Anda di halaman 1dari 4

NOTULENSI TELAAH KASUS

Jumat, 22 Oktober 2020 Pukul 10.00-10.50

Pembimbing : dr. Rini Nindela, Sp.S, M.Kes

Topik :Trauma Medula Spinalis

Dokter Muda :Aldo Giovanno, S.Ked 04054822022008

1. Daftar Kehadiran

Keterangan :
 Hadir : 16 orang (15 Mahasiswa dan 1 Dosen/Expert)
 Tidak hadir/alasan : -
 Total : 16 orang
2. Dokumentasi Kegiatan

3. Notulensi Telah Kasus Trauma Medula Spinalis


 Pertanyaan
1. Bagaimana manajemen pertama yang dilakukan ketika mendapatkan pasien
dengan trauma medula spinalis? (Nopiah Syari)
Jawab :
Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal;
dengan menggunakan ’cervical collar’. Cegah agar leher tidak terputar (rotation).
Baringkan penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempat/alas yang
keras. Pasien diangkat/dibawa dengan cara ”4 men lift” atau menggunakan
’Robinson’s orthopaedic stretcher. Rujuk ke rumah sakit yang ditenagai oleh
dokter yang berkompeten serta peralatan yang memadai untuk menatalaksanakan
trauma medula spinalis

2. Pada kasus trauma medula spinalis, apakah perlu dilakukan tindakan operatif dan
apa indikasinya? (Nendy Oktari)
Jawab :
Jadi pertama yg harus dilihat ialah hasil dari pemeriksaan radiologi nya,
sehingga bisa benar2 menyatakan bahwa kondisi ini fraktur dislokasi ataupun
adanya benda asing pada tulang vertebra. Indikasi untuk operasi karena alasan yg
tadi, Tindakan operatif awal (kurang dari 24 jam) lebih bermakna menurunkan
perburukan neurologis, komplikasi, dan keluaran skor motorik satu tahun pasca
trauma. Tindakan operatif bertujuan untuk mengeluarkan fragmen tulang, benda
asing dan menstabilisasi vertebra guna mencegah nyeri kronis.

3. Tadi dijelaskan di diagnosis dari trauma medula spinalis yaitu dengan melakukan
pemeriksaan radiologi, nah pemeriksaan radiologi apa saja yang dilakukan?
(Jessica Moudy)
Jawab :
Pemeriksaan penunjang yang disarankan meliputi pemeriksaan laboratorik
darah dan pemeriksaan radiologik, dianjur-kan dengan 3 posisi standar (antero-
posterior, lateral, dan odontoid) untuk vertebra servikal, serta posisi AP dan
lateral untuk vertebra torakal dan lumbal. Pada kasus yang tidak menunjukkan
kelainan radiologik, pemeriksaan lanjutan CT Scan dan MRI sangat dianjurkan.
MRI merupakan alat diagnostik yang paling baik untuk mendeteksi lesi medula
spinalis akibat cedera/trauma.

4. Sesi Expert: Penjelasan dr. Rini Nindela, Sp.S, M.Kes

Analisis atau anamnesis neurologis ada 4 paragraf.

Paragraf satu isinya adalah keluhan utama. Keluhan utama ada tiga komponen, yang
pertama itu termasuk didalam ada deficit neurologis. Pada kasus ini deficit
neurologis adalah kelemahan kedua tungkai, kemudian gangguan aktivitas sehari-
hari yaitu pada kasus ini sulit berjalan dan pada kasus ini juga terjadi secara tiba-
tiba, jadi ketiga ini harus ada dalam suatu kalimat pada keluhan utama

Paragraf dua adalah lanjutan dari paragraph satu. Pada kasus ini pasien hanya dapat
menggeser tanpa dapat mengangkat kedua tungkainya yang artinya kekuatannya
kurang atau skornya sekitar dua, pasien tidak dapat melawan gravitasi tapi bisa
menggeser sendi besar. Gangguan sensibilitas berupa kesemutan/baal tidak ada.
Nyeri pinggang tidak ada. Gangguan BAK/BAB tidak ada berarti murni karena
motoriknya.

Paragraph ketiga isinya adalah riwayat penyakit-penyakit yang bias untuk


menegakkan diagnosis kerja ataupun untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada
kasus ini kelemahan kedua tungkai secara tiba-tiba selain karena trauma bias juga
karena vaskuler. Kalau onsetnya lama bias karena infeksi, keganasan, metabolic
sehingga pada pasien perlu juga ditanya riwayat darah tinggi, sakit jantung karena
bias menyebabkan stroke medulla spinalis meskipun jarang terjadi. Pada kasus ini
juga ditanyakan riwayat batuk pilek atau diare dalam waktu sebulan terakhir juga
disangkal oleh pasien untuk menyingkirkan Guillain Barre Syndrom.

Paragraf keempat pada kasus ini adalah penyakit ini dialami untuk pertama kali.

Anda mungkin juga menyukai