Kelompok 7
8 Mei 2017
• Tutor : Dr. Zita
• Ketua : Katherine Chia (405140145)
• Sekretaris : Ongku Saripa Hasibuan (405140005)
• Penulis : Priesca Pricilia Nathasya (405140073)
• Anggota : - Ryan Juliansyah (405130048)
- Prima Putri Pentana (405130113)
- Anggi Arini (405140096)
- Simran Jeet Kaur (405140100)
- Riyanti Devi Widia N (405140159)
- Jeffrey Eka Wijaya (405140167)
- Amelia (405140226)
- Fortune De Amor (405140230)
- Clara Jessica Johansyah (405140247)
“Tidur atau Kejang?”
• Seorang laki-laki, 22 tahun dibawa ibunya ke poliklinik RS dengan keluhan kejang saat sedang tidur.
Menurut adik pasien yang kebetulan tidur bersama pasien saat kejadian mengatakan bahwa pasien
sekitar jam 4 pagi tiba-tiba terlihat kejang terhentak-hentak dan kedua mata mendelik ke atas. Kejang
berlangsung kira-kira 1 menit, setelah kejang pasien tampak seperti orang “bingung” sebentar setelah itu
tidur kembali. Saat bangun pagi pasien tidak ingat kejadian, tapi mengeluh lengan kanan terasa pegal.
Keluarga memutuskan untuk tetap membawa pasien ke RS karena 1 bulan yang lalu pasien juga
mengalami kejadian yang sama. Sebelumnya pasien memang sering mengeluh nyeri kepala terutama saat
kelelahan dan kurang tidur. Riwayat mengalami kecelakaan lalu lintas 1 tahun yang lalu, dirawat selama 5
hari. Riwayat kejang demam (+), riwayat kejang di keluarga (-), saudara laki-laki pasien mempunyai
riwayat tumor telinga luar.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan: kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi
86x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 38,9C. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.
• Pemeriksaan neurologis: GCS 15, pupil isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya langsung dan konsensual
+/+, tanda rangsangan meningeal (-), paresis n. Kranialis (-), motorik 5/5, RF ++/++, RP -/-, sensorik baik,
otonom baik.
Unfamiliar Terms
1. Isokor
Keadaan dimana kedua pupil sama besar dan bentuk
2. GCS (Glaslow Coma Scale)
- Skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien
- Dinilai dari mata, motorik, dan verbal
- Bisa digunakan untuk pasien acute brain injury
- Skala 14-15 : cedera kepala ringan
9-13 : cedera kepala sedang
3-8 : cedera kepala berat
3. Paresis N. Kranialis
Melemahnya gerak N. Kranialis
Rumusan Masalah
1. Apa hubungan saudara laki-laki pasien yang mengalami tumor telinga luar dengan dengan
keluhan pasien?
