Anda di halaman 1dari 26

LITERATURE REVIEW

CEPHALGIA

DISUSUN OLEH :

Fortune De Amor (406181083)

PEMBIMBING :

Dr. dr. Rini Andriani, Sp.S (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

PERIODE 02 MARET-05 APRIL 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

0
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Fortune De Amor

NIM : 406181083

UNIVERSITAS : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

JUDUL LITERATURE REVIEW: Cephalgia

BAGIAN :Ilmu Penyakit Saraf-RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang

PEMBIMBING : Dr. dr. Rini Andriani, Sp.S (K)

Semarang, 27 Maret 2020

Pembimbing,

Dr. dr. Rini Andriani, Sp.S (K)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas kasih karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
literature review dengan judul “Cephalgia” ini dapat selesai dengan baik.

Literature review ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Penyakit
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang, periode 02 Maret – 05 April 2020.

Dalam referat ini, penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. dr. Rini Andriani, Sp.S (K) selaku pembimbing dalam penulisan literature review ini.
2. Rekan – rekan anggota kepaniteraan klinik baik dari UNTAR di bagian Ilmu Penyakit Saraf
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang, periode 02 Maret – 05 April 2020.

Penulis menyadari bahwa literature review yang disusun ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang dapat bermanfaat demi kesempurnaan literature review ini.Akhir kata, semoga
literature review ini bermanfaat bagi para pembaca

Semarang, 28 Maret 2020

Penulis,

Fortune De Amor

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Headache yang merupakan salah satu kelainan neurologi, memiliki prevalensi global
sebanyak 47 %. Headache sendiri dapat menjadi secondary symptom terhadap suatu underlying
condition seperti neoplasma intracranial, epileptic siezures, maupun infeksi intrakranial,
walaupun pada beberapa kasus merupakan suatu kasus primer dan non fatal disorder. Primary
headache seperti, migrain, TTH (Tensio Type Headache), dan cluster headache, walaupun
bukan sesuatu yang fatal, namun menyebabkan ketidakseimbangan secara finansial maupun
substansial.1

Pada tahun 2016, hampir 300 juta penduduk diperkirakan menderita migrain dan tension
type headache diwaktu yang bersamaan. GBD (Global Burned Dissease) memperkirakan
tension type headache sebagai kejadian terbanyak (setelah dental caries dan infeksi
tuberkulosis laten) dan migrain pada posisi ke ke enam dari 328 penyakit dan cedera pada tahun
2016. GBD 2016 memperlihatkan bahwa headache khususnya migrain merupakan satu dari
banyak kasus yang menyebabkan disability di penjuru dunia, dan hal ini terjadi khususnya pada
dewasa muda hingga wanita paruh baya.2

Berdasarkan peneliitian pada tahun 2017 di Kuwait, didapatkan prevalensi penderita


primary headache disorder sebanyak 61% dimana sekitar 62.2% nya terjadi pada wanita. TTH
(Tension Type Headache) diketahui terjadi sebanyak 29% diikuit oleh kejadian episodic
migrain dengan persentase sebesar 23.11%. Chronic migrain memiliki persentase sebesar
5.4% dan medication overuse headache sebanyak 2.4%. Pada penelitian ini juga digambarkan
sebanyak 71% penderita berusia 18-30 tahun, sedangkan kasus serupa juga terjaid pada
penderita berusia lebih dari 50 tahun dengan persetasi sebanyak 23%. Ditilik dari rasio
perbandingan jenis kelamin, kejadian primary headache disorder lebih banyak terjadi pada
wanita dengan rasio sebesar 1.7:1 dibanding pria.3

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Headache merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Nyeri
kepala sendiri memiliki lebih dari 200 variasai deskripsi, dan pendeskripsian rasa nyeri
yang kurang tepat dapat mengakibatkan kesalahan diagnosis hingga penanganannya.4

2.2 Epidemiologi
Lifelong prevalance dari headache sendiri sekitar 96%, dengan predominan
terjadi pada wanita. Prevalensi aktif global tensiojn-type headache sekitar 40% dan
migrain 10%. Migrain paling sering terjadi antara usia 25 dan 55 tahun dan tiga kali
lebih sering terjadi pada wanita. Meskipun fakta bahwa itu menyebabkan kecacatan
yang signifikan, migrain tetap ada kurang terdiagnosis dan terobati. Kasus trigeminal
autonomic cephalgia termausk langka dibandingkan dengan migrain dan tension-type
headache. Kejadian trigeminal autonomic cephalgia yang paling umum terjadi adalah
cluster headache dengan prevalensi populasi mencapai 0.1% dan rasio pria dan wanita
yang terkena sekitar 3.5-7 : 1.5
Chornic daily headche, dimana terjadi hampir setiap hari atau berbulan-bulan-
ataupun bertahun-tahun, banyak dilaporkan di beberapa literatur. Namun hal itu tidak
dapat didiagnosis secara resmi dalam International Classification of Headache
Disorders. Chronic daily headache dengan durasi lama termasuk migrain kronik,
tension-type headache kronik, hemicrania continua, dan new daily persistent headache.
Prevalensi di seluruh dunia dari chronic daily headache digambarkan sekitar 3-5&,
mirip dengan presentasi migrain kronik.5
2.3 Klasifikasi
International Classification of Headache Disorders (ICHD) pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1998 dan sudah mengeluarkan revisi dua, tepatnya pada
tahun 2013. Dewasa kini, telah terbentuknya perbaruan dari ICDC-3 yang
mengklasifikasikan headache mencadi 2 tipe, yakni headache primer dan headache
sekunder. Klasifikasi lebih lengkap akna disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:5

