Anda di halaman 1dari 50

Pemicu 1

Blok Saraf & Kejiwaan

Kelompok 7
8 Mei 2017
• Tutor : Dr. Zita
• Ketua : Katherine Chia (405140145)
• Sekretaris : Ongku Saripa Hasibuan (405140005)
• Penulis : Priesca Pricilia Nathasya (405140073)
• Anggota : - Ryan Juliansyah (405130048)
- Prima Putri Pentana (405130113)
- Anggi Arini (405140096)
- Simran Jeet Kaur (405140100)
- Riyanti Devi Widia N (405140159)
- Jeffrey Eka Wijaya (405140167)
- Amelia (405140226)
- Fortune De Amor (405140230)
- Clara Jessica Johansyah (405140247)
“Tidur atau Kejang?”
• Seorang laki-laki, 22 tahun dibawa ibunya ke poliklinik RS dengan keluhan kejang saat sedang tidur.
Menurut adik pasien yang kebetulan tidur bersama pasien saat kejadian mengatakan bahwa pasien
sekitar jam 4 pagi tiba-tiba terlihat kejang terhentak-hentak dan kedua mata mendelik ke atas. Kejang
berlangsung kira-kira 1 menit, setelah kejang pasien tampak seperti orang “bingung” sebentar setelah itu
tidur kembali. Saat bangun pagi pasien tidak ingat kejadian, tapi mengeluh lengan kanan terasa pegal.
Keluarga memutuskan untuk tetap membawa pasien ke RS karena 1 bulan yang lalu pasien juga
mengalami kejadian yang sama. Sebelumnya pasien memang sering mengeluh nyeri kepala terutama saat
kelelahan dan kurang tidur. Riwayat mengalami kecelakaan lalu lintas 1 tahun yang lalu, dirawat selama 5
hari. Riwayat kejang demam (+), riwayat kejang di keluarga (-), saudara laki-laki pasien mempunyai
riwayat tumor telinga luar.

• Pada pemeriksaan fisik didapatkan: kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi
86x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 38,9C. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.

