Anda di halaman 1dari 29

STATUS PSIKIATRIKUS

Nama : Vinny Violita Aprilia


NIM : 04054821820011
Semester : X (Sepuluh)
Tanggal : 8 Maret 2019
Pembimbing : dr. H. M. Zainie Hassan AR, Sp.KJ (K)
Kegiatan : Ujian Kepaniteraan Klinik

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Nomor Status : 05.23.72
FAKULTAS KEDOKTERAN Nomor Registrasi :-
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun : 2019
PALEMBANG Tanggal Masuk : 26 Februari 2019
Tanggal Meninggal : -

STATUS PASIEN JIWA

Nama : Tn. A Laki-laki/Perempuan


Tanggal Lahir/Umur : 1 April 1996 / 22 tahun Tempat Lahir : OKI
Status Perkawinan : Belum menikah Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam Suku Bangsa : Sumatera
Tingkat Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tidak kerja
Alamat dan nomor telepon keluarga terdekat pasien:
Ds. Cinta Jaya, Pedamaran OKI, Sumatera Selatan
Telp.081368386062 Ibu Kandung
Dikirim Oleh : Berobat dibawa oleh ibu kandung.

Nama Mahasiswa : Vinny Violita Aprilia


NIM : 04054821820011
Dokter Supervisor / yang mengobati : dr. H. M Zainie Hassan AR, SpKJ (K)
Bangsal : Poliklinik Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang

MENGETAHUI
SUPERVISOR

dr. H. M Zainie Hassan AR, SpKJ (K)


STATUS PRESENS TANGGAL : 26 Februari 2019

STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis Suhu : 36,8oC Berat Badan : 54 kg
Nadi : 80x/menit Pernafasan : 22x/menit Tinggi Badan : 168 cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Turgor : Tidak ada Status Gizi : Baik
Sistem Kardiovaskular : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Sistem Gastrointestinal : Dalam batas normal
Sistem Urogenital : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ada

STATUS NEUROLOGIKUS
Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) : Tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada kelainan
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada kelainan
Mata : - Gerakan : Baik ke segala arah
- Persepsi Mata : Baik, visus normal
- Pupil : Bentuk bulat, isokor ; Ukuran diameter 3 mm
Refleks Cahaya +/+ ; Refleks Konvergensi +/+
- Refleks Kornea : +/+
- Pemeriksaan Oftalmoskopi : Tidak dilakukan
Motorik : - Tonus : Eutoni
- Koordinasi : Baik
- Turgor : Baik
- Refleks : Refleks fisiologis +/+ normal; Refleks patologis -/-
- Kekuatan : Kekuatan otot lengan 5/5; Kekuatan otot tungkai 5/5
Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Susunan Syaraf Vegetatif : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN

Darah Rutin: Tidak dilakukan Khusus: Tidak dilakukan


Urine Rutin: Tidak dilakukan Khusus: Tidak dilakukan
Tinja Rutin: Tidak dilakukan Khusus: Tidak dilakukan
Liquor Serebrospinalis (Pungsi Lumbal) : Tidak ada pemeriksaan

PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG)

Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN OTAK)

Tidak dilakukan

HASIL
STATUS
PSIKIATRIKUS
ALLOANAMNESIS (Boleh lebih dari satu sumber)
Diperoleh dari : Ny. M
Umur : 53 tahun

Alamat dan Nomor Telepon : Desa Cinta Jaya, Kabupaten Ogan Komering

Ilir, Sumatera Selatan/ 081368386062

Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)


Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
Sebagai patokan dalam melakukan alloanamnesis, perhatikan petunjuk di bawah ini :

1. Sebab utama membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa

2. Keluhan utama pasien dalam serangan gangguan sekarang (yang didengar


oleh keluarga/sumber alloanamnesis)
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang dan yang sebelumnya

4. Riwayat dan gambaran kepribadian premorbid masa bayi, masa anak-anak,


masa remaja, dewasa, dan selanjutnya; gambaran ciri-ciri kepribadian premorbid
5. Riwayat perkembangan organobiologik, penyakit-penyakit yang pernah diderita

6. Riwayat pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan

7. Keadaan sosial ekonomi pasien atau orang tuanya

8. Riwayat keluarga, termasuk gangguan jiwa atau penyakit yang ada


hubungannya dengan gangguan jiwa dalam keluarga, pola asuh orang tua, dan
hubungan antar saudara

Sebab Utama : Ingin kontrol penyakit dan persediaan obat habis

Keluhan Utama : Tidak Ada

Riwayat Perjalanan Penyakit:

+ 4 tahun yang lalu pasien mulai menunjukkan perubahan sikap setelah ayahnya
meninggal, pasien lebih suka menyendiri, melamun dan menjadi mudah tersinggung.
Pasien tidak suka bicara dengan ibunya. Pasien tidak mau berangkat sekolah, pasien
lebih suka berdiam di rumah dibanding melakukan aktifitas diluar rumah.
+ 1 tahun yang lalu, Pasien sering marah-marah kepada ibunya, mulai
mengamuk dan melempar barang-barang di rumahnya. Pasien sering tampak termenung
dan mengoceh banyak hal sendiri. Pasien sering terbangun tengah malam karena gelisah.
Perilaku pasien dirasakan berubah sejak ayah pasien meninggal dunia.
+ 4 bulan yang lalu Pasien mendengar bisikan yang menyuruhnya berhenti
melakukan suatu kegiatan. Sehingga saat disuruh mandi, pasien tidak mau mandi.
Bisikan juga berupa perintah yang mengatakan bahwa pasien tidak pantas untuk hidup
dan akan membunuhnya. Nafsu makan pasien berkurang disertai penurunan berat badan.
Pasien juga kesulitan tidur, sehingga sehari hanya tertidur 2 sampai 3 jam sehari. Pasien
dibawa ke IGD RS Dr Ernaldi Bahar dan dirawat.
2 bulan yang lalu pasien telah selesai perawatan di RS Ernaldi Bahar
Palembang dan pulang ke rumah, di rumah pasien rutin meminum obat yang
diberikan dan sudah merasa membaik. Pasien sudah bisa mengontrol emosinya dan
bisikan yang biasanya muncul sudah tidak ada.

Riwayat Premorbid

Bayi : Lahir normal, cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan

Anak : Interaksi sosial baik

Remaja : Interaksi sosial baik, banyak teman

Dewasa : Interaksi sosial baik, banyak teman, cenderung pendiam

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang : tidak ada

Riwayat trauma kepala : tidak ada

Riwayat darah tinggi : tidak ada

Riwayat kencing manis : tidak ada

Riwayat PGK : tidak ada

Riwayat asma : tidak ada


Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat merokok : tidak ada
Riwayat alkohol : tidak ada

Riwayat NAPZA : tidak ada

Riwayat Pendidikan

SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata. Tidak melanjutkan
pendidikan ke SMA

Riwayat Pekerjaan

Tidak Bekerja

Riwayat Perkawinan

Belum Menikah

Keadaan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal serumah dengan ibu dan adiknya dengan sosial ekonomi menengah ke
bawah. Tinggal di rumah dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
Riwayat Keluarga

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

- Pasien merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara

- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa dan keluhan yang sama disangkal

- Hubungan dengan ibu kurang baik, pasien lebih dekat dengan ayahnya daripada
ibunya.
- Hubungan dengan saudaranya baik.
- Pola asuh orang tua: kurang kasih sayang, orang tua pasien menyibukkan diri
dengan bekerja, sehingga pasien kurang mendapat perhatian dari orang tuanya.
Pasien jarang mengobrol dengan keluarganya.

AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI


1

Selama dilakukan autoanamnesis juga sekaligus dilakukan observasi atas sikap dan tingkah
laku pasien (bagaimana ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku pasien selama berbicara atau menjawab
pertanyaan yang diajukan).
Sebelum melakukan pemeriksaan ini, pemeriksa sudah menguasai kerangka yang terdapat pada
“IKHTISAR DAN KESIMPULAN AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI” (pada halaman 10),
agar pemeriksa dapat menangkap dan mengenal gejala-gejala psikopatologi yang muncul.
Selama autoanamnesis berlangsung, gunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan jawaban
pasien sedapat-dapatnya ditulis dalam kata-kata asli dari pasien (secara verbatim). Gejala-gejala
psikopatologi yang tidak muncul secara spontan dapat dilakukan wawancara secara terpimpin, namun
usahakan tidak bersifat sugestif.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol, tulislah yang perlu-perlu saja. Cerita
pasien yang tidak perlu diberi tanda ........ yang memisahkan antara bagian cerita pasien yang ditulis
sebelum dan sesudahnya.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol seperti di bawah ini: Kalimat ucapan
ditulis dalam tanda petik “...........” dan hasil observasi yang berkaitan ditulis dalam tanda kurung ( )
di belakang kalimat tersebut.
Sebelum penulisan protokol tersebut, terlebih dahulu deskripsikanlah keadaan dan penampilan
pasien ketika ditemui untuk diajak wawancara.

Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 26 Februari 2019 pukul 12.10 WIB di Poliklinik Rumah Sakit
Dr. Ernaldi Bahar Palembang. Penampilan pasien rapi dan kooperatif saat dilakukan tanya jawab.
Pewawancara dan pasien duduk saling berhadapan. Wawancara dilakukan dalam bahasa Palembang
dan bahasa Indonesia.