4
Gambar 2.1 Klasifikasi Headache berdasarkan ICHD-35

Primary headache tidak diketahui underlying cause nya. Sedangkan secondary


headache merupakn hasil dari kondisi lain yang menyebabkan terjadinya traikan atau
inflamai terhadap pain-sensitive structure. Headache yang diakibatkan penyakit
psikiatrik biasanya juga dipertimbangkan sebagai secondary headache. Primary
headache yang paling sering terjadi mencakup migrain, tension-type headache, dan
cluster headache. Headache yang berkaitan dengan infeksi, penyakit vaskular, dan
trauma adalah beberpa contoh dari secondary headache. Hanya 1% dari pasien dengan
tumor otak akan memiliki sakit kepala dengan satu-satunya keluhan.5

5
2.3.1 Primary Headache
2.3.1.1 Migrain
2.3.1.1.1 Definisi

Migrain adalah gangguan sakit kepala primer yang umum. Banyak studi
epidemiologis telah mendokumentasikan tingginya prevalensi serta dampak sosial-
ekonomi dan pribadi. Dalam Global Burden of Disease Study 2010 (GBD2010), ia
menempati peringkat sebagai gangguan ketiga terbanyak di dunia. Dalam GBD2015,
migrain menduduki peringkat tertinggi ketiga di seluruh dunia yang menyebabkan
disabilitas pada pria dan wanita di bawah usia 50 tahun.6

2.3.1.1.2 Patofsiologi

Patofisiologi migrain, dapat dilihat pada latar belakang hipersensitivitas otak yang
diduga disebabkan oleh genetik terhadap perubahan homeostatis internal dan eksternal
yang dapat bertindak sebagai pemicu sakit kepala. Pemicu ini mempengaruhi sistem
trigeminovaskular, yang mengandung komponen sistem saraf pusat dan perifer.
Stimulasi sistem trigeminovaskular menghasilkan pelepasan neuropeptida dan zat lain
yang menyebabkan peradangan lokal dan amplifikasi yang jauh dari sirkuit saraf di
batang otak, nukleus trigeminal caudalis, thalamus, dan korteks, menyebabkan
sensitisasi pusat dan gejala memburuk bersamaan dengan berkurangnya aktivitas di
pusat menurun sistem penghambatan dan mengurangi kemampuan untuk
mengendalikan atau memadamkan serangan sakit kepala.5

2.3.1.1.3 Gejala klinis

Migrain memiliki dua tipe utama: 6

6
Migrain tanpa aura6

Migrain tanpa aura adalah sindrom klinis yang ditandai dengan sakit kepala
dengan gambaran spesifik dan gejala terkait. Sebelumnya disebut sebagaicommon
migraine; hemicrania simplex.

Deskripsi berupa gangguan sakit kepala berulang yang bermanifestasi dalam


serangan yang berlangsung 4–72 jam. Karakteristik khas sakit kepala adalah lokasi
unilateral, kualitas denyut nadi, intensitas sedang atau berat, diperburuk oleh aktivitas
fisik rutin dan hubungan dengan mual dan / atau fotofobia dan fonofobia.

Kriteria diagnostik berupa:

A. Minimal 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D


B. Serangan sakit kepala minimal 4-72 jam (bila tidak diobati atau tidak
berhasil diobati)
C. Sakit kepala setidaknya memiliki 2 dari 4 karakteristik berikut:
a. Lokasi unilateral
b. Kualitas berdenyut
c. Intensitas nyeri dari sedang hingga berat
d. Diperburuk dengan atau menghindari aktivitas fisik rutin seperti
berjalan atau menaiki tangga
D. Selama sakit kepala,setidaknya terdapat satu dari gejala berikut:
a. Nausea dan/atua vomitus
b. Photophobia dan phonophobia
E. Tidak diperhitungkan dengan lebih baik oleh diagnosis ICHD-3 lainnya

Migrain dengan aura6

Migrain dengan aura terutama ditandai oleh gejala neurologis fokal sementara
yang biasanya mendahului atau kadang-kadang menyertai sakit kepala. Beberapa
pasien juga mengalami fase prodromal, terjadi beberapa jam atau beberapa hari

7
sebelum sakit kepala, dan / atau postdromal fase setelah resolusi sakit kepala. Gejala
prodromal dan postdromal termasuk hiperaktif, hipoaktivitas, depresi, mengidam
makanan tertentu, menguap berulang, kelelahan dan kekakuan leher dan / atau nyeri.
Migrain dengan aura dulunya disebut sebagai migrain klasik;
ophtalmic,hemiparaesthetic, hemiplegi atau aphasic migrain; migraine
accompagnee; complicated migraine.

