Anda di halaman 1dari 93

Peran Perawat dalam Membudayakan

Patient Safety guna Mendukung


Akreditasi RS versi SNARS Edisi 1.1

Oleh Jum’ah, Ners, M.Kep


DASAR HUKUM
KESELAMATAN PASIEN
PMK Nomor 11 Tahun 2017
Keselamatan
Sistem
Pasien

Identifikasi dan
Asesmen Pelaporan dan Belajar dari Implementasi
Pengelolaan
Risiko Analisa Risiko Insiden Solusi
Risiko

• Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS


• Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat;
• Menurunnya KTD di RS
• Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD
Akreditasi RS Perawat Sebagai Pemberi Pelayanan :
• 24 jam
• Shif jaga
• Jumlah banyak Rawan IKP= Setiap kejadian atau
situasi yg dpt mengakibatkan
terjadi IKP atau berpotensi mengakibatkan
harm (penyakit, cedera, cacad,
PCC kematian dll) yang tidak
(Patient Center Care) seharusnya terjadi.

Jenis Insiden Keselamatan Pasien


• KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) – Adverse event : insiden
yang mengakibatkan pasien cedera
• Kejadian Sentinel : KTD yg mengakibatkan kematian atau
cedera yg serius
• KNC (Kejadian Nyaris Cedera ) – Near miss, Close call :
terjadinya insiden yg belum sampai terpapar ke pasien
( pasien tidak cedera)
• KTC (Kejadian Tidak Cedera) – No harm incident : insiden
sudah terpapar ke pasien, tetapi pasien tidak timbul cedera
• KPC (Kondisi Potensial Cedera) – Reportable circumstance:
kondisi / situasi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar
pelayanan dan SPO yang telah ditetapkan

Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya

1 Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian


tidak diharapkan (KTD)

Mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang


diberikan kepada pasien dan keluarga

Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan


keperawatan

Peran Perawat Dalam Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan
yang diberikan
Mewujudkan Patient Safety
Di Rs Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian
pelayanan kesehatan
Dimensi Budaya Mutu dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

RISIKO SAFETY

MUTU
KERANGKA KERJA KOMPREHENSIF KESELAMATAN PASIEN.

Hosp Risk Mgt


Clinical Risk Mgt

Risiko KTD, KNC Risiko

3.
1. Upaya Umum Upaya Khusus 2.
 Pelaporan
(Klasik) (Baru)
IKP
Keselamatan Keselamatan
 Diagnostik
Pasien Pasien
 Solusi

4.
Taksonomi Keselamatan Pasien
Definisi, Sistematika, Klasifikasi
Upaya Umum (Klasik) Keselamatan Pasien 1.
*Organisasi/Manajemen
1. Standar Yan RS, Standar Profesi
2. Good Professional Practice, EB Practice
3. Good Corporate Governance, Komite Etik RS
4. Good Clinical Governance, Komite Medis, Komite Etik,
Medical Audit, Clinical Indicator, Credentialling, EBM
5. Konsep & Evaluasi Mutu : QA, TQM, PDCA, Akreditasi, ISO
6. Sistem Rekam Medis, Informed consent
7. …dsb…

*Pelayanan
1. Pengendalian Infeksi Nosokomial
2. Safe blood transfusion
3. Yan Peristi
4. Hospital Pharmacy, Penggunaan obat rasional
5. Yan Laboratorium, Radiologi (D/, Th/), Penunjang Medis
lain
6. ….dsb….
Upaya Khusus (Baru) Keselamatan Pasien
* 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT 2.
1. Bangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien, 2. Pimpin dan dukung staf
anda, 3. Integrasikan aktivitas risiko, 4. Kembangkan sistem pelaporan, 5. Libatkan
dan berkomunikasi dengan pasien, 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang KP,
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem KP

* 7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN RS & AKREDITASI YAN KPRS