2. Apa hubungan riwayat kecelakaan 1 tahun yang lalu dengan keluhan pasien?
3. Apa hubungan keluhan nyeri kepala saat kelelahan dan kurang tidur dengan keluhan sekarang?
4. Mengapa nyeri kepala dirasakan terutama saat kelelahan dan kurang tidur?
5. Apa yang menyebabkan kejang? Apa faktor pemicunya?
6. Mengapa setelah kejang pasien bingung lalu tidur kembali dan tidak ingat kejadian tersebut?
7. Apa interpretasi PF dan Px neurologis?
8. Apa taalaksana segera saat terjadi kejang?
9. Apa pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk pasien?
10. Apa hubungan riwayat kejang (+) dengan keluhan sekarang?
Curah Pendapat
1. Ada. Saudara laki-laki memiliki riwayat tumor kemungkinan pasien beresiko memiliki tumor faktor resiko kejang
2. Ada riwayat kecelakaan ada trauma di kepala gangguan secara fungsional atau anatomik di otak
3. Karena kurangnya oksigen terganggunya vaskular & hipoksia faktor resiko kejang
4. > Karena meningkatnya tekanan intrakranial nyeri kepala
> Oksigen berkurang di otak
5. Glutama yang banyak atau GABA yg sedikit impuls berlebihan kejang.
Faktor pemicunya: Genetik, vaskular, infeksi, trauma, autoimun,
iatrogenik, neoplasma
6. Tergantung dari impuls mengenai bagian otak mengganggu aktivitas batang otak atau kedua hemisfer otak lupa
atau bingung
7. PF
TD : Normal
HR : Normal
RR : Normal
Suhu : Normal
Jantung dan paru : normal
Pemeriksaan neurologis 8. - Miringkan posisi pasien
GCS : Normal - Lama kejang dihitung
Pupil : Normal - Jangan masukan apapun ke dalam mulut
Refleks cahaya : Normal - Jauhkan dari benda-benda tajam dan berbahaya
Tanda rangsangan meningeal : Normal - Jangan menahan gerakan kejang
Paresis N. Kranialis: Normal - Lepaskan benda yg ada di leher
Motorik : Normal 9. EEG, MRI, CT Scan, Pemeriksaan Darah
RF : Normal 10. Demam faktor pemicu kejang
RP : Normal Riwayat demam berulang faktor resiko kejang berulang
Sensorik dan otonom: normal
Mind Map
Pria 22 tahun
RPS
- Kejang 1 menit
- Kejang terhentak-hentak - Definisi
KEJANG
- Mata mendelik ke atas - Etiologi & Faktor Pemicu
- Demam - Klasifikasi
- Tidak ingat kalau kejang - Patofisiologi
- Tangan kanan pegal - Tanda & Gejala
- Pemeriksaan Fisik &
Pemeriksaan:
RPD Penunjang
Fisik : Demam - Tatalaksana
- Nyeri pada saat
Neurologis : - Prognosis & Komplikasi
kelelahan & kurang tidur
Normal Sakit - Diagnosis Banding
-Kecelakaan 1 tahun yg Kepala
lalu
RK
- Saudara laki-laki
memiliki tumor telinga
luar
Learning Issues
Menjelaskan mengenai kelainan:
1. Kejang
2. Epilepsi
3. Status Epileptikus
4. Kejang Demam
5. Tetanus
6. Tetanus Neonatorum
7. Rabies
8. Malaria Serebral
(Definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda & gejala, pemeriksaan fisik
& pemeriksaan penunjang, tatalaksana, komplikasi, prognosi & DD )
COMMON CAUSES OF SEIZURES OF NEW ONSET
• Primary neurologic disorders
L1 1 - Kejang • Benign febrile convulsions of childhood
• Idiopathic epilepsy
• Head trauma
• Stroke or vascular malformations
Kejang • Mass lessions
• Meningitis or encephalitis
Definisi • HIV encephalopathy
• Transient disturbance of cerebral • Sistemic disorders
• Hypoglycemia
function caused by an abnormal • Hyponatremia
neuronal discharge • Hyperosmolat states
• Hypocalcemia
Clinical Neurologi 8th edition page 356 • Uremia
• Hepatic encephalopathy
• Porphyria
• Drug overdose
• Drug withdrawal
• Global cerebral ischemia
• Hypertensive encephalopathy
• Eclampsia
• hyperthermia
Clinical Neurologi 8th edition page 356
Etiologi kejang: Hipoglikemia
• Primer: intrakranial - Bayi glukosa <45mg/dL: asimp
[meningitis,cvd,ensefalitis,tumor,perdarahan - JP: dampak menetap SSP
intrakranial] - Gejala neurologis: apnu, letargi,jitterness
• Sekunder: - Terapi dekstrosa
[gg metabolik: hipoglikemi, hipolalsemi/natremi]
E
Etiologi
P Terganggunya impuls listrik di otak yang
Penyebab:
Kelainan perkembangan janin, kelainan
I menyebabkan gangguan. Tetapi otak
persalinan janin, trauma, tumor, vaskuler,
langsung berkerja mengkoreksinya dan
L segera bekerja normal
infeksi, penyakit keturunan, genetika
E
P
S Pencetus
Kurang tidur, stress emosional, obat,
I alkohol, infeksi, peribahan hormonal, Pemeriksaan : EEG
kelelahan, fotosensitif
Tatalaksana
OAE diberikan bila: Penghentian OAE :
• Diagnosis epilepsi sudah dipastikan • Dapat didiskusikan setelah min 2
• Faktor pemcetus bangkitan dapat tahun bebas bangkitan
dihindari (ex: alkohol,stress,kurang • Gambaran EEG normal
tidur) • Dilakukan bertahap, pada
• Terdapat minimal 2 bangkitan dalam umumnya 25% dosis semula,
setahun setiap bulannya dalam jangka
• Penderita dan keluarga sudah waktu 3-6 bln
dijelaskan tujuan pengobatan dan • Bila digunakan lebih dari 1 OAE,
efek samping OAE penghentian dimulai dari 1 OAE
yang bukan utama
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles
of neurology. 10th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2014.