Migrain denganaura di deskripsikan seperti serangan berulang, hitungan menit


yang berlangsung lama, gejala unilateral sepenuhnya reversibel visual, sensorik atau
sistem saraf pusat yang biasanya berkembang secara bertahap dan biasanya diikuti
oleh sakit kepala dan gejala migrain terkait. Berikut beberapa kriteria diagnostik yang
dipeuntukkan untuk migrain dengan aura:

A. Minimal 2 serangan memenuhi kriteria B dan C


B. Satu atau lebih dari gejala aura reversible seperti berikut:
a. Visual
b. Sensorik
c. Bicara dan/atau bahasa
d. Motorik
e. Batang otak
f. Retina
C. Minimal terdapat tiga dari enam kriteria berikut
a. setidaknya satu gejala aura menyebar secara bertahap selama 5
menit
b. dua atau lebih gejala aura terjadi berturut-turut
c. setiap gejala aura individu berlangsung 5-60 menit
d. setidaknya satu gejala aura adalah unilateral
e. setidaknya satu gejala aura positif
f. aura disertai, atau diikuti dalam 60 menit, dengan sakit kepala
D. Tidak diperhitungkan dengan lebih baik oleh diagnosis ICHD-3 lainnya.

8
Migrain Kronik6

Migrain kronik dideskripsikan sebagai sakit kepala terjadi selama 15 hari atau
lebih / bulan selama lebih dari tiga bulan, yang, setidaknya delapan hari / bulan,
memiliki ciri-ciri sakit kepala migrain. Berikut beberapa kriteria diagnostik untuk
migrain kronik:

A. Sakit kepala (migrain-like or tension-type-like) selama 15 hari / bulan


selama> 3 bulan, dan memenuhi kriteria B dan C
B. Terjadi pada pasien yang memiliki setidaknya lima serangan yang
memenuhi kriteria B – D untuk Migrain tanpa aura dan / atau kriteria B dan
C untuk Migrain dengan aura
C. Selama 8 hari / bulan selama> 3 bulan, memenuhi salah satu dari:
a. Kriteria C dan D untuk migrain tanpa aura
b. Kriteria B dan C untuk migrain dengan aura
c. Diyakini oleh pasien sebagai migrain saat onset dan dihilangkan
dengan triptan atau turunan ergot
D. Tidak diperhitungkan dengan lebih baik oleh diagnosis ICHD-3 lainnya.

Status Migrainosus6

Dideskripsikan sebagai Serangan migrain yang melemahkan yang berlangsung


selama lebih dari 72 jam. Kriteria diagnstik untuk status migraiosus sebagai berikut:

A. Serangan sakit kepala yang memenuhi kriteria B dan C


B. Terjadi pada pasien dengan Migrain tanpa aura dan / atau Migrain dengan
aura, dan tipikal serangan sebelumnya kecuali durasi dan keparahannya.
C. Kedua dari karakteristik berikut:
a. tak henti-hentinya selama> 72 jam
b. rasa sakit dan / atau gejala yang terkait melemahkan
D. Tidak diperhitungkan dengan lebih baik oleh diagnosis ICHD-3 lainnya.

9
2.3.1.1.4 Tatalaksana

Abortive Medications termasuk zat antiinflamasi nonsteroid, analgesik


kombinasi, obat antiemetik, dan kortikosteroid. Obat opioid dan senyawa butalbital
pada umumnya tidak dianjurkan karena risiko penggunaan yang berlebihan dan
potensi rebound. Agen antimigraina yang lebih spesifik termasuk agonis serotonin
5-HT1B / D selektif, triptan, dan preparat yang mengandung ergotamin, seperti
dihydroergotamine intravena / intranasal.5

Gambar 2.2 The Triptans: 5-HT 1B/D Receptor Agonists5

Obat pencegahan dianjurkan jika pasien menderita sakit kepala lebih dari 6 hari,
mengalami gangguan selama 4 hari, atau complete;y disabled selama 3 hari setiap
bulan meskipun menjalani pengobatan yang gagal. Ketika memulai manajemen
pencegahan, penting untuk memulai dengan dosis rendah, meningkatkan dosis
secara perlahan untuk membantu meminimalkan efek samping yang merugikan,
dan untuk melanjutkan untuk jangka waktu uji coba yang memadai, biasanya 3
bulan, agar tidak ketinggalan efek terapi yang berkembang perlahan.5

10
Gambar 2.3 Selected Migraine Preventive Medications5

2.3.1.2 Tension-type headache


2.3.1.2.1 Definisi

Sakit kepala tipe tegang atau tension-type headache adalah nyeri tumpul,
bilateral, ringan hingga intensitas sedang tanpa rasa sakit yang terkait yang dapat
dikategorikan jarang, sering, atau kronis dan mudah dibedakan dari migrain. Sakit
kepala tipe tegang yang jarang dianggap sebagai bentuk sakit kepala yang dialami oleh
hampir semua orang pada satu waktu atau yang lain dan biasanya tidak memerlukan
manajemen medis.5

