PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
1. Nama : Tn. CA
6. Agama : Islam
7. Alamat : Prabumulih
A. STATUS INTERNUS
- Keadaan Umum
Sensorium : Apatis
Suhu : 36.7C
2
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Berat Badan : 50 kg
B. STATUS NEUROLOGIKUS
Urat Syaraf Kepala (panca indera) : tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : tidak ada kelainan
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : tidak ada kelainan
- Koordinasi : baik
3
Turgor: baik; Refleks: normal; Kekuatan: +5/+5
Sensibilitas : tidak ada kelainan
C. ANAMNESIS
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 31 tahun
4. Pekerjaan : Satpam
6. Agama : Islam
7. Alamat : Prabumulih
- Sebab Utama
- Keluhan Utama
4
(Pasien tidak menjawab saat ditanya)
- Riwayat Premorbid
Bayi : lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan
5
- Riwayat Kebiasaan dan Penyakit Dahulu
Riwayat trauma kepala : tidak ada
Riwayat demam tinggi : tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
Riwayat darah tinggi dan kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat penggunaan NAPZA : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat merokok : ada, sejak 8 tahun yang
lalu, 1 bungkus/hari
- Riwayat Pendidikan
- Riwayat Pekerjaan
Belum pernah bekerja.
- Riwayat Perkawinan
Belum menikah.
- Riwayat Keluarga
6
o Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
- Status Ekonomi
Pasien tinggal bersama kakak dan kakak iparnya. Semua biaya sehari-
hari ditangggung oleh kakak dan kakak iparnya.
AUTOANAMNESIS
7
rumahnyo dimano?
kakak
ado dimano?
ini siang atau malem?
Pasien diam
- Cara bicara terhambat
Pasien menggelengkan - Orientasi tempat,
kepala waktu, dan orang baik
Bapak tau kenapa dibawa
Pasien diam
kesini oleh keluarga?
Bapak merasa sedang Pasien diam
sakit dak sekarang?
Bapak tau, kalo bapak
Pasien menganggukkan
dibawa kesini oleh
kepala.
keluarga Bapak supaya
Bapak diobati jadi bisa
Pasien menggelengkan
sembuh?
kepala.
Bayangannyo cuma
Pasien menggelengkan
bapak dewek apo yang
kepala.
biso lihat?
Orang lain dak bisa liat?
Pasien menggelengkan
kepala.
terus ngapoin
bayangannyo Pak?
Pasien diam
Nganggu bapak dak?
8
Bayangannyo ado ajak
ngomong dak Pak?
9
- Mutisme
- Echt
- Einfuhlung tidak bisa
dirabarasakan
KEADAAN UMUM
- Kesadaran/Sensorium : Apatis
- Perhatian : Inatensi
- Sikap : Apatis
10
- Tingkah Laku Motorik : Hipoaktif
- Verbalisasi : Terbatas
- Hidup Emosi
Stabilitas : Stabil
Kedalaman : Dangkal
Adekuat-Inadekuat : Inadekuat
Echt/Unecht : Echt
11
Discriminative Judgement : Sulit dinilai
Discriminative Insight : Relevan terganggu
Dugaan taraf intelegensi : Baik
Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada
- Kelainan Sensasi dan Persepsi
Ilusi : Disangkal
Halusinasi : Halusinasi
visual (+), halusinasi
auditorik (-)
- Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas :
Sulit dinilai
Mutu proses berpikir
: Sulit dinilai
Arus Pikiran
12
Perasaan inferior :
Sulit dinilai
Perasaan berdosa/salah
: Sulit dinilai
Rasa permusuhan/dendam
: Sulit dinilai
Kecurigaan : Sulit dinilai
Lain-lain : Sulit dinilai
- Pemilikan Pikiran
- Bentuk Pikiran
Autistik : Sulit
dinilai
Dereistik : Sulit
dinilai
Simbolik : Sulit
dinilai
Paralogik : Sulit
dinilai
Simetrik : Sulit
dinilai
Konkritisasi : Sulit
dinilai
Lain-lain : Sulit
dinilai
- Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia : Tidak ada
Vagabondage : Tidak ada
Katatonia : Ada
Kompulsi : Tidak ada
Raptus/Impulsivitas : Tidak ada
Mannerisme : Tidak ada
Kegaduhan Umum : Tidak ada
Autisme : Tidak ada
13
Deviasi Seksual : Tidak ada
Logore : Tidak ada
Ekolalia : Tidak ada
Ekopraksi : Tidak ada
Mutisme : Ada
Lain-lain :
Pasien tampak mempertahankan posisi kedua tangannya diatas
kepala setelah tangannya diangkat oleh pemeriksa.