I. Hak pasien, II. Mendidik pasien dan keluarga, III. Keselamatan pasien dan
Asuhan Berkesinambungan, IV. Penggunaan metoda peningkatan kinerja, utk
melakukan evaluasi & meningkatkan KP, V. Peran kepemimpinan dalam
meningkatkan KP, VI. Mendidik staf tentang KP, VII.Komunikasi merupakan kunci
bagi staf untuk mencapai KP

* WHO – PATIENT SAFETY – 13 ACTION AREAS


1)Global Patient Safety Challenge, 2)Patients for PS, 3)Research for PS,
4)International, Classification for PS, 5)Reporting and Learning PS, 6)Solutions for
PS, 7)High 5s, 8)Technology for PS, 9)Knowledge Management on PS,
10)Eliminate central line-associated bloodstream infections, 11)Education for
Safer Care, 12)The Safety Prize, 13) Medical Checklist

* 6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


Asuhan Pasien : “DNA of Care”
Profesional Pemberi Asuhan perlu memiliki DNA ofCare

¤ Safety II. KELOMPOK STANDAR PELAYANAN


Diperoleh dan tumbuh BERFOKUS PADA PASIEN
melalui penerapan
¤ Quality SNARS Ed 1 III. KELOMPOK STANDAR MANAJEMEN RS

¤ Culture IV. PROGRAM NASIONAL

Gunakan selalu dalam


Asuhan Pasien : V. INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN
“BPIS” DALAM PELAYANAN
Bila Pasien Itu Saya
(Hardy, P. 2017. Patient voice and DNA of Care, ISQua Conference,London.
KARS. 2018. SNARS edisi1.)
SASARAN I :
KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN
Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
memperbaiki
/meningkatkan Ketelitian
Identifikasi Pasien
ELEMEN PENILAIAN SKP 1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin ketepatan (akurasi)
identifikasi pasien

EP
1 Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien. (R)
2 Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 (dua) identitas dan tidak
boleh menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan
regulasi rumah sakit. (D,O,W)
3 Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, dan
terapeutik. (W,O,S)
4 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah, pengambilan
spesimen, dan pemberian diet. (lihat juga PAP 4; AP 5.7) (W,O,S)
5 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravena,
hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap pasien
koma. (W,O,S)
KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN
• Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas)
dan yang tak mudah/bisa berubah.
• Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal empat
identitas
1. Nama Pasien ( sesuai e-KTP)
2. Tanggal Lahir Atau
3. Nomor Rekam Medis
4. Nomor Induk Kependudukan

• !!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau lokasi


• Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO khusus
KEADAAN PASIEN YANG DAPAT MEMBUAT
IDENTIFIKASI TIDAK BENAR
1. Dalam keadaan terbius
2. Mengalami disorientasi
3. Tidak sepenuhnya sadar
4. Dalam keadaan koma
5. Saat pasien berpindah tempat tidur atau berpindah kamar tidur
atau berpindah lokasi didalam lingkungan rumah sakit
6. Terjadi disfungsi sensoris
7. Situasi lainnya
SPO SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH
PETUGAS
1. Jelaskan manfaat gelang pasien
2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutupi
gelang dll
3. Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila akan melakukan
tindakan atau memberikan pengobatan tidak melakukan konfirmasi
nama dan mengecek ke gelang
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari empat identitas: nama pasien (e KTP),
nomor rekam medik, tanggal lahir dan Nomor Induk Kependudukan
2. Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan memakai gelang warna pink,
sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi, dan gelang penanda risiko jatuh, gelang
ungu penanda Do not Resucitate
3. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-KTP bila tak ada gunakan
KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada
formulir identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak kotak huruf yang disediakan,
nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau satu huruf
4. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak,
tulisan tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada
fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer
berfungsi kembali.
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
lanjutan………….
5. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari empat
identitas diatas
6. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama
pasien) dan visual (melihat gelang pasien)
7. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum dilakukan
pemberian obat, tranfusi/produk darah, pengobatan, prosedur
/tindakan, diambil sampel darah, urin atau cairan tubuh lainnya
8. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien
kecuali telah ditetapkan lain oleh RS, misalnya ruang haemodialisa,
endoskop
PETUGAS HARUS MELAKUKAN IDENTIFIKASI
PASIEN SAAT:
1. Pemberian Obat
2. Pemberian Darah / Produk Darah
3. Pengambilan Darah Dan Spesimen Lain Untuk
Pemeriksaan Klinis
4. Pemberian Diet
5. Pemberian radioterapi
6. Pemberian cairan intravena
7. Hemodialisis
8. Katerisasi jantung
9. Prosedur radiologi diagnostic
10. Identifikasi terhadap pasien koma
SASARAN II :
PENINGKATAN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF
Rumah Sakit Mengembangkan
Pendekatan Untuk Meningkatkan
Efektivitas Komunikasi Antar Para
Pemberi Layanan
ELEMEN PENILAIAN SKP 2
meningkatkan efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui
telpon antar-PPA