2.3.1.2.2 Faktor resiko

Meskipun mungkin ada unsur genetik dalam pengembangan sakit kepala tipe
tegang, faktor lingkungan kemungkinan memainkan peran yang lebih besar daripada di
migrain. Tenderness otot perikranial, gangguan suasana hati yang ada, dan gangguan
mekanis pada tulang belakang dan leher dapat menjadi faktor penyebab.5

11
2.3.1.2.3 Gejala klinis

Gambar 2.4 ICHD Infrequent Episodic Tension-Type Headache5

2.3.1.2.4 Penatalaksanaan

Manajemen obat yang abortive dan preventif dapat dipertimbangkan, tergantung


pada frekuensi dan disabilitasnya. Agen analgesik sederhana dan senyawa bebas
dengan kafein telah menunjukkan kemanjuran. Agen pencegahan termasuk obat
antidepresan trisiklik dan berbagai pelemas otot.5

Gambar 2.5 Selected Preventive Agents for Tension-Type Headache5

12
Relaksan otot digunakan sebagian besar berdasarkan bukti anekdotal. Inhibitor
reuptake serotonin selektif dan inhibitor reuptake norepinefrin selektif, disarankan di
masa lalu untuk pola sakit kepala ini, telah terbukti tidak efektif. Obat penghambat
monoamine oksidase telah menunjukkan kemanjuran tetapi jarang digunakan karena
efek samping yang potensial. Memantine, suatu antagonis reseptor N methyl-d-
aspartate glutamatergic, telah dipelajari dalam sakit kepala tipe tegang kronis dan
migrain kronis dan mungkin memiliki beberapa manfaat. Obat penghambat monoamine
oksidase telah menunjukkan kemanjuran tetapi jarang digunakan karena efek samping
yang potensial. Memantine, antagonis reseptor N-metil-d-aspartat glutamatergic, telah
dipelajari dalam sakit kepala tipe tegang kronis dan migrain kronis dan mungkin
memiliki beberapa manfaat. Pada pasien-pasien dengan sakit kepala harian kronis yang
memiliki ciri-ciri baik sakit kepala tipe tegang dan migrain, pengobatan mungkin
default untuk manajemen pencegahan migrain, termasuk, kadang-kadang, penggunaan
onabotulinumtoxin A.5

Teknik manajemen nonmedikasi, termasuk terapi fisik dan terapi manual lainnya,
berbagai injeksi lokal, konseling termasuk terapi perilaku kognitif, teknik relaksasi,
mungkin memiliki manfaat terbatas tetapi belum terbukti sangat efektif dalam
pengobatan sakit kepala. Meskipun akupunktur tidak memiliki khasiat yang terbukti
dalam pengobatan tension-type haeadche analisis Cochrane 2016 untuk pencegahan
migrain menemukan bahwa obat ini efektif dalam mengurangi frekuensi serangan.5

2.3.1.3 Trigeminal autonomic cephalalgias


2.3.1.3.1 Definisi

Cephalgia otonom trigeminal adalah sekelompok sakit kepala yang


diklasifikasikan sebagai serangan nyeri distribusi trigeminal unilateral, sering dikaitkan
dengan gambaran otonom kranial ipsilateral. Sakit kepala ini tidak memiliki fitur terkait
yang terlihat pada migrain dan sakit kepala tipe tegang dan secara klinis berbeda.5

13
2.3.1.3.2 Klasifikasi

Sakit kepala cluster, sering disebut sebagai "sakit kepala bunuh diri" karena
intensitas nyeri, terjadi lebih sering pada pria dan biasanya episodik, ditandai dengan
"cluster" dari 2 minggu hingga 3 bulan. Rasa sakitnya sangat parah, dengan 1 hingga 8
episode per hari, seringkali membangunkan pasien dari tidur sesaat setelah tertidur.
Fitur stereotip dengan serangan nyeri orbital unilateral parah yang berlangsung 15
menit hingga 3 jam, biasanya dikaitkan dengan gejala otonom ipsilateral (peningkatan
lakrimasi, hidung tersumbat / keluar, parsial Horner) dan menghasilkan kegelisahan
yang khas. Episode kluster cenderung berulang setiap tahun pada waktu yang hampir
bersamaan, meskipun variasi signifikan dilaporkan. Sekitar 20% pasien tidak
mengalami remisi lebih dari 1 bulan dalam satu tahun kalender dan menderita sakit
kepala cluster kronis.5

Sakit kepala neuralgiform unilateral jangka pendek jarang, parah, sisi-terkunci,


nyeri tajam yang sangat singkat saat ini dikategorikan tergantung pada pola fitur
otonom terkait: SUNCT dengan injeksi konjungtiva ipsilateral dan sobek, dan SUNA
dengan fitur-fitur atau rhinorrhea dan hidung tersumbat.5

