Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN SARAF

HEADACHE

Oleh :
Dicky Zulfa F.K 20190420016
Gilang Rizqi Perdana 20190420089
Giza Ainur Rahma 20190420090
Gladya Putri R 20190420091
Hafizh Yoanta Utama 20190420092
Helga Yoan L.T 20190420093
Jonathan Payangka 20190420094

Pembimbing :
Kolonel Laut (K) dr. Imam Hidayat, Sp. S

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul referat “Headache” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu
tugas baca dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda
di bagian Ilmu Kedokteran Saraf di RSAL DR. Ramelan Surabaya

Mengesahkan,

Kolonel Laut (K) dr. Imam Hidayat, Sp. S

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
topik “Headache” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai salah satu
penilaian tugas untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kedokteran Saraf di RSAL DR. Ramelan Surabaya. Penulis berharap
referat ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pihak-pihak yang membantu penulis dalam penyusunan referat ini, yaitu:
a. Kolonel Laut (K) dr. Imam Hidayat, Sp. S
b. Para dokter di bagian Ilmu Kedokteran Saraf di RSAL DR. Ramelan
Surabaya
c. Para perawat dan pegawai di bagian Ilmu Kedokteran Saraf di
RSAL DR. Ramelan Surabaya

Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis berharap ada masukan, saran, atau kritik
yang membangun dari semua pihak. Semoga referat ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Surabaya, 21 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................1
BAB I............................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................4
BAB II...........................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................6
2.1 Definisi...............................................................................................6
2.2 Epidemiologi.....................................................................................8
2.3 Klasifikasi..........................................................................................9
2.4 Faktor Risiko...................................................................................10
2.4 Patofosiologi...................................................................................10
2.4.1 Patofisologi Migrain....................................................................10
2.4.2 Patofisiologi Tension-type Headache........................................11
2.4.3 Patofisiologi Trigeminal Autonomic Cephalgia (TACs)..............11
2.5 Gambaran Klinis.............................................................................12
2.6 Terapi…………………………………………………………………….13
2.5.1 Terapi Migrain............................................................................14
2.5.2 Terapi Tension-Type Headache.................................................15
2.5.3 Terapi Cluster Headache..........................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
Minat terhadap nyeri kepala meluas kembali sejauh riwayatnya,
dan merupakan salah satu keluhan pasien paling umum yang datang
untuk perawatan medis. Referensi kuno untuk sakit kepala, migrain,
dan neuralgia dapat ditemukan di Ebers Papyrus (1200 SM), dan bukti
trepanasi tengkorak neolitik berusia 9000 tahun menunjukkan
pengobatan nyeri kepala yang pertama. Gejala-gejala normal yang
terkait dengan nyeri kepala dijelaskan oleh Hippocrates pada 400 SM,
dan Aretaeus merupakan pencetus awal klasifikasi nyeri kepala pada
sekitar tahun 200 masehi (Rizzoli and Mullally 2018).
Headache merupakan gejala nyeri di bagian kepala atau leher.
Gejala ini dapat berupa migrain, tension-type headache, atau cluster
headache. Sakit kepala yang sering dapat memengaruhi hubungan
dan pekerjaan. Ada juga peningkatan risiko depresi pada mereka
yang sakit kepala parah (World Health Organization 2016).
Berdasarkan data prevalensi diketahui bahwa nyeri kepala
menempati peringkat teratas dengan persentase sebanyak 42% dari
semua keluhan pasien neurologi. Dari data pasien poli saraf Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya dalam rentang
waktu setahun (Oktober 2014 - Oktober 2015) didapatkan sebanyak
1.580 jiwa atau sebanyak 8% dari total pasien yang datang berobat ke
poli saraf RSUD Dr. Soetomo menderita nyeri kepala primer.
(Azzahra, Purwanti, and Hidayati 2017b).
Nyeri kepala primer tidak memiliki penyebab mendasar yang
diketahui, sedangkan nyeri kepala sekunder disebabkan oleh kondisi
lain yang menyebabkan traksi atau peradangan pada struktur yang
sensitif terhadap nyeri. Nyeri kepala karena penyakit kejiwaan juga
dianggap sekunder. Nyeri kepala primer yang paling umum termasuk
migrain, tension-type headache, dan cluster headache. Nyeri kepala
yang berhubungan dengan infeksi, penyakit pembuluh darah, dan
trauma adalah contoh dari nyeri kepala sekunder yang lebih umum.