• Pemeriksaan neurologis: GCS 15, pupil isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya langsung dan konsensual
+/+, tanda rangsangan meningeal (-), paresis n. Kranialis (-), motorik 5/5, RF ++/++, RP -/-, sensorik baik,
otonom baik.
Unfamiliar Terms
1. Isokor
Keadaan dimana kedua pupil sama besar dan bentuk
2. GCS (Glaslow Coma Scale)
- Skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien
- Dinilai dari mata, motorik, dan verbal
- Bisa digunakan untuk pasien acute brain injury
- Skala  14-15 : cedera kepala ringan
 9-13 : cedera kepala sedang
 3-8 : cedera kepala berat
3. Paresis N. Kranialis
Melemahnya gerak N. Kranialis
Rumusan Masalah
1. Apa hubungan saudara laki-laki pasien yang mengalami tumor telinga luar dengan dengan
keluhan pasien?
2. Apa hubungan riwayat kecelakaan 1 tahun yang lalu dengan keluhan pasien?
3. Apa hubungan keluhan nyeri kepala saat kelelahan dan kurang tidur dengan keluhan sekarang?
4. Mengapa nyeri kepala dirasakan terutama saat kelelahan dan kurang tidur?
5. Apa yang menyebabkan kejang? Apa faktor pemicunya?
6. Mengapa setelah kejang pasien bingung lalu tidur kembali dan tidak ingat kejadian tersebut?
7. Apa interpretasi PF dan Px neurologis?
8. Apa taalaksana segera saat terjadi kejang?
9. Apa pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk pasien?
10. Apa hubungan riwayat kejang (+) dengan keluhan sekarang?
Curah Pendapat
1. Ada. Saudara laki-laki memiliki riwayat tumor  kemungkinan pasien beresiko memiliki tumor  faktor resiko kejang
2. Ada riwayat kecelakaan  ada trauma di kepala  gangguan secara fungsional atau anatomik di otak
3. Karena kurangnya oksigen  terganggunya vaskular & hipoksia  faktor resiko kejang
4. > Karena meningkatnya tekanan intrakranial  nyeri kepala
> Oksigen berkurang di otak
5. Glutama yang banyak atau GABA yg sedikit  impuls berlebihan  kejang.
Faktor pemicunya: Genetik, vaskular, infeksi, trauma, autoimun,
iatrogenik, neoplasma
6. Tergantung dari impuls mengenai bagian otak  mengganggu aktivitas batang otak atau kedua hemisfer otak  lupa
atau bingung
7. PF
TD : Normal
HR : Normal
RR : Normal
Suhu : Normal
Jantung dan paru : normal
Pemeriksaan neurologis 8. - Miringkan posisi pasien
GCS : Normal - Lama kejang dihitung
Pupil : Normal - Jangan masukan apapun ke dalam mulut
Refleks cahaya : Normal - Jauhkan dari benda-benda tajam dan berbahaya
Tanda rangsangan meningeal : Normal - Jangan menahan gerakan kejang
Paresis N. Kranialis: Normal - Lepaskan benda yg ada di leher
Motorik : Normal 9. EEG, MRI, CT Scan, Pemeriksaan Darah
RF : Normal 10. Demam  faktor pemicu kejang
RP : Normal Riwayat demam berulang  faktor resiko kejang berulang
Sensorik dan otonom: normal
Mind Map
Pria 22 tahun
RPS
- Kejang 1 menit
- Kejang terhentak-hentak - Definisi
KEJANG
- Mata mendelik ke atas - Etiologi & Faktor Pemicu
- Demam - Klasifikasi
- Tidak ingat kalau kejang - Patofisiologi
- Tangan kanan pegal - Tanda & Gejala
- Pemeriksaan Fisik &
Pemeriksaan:
RPD Penunjang
Fisik : Demam - Tatalaksana
- Nyeri pada saat
Neurologis : - Prognosis & Komplikasi
kelelahan & kurang tidur
Normal Sakit - Diagnosis Banding
-Kecelakaan 1 tahun yg Kepala
lalu

RK
- Saudara laki-laki
memiliki tumor telinga
luar
Learning Issues
Menjelaskan mengenai kelainan:
1. Kejang
2. Epilepsi
3. Status Epileptikus
4. Kejang Demam
5. Tetanus
6. Tetanus Neonatorum
7. Rabies
8. Malaria Serebral
(Definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda & gejala, pemeriksaan fisik
& pemeriksaan penunjang, tatalaksana, komplikasi, prognosi & DD )
COMMON CAUSES OF SEIZURES OF NEW ONSET
• Primary neurologic disorders
L1 1 - Kejang • Benign febrile convulsions of childhood
• Idiopathic epilepsy
• Head trauma
• Stroke or vascular malformations
Kejang • Mass lessions
• Meningitis or encephalitis
Definisi • HIV encephalopathy
• Transient disturbance of cerebral • Sistemic disorders
• Hypoglycemia
function caused by an abnormal • Hyponatremia
neuronal discharge • Hyperosmolat states
• Hypocalcemia
Clinical Neurologi 8th edition page 356 • Uremia
• Hepatic encephalopathy
• Porphyria
• Drug overdose
• Drug withdrawal
• Global cerebral ischemia
• Hypertensive encephalopathy
• Eclampsia
• hyperthermia
Clinical Neurologi 8th edition page 356
Etiologi kejang: Hipoglikemia
• Primer: intrakranial - Bayi glukosa <45mg/dL: asimp
[meningitis,cvd,ensefalitis,tumor,perdarahan - JP: dampak menetap SSP
intrakranial] - Gejala neurologis: apnu, letargi,jitterness
• Sekunder: - Terapi dekstrosa
[gg metabolik: hipoglikemi, hipolalsemi/natremi]