Hemicrania paroksismal adalah kelainan sakit kepala langka yang parah yang
ditandai dengan serangan nyeri kepala orbitofrontal singkat yang sering dikunci dengan
fitur otonom ipsilateral. Serangan, biasanya dengan durasi beberapa menit, dapat
muncul pada latar belakang sakit kepala ringan kronis hingga sepertiga dari pasien.
Hemicrania paroksismal kronis dan episodik dijelaskan, dan bentuk kronis lebih sering
terjadi pada wanita.5

Hemicrania continua adalah sakit kepala persisten, lateralized, sidelocked yang


terkait dengan fitur otonom ipsilateral. Baik hemicranias continua dan hemicranias
paroxysmal memiliki respons yang dramatis terhadap dosis terapeutik indometasin dan
biasanya merespons dengan buruk terhadap perawatan lain.5

14
2.3.1.3.3 Gejala klinis serta Tatalaksana

Gambar 2.6 Trigeminal autonomic cephalgias5

2.3.1.4 Primary headache disorder lain


2.3.1.4.1 Stimulus induced headache

Sejumlah sakit kepala primer dikategorikan menurut hubungan mereka dengan


pemicu spesifik. Ini termasuk sakit kepala yang dipicu oleh paparan dingin, seperti sakit
kepala es krim yang umum dijelaskan, sakit kepala yang berhubungan dengan tekanan
kranial eksternal atau traksi (misalnya, sakit kepala kuda), atau sakit kepala yang terkait
dengan berbagai bentuk aktivitas.5

2.3.1.4.2 Thunderclap headcahe

Ini mungkin yang paling tiba-tiba, mencapai intensitas maksimal dalam 1 menit,
dan sakit kepala parah. Meskipun pada beberapa pasien mungkin tidak ada penyebab
yang mendasarinya, patologi struktural / medis harus selalu dikesampingkan dengan
sigap. Saat ini sakit kepala petir dapat berupa primer (jinak atau idiopatik) atau
sekunder; contoh penyebab sekunder adalah vasospasme serebral reversibel,
perdarahan subaraknoid, trombosis sinus vena, ensefalopati hipertensi, dan apoptiksi
hipofisis.5

15
2.3.1.4.3 New daily persistent headache

Ini adalah pola sakit kepala yang tidak biasa dan khas, pertama kali dijelaskan
pada tahun 1986, dan umumnya tidak dikenal di luar obat sakit kepala. Meskipun
biasanya tidak terlalu responsif terhadap pengobatan, namun penting untuk mengenali
pola ini untuk memberi saran kepada pasien dengan benar dan menghindari pengujian
yang tidak perlu. Riwayat pada pasien masa depan biasanya dramatis dan
patognomonik, bahwa timbulnya sakit kepala suatu hari pada dasarnya tiba-tiba,
menjadi konstan dan tak henti-hentinya. Sakit kepala dapat dimulai dalam konteks
infeksi virus dan terjadi lebih sering pada wanita. Pasien sering dapat mengingat hari
yang tepat ketika sakit kepala dimulai. Evaluasi ekstensif pada banyak pasien telah
gagal mengungkapkan penyebab yang jelas, dan sakit kepala saat ini diklasifikasikan
sebagai gangguan sakit kepala primer. Protokol pengobatan telah dipublikasikan,
meskipun pengalaman umum adalah bahwa pola sakit kepala relatif refraktori.5

2.3.2 Secondary Headache

Terdapat berbagai macam sakit kepala sekunder disusun oleh ICHD. Kategori
termasuk sakit kepala yang disebabkan oleh trauma, infeksi, penyakit vaskular, atau
gangguan homeostatis, sakit kepala beracun atau penarikan, dan sakit kepala karena
kondisi intrakranial nonvaskular. Pencantuman dalam daftar sakit kepala sekunder
semata-mata didasarkan pada dukungan literatur ilmiah tentang sakit kepala sebagai
penyebab sekunder, dan sakit kepala dipandang sebagai penyebab sekunder jika mereka
mulai atau memburuk dalam kaitannya dengan perkembangan kondisi patologis dan,
lebih lanjut, jika mereka jelas atau membaik dengan perbaikan kondisi.5

2.3.2.1 Headache attributed to traumatic injury to the head

Kondisi ini didefinisikan sebagai sakit kepala yang terjadi dalam 7 hari setelah
trauma kepala atau 7 hari setelah kesadaran kembali. Ini dianggap sakit kepala akut
dalam 3 bulan pertama setelah onset, dan menetap jika terus berlanjut untuk periode
yang lebih lama. Whiplash (WL) disebabkan oleh akselerasi / deselerasi dan fleksi /
ekstensi leher. Post-traumatic headache (PTH) dikaitkan dengan berbagai gejala: sakit