L1 3 - Status Epilepticus
• Recurrent generalized convulsions at a frequency that precludes regaining of consciousness in the interval between
seizures (convulsive status) serious problem in epilepsy
• Some patients who die of epilepsy do so because of
• uncontrolled seizures of this type
• Complicated by the effects of the underlying illness
• An injury sustained as a result of a convulsion
• Sign and symptoms :
• Rising temperature
• Acidosis
• Hypotension
• Renal failure from myoglobinuria
• Prolonged convulsive status (longer than 30 minutes) carries a risk of serious neurologic sequelae epileptic
encephalopathy
• Etiology :
• Viral or paraneoplastic encephalitis
• Old traumatic injury Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and
• Epilepsy with severe mental retardation victor’s principles of neurology. 10th ed. New
• Stroke York: McGraw-Hill Education; 2014.
• Brain tumor
Status Epilepticus
• The MRI during and for days after
about of status epilepticus may
show signal abnormalities in the
region of a focal seizure or in the
hippocampi most often
reversible, sometimes awakened
and were left in a permanent
amnesic state
Kejang Demam
Secara klinis klasifikasi kejang ada 2 :
• Kejang demam simpleks
• Kejang umum tonik, klonik, / tonik-klonik, anak dpt terlihat mengantuk setelah kejang
• Berlangsung singkat
• Tidak berulang dlm 24 jam
• Tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
• Kejang demam kompleks
• Kejang fokal/parsial / kejang fokal umum
• Berlangsung >15 menit
• Berulang dlm 24 jam
• Ada kelainan neurologis sebelum / sesudah kejang
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Patofisiologi Kejang Demam
Keadaan normal :
Sel neuron mudah dilalui K + , sulit dilalui Na+ & elektrolit lain (kecuali Cl-) dlm
sel Neuron konsentrasi K + ↑, Na+ ↓ (berkebalikan dgn keadaan di luar sel
neuron) terdapat potensial membran dari sel neuron Na-K-ATPase di per.
Sel mngatur keseimbangan potensial membran
keseimbangan potensial membran apat berubah bila:
- terjadi perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
- ada ransangan yg datang mendadak
- terdapat perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit/
keturunan
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Patofisiologi Kejang Demam
Keadaan demam kenaikan suhu 1◦C kenaikan metabolisme basal 10-15%, kebutuhan oksigen
meningkat 20%.
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu prubahan keseimbangan dari membran sl neuron difusi dari
ion Kalium maupun ion Natrium pelepasan muatan listrik dengan bantuan neurotransmitter
lepas muatan listrik meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lain kejang (tergantung
seberapa tinggi/ rendahnya ambang kejang)
- Kejang demam umumnya singkat, tdk berbahaya, tdk menimbulkan gejala sisa
- Kejang > 15 menit : apnea, kebutuhan oksigen dan energi me↑ hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat, hipotensi arterial disertai denyut jantung tdk teratur, suhu tubuh me↑ metabolisme otak
me↑ terjadi kerusakan neuron otak selama kejang lama.