4
Hanya 1% pasien dengan tumor otak yang mengalami nyeri kepala
sebagai satu-satunya keluhan. Untungnya, sebagian besar pasien
yang datang ke penyedia layanan primer untuk evaluasi mengeluh
gangguan sakit kepala primer (Rizzoli and Mullally, 2018).

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak diketahui
penyebab yang mendasarinya. Sedangkan nyeri kepala sekunder adalah
nyeri kepala hasil dari kondisi yang menyebabkan traksi atau hasil
peradangan struktur yang peka terhadap rasa nyeri (Rizzoli &
Mullally,2018)
Nyeri kepala primer menurut IHS (International Headache Society)
dalam ICHD-3 (International Classification of Headache Disorders) terdiri
dari Migraine, Tension-type headache (TTH), Trigeminal autonomic
cephalalgias (Cluster Headache), Other primary headache disorder (Araki
N et al, 2015).
2.2 Epidemiologi
Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang paling sering
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data prevalensi
diketahui bahwa nyeri kepala menempati peringkat teratas dengan
persentase sebanyak 42% dari semua keluhan pasien neurologi. Sampai
saat ini nyeri kepala masih menjadi masalah. Nyeri kepala dapat
menimbulkan gangguan pola tidur, pola makan, depresi, hingga kejiwaan.
Nyeri kepala dibedakan menjadi nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. 90% dari keseluruhan keluhan nyeri kepala adalah nyeri kepala
primer (Azzahra et al, 2017).
Nyeri kepala primer yang paling umum termasuk migrain, tension-
type headache, dan Trigeminal autonomic cephalalgias (cluster
headache) (Rizzoli and Mullally, 2018).
Prevalensi nyeri kepala di dominasi oleh wanita sekitar 96%. Secara
global, prevalensi dari tension-type headache sekitar 40% dan migraine
sekitar 10%. Migrain paling sering terjadi antara usia 25 dan 55 tahun dan
tiga kali lebih umum pada wanita. Trigeminal autonomic cephalalgias
jarang terjadi di bandingkan dengan tension-type headache dan migrain.
Trigeminal autonomic cephalalgias yang paling umum adalah cluster

6
headache dengan prevalensi populasi 0,1% dan rasio pria/wanita 3,5-7:1
(Rizzoli & Mullally, 2018).
2.3 Klasifikasi
Langkah pertama, kita harus membedakan antara primary
headache dengan secondary headache sangat penting. Curiga terjadinya
secondary headache apabila, nyeri kepala dengan onset yang mendadak,
tidak pernah mengalami nyeri kepala sebelumnya, nyeri kepala yang
berbeda dengan nyeri kepala lainnya, nyeri kepala yang intensitas dan
frekuensinya meningkat, nyeri kepala yang dimulai setelah usia 50 tahun,
nyeri kepala dengan adanya dfisit neurologis, nyeri kepala pada pasien
kanker atau immunodeficiency, nyeri kepala pada pasien dengan gejala
psikiatri, dan nyeri kepala pada pasien dengan demam, kaku leher atau
iritasi meningeal (Japanese Society of Neurology, 2013).
1. Primary headache
a. Migrain
b. Tension-type headache (TTH) = sakit kepala tipe
tegangan/tekanan.
c. Trigeminal autonomic cephalalgias (TACs).
2. Secondary Headache
a. Sakit kepala yang disebabkan oleh trauma atau cedera pada
kepala dan/atau leher.
b. Sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah
kranial atau serviks.
c. Sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan intrakranial non
vaskular.
d. Sakit kepala yang disebabkan oleh suatu zat atau
penarikan/pengelurannya.
e. Sakit kepala yang disebabkan oleh infeksi.
f. Sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan homoeostasis.
g. Sakit kepala atau nyeri wajah/muka yang disebabkan oleh
gangguan tengkorak, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi,
mulut, atau struktur wajah atau tengkorak lainnya.