EP
1 Ada regulasi tentang komunikasi efektif antarprofesional pemberi asuhan. (lihat juga
TKRS 3.2). (R)
2 Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antarprofesional pemberi asuhan. (D,W)
3 Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh
penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan. (lihat juga AP 5.3.1 di
maksud dan tujuan). (D,W,S)
4 Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal ditulis lengkap, dibaca ulang,
dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara lengkap. (D,W,S)
ELEMEN PENILAIAN SKP 2.1
pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis

EP
1 Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis laboratorium/tanda vital dan hasil
pemeriksaan diagnostik kritis. (lihat juga AP 5.3.2). (R)
2 Pelaksanaan pelaporan dilaksanakan sesuai regulasi (lihat juga AP 5.3.2 EP 2).
(W,S)
ELEMEN PENILAIAN SKP 2.2
komunikasi “Serah Terima” (hand over)

EP
1 Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara profesional
pemberi asuhan pada waktu dilakukan serah terima pasien (hand over). (lihat juga
MKE 5). (D,W)
2 Proses serah terima pasien (operan/hand over) menggunakan formulir dan metode sesuai
regulasi, bila mungkin melibatkan pasien/keluarga
3 Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi waktu serah terima
pasien (operan/hand over) untuk memperbaiki proses
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
Terjadi pada saat :
• Perintah diberikan secara lisan
• Perintah diberikan melalui telpon
• Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis
• ISI PERINTAH
• NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN PEMBERI PERINTAH
• NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN
• PENERIMA PERINTAH
• TANGGAL DAN JAM
SPO
Persiapan Perawat/dokter jaga Sebelum
Memberikan Laporan Kepada Dokter
• Visit dan periksa pasien
• Diskusikan keadaan pasien dengan PN
• Review hasil pemeriksaan untuk menetapkan dokter yg tepat yang
akan dilapori
• Ketahui kapan pasien masuk dan diagnosis waktu masuk
• Baca catatan perkembangan terakhir dari dokter dan perawat
• Gunakan standar SBAR untuk melaporkan
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH
LISAN/LISAN LEWAT TELEPON
• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan
konfirmasi
• Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama penerima
perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan
berikutnya)
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, maka nama obat
lasa harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia Daftar Obat Look Alike Sound Alike, Look Alike, Dan
Sound Alike
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah
mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan
misal “ya sudah benar”. Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang
harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya .
• Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu dicatat, misal
pemberi perintah tak mau tanda tangan
KEBIJAKAN PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS

• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes


dikembangkan rumah sakit untuk
pengelolaan hasil kritis dari tes diagnostik
untuk menyediakan pedoman bagi para
praktisi untuk meminta dan menerima hasil
tes pada keadaan gawat darurat.
• RS mempunyai Prosedur yang meliputi
• Penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi
setiap tipe tes
• Oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis
harus dilaporkan
• Menetapkan metode monitoring yang
memenuhi ketentuan
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS YANG WAJIB DILAPORKAN SEGERA
SASARAN III :
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG
PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Rumah sakit mengembangkan
suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-
obat yang perlu diwaspadai
(high-alert)