A. Perdarahan intrakranial 45% pada bayi preterm: Hipokalsemia/hipomagnesemia


- Perdarahan subarachnoid: robekan vena - hari1/2 pada BBLR dgn asfiksi, bayi dari ibu
superfisial akibat partus lama, mulanya baik DM
tampak baik,tiba” kejang hari 1/2. - Hipokalsemi: Ca<7,5mg/dL disertai fosfat
- Bayi tampak sakit berat dlm1-2 hari pertama dgn >3mg/dL: asimp
pean intrakranial:ubun” besar & - Diberi kalsium glukonat
meninjol,muntah,tangis melengking,kejang”
- Pungsi lumbal[u/ lihat darah dlm css], CT
scan[letak&luas perdrhn] Hiponatremia/hipernatremia
- Na sangat tinggi,sangat rendah-> [SIADH]
B. Metabolik: Syndrome of Inappropriate Anti Diuretic
a. Hipoglikemia Hormone, Sindrom Bartter/dehidrasi berat
b. Hipokalsemia/hipomagnesemia - Hipo: mnm air,pemberian infus IV
c. Hiponatremia/hiper berlebihan/akibat pengeluaran Ma
berlebihan lwt BAK & feses
C.Infeksi 5-10% kejang BBL - Hiper: dehidrasi berat akibat asupan Na
- Infeksi akut: berhub meningitis; Streptococcus,
E.coli, Listeria, Staphlococcus, Pseudomonas berlebihan
- Infeksi kronik: TORCH, Treponema pallidum Gatot Irawan Sarosa. Buku ajar neonatologi bab XIV. Kejang & spasme hal
228-232
Kejang Ekstra-Kranial
Keracuan dan Iatrogenik Kategori obat pencetus Kejang
Antibiotik (Kuinolon, penisilin, INH)
Antikolinesterase ( organofosfat, physotigmine)
1. Kokain Antidepresan (tricyclic, monocyclic, heterocyclic, SSRI)
Penggunaan kokain yang berlebih atau Antihistamin
penggunaan obat-obatan narkotika
Antipsychotic (Fenitoin, butifenon, atypicals)
seperti ekstasi merupakan faktor resiko
Kemoterapi (Etoposide, ifosfamide, cisplastin)
pencetus epilepsy dan kejang
Siklosporin, FK.506 (tacrolismus)
Hipoglikemia agent (insulin)
2. Alkohol Hypo-osmolar parenteral solution
Alkohol dapat menghilangan faktor
Litium
penghambat kejang, Kurang tidur
Local anesthesia
memperburuk keadaan (epid:2).
Penghentian mendadak juga memicu. Methilxanthines
Narcotic analgesic (fentanyl, meperidine, pentazocine, propoxyphene)
3. Teofilin Phenyclidine
Efek samping dari penggunaan teofilin Sympathomimetik (Amfetamin, kokakin, ekstasi, ephedrine, pphenypropnolamine,
adalah kejang dan toksisitas. Toksisitas terbutaline
semakin bertambah berat jika dicampur
eritromisin, fluroquinolon, dll
Kejang & Epilepsi
Sederhana Kesadaran tdk terggu tp gguan sensorik, motorik, otonomik,
psikis. Berlangsung bbpa detik hingga menit, jika > 30 menit
 stts epileptikus
Kejang
fokal Kompleks Kesadaran terggu, ps tdk ingat kejang. Berawal henti gerak
sebagian tubuh sampai automatisme. Tatapan kosong,
kebingungan postiktal (60-90 menit)
Secondary Dimulai dg aura  fokal kompleks  tonik-klonik umum
generalized seizure

Absans Tanpa aura & kebingungan postiktal < 20 detik, dipicu


hiperventilasi & stimulasi photic
Mioklonik Pergerakan motorik singkat, jerking, tanpa irama < 1 detik.
Kejang
umum Jika berirama  klonik
Klonik Pergerakan motorik ritmik dg gguan kesadaran