7
h. Sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan psikiatrik.
3. Neuropati kranial yang menyakitkan, sakit kepala wajah dan lainnya
a. Neuropati kranial yang menyakitkan dan nyeri wajah lainnya.
b. Gangguan sakit kepala lainnya.
2.4 Faktor Risiko
Faktor-faktor pencetus/memperburuk migrain yang umum
diidentifikasi dalam berbagai studi epidemiologi termasuk stres,
ketegangan mental, kelelahan, tidur, siklus menstruasi, perubahan cuaca,
perubahan suhu, sering bepergian, bau, kelaparan, dan alkohol (Araki N
et al, 2015).
Faktor risiko dan pemicu tension-type headache belum ditetapkan.
Obesitas, kurang olahraga, dan merokok telah dilaporkan sebagai faktor
risiko independen. Di sisi lain, ada juga melaporkan bahwa sementara
obesitas adalah faktor risiko untuk migrain episodik kronik, bukan faktor
risiko untuk tension-type headache (Araki N et al, 2015).
Berbagai faktor pemicu dan memperburuk Trigeminal Autonomic
Cephalgia (TACs) telah dilaporkan, termasuk minuman beralkohol,
nitrogliserin, dan histamine. Cluster Headache telah dilaporkan umum
terjadi pada peminum alkohol berat dan perokok berat (Araki N, et al.
(2015). Bau yang kuat (terutama pelarut dan asap rokok) dan tidur siang
dapat memicu serangan CH (Leroux E & Ducros A, 2008)

2.4 Patofosiologi
2.4.1 Patofisologi Migrain
1. Teori Vaskular
Pada tahun 1940-an sampai dengan tahun 1950-an, teori vaskular
dipercaya menjadi penyebab utama terjadinya migrain. Dipercaya
iskemia yang diinduksi vasokonstriksi intrakranial berperan dalam
terjadinya aura pada migrain dan rebound vasodilatasi dan aktivasi
nervus nociceptor perivaskular menyebabkan nyeri kepala. Namun
teori ini tidak menjelaskan bagaimana terjadinya gejala-gejala
prodormal (Chawla, 2019).

8
2. Teori Neurovaskular
Teori ini melibatkan berbagai hubungan neural dengan vaskular
yang kompleks yang dapat memicu migrain. Menurut teori ini, migrain
terutama terjadi akibat proses neurogenik dengan perubahan sekunder
pada perfusi otak. Pada dasarnya, seseorang yang sering mengalami
migrain namun sedang tidak lagi sakit kepala akan memiliki keadaan
neural yang hipereksitasi di korteks cerebri, terutama pada korteks
oksipital. Penemuan ini sudah terbukti pada pemeriksaan MRI
fungsional dan transcranial magnetic stimulation. Obervasi ini
menjelaskan susceptibility khusus di otak yang sering mengalami
migrain atau sakit kepala lainnya (Chawla, 2019).

2.4.2 Patofisiologi Tension-type Headache


Dipercaya bahwa faktor muscular atau psikogenik berperan dalam
terjadinya sakit kepala tipe ini, namun kebanyakan adalah akibat
beberapa faktor yang terjadi bersamaan. Penelitian yang dilakukan Kiran
et al mengindikasikan bahwa pasien dengan tension type headache kronis
yang berlangsung lebih dari 5 tahun cenderung memiliki kadar kortisol
yang lebih rendah. Diperkirakan hal tersebut terjadi akibat atrofi
hippocampus dari stres kronis, penyebab tension headache. Baru-baru ini
dipercaya bahwa meningkatnya sensitivitas nyeri otot wajah akibat faktor-
faktor sentral seperti sensitisasi neuro pada daerah supraspinal juga pada
neuron tahap ke-2 di cornu posterior medulla spinalis atau nukleus nervus
trigeminus. Mekanisme lain yang juga dapat berperan adalah penurunan
antinociception atau ketidakmampuan tubuh untuk menghentikan stimuli
nyeri ke struktur-struktur supraspinal (Blanda, 2019).

