MENGETAHUI
SUPERVISOR
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis Suhu : 36,8oC Berat Badan : 54 kg
Nadi : 80x/menit Pernafasan : 22x/menit Tinggi Badan : 168 cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Turgor : Tidak ada Status Gizi : Baik
Sistem Kardiovaskular : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Sistem Gastrointestinal : Dalam batas normal
Sistem Urogenital : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ada
STATUS NEUROLOGIKUS
Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) : Tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada kelainan
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada kelainan
Mata : - Gerakan : Baik ke segala arah
- Persepsi Mata : Baik, visus normal
- Pupil : Bentuk bulat, isokor ; Ukuran diameter 3 mm
Refleks Cahaya +/+ ; Refleks Konvergensi +/+
- Refleks Kornea : +/+
- Pemeriksaan Oftalmoskopi : Tidak dilakukan
Motorik : - Tonus : Eutoni
- Koordinasi : Baik
- Turgor : Baik
- Refleks : Refleks fisiologis +/+ normal; Refleks patologis -/-
- Kekuatan : Kekuatan otot lengan 5/5; Kekuatan otot tungkai 5/5
Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Susunan Syaraf Vegetatif : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN OTAK)
Tidak dilakukan
HASIL
STATUS
PSIKIATRIKUS
ALLOANAMNESIS (Boleh lebih dari satu sumber)
Diperoleh dari : Ny. M
Umur : 53 tahun
Alamat dan Nomor Telepon : Desa Cinta Jaya, Kabupaten Ogan Komering
+ 4 tahun yang lalu pasien mulai menunjukkan perubahan sikap setelah ayahnya
meninggal, pasien lebih suka menyendiri, melamun dan menjadi mudah tersinggung.
Pasien tidak suka bicara dengan ibunya. Pasien tidak mau berangkat sekolah, pasien
lebih suka berdiam di rumah dibanding melakukan aktifitas diluar rumah.
+ 1 tahun yang lalu, Pasien sering marah-marah kepada ibunya, mulai
mengamuk dan melempar barang-barang di rumahnya. Pasien sering tampak termenung
dan mengoceh banyak hal sendiri. Pasien sering terbangun tengah malam karena gelisah.
Perilaku pasien dirasakan berubah sejak ayah pasien meninggal dunia.
+ 4 bulan yang lalu Pasien mendengar bisikan yang menyuruhnya berhenti
melakukan suatu kegiatan. Sehingga saat disuruh mandi, pasien tidak mau mandi.
Bisikan juga berupa perintah yang mengatakan bahwa pasien tidak pantas untuk hidup
dan akan membunuhnya. Nafsu makan pasien berkurang disertai penurunan berat badan.
Pasien juga kesulitan tidur, sehingga sehari hanya tertidur 2 sampai 3 jam sehari. Pasien
dibawa ke IGD RS Dr Ernaldi Bahar dan dirawat.
2 bulan yang lalu pasien telah selesai perawatan di RS Ernaldi Bahar
Palembang dan pulang ke rumah, di rumah pasien rutin meminum obat yang
diberikan dan sudah merasa membaik. Pasien sudah bisa mengontrol emosinya dan
bisikan yang biasanya muncul sudah tidak ada.
Riwayat Premorbid
Bayi : Lahir normal, cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan
Riwayat Pendidikan
SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata. Tidak melanjutkan
pendidikan ke SMA
Riwayat Pekerjaan
Tidak Bekerja
Riwayat Perkawinan
Belum Menikah
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa dan keluhan yang sama disangkal
- Hubungan dengan ibu kurang baik, pasien lebih dekat dengan ayahnya daripada
ibunya.
- Hubungan dengan saudaranya baik.
- Pola asuh orang tua: kurang kasih sayang, orang tua pasien menyibukkan diri
dengan bekerja, sehingga pasien kurang mendapat perhatian dari orang tuanya.
Pasien jarang mengobrol dengan keluarganya.
Selama dilakukan autoanamnesis juga sekaligus dilakukan observasi atas sikap dan tingkah
laku pasien (bagaimana ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku pasien selama berbicara atau menjawab
pertanyaan yang diajukan).
Sebelum melakukan pemeriksaan ini, pemeriksa sudah menguasai kerangka yang terdapat pada
“IKHTISAR DAN KESIMPULAN AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI” (pada halaman 10),
agar pemeriksa dapat menangkap dan mengenal gejala-gejala psikopatologi yang muncul.
