr

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sumbatan jalan nafas


Problim alveolus/parenkim
Problim dinding toraks
Penekanan pusat pernafasan
Problim medulla spinalis
Problim n.prenikus/interkostalis

3.

Diagnosis Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang : 1.Foto toraks


2. Analisa gas darah arteri

5.

Konsultasi

6.

Perawatan Rumah Sakit :

7.

Terapi

resusitasi/ kateter

1. Pulmonologi Anak
2. Neurologi Anak
Gawat Darurat/Perawatan lntensif

1. Hisap lendirjalan nafas


2. Berikan 02 8 1/menit melalui masker-balon
3. Berikan cairan intra-bena pemeliharaan
4. Krim sampel darah arteri untuk analisa gas darah &

darah rutin

5. Toraks foto
6. Bila hasil analisa gas darah tetap jelek lakukan
inkubasi dan berikan bantuan ventilasi mekanik.
7. Pemantauan tanda vital, keseimbangan cairan,
serial analisa gas darah arteri, sena foto toraks.
8. Terapi definitif

8.

Tempat Pelayanan

ICU Anak

9.

Penyulit

1.
2.
3.
4.

10.

lnformed Consent

Perlu (tertulis)

11.

Tenaga Standard

lntensifis Anak

12.

Lama Perawatan

3 (tiga) hari

13.

Masa Pemulihan

1 (satu) minggu

14.

Output

Kematian 25-50 k

15.

Patologi Anatomi

16.

Otopsi 1Risatah Rapat :

Ensefalopati
Barotrauma (ventilator)
Gangguan hemodinamik
Infeksi/sepsis

17

SYOK (RENJATAN)
1.

Nama Penyakit/Diagnosis:

2.
Kriteria Diagnosis
( > 2 detik ).

3.

Diagnosis Banding

4.

Pemeriksaan Penunjang :
2.
3.
4.

5.

Konsultasi

6.

Perawatan Rumah Sakit :

7.

Terapi

masker/kateter

Syok (Renjatan)

1. Pucat/sianosislmottling, pengisian kapiler melambat


2.
3.
4.
5.
6.

Akral dingin, beda suhu sentral dan perifer > 2o C


Nadi halus dan cepatltak teraba
Tekanan darah menurun/tak terukur
Oliguria
Pernafasan Kussmaul

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kehilangan cairan/plasma/darah
Kelainan jantung
Reaksi anafilaksis
Sepsis
Problim Neurologik
Hipoglikemia/gangguan metabolikl kecarunan.
1.Lab.darah rutin, gol darah/cross kultur
Glukose darah
Kadar elektrolit
Skrining toksikologi

1. Kardiologi Anak
2. Neurologi Anak
Gawat DaruratlPerawatan lntensif

1. Tempatkan dalam posisi datar kaki ditinggikan


2. Bebaskan jalan nafas/hisap lendir jalan nafas
3. Berikan 02 sebanyak 8 L/menit melalui
4. Pasang lini intravena (perkutan/vena seksi), bila
gagal pada kaki kedua, pasang lini intraosseus.
5. Berikan bolus cairan kristaloid-isotonis 20 ml/kg,
dapat diulangi 1-2 kali lagi, biLa gagal
pertimbangkan cairan koloid.
6. Koreksi metabotik asidosis dengan Na-Bikarbonat 12 mEq/kg BB atau berdasarkan defisit basa
7. Pemantauan tanda vital, keseimbangan cairan dan

elektroiit

8. Bila gagal pertimbangkan pemberian inotropik


(epinefrin 0,5 - 1 microgram/kg/menit, Dopamin 510 microgram/kg/ menit.
9. Terapi definitif

8.

Tempat Pelayanan

ICU Anak

9.

Penyulit

1.
2.
3.
4.

10.

lnformed Consent

Perlu (tertulis)

Ensefalopati
Odem pulmonum (overload)
Gagal ginjal akut
Gangguan etektrotit

18

11.

Tenaga Standard

lntensifis Anak

12.

Lama Perawatan

1 - 3 hari

13.