2.4.3 Patofisiologi Trigeminal Autonomic Cephalgia (TACs)


Selama serangan cluster headache atau hemicrania paroksismal,
kadar peptida kalsitonin terkait gen (calcitonin gene-related peptide /
CGRP) meningkat dalam darah vena jugularis pada sisi nyeri tetapi tidak

9
pada sisi kontralateralnya, menunjukkan aktivasi sabut nervus trigeminus.
Vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga meningkat dalam darah vena
jugularis ipsilateral. VIP dilepaskan oleh terminal parasimpatis saraf
kranial VII dan, sekali lagi, menunjukkan aktivasi sabut nervus trigeminus.
Aktivasi parasimpatis dapat menjelaskan terjadinya sebagian besar
manifestasi otonom oculo-nasal ipsilateral yang menyertai nyeri. Aktivasi
simultan nervus trigeminus dan komponen parasimpatis pada nevus
facialis di sisi yang nyeri mengarah pada hipotesis bahwa refleks
trigeminofasial bertanggung jawab atas nyeri dan manifestasi otonom dari
TACs. Tingkat aktivasi yang berbeda dari refleks ini mungkin dapat
menjelaskan beberapa perbedaan klinis berbagai macam TAC. Namun,
aktivasi trigeminofasial tidak dapat menjelaskan ritme serangan sirkadian
pada cluster headache, dominasi yang jelas pada laki-laki ataupun
kemanjuran profilaksis lithium yang bekerja di sentral. Selain itu,
penyebab aktivasi trigeminofasial belum diidentifikasi (Leone et al, 2019).

2.5 Gambaran Klinis


A. Migraine
Migraine adalah nyeri kepala primer yang sering muncul yang ditandai
oleh nyeri kepala periodik, umunya unilateral, dan sering pulsatil yang
dapat muncul mulai pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda dan
kambuh dengan frekuensi yang berkurang seiring bertambahnya usia.
Migraine memiliki dua tipe utama yaitu migraine tanpa aura dan migraine
dengan aura (Zunt 2010).
Migraine tanpa aura adalah nyeri kepala berulang yang
serangannya dapat berlangsung selama 4-72 jam. Karakteristik tipikal dari
nyeri kepalanya adalah lokasi unilateral, kualitas pulsasi/berdenyut,
intensitas sedang sampai berat, memberat ketika aktivitas fisik rutin dan
dapat disertai mual dan/atau fotofobia dan fonofobia. Migraine dengan
aura adalah serangan yang berulang dan berlangsung selama beberapa
menit dari gejala visual, sensori, atau sistem saraf pusat lain yang
unilateral dan sepenuhnya reversibel yang biasanya berkembang secara

10
bertahap dan diikuti oleh nyeri kepala dan gejala migraine yang
berhubungan (Araki N et al, 2015).