Selama autoanamnesis berlangsung, gunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan jawaban
pasien sedapat-dapatnya ditulis dalam kata-kata asli dari pasien (secara verbatim). Gejala-gejala
psikopatologi yang tidak muncul secara spontan dapat dilakukan wawancara secara terpimpin, namun
usahakan tidak bersifat sugestif.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol, tulislah yang perlu-perlu saja. Cerita
pasien yang tidak perlu diberi tanda ........ yang memisahkan antara bagian cerita pasien yang ditulis
sebelum dan sesudahnya.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol seperti di bawah ini: Kalimat ucapan
ditulis dalam tanda petik “...........” dan hasil observasi yang berkaitan ditulis dalam tanda kurung ( )
di belakang kalimat tersebut.
Sebelum penulisan protokol tersebut, terlebih dahulu deskripsikanlah keadaan dan penampilan
pasien ketika ditemui untuk diajak wawancara.
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 26 Februari 2019 pukul 12.10 WIB di Poliklinik Rumah Sakit
Dr. Ernaldi Bahar Palembang. Penampilan pasien rapi dan kooperatif saat dilakukan tanya jawab.
Pewawancara dan pasien duduk saling berhadapan. Wawancara dilakukan dalam bahasa Palembang
dan bahasa Indonesia.
INTERPRETASI
PEMERIKSA PASIEN
(PSIKOPATOLOGI)
“Selamat pagi, Mas” “Pagi, dok.” Kesadaran: Compos Mentis
(Pemeriksa menatap mata pasien (Pasien menjabat tangan dan Perhatian: Adekuat
dan mengajak bersalaman) menatap wajah pemeriksa) Sikap: Kooperatif
Tingkah laku: Normoaktif
“Saya dokter muda Vinny “Iya boleh dok” Ekspresi fasial: Ada
yang bertugas disini, boleh Verbalisasi: Jelas
Saya wawancara sebentar Cara bicara: Lancar
Mas?” Kontak fisik: Ada
Kontak mata: Ada
2
“Apa Mas keluhannya?” “Aku dak ado keluhan dok.” Afek: sesuai
“Terus, kenapa Mas dibawake “Aku nak kontrol dok, sama Mood: eutimik
dokter?” obat abis jugo” Hidup emosi: stabil,
terkendali
“Kapan Mas di rawat disini?” “4 bulan yang lalu dok.” Daya ingat: baik
“Kemarin dirawat disini “Karno aku ngamuk-ngamuk Daya konsentrasi: baik
karena apa, Mas?” di rumah dok.” Kontak mata: ada
“Sudah berapa kali Mas “Baru sekali kemaren dok.” Kontak verbal: ada
dirawat disini?” Mutu proses pikir: baik
“Kenapa Mas bisa mengamuk “Idak tau jugo dok, aku sedih Arus pikiran: baik
di rumah, ada masalah apa?” be keinget bapak terus.” Isi pikiran: baik
“Bapaknya Mas ada apa?” “Dak papo dok, bapak aku Pemilikan pikiran: baik
abis meninggal dok.” Benuk pikiran: Tidak ada
kelainan
“Kemarin mas juga ada “iyo ado dok, aku tu hobi Kecemasan: tidak ada
menghancurkan barang- main futsal, jadi rasonyo
barang di rumah ?” kemaren tu seraso ado di
lapangan lagi main bola jadi
ku tendangi galo barang di
rumah.”
Afek: sesuai
“Bisikannnya ada menyuruh “Ado dok, ujinyo aku dak Mood: eutimik
atau mengatakan sesuatu pantes hidup, aku ni nak Hidup emosi: stabil,
nggak Mas?” dibunuhnyo.” terkendali
“Mas tau yang bisikin itu “idak tau dok, dak ado wujud Daya ingat: baik
siapa?” uongnyo.” Daya konsentrasi: baik
Kontak mata: ada
Kontak verbal: ada
Mutu proses pikir: baik
Arus pikiran: baik
Isi pikiran: baik
“Mas, bisa lihat hal-hal yang “Idak biso dok.” Pemilikan pikiran: baik
gaib tidak?” Benuk pikiran: Tidak ada
“Mas ada rasa curiga sama “idak ado dok.” kelainan
orang lain dak waktu itu?” Kecemasan: tidak ada
7. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) (ada, tidak ada) tidak ada
8. Reality Testing Ability tidak terganggu
8
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN
RESUME
I. IDENTIFIKASI
Tn. A/ 22 tahun/ Belum Menikah/ Islam/ Warga Negara Indonesia/ Suku Palembang/ SMP/
Tidak bekerja/ Ds. Cinta Jaya, Pedamaran OKI, Sumatera Selatan/ Berobat ke poliklinik
Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang pada tanggal 26 Februari 2019.
diberikan dan sudah merasa membaik. Pasien sudah bisa mengontrol emosinya dan
bisikan yang biasanya muncul sudah tidak ada.