- Kejang lama demam yg brlansung lama kelainan anatomis di otak epilepsi
Indikasi Anjuran:
• Ada tanda dan gejala rangsang • Bayi < 12 bulan dan >18 tidak
meningeal rutin
• Ada kecurigaan infeksi SSP berdasarkan
anamnesos dan pemeriksaan klinis • Bayi 12-18 dianjurkan
• Dipertimbangkan pada anak dengan • Bila yakin bukan meningitis
kejang disertai demam yang secara klinis tidak perlu
sebelumnya telah mendapatkan dilakukan pemeriksaan
antibiotik dan pemerian antibiotik
dapat mengaburkan tanda dan gejala
meningitis
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Pemeriksaan Penunjang
Elektroensefalografi Pencitraan
• Tidak di perlukan kecuali apabila • CT scan ata MRI tidak rutin
bangkitan bersifat fokal • Bila ada indikasi kelainan
menentukan adanya fokus neurologis fokal yang menetap
kejang di orak yang
membutuhkan evaluasi lebih
lanjut
Handel MJ,
Protheroe RT,
Cook MT. Tetanus:
a review of the
literature.2001. Br
JAnaesth ; 87:
477–87
Luka tusuk dalam, luka laserasi yg Patofisiologi Tetanus
kotor, luka bakar, patah tulang terbuka
keadaan anaerob ideal bagi
Clostridium tetani mengeluarkan
toksin bersifat seperti antigen,
menghancurkan SDM, rusak leukosit,
tetanospasmin toksin diabsorbsi :
- pada ujung saraf motorik melalui
aksis silindrik kornu anterior saraf
pusat
- susunan limfatik sirkulasi darah
arteri susunan saraf pusat
Tetanus Neonatorum
• Peny. Tetanus pada neonatus yg disebabkan oleh spora
C.tetani yg masuk mll luka tali pusat (krn perawatan atau
tindakan non-higiene gunting tdk steril, dll)
• Perjalanan penyakit spt tetanus anak, tapi lebih cepat dan
berat
- IVFD dgn lart. Glukosa 5% : NaCl fisiologis (4:1) selama 48-72 jam sesuai
kbutuhan, selanjutnya IVFD hanya utk memasukkan obat.
Bila stlh 72 jam belum mungkin diberikan peroral, maka melalui cairan infus
perlu diberikan tambahan protein dan kalium.
- Diazepam dosis awal 2,5 mg IV perlahan 2-3 mnt. Dosis rumat 8-10 mg/kgbb/
hari IVFD diganti tiap 6 jam.
- Ampisilin 100 mg/ kgbb/ hari dibagi 4 dosis IV selama 10 hari.
- Bersihkan tali pusat dgn alkohol 70% atau betadine
- Perhatikan jalan nafas, diuresis, & kadaan vital lainnya. Bila banyak lendir jalan
nafas harus dibersihkan & bila perlu berikan oksigen
• Saran
Diharapkan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang berupa
EEG, pemeriksaan darah, dan lainnya untuk menegakkan diagnosis
agar mendapat penatalaksanaan sedini mungkin.
Daftar Pustaka
1. Clinical Neurologi 8th edition
2. Gatot Irawan Sarosa. Buku ajar neonatologi bab XIV.
3. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II edisi 4
4. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles of neurology. 10th ed.
New York: McGraw-Hill Education; 2014.
5. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles of neurology. 10th ed.
New York: McGraw-Hill Education; 2014.
6. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
7. Eldich RF, et al. Management and treatment of Tetanus.2003. J Long Term Eff
Med;13(3)
8. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Flow_Chart_Rabies.pdf