B. Tension Type Headache


Tension-type headache (TTH) adalah jenis nyeri kepaa yang paling
umum, biasanya bilateral dengan dominasi occipitonuchal, temporal, atau
frontal atau menyebar di seluruh bagian atas kepala. Nyeri biasanya
digambarkan sebagai rasa yang tumpul dan sakit, namun juga dapat
muncul sensasi lain seperti terasa penuh, ketat, atau tertekan (kepala
seperti diikat atau dijepit) (Zunt 2010).
Tension-type headache (TTH) dibagi menjadi tipe episodik dan
kronis, dan tipe episodik dibagi lagi menjadi tipe infrekuen dan frekuen.
Tipe frekuen dan infrekuen dibedakan berdasar kebutuhan pemberian
obat pada penderita, dimana pada tipe infrekuen yang terjadi pada banyak
populasi memiliki dampak yang kecil sehingga tidak memerlukan
perhatian medis. TTH tipe kronis adalah penyakit yang serius dan dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup (Araki N et al, 2015).
TTH infrekuen adalah nyeri kepala dengan episode yang infrekuen,
secara khas bilateral, kualitas menekan atau mengikat, intensitas ringan
sampai sedang, berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa
hari. Nyeri tidak memburuk ketika melakukan aktivitas fisik rutin dan tidak
disertai mual, namun fotofobia atau fonofobia mungkin bisa muncul. TTH
frekuen adalah nyeri kepala dengan episode yang frekuen, secara khas
bilateral, kualitas menekan atau mengikat, intensitas ringan sampai
sedang, berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri
tidak memburuk ketika melakukan aktivitas fisik rutin dan tidak disertai
mual, namun fotofobia atau fonofobia mungkin bisa muncul. TTH kronis
adalah penyakit yang berkembang dari TTH tipe frekuen, dengan episode
nyeri kepala yang sangat sering atau muncul setiap hari, secara khas
bilateral, kualitas menekan atau mengikat, intensitas ringan sampai
sedang, berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa hari, atau
terus-menerus. Nyeri tidak memburuk ketika melakukan aktivitas fisik

11
rutin, namun dapat disertai mual ringan, fotofobia atau fonofobia (Araki N
et al, 2015).

C. Trigeminal Autonomic Cephalgias (TACs)


Trigeminal autonomic cephalalgias (TACs) adalah nyeri kepala
unilateral dan biasanya terdapat gambaran parasimpatis kranial yang
menonjol pada sisi lateral dan ipsilateral dari nyeri kepala. Trigeminal
autonomic cephalalgias (TACs) menurut IHS (International Headache
Society) dalam ICHD-3 (International Classification of Headache
Disorders) terdiri atas Cluster headache, Paroxysmal hemicrania, Short-
lasting unilateral neuralgiaform headache attacks, Hemicrania continua,
Probable trigeminal autonomic cephalgia (Araki N et al, 2015).
Cluster headache adalah serangan nyeri orbital, supraorbital,
temporal atau kombinasi dari lokasi ini yang parah dan unilateral,
berlangsung selama 15-180 menit dan terjadi mulai dari sekali sehari
sampai delapan kali sehari. Nyeri disertai injeksi konjungtival ipsilateral,
lakrimasi, kongesti nasal, rhinorrhoea, berkeringat pada dahi dan wajah,
miosis, ptosis dan/atau edema kelopak mata, dan/atau dengan gelisah
atau agitasi (Araki N et al, 2015).

2.6 Terapi
2.6.1 Terapi Migrain
Tujuan utama terapi dari migrain adalah untuk menyelesaikan
serangan dengan tuntas dan cepat serta mengembalikan keadaan pasien
normal kembali. Pengobatan yang ideal seharusnya memiliki karakteristik
menghilangkan rasa sakit dan gejala dengan cepat, konsisten dan efektif,
tidak mengakibatkan kambuh kembali, tidak perlu tambahan penggunaan
obat lagi, tidak memiliki efek merugikan, dapat diadministrasi oleh pasien,
serta harga yang terjangkau.
Obat untuk migrain termasuk, acetaminophen, NSAID, ergotamin,
triptan dan antiemetik. Untuk migrain yang parah dapat digunakan
anestesi dan kortikosteroid. Pengobatan yang direkomendasikan adalah

12
penggunaan NSAID atau NSAID ditambah antiemetik untuk sakit kepala
ringan hingga sedang, dan penggunaan triptan untuk sakit kepala sedang
hingga berat, serta triptan untuk sakit kepala ringan hingga berat jika
terdapat riwayat penggunaan NSAID sebelumnya tidak efektif (Araki N, et
al. (2015)).