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) : Tidak ada
- Reality Testing Ability : Terganggu
E. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
- AKSIS I : F20.2 Skizofrenia katatonik
- AKSIS II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
- AKSIS III : Tidak ada diagnosis
- AKSIS IV :Masalah berkaitan dengan primary support
group (keluarga)
- AKSIS V : GAF Scale 30-21
F. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
- Skizofrenia katatonik
- Episode depresif berat dengan gejala psikotik
- Gangguanskizoafektif
G. TERAPI
a. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg
Fluoxetine 1x10 mg
Neurodex 1x1 tab
b. Psikoterapi
Konseling : menjelaskan pada pasien tentang
penyakitnya
Membantu pasien untuk dapat menerima dan
memaafkan orang yang mengecewakannya.
Edukasi : memotivasi pasien dan
menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara
teratur agar penyakitnya terkontrol dan menjelaskan
14
kepada pasien apa yang akan terjadi jika obat tidak
diminum
c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga untuk mengontrol
kedisiplinan pasien dalam minum obat secara teratur agar
penyakitnya terkontrol dan menjelaskan kepada keluarga pasien
apa yang akan terjadi jika obat tidak diminum.
Memotivasi keluarga untuk membawa pasien kontrol ke dokter
secara teratur dan menciptakan suasana yang dapat membantu
penyembuhan.
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang sekitar tentang
penyakit pasien sehingga tercipta dukungan sosial dalam
lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses
penyembuhan
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan lingkungan
disekeliling pasien untuk tidak menjauhi pasien dan membiarkan
pasien berinteraksi dengan lingkungan sehingga membantu
resosialisasi.
H. PROGNOSIS
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
16
katatonik. Pada skizofrenia katatonik ditemukan gangguan yang nyata pada
fungsi motorik, meliputi: stupor, negativisme, rigiditas, eksitasi, manerisme,
dan fleksibilitas serea. Selama stupor atau eksitasi katatonik, pasien
memerlukan pengawasan yang cermat untuk mencegah mereka menyakiti diri
sendiri atau orang lain.2,5
3.2 Epidemiologi
3.3 Etiologi
Sampai saat ini, belum ditemukan etiologi pasti penyebab skizofrenia. 3,8
Namun, skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh satu etiologi, melainkan
gabungan antara berbagai faktor yang dapat mendorong munculnya gejala
17
mulai dari faktor neurobiologis maupun faktor psikososial, diantaranya
sebagai berikut:
a. Faktor Neurobiologis
1. Faktor Genetika
18
Hubungan Presentasi Terjadinya Skizofrenia
Populasi umum 1% 2.