Obat high alert (yang harus


diwaspadai): obat yang dapat
menimbulkan KTD atau kejadian
sentinel bisa salah digunakan
ELEMEN PENILAIAN SKP 3

meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai

EP
1 Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan
penggunaan obat yang perlu diwaspadai. (R)
2 Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah dibuat. (D,W)
3 Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai yang disusun
berdasar atas data spesifik sesuai dengan regulasi. (D,O,W)
4 Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai
termasuk obat “look-alike/sound-alike” diatur di tempat aman. (D,O,W)
ELEMEN PENILAIAN SKP 3.1
mengelola penggunaan elektrolit konsentrat

EP
1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mencegah kekurang
hati-hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi
tertentu (R)
2 Elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu hanya tersedia di unit
kerja/instalasi farmasi atau depo farmasi. (D,O,W)
• Paralytic agent vs antacid
Pancuronium (Pavulon) vs
Pantoprazole

• Paralytic agent vs antacid


LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE) NORUM
(NAMA OBAT RUPA MIRIP)
• hidraALAzine • hidrOXYzine
• ceREBYx • ceLEBRex
• vinBLASTine • vinCRIStine
• chlorproPAMIDE • chlorproMAZINE
• glipiZIde • glYBURIde
• DAUNOrubicine • dOXOrubicine
Look Alike Sound Alike

LASA LASA
Sutoto.KARS 31
OBAT HIGH ALERT
• Obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi
kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event)
• Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome)
• Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look-Alike Sound- Alike / LASA)
ELEKTROLIT KONSENTRAT ELEKTROLIT dengan KONSENTRASI
1. Kalium/Potasium TERTENTU
Fosfat ≥ 3mmol/ml 1. Kalium/Potasium Klorida ≥ 1
2. Natrium/Sodium mEq/ml
Klorida > 0.9% 2. Magnesium Sulfat ≥ 20% ,40% atau
3. Magnesium Sulfat ≥
50% atau lebih pekat
lebih pekat !
HIGH
ALERT

Sutoto.KARS 37
Look alike
LASA

Sutoto.KARS 41
LASA

LASA
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
• DEFINISI:
Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan secara
salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA,
Elektrolit Konsentrat, serta panduan penatalaksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau nama
obat harus di eja perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5 tepat, lanjutkan dengan
double check
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT
DI INSTALASI FARMASI
• Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
• Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada
perawat
• Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak tersendiri/khusus
• Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
• Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, doubel pintu.
Setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat, setiap
ganti shif harus tercatat dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di
tanda tangani
• Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk
memastikan tak ada salah (double check)
• Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan  pompa infus,
tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan diisi dengan catatan sesuai ketentuan
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL INFUS
SASARAN IV :
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI

Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
memastikan tepat-
lokasi, tepat-prosedur,
dan tepat-pasien
ELEMEN PENILAIAN SKP 4
RS memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sebelum
menjalani tindakan dan atau prosedur

EP
1 Ada regulasi untuk melaksanakan penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif
(site marking). (R)
2 Ada bukti rumah sakit menggunakan satu tanda di tempat sayatan operasi pertama
atau tindakan invasif yang segera dapat dikenali dengan cepat sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan rumah sakit. (D,O)
3 Ada bukti bahwa penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site marking)
dilakukan oleh staf medis yang melakukan operasi atau tindakan invasif dengan
melibatkan pasien bila mungkin (D,O,W)
ELEMEN PENILAIAN SKP 4.1
RS memastikan dilaksanakannya proses Time-out di kamar operasi atau
ruang tindakan sebelum operasi dimulai