16
kepala, pusing, gangguan konsentrasi, retardasi psikomotor, insomnia, kecemasan, dan
iritabilitas. Studi neuroimaging direkomendasikan jika pasien menderita trauma sedang
atau berat (kehilangan kesadaran> 30 menit, skala koma Glasgow> 13, amnesia pasca-
trauma> 24 jam, mengubah tingkat kesadaran> 24 jam, cedera otak traumatis: fraktur
kranial, perdarahan otak atau subaraknoid atau kontusio otak), atau menunjukkan
defisit neurologis fokal atau perubahan perilaku / kepribadian. Pada pasien dengan WL,
perlu untuk menyingkirkan fraktur / dislokasi sendi dan mengevaluasi kemungkinan
cedera sumsum tulang belakang. Rujukan ke spesialis lain akan tergantung pada
patologi pasien (perdarahan subarachnoid atau subdural, kerusakan telinga bagian
dalam, dll.) dan gejalanya. Pasien dengan PTH sering juga memerlukan dukungan
psikologis biasanya membaik pada 3 minggu, meskipun ada berbagai faktor
predisposisi untuk durasi yang lebih lama: usia <60 tahun, sakit kepala primer
sebelumnya, komorbiditas psikiatris, penggunaan obat yang berlebihan, hubungan
dengan PTH, perdarahan sebelumnya yang diungkapkan oleh neuroimaging dan / atau
epilepsi pasca-trauma.7

Gambar 2.7 Protocol for action and referral from emergency departments and PC for
headache secondary to HT.7

2.3.2.2 Headache attributed to vascular disorders

Berdasarkan ICHD, diagnosis sakit kepala dan hubungan sebab akibatnya mudah
di sebagian besar kondisi vaskular yang tercantum di bawah ini karena sakit kepala

17
muncul baik secara akut maupun dengan tanda-tanda neurologis dan karena sering
sembuh dengan cepat. Hubungan temporal yang erat antara sakit kepala dan tanda-
tanda neurologis ini sangat penting untuk menentukan penyebabnya.6

Gical sign itu penting untuk membangun sebab-akibat. Dalam banyak dari
kondisi-kondisi ini, seperti stroke asisemik atau hemoragik, sakit kepala dibayangi oleh
tanda-tanda fokus dan / atau gangguan kesadaran. Pada orang lain, seperti perdarahan
subaraknoid, sakit kepala biasanya merupakan gejala yang menonjol. Dalam sejumlah
kondisi lain yang dapat menyebabkan sakit kepala dan stroke, seperti pembedahan,
trombosis vena serebral, arteritis sel raksasa dan angiitis sistem saraf pusat, sakit kepala
sering merupakan gejala peringatan awal. Oleh karena itu penting untuk mengenali
hubungan sakit kepala dengan gangguan ini untuk mendiagnosis dengan benar penyakit
pembuluh darah yang mendasari dan memulai pengobatan yang tepat sedini mungkin,
sehingga mencegah konsekuensi neurologis yang berpotensi merusak.6

Semua kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya menderita sakit
kepala primer jenis apa pun. Petunjuk yang menunjuk pada kondisi vaskular yang
mendasarinya adalah timbulnya sakit kepala baru, biasanya tiba-tiba, yang sejauh ini
tidak diketahui pasien. Kapan pun ini terjadi, kondisi vaskular harus segera dicari.6

Untuk sakit kepala yang dikaitkan dengan gangguan vaskular yang tercantum di
sini, kriteria diagnostik meliputi, bila memungkinkan:6

A. Sakit kepala memenuhi kriteria C


B. Gangguan kranial dan / atau serviks yang diketahui dapat menyebabkan sakit
kepala telah dibuktikan
C. Bukti sebab akibat ditunjukkan oleh setidaknya dua hal berikut:
a. sakit kepala telah berkembang dalam hubungan temporal dengan
timbulnya gangguan kranial dan / atau serviks
b. salah satu atau keduanya dari berikut ini:
i. sakit kepala secara signifikan memburuk seiring dengan
memburuknya gangguan kranial dan / atau serviks

18
ii. sakit kepala meningkat secara signifikan bersamaan dengan
peningkatan gangguan pembuluh darah kranial dan / atau
serviks
c. sakit kepala memiliki karakteristik khas untuk gangguan vaskular
kranial dan / atau serviks
d. bukti lain ada sebab akibat
D. Tidak diperhitungkan dengan lebih baik oleh diagnosis ICHD-3 lainnya

Gambar 2.8 Protocol for action and referral from emergency departments
and PC for headache secondary to vascular lesion.7

2.3.2.3 Headache attributed to cervival carotid or vertebral artery dissection

Kondisi ini biasanya lebih sering terjadi pada pasien dewasa muda. Sakit kepala
adalah gejala pertama dan paling sering. Ini umumnya unilateral, terletak di daerah
oksipital / nuchal ipsilateral hingga diseksi, berdenyut, dan dengan onset mendadak;
rasa sakit dapat diperburuk atau diringankan dengan posisi tubuh tertentu. Seringkali
disertai dengan pusing, nyeri leher, sinkop, amaurosis fugax, sindrom Horner, tinitus,
pembengkakan wajah, dan dysgeusia.2,9 Penting untuk menanyakan tentang trauma
leher atau manipulasi pada konsultasi. Sakit kepala berlanjut hingga 3 bulan pertama
pada 25% pasien.7