Tonik Ekstensi/fleksi tonik kepala, batang tubuh, ekstremitas tbtb


disertai gguan kesadaran
Tonik-klonik Ekstensi tonik umum + gerakan ritmik klonik + gguan
primer (grand mal) kesadaran & kebingungan postiktal, tdk disertai aura.
Atonik Kehilangan tonus postural singkat + gguan kesadaran 
jatuh, jejas
Kapita Selekta Kedokteran Jilid II edisi 4 hal.961-962
Patofisiologi Kejang
• Akibat loncatan muatan listrik yg berlebihan dan sinkron pada otak
atau depolarisasi otak yg mengakibatkan gerakan yg berulang.
• Terjadinya depolarisasi otak : akibat masuknya Na dan repolarisasi
terjadi karena keluarnya kalium nelalui membran sel

Kapita Selekta Kedokteran Jilid II edisi 4


Pemeriksaan Penunjang
Kejang
• Anamnesis
• Berhubungan dengan kejangnya.
• PP
• CT Scan
• MRI
• EEG
• DB
• Kejang demam, sinkop, gguan metabolik, migren, transient
ischemic attack, stroke, penyakit psikiatri.

Kapita Selekta Kedokteran Jilid II edisi 4


hal.961-962
L1 2 - Epilepsi
Definisi Epilepsi:
Sindrom klinis yang ditandai dengan dua atau lebih bangkitan. Sebagian besar timbul tanpa provokassi ajuvat
kelainan abnormal primer di otak dan bukan sekunder dari penyakit sistemik lainnya.

E
Etiologi
P Terganggunya impuls listrik di otak yang
Penyebab:
Kelainan perkembangan janin, kelainan
I menyebabkan gangguan. Tetapi otak
persalinan janin, trauma, tumor, vaskuler,
langsung berkerja mengkoreksinya dan
L segera bekerja normal
infeksi, penyakit keturunan, genetika

E
P
S Pencetus
Kurang tidur, stress emosional, obat,
I alkohol, infeksi, peribahan hormonal, Pemeriksaan : EEG
kelelahan, fotosensitif
Tatalaksana
OAE diberikan bila: Penghentian OAE :
• Diagnosis epilepsi sudah dipastikan • Dapat didiskusikan setelah min 2
• Faktor pemcetus bangkitan dapat tahun bebas bangkitan
dihindari (ex: alkohol,stress,kurang • Gambaran EEG normal
tidur) • Dilakukan bertahap, pada
• Terdapat minimal 2 bangkitan dalam umumnya 25% dosis semula,
setahun setiap bulannya dalam jangka
• Penderita dan keluarga sudah waktu 3-6 bln
dijelaskan tujuan pengobatan dan • Bila digunakan lebih dari 1 OAE,
efek samping OAE penghentian dimulai dari 1 OAE
yang bukan utama
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles
of neurology. 10th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2014.
L1 3 - Status Epilepticus
• Recurrent generalized convulsions at a frequency that precludes regaining of consciousness in the interval between
seizures (convulsive status)  serious problem in epilepsy
• Some patients who die of epilepsy do so because of
• uncontrolled seizures of this type
• Complicated by the effects of the underlying illness
• An injury sustained as a result of a convulsion
• Sign and symptoms :
• Rising temperature
• Acidosis
• Hypotension
• Renal failure from myoglobinuria
• Prolonged convulsive status (longer than 30 minutes)  carries a risk of serious neurologic sequelae  epileptic
encephalopathy
• Etiology :
• Viral or paraneoplastic encephalitis
• Old traumatic injury Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and
• Epilepsy with severe mental retardation victor’s principles of neurology. 10th ed. New
• Stroke York: McGraw-Hill Education; 2014.
• Brain tumor
Status Epilepticus
• The MRI during and for days after
about of status epilepticus may
show signal abnormalities in the
region of a focal seizure or in the
hippocampi  most often
reversible, sometimes awakened
and were left in a permanent
amnesic state

Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and


victor’s principles of neurology. 10th ed. New
York: McGraw-Hill Education; 2014.
Status Epilepticus
L1 4 – Kejang Demam

Kejang Demam
Secara klinis  klasifikasi kejang ada 2 :
• Kejang demam simpleks
• Kejang umum tonik, klonik, / tonik-klonik, anak dpt terlihat mengantuk setelah kejang
• Berlangsung singkat
• Tidak berulang dlm 24 jam
• Tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
• Kejang demam kompleks
• Kejang fokal/parsial / kejang fokal  umum
• Berlangsung >15 menit
• Berulang dlm 24 jam
• Ada kelainan neurologis sebelum / sesudah kejang
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Patofisiologi Kejang Demam

Keadaan normal :
Sel neuron mudah dilalui K + , sulit dilalui Na+ & elektrolit lain (kecuali Cl-)  dlm
sel Neuron konsentrasi K + ↑, Na+ ↓ (berkebalikan dgn keadaan di luar sel
neuron)  terdapat potensial membran dari sel neuron  Na-K-ATPase di per.
Sel mngatur keseimbangan potensial membran
keseimbangan potensial membran apat berubah bila:
- terjadi perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
- ada ransangan yg datang mendadak
- terdapat perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit/
keturunan
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Patofisiologi Kejang Demam
Keadaan demam kenaikan suhu 1◦C  kenaikan metabolisme basal 10-15%, kebutuhan oksigen
meningkat 20%.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu  prubahan keseimbangan dari membran sl neuron  difusi dari
ion Kalium maupun ion Natrium  pelepasan muatan listrik  dengan bantuan neurotransmitter
lepas muatan listrik meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lain  kejang (tergantung
seberapa tinggi/ rendahnya ambang kejang)

- Kejang demam umumnya singkat, tdk berbahaya, tdk menimbulkan gejala sisa
- Kejang > 15 menit : apnea, kebutuhan oksigen dan energi me↑  hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat, hipotensi arterial disertai denyut jantung tdk teratur, suhu tubuh me↑  metabolisme otak
me↑  terjadi kerusakan neuron otak selama kejang lama.
- Kejang lama demam yg brlansung lama  kelainan anatomis di otak  epilepsi

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Kejang Demam
• Manifestasi klinis
• Selalu didahului o/ naiknya suhu tubuh dg cepat
• Pd kejang demam simpleks, tipe kejang berupa kejang umum klonik / tonik-klonik
• Pd kejang demam kompleks, tipe kejang berupa kejang fokal/parsial selama atau
sesudah kejang
• Kejang demam simpleks berlangsung <15 menit dan periode mengantuk / tertidur
post-iktal dpt tjd >15 menit
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus diarahkan utk mencari focus infeksi
penyebab demam, tipe kejang, dan pengobatan yg diberikan sebelumnya
• Dlm anamnesis : Tanya riwayat trauma, riwayat perkembangan dan fungsi neurologis, dan
riwayat kejang demam / kejang tanpa demam pd keluarga
• Pd kejang demam ditemukan perkembangan dan neurologis yg normal  tidak ada
tanda2 meningitis atau ensefalitis (kaku kuduk / penurunan kesadaran)
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Tanda & Gejala
• Pada anak • Pada dewasa
• Koma setelah onset bangkitan kejang • Demam
setelah demam 1-3 hari • Sakit kepala
• Brain swelling, hipertensi
• Nyeri tubuh
intrakranial, perubahan retina
(perdarahan, peripheran and • Delirium
macular whitening), brainstem signs • Koma
( keabnormalan postur, ukuran dan • Anemia, hemoglobinuria,
reaksi pupil) jaundice, shock, gagal ginjal,
• Anemia, asidosis metabolis, asidosis laktat, perdarahan
ketidakseimbangan elektrolit, abnormal, edema aru, adult
hiperpirexia atau hipoglikemi dan respiratory distress syndrme
shock.
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Pungsi lumbal