13
2.5.2 Terapi Tension-Type Headache
Terapi untuk tension-type headache dibagi menjadi terapi akut dan
terapi profilaksis. Untuk terapi pengobatan akut, penggunaan lebih dari 2
hingga 3 hari per pekan seharusnya dihindari. Terapi profilaksis sebaiknya
dipertimbangkan untuk pasien dengan episodic tension-type headache
yang sering, dan pasien dengan tension-type headache kronis, serta

14
pasien yang tidak membaik setelah diberikan pengobatan akut. Pada
pasien yang mengalami sakit kepala 2 kali atau lebih per bulan, inisiasi
segera dari terapi profilaksis sebaiknya dipertimbangkan karena sakit
kepala dapat meningkat secara eksponensial dan efektivitas dari terapi
profilaksis dapat berkurang karena penggunaan obat-obatan akut yang
sering.

15
2.5.3 Terapi Cluster Headache
1. Triptan, injeksi subkutan sumatriptan 3mg (hingga 6mg/hari)
direkomendasikan. Nasal spray sumatriptan 20mg/dosis dan
zolmitriptan oral 5 sampai 10 mg.

2. Oksigen murni 100% menggunakan masker muka 7L/menit selama 15


menit.

3. Lidocain, opioid, ergotamin, analgesik umum (NSAID) (Araki N, et al.


2015).

16
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan data prevalensi diketahui bahwa nyeri kepala
menempati peringkat teratas dengan persentase sebanyak 42% dari
semua keluhan pasien neurologi. Sakit kepala primer tidak memiliki
penyebab mendasar yang diketahui, sedangkan sakit kepala sekunder
disebabkan oleh kondisi lain yang menyebabkan traksi atau
peradangan pada struktur yang sensitif terhadap nyeri. Sakit kepala
primer yang paling umum termasuk migrain, tension-type headache,
dan trigeminal autonomic cephalgia. Sakit kepala yang berhubungan
dengan infeksi, penyakit pembuluh darah, dan trauma adalah contoh
dari sakit kepala sekunder yang lebih umum. Terapi yang di berikan
pada masing-masing keluhan nyeri kepala bergantung pada tingkat
keparahan nyeri kepalanya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Araki N, et al. 2015. Clinical Practice Guideline for Chronic Headache


2013
Azzahra, et al. Rancang bangun sistem pakar sebagai alat bantu diagnosa
dini nyeri kepala. Vol.03, No.02.
Azzahra, Zahwa Arsy, Endah Purwanti, and Hanik Badriyah Hidayati.
2017a. “Design of Expert System As a Support Tool for Early
Diagnosis of Primary Headache.” MNJ (Malang Neurology Journal) 3
(2): 78–87. https://doi.org/10.21776/ub.mnj.2017.003.02.5.
Leroux E & Ducros A, 2008. Cluster headache. Orphanet Journal of rare
disease. 3:20.
Nurwulandari, Ika. 2014. “Hubungan Penggunaan Media Elektronik
Dengan Nyeri Kepala Pada Remaja Di Surakarta,” 1–5.
Rizzoli, et al. 2018. Haedache. The American Journal of Medicine. Boston.
Azzahra, Zahwa Arsy, Endah Purwanti, and Hanik Badriyah Hidayati.
2017a. “Design of Expert System As a Support Tool for Early
Diagnosis of Primary Headache.” MNJ (Malang Neurology Journal) 3
(2): 78–87. https://doi.org/10.21776/ub.mnj.2017.003.02.5.
———. 2017b. “Rancang Bangun Sistem Pakar Sebagai Alat Bantu
Diagnosa Dini Nyeri Kepala Primer,” 78–87.
Japanese Society of Neurology. 2013. “Clinical Practice Guideline for
Chronic Headache 2013 On Publication of Clinical Practice
Guideline.”
Rizzoli, Paul, and William J Mullally. 2018. “Headache.”
https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2017.09.005.
World Health Organization. 2016. “Headache Disorders Fact Sheet.” 2016.

18

Anda mungkin juga menyukai