Riwayat Premorbid
Bayi : Lahir normal, cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan
Riwayat Pendidikan
SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata. Tidak melanjutkan
pendidikan ke SMA
Riwayat Pekerjaan
11
Tidak Bekerja
Riwayat Perkawinan
Belum Menikah
- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa dan keluhan yang sama disangkal
- Hubungan dengan ibu kurang baik, pasien lebih dekat dengan ayahnya daripada
ibunya.
- Hubungan dengan saudaranya baik.
- Pola asuh orang tua: kurang kasih sayang, orang tua pasien menyibukkan diri dengan
bekerja, sehingga pasien kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Pasien jarang
mengobrol dengan keluarganya.
Psikopatologi
Keadaan umum:
Compos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, ekspresi fasial wajar, verbalisasi
jelas, cara bicara lancar, kontak fisik-mata-verbal ada, tingkah laku normoaktif.
Keadaan spesifik:
- Keadaan afektif: sesuai (mood: approrpiate)
12
- Hidup emosi: stabil, terkendali, echt, bisa dirabarasakan, adekuat, skala diferensiasi
normal, arus emosi normal.
- Keadaan dan fungsi intelek: daya ingat baik, daya konsentrasi baik, amnesia tidak ada,
orientasi baik, discriminative judgement baik, discriminative insight baik, taraf
intelegensi sesuai, tidak ada kemunduran intelektual.
- Kelainan sensasi dan persepsi: Halusinasi auditorik sudah tidak ada
- Keadaan proses berpikir: mutu proses berpikir baik, asosiasi longgar. Tidak ada
kelainan pada isi, pemilikan dan bentuk pikiran.
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: tidak ada kelainan
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (covert) tidak ada.
- Reality Testing Ability (RTA) tidak terganggu.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang laki-laki, 22 tahun, tidak bekerja, belum menikah, pendidikan SMP, beragama
islam berobat ke Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar dengan sebab utama ingin kontrol
penyakit setelah pulang dari perawatan di RS Dr. Ernaldi Bahar 2 bulan yang lalu dan
persediaan obat habis. Dari autoanamnesis pasien mengatakan bahwa 4 bulan yang lalu pasien
dirawat di RS Ernaldi Bahar karena sering mengamuk di rumah, dikarenakan sering teringat
dengan almarhum ayahnya. Selain itu pasien juga suka menghancurkan barang-barang di
rumah, pasien merasa bahwa dirinya sedang berada di lapangan futsal dan sedang bermain
futsal. Pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya berhenti untuk melakukan
aktifitas, bisikan bahwa dirinya tidak pantas hidup dan akan di bunuh. Setelah perawatan dan
pulang ke rumah selama 2 bulan ini, pasien teratur meminum obat dan keluhan sudah membaik.
Dari anamnesis juga tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan obat-obatan terlarang,
konsumsi alkohol maupun rokok.
Dari anamnesis dan observasi didapatkan pasien ini memenuhi kriteria skizofrenia
paranoid berdasarkan DSM IV, yaitu ditandai oleh keasyikan atau preokupasi pada waham atau
halusinasi auditorik yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lainnya yang mengarah ke tipe
terdisorganisasi (heberprenik) atau katatonik. Oleh karena itu, untuk diagnosis multiaksial
Aksis I didiagnosis dengan F20.0 Skizofrenia Paranoid. Gejala pasien berupa halusinasi pada
pasien lebih menonjol dibandingkan gejala afektif sehingga menyingkirkan diagnosis
gangguan skizoafektif.
13
Pada aksis II, sebelumnya didiagnosis sebagai F.60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid.
Hal ini dari alloanamnesis dengan ibu kandung pasien dimana kepribadian pasien 4 tahun yang
lalu sebelum sakit adalah ramah, mudah bergaul, dan banyak teman dan saat sakit pasien lebih
suka menyendiri, melamun dan mudah tersinggung. Pasien juga tidak suka melakukan aktifitas
di luar rumah. Dengan demikian ditemukannya gangguan kepribadian paranoid. Namun pada
kontrol terakhir sudah tidak terdapat gejala-gejala gangguan kepribadian sebelumnya, sehingga
diagnosis saat ini tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian. Aksis III Tidak ada diagnosis.