EP
1 Ada regulasi untuk prosedur bedah aman dengan menggunakan “surgical check list ”
(Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety 2009). (R)
2 Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan, rumah sakit menyediakan “check list” atau
proses lain untuk mencatat, apakah informed consent sudah benar dan lengkap, apakah
Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sudah teridentifikasi, apakah semua
dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah siap tersedia dengan lengkap dan berfungsi
dengan baik. (D,O)
3 Rumah sakit menggunakan Komponen Time-Out terdiri atas identifikasi Tepat- Pasien, Tepat-
Prosedur, dan Tepat-Lokasi, persetujuan atas operasi dan konfirmasi bahwa proses verifikasi
sudah lengkap dilakukan (D,O,W,S)
4 Rumah sakit menggunakan ketentuan yang sama tentang Tepat-Lokasi, Tepat- Prosedur, dan
Tepat-Pasien, jika operasi dilakukan, termasuk prosedur tindakan medis dan gigi, di luar
kamar operasi . (D,O,W)
REGINA
TURNER(52)
“LEFT SIDED
CRANIOTOMY
BYPASS”
DIOPERASI SISI
KANAN,
KARENATIM
OPERASI TAK
MELAKUKAN
TIME OUT
OPERASISALAHKAKI

Sutoto.KARS 48
OPERASISALAHSISI
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI
1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality),
multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level
(tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat
CONTOHPENANDAAN

52
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:
• Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)
• Kasus intervensi seperti kateter jantung
• Kasus yang melibatkan gigi
• Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2 implant yg
dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list
(WHO . 2009)
TIME OUT

Sutoto.KARS 55
PANDUAN
Sebelum Induksi Anestesi:
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed concent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. Pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangan darah ≥ 500ml
PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah …….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR OPERASI
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dr dan
anestesi
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus lengkap
3. Speciment telah di beri label dengan PID tepat
4. Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anastesi, apa yang harus diperhatikan
dalam recovery dan manajemen pasien
SASARAN V :
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan
kesehatan.
ELEMEN PENILAIAN SKP 5
melaksanakan evidence- based hand hygiene guidelines untuk menurunkan
risiko infeksi terkait yan keS

EP
1 Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) yang mengacu
pada standar WHO terkini. (lihat juga PPI 9. EP 2, EP 6). (R)
2 Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand hygiene) di seluruh
rumah sakit sesuai dengan regulasi. (D,W)
3 Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur. (lihat juga
PPI 9 EP 6). (W,O,S)
4 Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan. (W,O,S)
5 Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan regulasi. (lihat juga PPI
9 EP 2, EP 5, dan EP 6) (W,O,S)
6 Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya menurunkan angka
infeksi terkait pelayanan kesehatan. (D,W) (lihat juga PPI 7 EP 3)
Elemen Penilaian SKP V
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum
al dari WHO Patient Safety
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
Sutoto.KARS 63
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK MEMUDAHKAN MENGINGAT
URUTAN ENAM AREADALAMHAND-WASH/RUB
• TELAPAKTANGAN
• PUNGGUNG TANGAN TEPUNG SELACIPUPUT
• SELA- SELA JARI
• PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKANKUNCI) LAMA CUCITANGAN:
• SEKELILING IBU JARI(PUTAR-PUTAR) HAND RUB: 20-30 DETIK
HAND WASH40-60DETIK
• KUKU DAN UJUNGJARI(PUTAR-PUTAR)
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety 65
CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN SARUNG TANGAN

• Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan.


• Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang tepat tanpa harus ada indikasi
untuk pemakaian sarung tangan.
• Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika indikasi terjadi saat
mengenakan sarung tangan.
• Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas dan cuci tangan karena
sarung tangan dapat membawa kuman.
• Pemakaian sarung tangan hanya bila diindikasikan menurut Standard dan
Precaution contact jika tidak anda menjadi berisiko tertular kuman.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


PEMAKAIAN SARUNG TANGANSTERIL
• Prosedur bedah
• Pemeriksaan vagina
• prosedur radiologi invasif
• melakukan akses vascular dan prosedur (central line)
• Menyiapkan/mencampur total parenteral nutrition
• Menyiapkan/mencampur kemoterapi.