19
2.3.2.4 Headache attributed to non-traumatic intracranial haemorrhage
(subarachnoid haemrrhage/arteriovenous malformation)

Sangat penting untuk menyingkirkan perdarahan subaraknoid pada pasien yang


mengalami nyeri kepala timbul mendadak dan tiba-tiba yang memuncak dengan cepat.
Otak kecil dan lobus oksipital adalah lokasi pendarahan lobar yang paling sering
dikaitkan dengan sakit kepala petir. Selain kriteria alarm, kita juga harus
memperhitungkan riwayat keluarga, usia> 40 tahun, sakit leher atau kekakuan,
pemeriksaan fundoskopi yang mengungkapkan perdarahan subhyaloid, onset selama
latihan, dan fleksi leher terbatas. Faktor risiko sakit kepala persisten adalah sakit kepala
primer, stroke, vasospasme, dan tidak adanya terapi endovaskular sebelumnya. Penting
untuk dicatat bahwa obat antiinflamasi non-steroid harus dihindari, dan triptan
dikontraindikasikan.7

2.3.2.5 Headache attributed to cerebral venous thrombosis

Sakit kepala adalah gejala yang paling umum pada 15% -40% kasus, tetapi
biasanya disertai dengan tanda-tanda fokus, ensefalopati subakut, atau sindrom sinus
kavernosa. Ini mungkin berkembang sebagai sakit kepala yang berbahaya atau petir.
Trombosis vena serebral harus dipertimbangkan pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal dan selama kehamilan dan periode postpartum, dan pasien
dengan faktor risiko seperti perubahan hematologis.7

2.3.2.6 Medication-overuse headaches

Obat sakit kepala yang berlebihan atau medication-overuse headaches (MOH)


adalah sakit kepala sekunder yang disebabkan oleh terlalu sering menggunakan obat
simtomatik. Ini adalah kondisi kronis dan terjadi jika obat ini dikonsumsi berlebihan (>
10 hari per bulan untuk turunan ergot, triptan, analgesik gabungan, dan opioid, dan> 15
hari untuk analgesik sederhana) selama lebih dari 3 bulan. Jenis dan lokasi nyeri
cenderung mirip dengan sakit kepala yang sudah ada sebelumnya, umumnya migrain
atau tipe tegang, tetapi dapat bervariasi, dan bahkan disertai dengan mual, kesulitan
berkonsentrasi, masalah ingatan, dan lekas marah. Karakteristik ini umumnya kembali

20
ke level normal ketika pasien berhenti menggunakan obat atau obat yang bertanggung
jawab. MOH lebih sering terjadi pada usia yang lebih muda dan pada wanita.7

Dokter harus mempertimbangkan bahwa banyak gejala, termasuk mual,


muntah, kesulitan tidur, dan kecemasan, dapat memburuk selama penarikan dari obat
ini, terutama pada minggu-minggu pertama. Perawatan rawat jalan direkomendasikan
selama penarikan pasien, karena telah diamati untuk mencapai hasil yang lebih baik
dan melibatkan risiko kambuh yang lebih rendah. Selain itu, tidak ada perbedaan dalam
pengurangan jumlah hari sakit kepala, dibandingkan dengan pasien yang dirawat di
rumah sakit. Keputusan terapi harus mempertimbangkan dukungan keluarga, motivasi
pasien, komorbiditas psikiatris, atau kebutuhan untuk pemantauan, di samping sumber
daya rumah sakit yang tersedia dan kebutuhan untuk terapi multidisiplin.7

Gambar 2.9 Protocol for action and referral from emergency departments and PC for
medication-overuse headache.7

2.3.2.7 Headache due to increased cerebrospinal fluid pressure

Sakit kepala disebabkan oleh tekanan CSF yang tinggi (> 25 cm H2O), biasanya disertai
dengan gejala klinis lain dan / atau tanda-tanda hipertensi intrakranial. Ini hilang setelah
normalisasi tekanan CSF. Serangan biasanya terjadi setiap hari dan diperburuk oleh manuver
Valsava, olahraga, dan posisi terlentang, tetapi juga dapat mensimulasikan sakit kepala

21
migrain. Sering ada gejala yang terkait, termasuk tinnitus sinkron-pulsa, penggelapan
sementara penglihatan terkait dengan perubahan postur, nyeri serviks, dan nyeri punggung,
dengan 25% pasien mengalami diplopia karena keterlibatan saraf kranial keenam dan
berkurangnya ketajaman visual. Hipertensi intrakranial ditandai oleh temuan radiologi
tertentu, seperti sella turcica kosong, distensi ruang subaraknoid perioptik, perataan scleral
posterior, penonjolan diskus optik ke dalam bola mata, dan stenosis sinus vena serebral
transversal.7