Pada pasien tidak ada diagnosis aksis III karena tidak ditemukan kondisi medik umum pada
kondisi sekarang maupun riwayat sebelumnya. Aksis IV didiagnosis dengan kurangnya kasih
saying dari orang tua dan kematian ayahnya, dikarenakan pasien mulai berubah setelah
kematian ayahnya dan pasien menyebutkan sering teringat dengan ayahnya.
Aksis V merupakan penilaian fungsi secara global yang dinilai dengan GAF Scale
dimana dokter mempertimbangkan keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode
waktu tertentu. Fungsional dimengerti sebagai kesatuan dari tiga bidang utama, yaitu fungsi
sosial, fungsi pekerjaan, dan fungsi psikologis. GAF scale pasien saat ini adalah 70-61, karena
pasien bisa kembali makan dan minum sendiri, namun belum bisa kembali ke pekerjaannya
dan fungsi sosial sudah sedikit membaik dari sebelumnya.
14
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F20.0 Skizofrenia Paranoid
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
TERAPI
Psikofarmaka:
Clozapin 1 x 25mg
Risperidone 1 x 2 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg
Psikoterapi:
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.
Kognitif
- Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir
yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.
- Mengedukasi pasien untuk hindari minum alcohol serta merokok.
- Menyibukan Pasien dengan bekerja dan bersosialisasi semampunya agar tidak
sering melamun
15
Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien sehingga
diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.
Religius
- Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran
agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu, menegakkan
amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.
PROGNOSIS
Quo ad vitam: Dubia ad bonam
Quo ad functinam: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam: Dubia ad bonam
TUGAS
16
2. Siapa contoh orang dengan jenis kepribadian cluster B dengan ciri dramatic,
emosional dan tidak menentu dalam masyarakat ?
Jawab :
Untuk kepribadian antisosial dengan gambaran umum sosiopatik dimana tidak
terlalu memaka empati dalam kehidupan masyarakat cocok dengan pekerjaan sebagai
hakim. Untuk kepribadian ambang dengan gambaran umum ketidakstabilan emosi, citra
diri, dan hubungan social cocok dengan pekerjaan yang tidak berhubungan langsung
dengan orang lain seperti contohnya penulis.
Untuk individu dengan kepribadian histrionik dengan gambaran umum sensitive
terhadap kurangnya perhatian, senang diperhatikan, ekspresi mendalam pada perilaku
dan perasaan, di dalam masyarakat cocok dengan pekerjaan sebagai artis. Untuk
kepribadian narsisistik dengan gambaran umum merasa ingin lebih dari orang lain,
sensitive terhadap kritikan dari orang lain dalam kehidupan sehari-hari cocok sebagai
pejabat.
3. Psikotik yang terjadi akibat dari adanya suatu bencana besar, seperti gempabumi
atau tanah longsor, disebut sebagai jenis psikotik ?
Jawab :
17
4. Apa istilah lain dari mudah tersinggung dalam ilmu kedokteran jiwa?
Jawab :
Istilah lain dari mudah tersinggung adalah perilaku sensitive. Salah satu ciri
kepribadian yang dekat dengan sifat mduah tersinggung adalah kepribadian ambang
dimana kepribadian tersebut tidak dapat mengatur emosinya.
Selain itu terdapat juga istilah kolaris yang merupakan lawan kata dari
melankolis, orang dengan tipe ini suka mengatur dan memerintah orang lain, suka
berpetualang dan tegas namun sisi negatif dari individu dengan tipe ini adalah tidak
sabar, gampang marah dan suka berlaku kasar.
menurun.
Blokade reseptor D2 di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya gangguan
dalam mobilitas seperti pada parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat
menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Jalur
nigrostriatal dopamin, sebagai bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal, mengontrol
pergerakan/movement. Pemberian antipsikotik yang memblokade reseptor D2 di jaras
nigrostriatal, menyebabkan dopamin tidak bisa berikatan dengan reseptornya dan
mengakibatkan efek samping pada motorik yaitu gejala ekstrapiramidal
(extrapyramidal symptoms/EPS).
Dopamin dan asetilkolin memiliki hubungan resiprokal satu sama lain pada
jaras nigrostriatal (Gambar 1.). Neuron dopamin membentuk koneksi post-sinaps
dengan dendrit neuron kolinergik. Pada keadaan normal, dopamin akan mensupresi
aktivitas asetilkolin yang menyebabkan tidak adanya pelepasan asetilkolin dari akson.
Sehingga ketika reseptor dopamin diblok, terjadi peningkatan aktivitas asetilkolin pada
akson kolinergik (Gambar 2.). Hal ini menyebabkan terjadinya EPS.
DAFTAR PUSTAKA