• Tidak dikerjakan rutin • Pemeriksaan cairan
• Evaluasi sumber infeksi serebrospinal  tegakkan atau
penyebab demam singkirkan kemungkinan
meningitis
• Dikerjakan atas indikasi  darah
perifer, elektrolit dan gula darah • Tidak dilakukan secara rutin
pada anak usia < 12 bulan yang
alami kejang demam sederhana
dengan KU baik
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Indikasi Anjuran:
• Ada tanda dan gejala rangsang • Bayi < 12 bulan dan >18  tidak
meningeal rutin
• Ada kecurigaan infeksi SSP berdasarkan
anamnesos dan pemeriksaan klinis • Bayi 12-18  dianjurkan
• Dipertimbangkan pada anak dengan • Bila yakin bukan meningitis
kejang disertai demam yang secara klinis tidak perlu
sebelumnya telah mendapatkan dilakukan pemeriksaan
antibiotik dan pemerian antibiotik
dapat mengaburkan tanda dan gejala
meningitis
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Pemeriksaan Penunjang

Elektroensefalografi Pencitraan
• Tidak di perlukan kecuali apabila • CT scan ata MRI  tidak rutin
bangkitan bersifat fokal  • Bila ada indikasi  kelainan
menentukan adanya fokus neurologis fokal yang menetap
kejang di orak yang
membutuhkan evaluasi lebih
lanjut

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Tatalaksana
L1 5 – Tetanus
Tetanus Hipertonus otot, spasme, trismus, kaku dileher
generalisata bahu serta ekstremitas, abdomen papan, risus
Tetanus sardonicus,opistotonus,spasme otot pernapasan. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid II
Tetanus lokal Rasa kaku, kencang, nyeri, spasme edisi 4 hal.982-
Tetanus sefalik Kelemahan & paralisis otot wajah 983
Tetanus Trismus, risus sardonicus, kaku kuduk, disfagia,
neonatorum opistotonus

Handel MJ,
Protheroe RT,
Cook MT. Tetanus:
a review of the
literature.2001. Br
JAnaesth ; 87:
477–87
Luka tusuk dalam, luka laserasi yg Patofisiologi Tetanus
kotor, luka bakar, patah tulang terbuka
 keadaan anaerob ideal bagi
Clostridium tetani  mengeluarkan
toksin  bersifat seperti antigen,
menghancurkan SDM, rusak leukosit,
tetanospasmin  toksin diabsorbsi :
- pada ujung saraf motorik melalui
aksis silindrik  kornu anterior saraf
pusat
- susunan limfatik  sirkulasi darah
arteri  susunan saraf pusat

Jika diikat oleh jar. Saraf : tidak dapat


lagi dinetralkan oleh antitoksin
spesifik
Jika bebas dlm predaran darah : mudah
dinetralkan oleh antitoksin
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Pemeriksaan Penunjang Tetanus

• Pemeriksaan dengan spatula lidah dapat digunakan untuk


mendeteksi dini penyakit ini. Positif jika spatula
disentuhkan ke orofaring & terjadi spasme otot maseter.
• DB
• Anomaly cerebral, komplikasi persalinan, trauma perinatal, anoxia, perdarahan
intracranial, infeksi & gguan metabolisme.