Hipertensi intrakranial bisa idiopatik, suatu bentuk yang biasanya terlihat pada wanita
muda; Namun, etiologi lain mungkin terjadi, misalnya gangguan metabolisme (liver failure,
hiperkapnia, krisis hipertensi akut, sindrom Reye, dan gagal jantung), gangguan toksik atau
hormon, atau patologi intrakranial (space occupyimg lesions, trombosis sinus, dll.)7

Gambar 2.10 Protocol for action and referral from emergency departments and PC for
headache attributed to cerebrospinal fluid alterations.7

2.3.2.8 Headache due to low cerebrospnal fluid pressure

Sakit kepala ortostatik bilateral yang dominan oksipital yang diperburuk oleh
manuver Valsava, ditemukan pada pasien dengan tekanan CSF rendah (<6 cm H2O)
dan / atau kebocoran CSF bahkan pada tekanan normal. Biasanya disertai dengan nyeri
cervical, tinitus, perubahan pendengaran, fotofobia dan / atau mual. Ini sering

22
meningkat secara signifikan ketika pasien duduk atau berdiri, membaik ketika mereka
berbaring (ini bukan kriteria diagnostik). Sifat ortostatik dari jenis sakit kepala ini
mungkin menjadi kurang jelas seiring waktu. Ini paling sering terjadi pada wanita pada
dekade keempat kehidupan.7

Sakit kepala dapat terjadi karena pungsi lumbal (hingga 5 hari setelah prosedur),
kebocoran CSF, atau secara spontan. Perlu dicatat bahwa tidak semua sakit kepala
ortostatik disebabkan oleh perubahan CSF; diagnosis banding diperlukan untuk
menyingkirkan diabetes insipidus dan sakit kepala servikogenik, dan setelah
pembedahan dekompresi untuk malformasi Chiari tanpa kebocoran CSF.7

Studi neuroimaging dapat menunjukkan koleksi subdural, herniasi tonsil


serebelar, obliterasi tangki subarachnoid, pelebaran struktur vena, ventrikel yang
kolaps, peningkatan dural, atau hiperemia hipofisis.7

23
BAB III

KESIMPULAN

Headache merupakan suatu kondisi yang telah dideskripsikan hampir sejak awal
sejarah yang tercatat, sekarang menjadi bidang yang semakin intens minat dan fokusnya.
Sistem pengkategorian berbagai macam sakit kepala yang fleksibel memungkinkan
manajemen yang tepat sesuai dengan kondisi yang dialami pasien.

Headache atau cephalgia sendiri terkategorikan menajdi dua garis besar, yakni primer
dan sekunder. Tipe primer dan sekunder dibedakan sesuai dengan pedoman ICHD 3.

Primary headache tidak diketahui underlying cause nya. Sedangkan secondary


headache merupakn hasil dari kondisi lain yang menyebabkan terjadinya traikan atau inflamai
terhadap pain-sensitive structure.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Vosoughi K et all. The burden of headache dsorders in the Eastern Mediterranean


Region, 1990-2016: findings from the Global Burden of Disease study 2016. J
Headche Pain [Internet]. 2019 Apr 25 [cited 2020 27 Mar]. 20(1);40. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31023215
2. Stovner LJ. Global, regional, and national burden of migraine and tension-type
headache, 1990-2016: a systemic analysis for the Global Burden of Disease Study
2016. Lancet Neurol [Internet]. 2018 [cited 2020 27 Mar]. 17; 954-76. Available
from: https://www.thelancet.com/journals/laneur/article/PIIS1474-4422(18)30322-
3/fulltext
3. Al-Hashel JY, Ahmed SF, Alroughani R. Prevalance of Primary Headache Disorders
in Kuwait. Neuroepidemiology [Internet]. 2017 [cited 2020 27 Mar]. 48: 138-46.
Available from: https://www.karger.com/Article/Abstract/478892
4. May A. Hints on Diagnosing and Treating Headache. Dtsch Arztebl Int [Internet].
2018 Apr [ cited 2020 27 Mar]. 115(17): 299-308. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5974268/
5. Rizzoli P, Mullally WJ. Headache. Amjmed [Internet]. 2018 Jan 1 [cited 2020 27
mMar]. 131(1):17-24. Available from: https://www.amjmed.com/article/S0002-
9343(17)30932-4/fulltext
6. International Headache Society. The International Classification of Headache
Disorders, 3rd edition. Sage [Internet] . 2018 [cited 2020 27 Mar]. 38(1):-211.
Available from: https://ichd-3.org/wp-content/uploads/2018/01/The-International-
Classification-of-Headache-Disorders-3rd-Edition-2018.pdf
7. Romero JV et all. How and when to refer patients diagnosed with secondary headache
and other craniofacial pain in the emergency departement and primary care:
Recommendations of the Spanish Society of Neurology’s Headache Study Group.
Neurologia [Internet]. 2017 Oct 5 [cited 2020 27 Mar]. Available from:
https://www.elsevier.es/en-revista-neurologia-english-edition--495-avance-resumen-
how-when-refer-patients-diagnosed-S2173580817301335

25

Anda mungkin juga menyukai