Kembar dizigotik 10 - 15 %
Orang tua 5%
Neuroanatomi Struktural
3. Faktor Neurokimia
19
b. Faktor Psikososial
2. Faktor Stressor
20
atau menyeringai secara prominen, dan adanya ekolalia atau
ekopraksia.2,3
3.5 Patofisiologis
21
viseral automatis, dan perilaku emosional. Hiperaktivitas pada jalur
mesolimbik akan menyebabkan gangguan berupa gejala positif
seperti waham dan halusinasi;
22
Gambar 3. Jalur mesokortical dopamin pada otak13
23
Gambar 4. Jalur nigrostriatal dopamin pada otak.13
24
nukleus parabrachial lateral, yang berproyeksi ke thalamus. Namun,
fungsinya masih belum diketahui.12
3.6 Diagnosis
25
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria
DSM-IV-TR atau ICD-X. Berdasarkan DSM-IV, kriteria pasien skizofrenia,
yaitu:8
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode
tersebut
Semua pasien skizofrenia harus digolongkan ke dalam salah satu dari subtipe
skizofrenia. Subtipe ditegakkan berdasarkan atas manifestasi perilaku yang paling
menonjol. Berdasarkan PPDGJI-III, maka pedoman diagnostik skizofrenia
katatonik (F20.2), yaitu :8,9
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
26
semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah
yang berlawanan)
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya)
kalimat-kalimat.
27
3) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.4,9
3.8 Penatalaksanaan
28
pengobatan dan bimbingan yang baik, penderita dapat ditolong untuk dapat
berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah atau pun di luar
rumah.Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia
katatonik dapat berupa penatalaksanaan non-farmakologis dan
farmakologis.5,8
PENATALAKSANAAN NON-FARMAKOLOGIS
Tujuan diagnostik
Stabilisasi pengobatan
Untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya, termasuk,
ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang dan
papan
29
pasien (contohnya dengan melatih keterampilan hidup sehari-hari), karena
pada pasien dengan gejala sisa (contohnya gejala negatif dan kognitif)
mungkin tidak dapat hidup mandiri. Setelah keluar dari rumah sakit, pasien
tersebut perlu di follow-up teratur oleh ahli psikiatri.2,5
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
30
ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau yang kambuh) yang
perlu segera diatasi.2,10
31
Mekanisme kerja obat anti-psikosis berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter dopamine yang meningkat (Hiperaktivitas sistem
dopaminergik sentral). Pada umumnya, pemberian obat anti-psikosis
sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun, setelah semua
gejala psikosis mereda sama sekali. Efek obat anti-psikosis secara relatif
berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih
mempunyai efek klinis.10
Tabel 2. Sediaan Obat Anti-psikosis Generasi I dan Dosis Anjuran (yang beredar
di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006).10
Trilafon Tab 2 - 4 - 8 mg
33
Haldol Tab. 2 - 5 mg
Govotil Tab. 2 - 5 mg
Lodomer Tab 2 - 5 mg
34
Mekanisme kerja obat anti-psikosis atipikal adalah berafinitas
terhadap Dopamine D2 Receptors(sama seperti APG-I) dan juga
berafinitas terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors (Serotonin-dopamine
antagonist), sehingga efektif terhadap gejala positif (waham, halusinasi,
inkoherensi) maupun gejala negatif (afek tumpul, proses pikir lambat,
apatis, menarik diri).3,10
Tabel 3. Sediaan Obat Anti-psikosis Generasi II dan Dosis Anjuran (yang beredar
di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006).10
Risperidal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Neripros Tab. 1 - 2 - 3 mg
Persidal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Rizodal Tab. 1 - 2 - 3 mg
35
Zofredal Tab. 1 - 2 - 3 mg
3.9 Prognosis
36
gangguan depresif)
Riwayat penyerangan
BAB IV
ANALISIS KASUS
37
1) Waham
2) Halusinasi
5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition).
38
tatapan kosong dan dengan posisi tubuh yang kaku dalam jangka waktu yang
lama. Riwayat melihat pasien berbicara sendiri disangkal. Pasien hanya makan,
minum, dan mandi apabila disuruh oleh keluarga.Pasien kemudian dibawa berobat
ke Poliklinik Rawat Jalan RS Dr. Ernaldi Bahar untuk diberikan tatalaksana lebih
lanjut.