Eldich RF, et al. Management and treatment of


Tetanus.2003. J Long Term Eff Med;13(3), 139-154
Tatalaksana

Tatalaksana non medikamentosa Tatalaksana mendikamentosa

- Pembersihan & debridement luka - HTIG 3000-6000 U IM


yg kotor - Penicilin prokain 1,2 juta unit
- Ruang rawat yg gelap (cahaya setiap hari, selama 10 hari
cendrung mencetuskan spasme &
kejang) - Mtronidazol 4x500 mg atau
tetrasiklin 2 g/hari selama 10 hari
- Diet diberikan melalui selang
nasogastrik bila diperlukan. Beri - Antieplpsi utk cegah spasme otot
diet ↑ kalori. : diazepam/ fenobarbital/ Mg Cl2
- Cegah ulkus dekubitus - Vit. B12
Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
Komplikasi
- Sistem pernapasan : asfiksia, aspirasi pneumonia
- Sistem kardiovaskuler :takikardi, hipertensi, vasokontriksi perifer dan
rangsangan miokardium
- Sistem tulang dan otot : perdarahan dalam otot dan fraktur columna
veterbralis  kejang terus menerus
- Komplikasi yang lain : panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau
toksin menyebar
L1 6 – Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum
• Peny. Tetanus pada neonatus yg disebabkan oleh spora
C.tetani yg masuk mll luka tali pusat (krn perawatan atau
tindakan non-higiene gunting tdk steril, dll)
• Perjalanan penyakit spt tetanus anak, tapi lebih cepat dan
berat

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Gejala Klinis
- Bayi tiba-tiba panas
- Tidak mau & tidak dapat menetek lagi (trismus), sblmnya bayi bisa menetek biasa
- Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpermond)
- Sering kejang disertai sianosis
- Suhu meninggi
- Kaku kuduk sampai opistotonus

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
Tatalaksana

- IVFD dgn lart. Glukosa 5% : NaCl fisiologis (4:1) selama 48-72 jam sesuai
kbutuhan, selanjutnya IVFD hanya utk memasukkan obat.
Bila stlh 72 jam belum mungkin diberikan peroral, maka melalui cairan infus
perlu diberikan tambahan protein dan kalium.
- Diazepam dosis awal 2,5 mg IV perlahan 2-3 mnt. Dosis rumat 8-10 mg/kgbb/
hari IVFD diganti tiap 6 jam.
- Ampisilin 100 mg/ kgbb/ hari dibagi 4 dosis IV selama 10 hari.
- Bersihkan tali pusat dgn alkohol 70% atau betadine
- Perhatikan jalan nafas, diuresis, & kadaan vital lainnya. Bila banyak lendir jalan
nafas harus dibersihkan & bila perlu berikan oksigen

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Pencegahan Komplikasi

• Toksoid tetanus diberikan 3x • Bronkopneumonia


berturut2 pada trimester ke 3 • Asfiksia
kehamilan cegah tetanus
neonatorum • Sianosis akibat obstruksi sal
napas o/sekret
• Menjaga sterilitas pemotongan
tali pusat dan perawatan tali • Sepsis neonatorum
pusat

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II


Anamnesis :
L1 7 - Rabies
Kontak/ jilatan/ gigitan hewan yg dicurigai
Manifestasi klinis :
Stadium prodromal nonspesifik
- Gejala awal 1- 4 hari  demam, menggigil, malaise, mual, muntah, diare, nyeri tenggorokan, nyeri
perut, sakit kepala, mialgia.
Stadium sensoris
- Rasa panas, nyeri, kesemutan pada bekas luka.
- Disusul gejala cemas & rx berlebihan thdp rangsang sensorik.
Stadium neurologik akut
Dapat bersifat eksitasi/ paralitik, 2-7 hari
Eksitasi
- Tonus otot meninggi dgn tampilan hiperhidrosis, hiperlakimasi, hiprsalivasi, dilatasi pupil.
- Pasien sangat peka trhdp rangsangan suara, cahaya, air, angin  timbul hidrofobia akibat spasme
faring setelah minum air
- Hiperaktif, disorientasi, halusinasi, agitasi, kjang, disfagia, afasia, inkoordinasi, hiperventilasi,
hipoksia, gagal napas, gagal jantung (akibat stimulasi vagus) Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
Rabies
Paralisis :
- Bila fase eksitasi terlewati : demam, sakit kepala, paralisis ekstremitas yg digigit,
pt difus atau menyebar asenden, kaku kuduk
- Kesadaran dpt terganggu hingga pasien disorientasi, paraplgia, gangguan menelan,
kelempuhan pernapasan, hingga meninggal.