Masa Pemulihan

1 (satu) minggu

14.

Output

Kematian 0 sampai > 50 %

15.

Patologi Anatomi

16.

Otopsi/Risalah Rapat :

KOMA
1.

Nama Penyakit/Diagnosis:

2.

Kriteria Diagnosis

Skala Koma Glasgow < 7 (respon membuka mata,


respor verbal, respon motorik).

3.

Diagnosis Banding

1. Trauma kepala
2. Perdarahan intra kranial
3. lnfeksi SSP
4. Metabollik (sering)
5. Keracunan
6. SOL (abses, tumor dll)
Note: Sebanyak 95 % koma pada anak disebabkan
kelainan non-struktural.

4.

Pemeriksaan Penunjang :
2.
3.
4.
5.
6.

5.

Konsultasi

Koma

1.CT Scan
Darah rutin, kultur
Faal hati, faal ginjal, glukose darah
Skrining toksikologi
Analisa gas darah, elektrolit
Punksi lumbal

1. Neurologi Anak
2. Bedah Saraf

6. Perawatan Rumah Sakit :

Gawat Darurat/Perawatan lntensif

7.
Terapi
elevasi kepala 30 C.

1. Tempatkan penderita dalam posisi semifowler,

2. Bebaskan jalan nafas dengan menempatkan kepala


pada posisi " sniffing ", menghisap lendir saluran
nafas, mamasang oropharyngeal airway, kalau
perlu intubasi
3. Berikan 02 8 Umenit melalui masker atau kateter,
kalau perlu bantuan pernafasan sementara dengan
balon resusitasi.
4. Pasang iv line, atasi bila ada syok dan berikan
pemeliharan 3/4 kebutuhan.
5. Evaluasi lengkap, khususnya kemungkinan
peninggian, tekanan intrakranial, konsultasi

19

neurologi anak, lumbal punksi bila tidak ada


peninggian tekanan intrakranial.
6. Kirim sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin,
analisa gas darah, elektrolit, glukose darah, faal
hati, faal ginjal dan kalau perlu skrining keracunan.
7. CT, Scan bila ada kecurigaan terdapat kelainan
struktutural.
8. Pemantauan tanda vital dan SKG
9. Terapi definitif, konsullltasi dan tindakan bedah
saraf
10. Pada keracunan dapat diberikan Naloxone 0,01
mg/kg, bila gagal diulangi dengan 0,1 mglkg
11. Pada sepsis, diberikan antibiotik sesuai kultur-tes
sensitifitas
12. Resusitasi otak, pencegahan peninggian tekanan
intrakranial dan asuhan keperawatan lainnya :
a. Elevasi kepala 30 C.
b. Pertahankan Pa02 > 100 torr dan PACO2 25-30
torr (ventilasi mekanik)
c. Cairan pemeliharaan 3/4 kebutuhan
d. Diuretik : Lasix 1 mglkg Bb (1-2 x/hari), Manitol 1
g/kg BB inisial, 0,5 g/kg BB/6 jam
e. Pertahankan normotensi dengan obat-obat
vasoaktif (Dopamin atau Nitrogliserin)
f. Pertahankan normotermi dengan antipiretik atau
kom pres dingin
g. Pertahankan keseimbangan nutrisi, elektrolit dan
pH (parenteral / enteral atau NGT)
h. Steroid dapat dipertimbangkan (Dexamethason
1 mg/kgBB bolus diikuti 0,25 mg/kg16 jam iv)
i. Kejang/spastik : diazepam dan fenobarbital
j. Pencegahan dekubitus dengan
fisioterapi/perobahan posisi tubuh.
k. Tekanan intracranial menetap: craniectomy
ICU ANAK
8.

Tempat Pelayanan

lcu Anak

9.

Penyulit

1.
2.
3.
4.

10.

lnformed Consent

Perlu (tertulis)

11.

Tenaga Consent

Intensitis Anak

12.

Lama Perawatan

1 (satu) minggu

13.

