A. Definsi
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang aibat dari gangguan otak kronis
dengan serangan kejang spontan yang berulang (Satynegara, 2010 dalam NANDA NIC
NOC, 2015).
Epilepsi pada ibu hamil merupakan kejang yang menyerang seseorang yang sedang
hamil, sebagai akibat disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik,
sensorik, otonomik atau psikis yang abnormal (Smeltzer, 2006).
B. Etiologi
Menurut Mansjoer Arif (2000) etiologi dari epilepsi adalah :
1) Idiopatik
Epilepsi pada anak sebagian besar merupakan epilepsi idiopatik.
2) Faktor herediter
Ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti
sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, angiomatosis ensefalotrigeminal,
fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
3) Faktor genetik
Pada kejang demam & breath holding spells.
4) Kelainan konginetal otak
Atrofi, porensefali, agenesis korpus kalosum.
5) Gangguan metabolik
Hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia.
6) Infeksi
Radang yang disebabkan oleh bakteri/virus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosis.
7) Trauma
Kontusio serebri, hematoma subarakhnoid, hematoma subdural.
8) Neoplasma otak dan selaputnya.
9) Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10) Keracunan
Timbal(Pb), kamper(kapur barus), fenotiazin, air
11) Lain-lain
penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenerasi serebral,dll.
C. Mekanisme Fisiologis Sesuai Kebutuhan Dalam Bentuk Skematik
Epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf akibat proses patologik
dalam otak, gaya mekanik/toksik, yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya muatan
listrik dari sel syaraf tersebut. Beberapa penyidikan menunjukan peranan asetilkolin
sebagian zat yang merendahkan potensial membran postsinaptik dalam hal terlepasnya
muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja sehingga manifestasi klinisnya muncul
sewaktu-waktu. Bila asetilkolon sudah cukup tertimbun di permukaan otak, maka
pelepasan muatan listrik sel-sel syaraf kortikal dipermudah. Asetilkolin diproduksi oleh
sel-sel syaraf kolinergik dan merembes keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran
awas-waspada lebih banyak asetilkolin yang merembes keluar dari permukaan otak
daripada selama tidur. Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin, daripada dalam otak
sehat. Pada tumor serebri/adanya sikatrik setempat pada permukaan otak sebagai gejala
sisa dari meningitis, ensefalitis, kontusio serebri/trauma lahir, dapat terjadi penimbunan
setempat dari asetilkolin. Oleh karena itu pada tempat itu akan terjadi lepas muatan
listrik sel-sel syaraf. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi
tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik
dapat terjadi. Hal ini merupakan mekanis epilepsi fokal yang biasanya simtomatik.
D. Rencana Asuhan Klien dengan Epilepsi Pada Ibu Hamil
1) Pengkajian
a) Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis.
b) Keluhan Utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita leukimia untuk masuk RS.
keluhan utama pada penderita leukemia yaitu perasaan lemah, nafsu makan turun,
demam, perasaan tidak enak badan, nyeri pada ektremitas.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan,
mulai timbul. Biasanya ditandai dengan anak mulai rewel, kelihatan pucat,
demam, anemia, terjadi pendarahan ( ptekia, ekimosis, pitaksis, pendarah gusi dan
memar tanpa sebab), kelemahan tedapat pembesaran hati, limpa, dan
kelenjar limpe, kelemahan. nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan keadaan pe
nyakit sekarang perlu ditanyakan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit
yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui,
apakah ada yang menderita gangguan hematologi, adanya faktor hereditas
misalnya kembar monozigot.
Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1. Selama serangan :
- Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
- Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
- Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
- Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang
klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
- Apakah pasien menggigit lidah.
- Apakah mulut berbuih.
- Apakah ada inkontinen urin.
- Apakah bibir atau muka berubah warna.
- Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
- Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah
pada satu sisi atau keduanya.
2. Sesudah serangan
- Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit,
gangguan bicara
- Apakah ada perubahan dalam gerakan.
- Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi
sebelum, selama dan sesudah serangan.
- Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau
frekuensi denyut jantung.
- Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
3. Riwayat sebelum serangan
- Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
- Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung
berdebar.
- Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik,
olfaktorik maupun visual.
4. Riwayat Penyakit
- Sejak kapan serangan terjadi.
- Pada usia berapa serangan pertama.
- Frekuensi serangan.
- Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam,
kurang tidur, keadaan emosional.
- Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang
disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
- Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
- Apakah makan obat-obat tertentu
- Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
E. Pemeriksaan Penunjang
No Jenis Pemeriksaan Nila Normal Manfaat
1 Elektroensefalografi (EEG) 0,1-100 Hz Digunakan dalam
menentukan diagnosis
penyakit epilepsi dengan
mengidentifikasi setiap
keabnormalan pada otak
seperti lesi yang memicu
serangan epilepsi
2 CT Scan CT Scan kepala dibagi jadi 3, Untuk mendeteksi lesi pada
yaitu; isodense, hypodense, otak, fokal abnormal,
dan hyperdense. serebrovaskuler abnormal,
Jaringan otak yang gangguan degeneratif
normal serebral
berwarna isodense.
Tulang yang memiliki
densitas tinggi
berwarna hyperdense
(berwarna lebih putih).
F. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a) Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
b) Batasan Karakteristik
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas
c) Faktor yang Berhubungan
Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya
mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda asing di jaln nafas.
3) Resiko Injury/Cidera
a) Definisi
Kondisi dimana pasien berisiko mengalami cedera akibat hubungannya dengan
kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam
b) Batasan Karakterisitk
Penurunan kesadaran, kelemahan fisik dan keterbatasan pergerakan, penggunaan
alat bantu jalan.
c) Faktor yang Berhubungan : Kelemahan
4) Hipertermia
a) Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
a) Batasan Karakteristik
Konvulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat
b) Faktor yang berhubungan
Anastesia
Penurunan respirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan yang panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Trauma
G. Perencanaan Keperawatan
1) Ketidakefektifan jalan nafas
Intervensi Keperawatan
Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor dan auskultasi suara napas tambahan
Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dypsnea
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi dengan pemberian Nebulizer
3) Resiko Injury/Cidera
a) Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan: cedera tidak terjadi dan pasien menunjukkan perilaku pencegahan
terjadinya cedera.
Kriteria hasil: pasien menyatakan berkurangnya episode jatuh dan rasa takut
terhadap bahaya jatuh.
b) Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi: kaji dan identifikasi faktor risiko cedera yang mungkin terjadi
pada pasien.
Rasional: banyak faktor yang mempengaruhi cedera, seperti kedaan pasien
dan lingkungan.
Intervensi: kaji kemampuan pasien dalam menggunakan alat bantu jalan
seperti kruk, tripot, dan lain-lain.
Rasional: ketidakmampuan menggunakan alat bantu jalan, pasien dapat
terpeleset dan jatuh.
Intervensi: latih pasien menggunakan alat bantu jalan dengan benar dapat
mencegah terjadinya jatuh.
Rasional: kemampuan menggunakan alat bantu jalan dengan benar dapat
mencegah terjadinya jatuh.
Intervensi: bantu pasien dalam melakukan aktivitas dan mobilisasi.
Rasional: membantu mencegah trauma.
4) Hipertermia
a) Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC
Thermoregulation
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
b) Intervensi Keperawatan
NIC
Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasi pemberian cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dan hipotermi dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Smeltzer, Suzanne. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa
Agung Waluyo. Edisi 2 : Jakarta : EGC
Pelaihari, 14 Januari 2019