39
yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya), fleksibilitas cerea/
waxy flexibility ( mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang
dapat dibentuk dari luar), dan gejala-gejala lain seperti command automatism
(kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta
kalimat-kalimat.
Pada pasien ini dijumpai gejala utama episode depresif dimana pasien
tampak memiliki afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, serta
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah. Selain itu,
pada pasien juga menunjukkan adanya perhatian yang berkurang yang sudah
berlangsung lebih dari 2 minggu. Berdasarkan alloanamnesis juga ditemukan
bahwa adanya masalah antara pasien dengan keluarganya dimana pasien
merasakan kekecewaan dengan kakak perempuannya yang menjual motor milik
pasien dengan keputusan sepihak. Namun, pada pasien ini ditemukan gejala klinis
yang menunjang diagnosis skizofrenia dimana ditemukan adanya halusinasi yang
menetap berupa halusinasi visual pada pasien, perilaku katatonik seperti
fleksibilitas cerea dan mutisme, serta adanya gejala negatif. Keluhan pasien yang
terjadi pada 1 bulan terakhir berupa halusinasi pada pasien lebih menonjol
dibandingkan gejala afektif sehingga diagnosis banding gangguan skizoafektif
juga dapat disingkirkan.
Pada aksis II dan III, tidak ada diagnosis dikarenakan tidak ditemukan
gangguan kepribadian dan tidak adanya riwayat gangguan kondisi medik umum
pada pasien ini.
40
Pada aksis V GAF Scale 30-21. Pasien tergolong pada GAF Scale 30-21
karena gejala pada pasien berupa disabilitas berat dalam komunikasi dan daya
nilai, tidak mampu berfungsi disemua bidang, pasien tidak peduli dengan sekitar
dan tidak menanggapi hal-hal disekitarnya, pasien tidak dapat berkerja,
melakukan aktivitas sehari-hari dan berinteraksi sosial dengan keluarga dekat
maupun orang lain sekitar.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, dikarenakan faktor usia pada
pasien yang termasuk dalam kategori dewasa, kemudian onset pada kasus masih
pada onset akut, dan penyebab atau stressor pada pasien jelas yaitu masalah
keluarga, riwayat premorbid yang baik, serta dukungan keluarga yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
41
1. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PP
PDSKJI). 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)
Jiwa/Psikiatri.
2. Sadock, Virginia and Benjamin J Sadock. 2014. Kaplan & Sadock - Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
3. Tanto, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.
4. Browne, G. 2005. Housing, Social Support and People with
Schizophrenia: A grounded theory study comparing boarding houses and
private homes. Issues in Mental Health, 26, 311-326.
5. Katona, C., Cooper, C., dan Mary Robertson. 2012. At A Glance
PsikiatriEdisi 4. Jakarta : Erlangga. 2012:18-21.
6. Anna, L.K. (2011, 3 Juni). 80 Persen penderita skizofrenia tak diobati.
Health Kompas [on-line]. Diaks pada tanggal 17 Oktober 2011 dari
http://health.kompas.com/read/2011/06/03/07014272/80.Persen.Penderita.
Skizofrenia.Tak.Diobati.
7. Antipsychotic Agents. Stahls Essential Psychopharmacology. 4 th Edition.
Diunduh dari : http://stahlonline.cambridge.org/essential_4th_chapter.jsf
8. Hadisukanto, Gitayanti dan Elvira. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2.
Jakarta : Badan Penerbit FK UI.
9. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.
10. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication). Edisi 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atma Jaya (PT. Nuh Jaya).
11. Sadock, Virginia and Benjamin J Sadock. I. Made Wiguna S (Ed). 2010.
Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri - Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa Aksara Publisher.
12. Setiabudy, dkk. Sulistia Gan Gunawan (Ed). 2007. Farmakologi dan
Terapi. Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
13. Stahl, Stephen M (Ed). 2008. Antipsychotics and Mood Stabilizers :
Stahls Essential Psychopharmacology. 3rd Edition. England : Cambridge
University Press.
42
43