Masa Pemulihan

3 (tiga) minggu

Bergantung penyebab, kematian 10 sampai > 50 %,

14. Output
gejala sisa 10-90

Peninggian tekanan intrakranial


lnfeksi I sepsis
Dekubitus
Problim cairan, elektrolit,nutrisi

20

15. Patologi Anatomi

16. Otopsi/Risalah Rapat

G.

SUB BAGIAN GASTROENTEROLOGI ANAK

DIARE
Batasan:
Diare adalah suatu keadaan dimana kadar air datam tinja bertambah sehingga
terjadi perubahan konsitensi tinja (tinja cair atau lembek).
Diare dapat disebabkan:
1.
lnfeksi (diare oleh karena infeksi yang disebut Gastro Enteritis).
2.
Non infeksi (hormonal, alergi, kelainan anatomi dan lain - lain).
Bila diare berlangsung tidak lebih dari 7 hari disebut diare akuta. Dalam praktek
sehari-hari: defekasi cair dengan frekwensi > 3 x/hari dengan atau tanpa darah/lendir
disertai atau tanpa muntah disebut Gastro Enteritis.
Pemeriksaan:
1.
Tentukan derajat dehidrasi (Kriteria WHO)
a. Tanda dehidrasi
b. Dehidrasi ringan-sedang: kehilangan cairan 5-10 % BB ( 7,5 cc/kgBB)
c. Dehidrasi berat: Kehilangan cairan > 10 % BB = 100 cc/kg BB.
2.
Tentukan problem - problem lain atau penyakit penyerta
3.
Laboratorium:
a. Tinja : makroskopis, mikroskopis, kadar lemak, tinja (steatokrit), clini test,
pH, kultur
b. Darah : darah lengkap, berat jenis, elektrolit, asam basa, plasma protein,
glukos
c. Urine : mikroskopis, elektrolit, pH, protein dan glukosa.
d. E.C.G
Penilaian Dehidrasi:
Penilaian

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan
sedang

Dehidrasi berat

LIHAT
Keadaan umum

Baik, sadar

* Gelisah, rewel

Mata

Normal

Cekung

Airmata

Ada

Tidak ada

* Lesu,lunglai atau
tidak sadar
Sangat cekung dan
kering
Sangat kering

Rasa haus

Minum biasa, Tidak


haus

* Haus ingin minum


banyak

*Tidak mau minum

* Kembali lambat

* Kembali sangat
lambat

PERIKSA
Turgor
Kembali cepat

Lambat (> 2 delik)