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN
• DALAM SITUASI KLINIK
Potensi menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan item yang terlihat kotor oleh
cairan tubuh.

• DIRECT PATIENTS EXPOSURE:


Kontak dengan darah; kontak dengan selaput lendir dan kulit yang tidak utuh; potensi adanya
organisme sangat menular dan berbahaya; situasi darurat atau epidemi, memasang dan
melepas infus, menggambar darah; menghentian venous line; Pemeriksaan panggul dan
vagina; suctioning non- closed systems of endotracheal tubes.

• INDIRECT PATIENT EXPOSURE:


Mengosongkan pot tumpahan; Menangani dan mencuci instrumen; penanganan limbah;
membersihkan tumpahan cairan tubuh

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)


PEMAKAIAN SARUNG TANGAN TIDAK DI INDIKASIKAN
(kecuali KONTAK untuk tindakan pencegahan)
• Tidak ada potensi terpapar darah atau cairan tubuh, atau lingkungan yang
terkontaminasi, mengukur tekanan darah, suhu dan denyut nadi;
melakukan suntikan IM maupun SC ; memandikan dan memakaikan
pakaian pasien; mengangkut pasien; merawat mata dan telinga (tanpa
sekresi); manipulasi vasculas line tanpa ada kebocoran darah.
• TIDAK KONTAK LANGSUNG DENGAN PASIEN; Menggunakan telepon;
menulis rekam medis; memberikan obat oral; mendistribusikan atau
mengumpulkan nampan makanan pasien ; menghapus dan mengganti
linen untuk tempat tidur pasien; menempatkan peralatan ventilasi non-
invasif dan kanula oksigen; memindahkan perabotan pasien
(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
Sarung
tangan
steril

Sarung Tangan
pemeriksaan

Hand Hygine Guideline, IHI.


SASARAN VI :
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

• Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
mengurangi risiko pasien
dari cedera karena jatuh.
ELEMEN PENILAIAN SKP 6

melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh

EP
1 Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh. (lihat
juga AP 1.2.1 EP 2). (R)
2 Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen awal risiko jatuh untuk pasien
gawat darurat dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, lokasi terindikasi berisiko
tinggi jatuh sesuai regulasi (lihat juga AP 1.4.1) (D,O,W)
3 Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen
ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi risiko
jatuh. (lihat juga AP 2 EP 1). (D,O,W)
4 Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien dari situasi
dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP 3). (D,O,W)
Maksud dan Tujuan SKP VI
• Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien
rawat inap.
• Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

• Evaluasi :
riwayat jatuh,
obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
gaya jalan dan keseimbangan
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

• Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.


General Risk Humpty-Dumpty CHAMPS Pediatric Fall Risk
Assessment of Scale- Inpatient Pediatric Fall Assessment Scale
Pediatric Inpatient RiskAssessment (PFRA)
Falls (GRAF-PIF) Tool Used at NCH
Physical & All types of falls All types of falls All types of falls
physiological falls except when child
(not developmental) is “dropped”

5 items 7 items 4 items 10 items

Scale 0 to 5+ Scale 7 to 23 Scale 0 to 4 Scale 0 to 30

Cut-off score = 2 Cut-off score = 12 Cut-off score = 1 Cut-off score = 5


Patient falls
There are three types of patient falls
1. an accidental fall: is prevented by ensuring a safe
environment.
2. a physiological anticipated fall: Anticipated
physiological falls are prevented by first identifying
who is likely to fall using theMFS.
3. an unanticipated physiological fall: The first
unanticipated physiological fall cannot be predicted
and, therefore, cannot be prevented, because the
staff and the patient may not realize that the patient
has the condition that precipitates the unexpected

Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company,New
York. 2009.
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2nd Ed. Springer Publishing Company,New
York. 2009.
No/low risk: <45
– Pencegahan jatuh akibat kecelakaan
– Pastikan lingkungan aman
– Edukasi pasien dan keluarga
High risk: > 45
– Strategi proteksi dari jatuh:
• Monitoring
• Proteksi jatuh dari tempat tidur/kursi
• Proteksi dari lingkungan berbahaya
• Proteksi dari cedera
– Strategi pencegahan jatuh
• Tranfer pasien dengan aman
• Cegah kencing yang urgen
• Evaluasi kemampuan komunikasi
• Latihan /exercise keseimbangan
• Optimalisasi kondisi fisik
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company,New
Sutoto.KARS 79
York. 2009.
CONTOH: ASESMEN
RISIKO JATUH
MORSEFALLSCALE

80
SKALARISIKO JATUHHUMPTYDUMPTY
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR

Usia  < 3 tahun 4


 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin  Laki-laki 2
 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4
 Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, 3
sinkop, pusing, dsb.)
 Gangguan perilaku / psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap dirisendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi 3
/ perabot rumah
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar rumahsakit 1
Respons terhadap:  Dalam 24jam 3
1. Pembedahan/ sedasi /  Dalam 48jam 2
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
anestesi
 Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, 3
2. Penggunaan antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
medikamentosa  Penggunaan salah satu obat di atas 2
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1 81
SKALARISIKO JATUHONTARIO MODIFIED STRATIFY- SYDNEYSCORING
Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor
apakah pasien datang ke rumah sakit karenajatuh? Ya/ tidak Salah satu jawaban
Riwayat jatuh
jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2bulan Ya/ tidak ya = 6
terakhir ini?
apakah pasien delirium? (tidak dapat membuatkeputusan, pola Ya/ tidak
pikir tidak terorganisir, gangguan dayaingat)
Salah satu jawaban
Status mental
apakah pasien disorientasi? (salah menyebutkan waktu, tempat, Ya/ tidak ya = 14
atau orang)
apakah pasien mengalami agitasi? (ketakutan, gelisah, dan Ya/ tidak
cemas)
apakah pasien memakai kacamata? Ya/ tidak Salah satu jawaban
Penglihatan apakah pasien mengeluh adanya penglihatanburam? Ya/ tidak ya = 1
apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak, atau degenerasi Ya/ tidak
makula?
apakah terdapat perubahan perilaku berkemih?(frekuensi, Ya/ tidak
Kebiasaan berkemih urgensi, inkontinensia, nokturia) ya = 2

mandiri (boleh menggunakan alat bantujalan) 0 jumlahkan nilai


transfer dan
Transfer (dari tempat memerlukan sedikit bantuan (1 orang) / dalam pengawasan 1 mobilitas. Jika nilai
tidur ke kursi dan total 0-3, makaskor
kembali ke tempat tidur) memerlukan bantuan yang nyata (2orang) 2
= 0. jika nilai total 4-
tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total 3 6, maka skor = 7
mandiri (boleh menggunakan alat bantujalan) 0
Mobilitas berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik) 1
menggunakan kursi roda 2
imobilisasi 3
Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment
Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh
1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat
kesadaran
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera laporkan
untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik atau
terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brankar / tempat tidur, posisi bedside rel dalam
keadaan terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga mengenai rencana
perawatan untuk mencegah jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang
dibutuhkan
ASESMEN
RISIKO JATUH
RAWAT JALAN
GET UP AND GO
PENUTUP
 Pengaturan Keselamatan Pasien (KP) bertujuan untuk meningkatkan
mutu pelayanan fasilitas pelayanan
 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan KP
 Penyelenggaraan KP tsb dilakukan melalui pembentukan sistem
pelayanan yang menerapkan:
1. Standar Keselamatan Pasien;
2. Sasaran Keselamatan Pasien; dan
3. Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien.
 Sistem pelayanan tsb diatas harus menjamin pelaksanaan:
1. Asuhan pasien lebih aman, melalui upaya yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien;
2. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan tindak
lanjutnya; dan
3. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
TERIMA KASIH......

Anda mungkin juga menyukai