Stadium koma (disfungsi batang otak)

Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV


Pemeriksaan fisis : Penanganan luka :
Identifikasi luka gigitan, tanda komplikasi - Setelah digigit hewan cuci luka segera dgn
air mengalir & sabun selama 10-15 menit.
Pemeriksaan laboratorium :
- Luka diberi antiseptik/ alkohol 70 % atau
- Darah perifer lengkap: leukositosis tinktura yodium, atau larutan ephiran 0,1
- Urinalisis : albuminuria %.
- Px serologis : isolasi virus dari air liur, Vaksinasi setelah paparan :
cairan serebrospinal, dan urin pada VAR IM pada otot deltoid atau paha
minggu pertama anterolateral. Regimen:
- FAT (Fluorescent antibodies test) - Regimen Essen (rekomendasi WHO): dosis
- Px mikroskopis : badan Negri asidofilik, 0,5 ml pada hari 0, 3, 7, 14, 28
bulat dgn butir-butir basofilik di - Regimen Zagreb (Rekomendasi Kemenkes
dlmnya. RI): dosis 0,5 ml pada hari 0, 7, 21
- RT-PCR
Kapita selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Flow_Chart_Rabies.pdf
L1 8 - Malaria Serebral
• Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering disebabkan oleh P.
falciparum. Diagnosis ditegakkan pada penderita malaria (terbukti
dari pemeriksaan apus darah) yang mengalami penurunan kesadaran
(GCS < 7) disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati)
Cerebral Malaria
• Headache
• Seizures
• Coma Febrile Seizures
• Diffuse cerebral edema • The temperature is usually above
• Very rarely by focal features, such as : 380C
• Hemiplegia • This benign type of febrile seizure
• Aphasia shouldn’t be confused with more
• Hemianopia serious illness in which a febrile
• Cerebellar ataxia acute encephalitic or
• Usually the neurologic symptoms appear in the second or third encephalopathic state causes focal or
week of the infection, but they may be the initial manifestation prolonged seizures, generalized or
• Children in hyperendemic regions are the ones most susceptible focal EEG abnormalities and
• Among adults in nonendemic areas  only pregnant woman and
repeated episodes of febrile
nonimmune individuals who discontinue prophylactic medication convulsions during a febrile ilness
are liable to CNS involvement (complicated febrile seizures)
• With plasmodium vivax infection  there may be drowsiness, • TheseRopper children had
AH, Samuels aKlein
MA, fiveJP.fold
Adamsexcess
and
victor’s principles of neurology. 10th ed. New
confusion and seizures without invasion of the brain by the of unprovoked
York: McGraw-Hill seizures in later life
Education; 2014.
parasite
Tatalaksana
• Quinine and artesunate
• Newer drugs  mefloquine, artemether with lumefantrine and
atovaquone
• Large doses of dexamethasone given as soon as cerebral symptoms
appear may be lifesaving
• Blood or exchange transfusion may confer a modest benefit on
survival in severe cases

Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and


victor’s principles of neurology. 10th ed. New
York: McGraw-Hill Education; 2014.
Kesimpulan dan Saran
• Kesimpulan
Kami telah mempelajari mengenai kelainan kejang,epilepsi, status
epileptikus, kejang demam, tetanus, tetanus neonatroum, rabies dan
malaria serebral.

• Saran
Diharapkan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang berupa
EEG, pemeriksaan darah, dan lainnya untuk menegakkan diagnosis
agar mendapat penatalaksanaan sedini mungkin.
Daftar Pustaka
1. Clinical Neurologi 8th edition
2. Gatot Irawan Sarosa. Buku ajar neonatologi bab XIV.
3. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II edisi 4
4. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles of neurology. 10th ed.
New York: McGraw-Hill Education; 2014.
5. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles of neurology. 10th ed.
New York: McGraw-Hill Education; 2014.
6. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II
7. Eldich RF, et al. Management and treatment of Tetanus.2003. J Long Term Eff
Med;13(3)
8. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Flow_Chart_Rabies.pdf

Anda mungkin juga menyukai