NB: * Tanda kunci
1. Pembacaan dilakukan dari kanan kekiri

21

2. Penderita didiagnosis dehidrasi berat, ringan sedang atau tanpa dehidrasi


bila ada dua atau lebih tanda, dimana satu tanda tersebut adalah tanda
kunci.
Pengobatan:
I: Pemberian cairan dan elektrolit
II: Pemberian makanan
III: Obat-obatan
I.
Pemberian cairan dan elektrolit: Dibagi atas dua fase yaitu fase rehidrasi dan
fase pemeliharaan.
A. Fase dehidrasi:
Bertujuan untuk memberantas dehidrasi.
Jumlah cairan yang diberikan pada fase ini tergantung dari derajat dehidrasi
1. Dehidrasi ringan sedang:
Oralit sebanyak 75 cc lkg BB di.beri dalam masa 4 jam. Jika ada hal yang
menyebabkan kegagalan cairan secara oral dapat diberi Ringer Laktat
intra vena.
2. Dehidrasi berat:
Diberi cairan Ringer Laktat iv sebanyak 100 cclkg BB dalam masa 3 - 6
jam.
Usia < 1 tahun : 30 cc/kg BB/1 jam dilanjutkan dengan 70 cc/kg BB/5 jam
Usia > 1 tahun : 30 cc/kg BB/30 menit dilanjutkan dengan 70 cc/kg BB/2,5
jam
B. Fase pemeliharaan:
Bertujuan untuk mencegah anak yang sudah rehidrasi atau anak diare yang
tidak mengalami dehidrasi jangan jatuh ke dalam dehidrasi. Jumlah cairan
yang diberikan pada fase ini merupa kan penjumlahan antara jumlah cairan
yang dibutuhkan normal sehari (normal daily requirement) + jumlah cairan
yang hilang akibat diare yang masih berlangsung (continuing looses ).
Kebutuhan normal sehari-hari dapat dihitung dengan rumus Holliday Segar.
Kebutuhan ini dipenuhi dengan makan minum sehari-hari.
Holliday - Segar:
BB (kg)
Kebutuhan cairan
-10 kg
100 cc/kg BB
10-20 kg
1000 cc + 50 cc/kg BB pemaikan > 10
> 20 kg
kg
1500 cc + 20 cclkg BB pernaikan >20
Cairan yang hilang selama diare masih berlangsung, dapat dihitung dengan
menampung tinja. Untuk cairan yang hilang selama diare masih berlangsung,
WHO menganjurkan:
< 2 tahun = 50 cc - 100 cc perkali mencret atau 500 cc/hari
2 - 10 tahun = 100 cc - 200 cc perkali mencret atau 1000 cc/hari
> 10 tahun = 2000 cc/hari.
Jika ada hal yang menyebabkan pemberian per oral gagal dapat diberi cairan
secara iv. Bila mencret masih berlangsung terus dianjurkan tetap diberi Ringer
Laktat. Kalau diare sudah berkurangdapat diberi larutan Darrow diencerkan
setengah.
II.
Pemberian Makanan
Pemberian makanan dilakukan setelah rehidrasi tercapai
1. Bayi usia < 4 bulan (belum mendapat makanan padat)
- ASI
- Kalau ASI tidak ada dapat diberi susu formula pengganti ASI yang sesuai.
2. Bayi usia > 4 bulan (sudah mendapat makanan padat)
- ASI

22

III.

- Bubur nasi
- Pisang
- Tahu
- Tempe
- dll.
Obat-obatan:
1. Kausal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Simptomatik. Pada penderita dengan demam atau kejang dapat diberi anti
piretik ataupun anti konvulsan. Obat-obat anti diare tidak bermanfaat. WHO
hanya menganjurkan pemberian anti infeksi pada Kolera. Disentri Sigella,
Amubiasis dan Giardiasis.

Pengobatan Komplikasi Diare:


Komplikasi diare dapat berupa:
1. Hiponatremia
2. Hipernatremia
3. Hipokaiemia
4. Hiperkalemia
5. Asidosis metabolik
6. Demam
7. Kejang
8. Hipoglikemia
1.

Hiponatremia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat,jika:
a. masih ada hiponatremia (Na serum < 130 meq/L = hiponatremia
asimptomatik ) > cukup diberikan Ringer Laktat saja.
b. masih ada hiponatremia (Na serum < 120 meq/L = hiponatremia
simptomatik ) --> diberikan Na Cl sebanyak :
Na dibutuhkan (meq) = (135-Na serum) x 0,6 x BB (kg)
Kenaikan kadar Na serum sebanyak 5 - 10 meq/L dilakukan dalam 1 4 jam.
Atau setiap pemberian NaCi 3 % sebanyak 12 cclkg BB (6 meq/ kg BB) akan
menaikkan kadar Natrium serum sebanyak 10 meq/L.
c. Jika Hiponatremia terjadi setelah rehidrasi dan tak ada gejala (hiponatremia
asimptomatik) cukup dilakukan restriksi cairan. Kalau ada gejala, diberikan
NaCL 3 % dengan dosis dan cara pemberian seperti diatas.

2.

Hipematremia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, temyata masih ada
hipernatremia, maka infus distop dan bayi/anak diberi air putih saja.

3.

Hipokalemia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, ternyata masih ada
hipokalemia:
a. Kalau mencret masih berlanjut, tetapi diberi Ringer Laktat
b. Kalau mencret sudah berkurang, gambaran ECG tidak ada tanda-tanda
hipokatemia cukup diberikan KCI oral.
KCI per oral diberikan dalam bentuk tablet slow-released ataupun larutan
(tak dian}urkan dalam bentuk tepung karena menimbulkan ulserasi usus)_
Konsentrasi larutan tidak boleh lebih 70-80 meq/L karena ditakutkan spasma
pilarus.
c. Kalau mencret sudah berkurang, gambaran ECG menunjukkan tandatanda
hipokalemia, diberikan KCL per drip. Pemberian KCI per drip bertujuan untuk

23

mengatasi kedaruratan. Koreksi dilakukan dalam 2 - 3 hari.


Syarat pemberian KCI per drip:
1. Tidak boleh ada anuria
2. Tidak boleh ada dehidrasi
3. Tidak boleh lebih 4 meg/Kg BB/hari
4. Konsentrasi larutan tidak lebih 40 meqlL (biasanya diberikan dengan
konsentrasi 25-30 meq/L)
5. Kalau hipokatemia disertai asidosis metabolik pemberian bikarbonat dan
kalium diberikan bersamaan.
4.

Hiperkalemia
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, ternyata hiperkalemia masih
menetap perlu dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, karena kebanyakan
penyebab hiperkalemia adalah insufisiensi renalis. Kalau ada tanda gagal ginjal
akut dilakukan restriksi cairan.

5.

Asidosis metabolik
Setelah dilakukan rehidrasi dengan Ringer Laktat, bila masih ada asidosis
metabolik (klinis atau laboratorium) dapat di berikan Bikarbonat. Pemberian
Bikarbonat bertujuan hanya untuk mengatasi kedaruratan, bila ph dibawah 72
Pemberian Bikarbonat harus dilakukan secara bertahap, dosis tidak boleh
melebihi 1 meg/kgRR/kali beri Bikarbonat diencerkan 5 kali dan pemberian
dapat diulangi setelah satu jam.
Pemberian Bikarbonat tidak dianjurkan kalau ada gangguan ventilasi paru
(terjadi hiperkarbia) dan hipokalemia (hipokalemia makin berat sehingga bisa
terjadi paralise otot pernafasan). Untuk menentukan apakah seseorang
menderita asidosis metabolik murni dapat dipakai rumus:
PCO2 = ( 1,54 x HCO3) + 8,36 1,11

6.

Demam
Tindakan yang dilakukan pada penderita dengan demam adalah dengan
menurunkan temperatur.
Menurunkan temperatur dapat dilakukan dengan cara :
A. Mendinginkan tubuh:
a. Membuka baju
b. Melap keringat
c. Kipas angin
d. Kompres
B. Obat demam:
1. Parasetamol dengan dosis 30 mglKglBB per hari dabag,i 3 dosis.
2. Obat-obatan demarn yang mengandung acetyt saltcylic acid (seperti
Aspirin*, Aspi.let*; Gaten4l*), m.e.fenam.ic acid (seperti Ponstan*) tidak
dianjurkan.
3. Penurunan temperatur yang tertatu cepat teh'sh dari 1OoEi C akan
rrmenyebabkan bayilanak menggigiL Kalau terjadi hal seperti ini, bayi 1
anak diselimuti atau. kornprPs panac.
7.

Kejang
Tindakan yang dilakukan pada bayi/anak dengan kejang adalah dengan
memberikan Diazepam = 1 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.
Diazepam dapat diberikan IV atau per rektal. Bila pada bayi/anak dengan
demam ada riwayat kejang maka pemberian parasetamol dapat
dikombinasikan dengan diazepam.

24

8.

Hipoglskemia
Hipoglikemia pada penderita diare dapat disebabkan masukan makanan yang
kurang malabsorbsi ataupun kebutuhan meningkat. Hipoglikemia (kadar gula
darah ,50 mg%) jarang terjadi bila masukan makanan cukup. Bila penderita
dalam koma harus diberikan intravenous glukosa 20% sebanyak 2,5 cc/kgBB
dalam masa 5 menit. Jika penyebab penurunan kesadaran adalah hipoglikemia
akan dijumpai perbaikan kesadaran yang cepat.

25

Anda mungkin juga menyukai