INTERPRETASI
PEMERIKSA PASIEN
(PSIKOPATOLOGI)
“Selamat pagi, Mas” “Pagi, dok.” Kesadaran: Compos Mentis
(Pemeriksa menatap mata pasien (Pasien menjabat tangan dan Perhatian: Adekuat
dan mengajak bersalaman) menatap wajah pemeriksa) Sikap: Kooperatif
Tingkah laku: Normoaktif
“Saya dokter muda Vinny “Iya boleh dok” Ekspresi fasial: Ada
yang bertugas disini, boleh Verbalisasi: Jelas
Saya wawancara sebentar Cara bicara: Lancar
Mas?” Kontak fisik: Ada
Kontak mata: Ada
2

“Siapa namanya, Mas?” “Apriadi dok”


“Berapa umurnya?” “22 tahun dok” Daya ingat baik
“Lahirnya tanggal berapa, “Tanggal 1 April 1996 dok”
Mas”
“Tinggal dimana Mas?” “Di Desa Cinta Jaya, OKI
dok”

“Apa Mas keluhannya?” “Aku dak ado keluhan dok.” Afek: sesuai
“Terus, kenapa Mas dibawake “Aku nak kontrol dok, sama Mood: eutimik
dokter?” obat abis jugo” Hidup emosi: stabil,
terkendali
“Kapan Mas di rawat disini?” “4 bulan yang lalu dok.” Daya ingat: baik
“Kemarin dirawat disini “Karno aku ngamuk-ngamuk Daya konsentrasi: baik
karena apa, Mas?” di rumah dok.” Kontak mata: ada
“Sudah berapa kali Mas “Baru sekali kemaren dok.” Kontak verbal: ada
dirawat disini?” Mutu proses pikir: baik
“Kenapa Mas bisa mengamuk “Idak tau jugo dok, aku sedih Arus pikiran: baik
di rumah, ada masalah apa?” be keinget bapak terus.” Isi pikiran: baik
“Bapaknya Mas ada apa?” “Dak papo dok, bapak aku Pemilikan pikiran: baik
abis meninggal dok.” Benuk pikiran: Tidak ada
kelainan
“Kemarin mas juga ada “iyo ado dok, aku tu hobi Kecemasan: tidak ada
menghancurkan barang- main futsal, jadi rasonyo
barang di rumah ?” kemaren tu seraso ado di
lapangan lagi main bola jadi
ku tendangi galo barang di
rumah.”

“Awal muncul ngamuknyo ini “Pokoknyo abis aku tamat


kapan, Mas ?” SMP tu, mangkonyo ni aku
dak lanjut SMA, caknyo ado
4 tahunan dok.”
3

“Selain ngamuk ada nggak “Men uji ibu aku ado


Mas berbicara sendiri?” kemaren.”
“Ada yang bisik-bisik ke “Iya dok, kalo aku nak mandi,
Mas?” tiba-tiba ado yang bisiki aku
dak usah mandi.”
“Pertama kali muncul bisikan- “Mulai 4 bulan yang lalu
bisikan ini kapan Mas?” mungkin.”

Afek: sesuai
“Bisikannnya ada menyuruh “Ado dok, ujinyo aku dak Mood: eutimik
atau mengatakan sesuatu pantes hidup, aku ni nak Hidup emosi: stabil,
nggak Mas?” dibunuhnyo.” terkendali
“Mas tau yang bisikin itu “idak tau dok, dak ado wujud Daya ingat: baik
siapa?” uongnyo.” Daya konsentrasi: baik
Kontak mata: ada
Kontak verbal: ada
Mutu proses pikir: baik
Arus pikiran: baik
Isi pikiran: baik
“Mas, bisa lihat hal-hal yang “Idak biso dok.” Pemilikan pikiran: baik
gaib tidak?” Benuk pikiran: Tidak ada
“Mas ada rasa curiga sama “idak ado dok.” kelainan
orang lain dak waktu itu?” Kecemasan: tidak ada

“Mas ada kebiasaan suka “Idak ado dok.”


minum alcohol ga?”
“Selain itu, Mas suka “Idak jugo dok.”
menggunakan obat-obatan ga?
Seperti Sabu, Inex, Putaw atau Kooperatif
Ganja?”
“Suka merokok juga ga Mas?” “Idak pernah jugo dok.”

“Seperti biasa aja dok.”


4

“Makan dan minum


bagaimana? Apa ada
penurunan atau pengingkatan
nafsu makan?” “Kalo dulu agak terganggu
“Pola tidurnya gimana, dok, kalo sekarang idak,
terganggu tidak?” normal be.”

“Idak ado dok Alhamdulillah,


“Setelah pulang dari di rawat la pacak kontrol emosi, bisik-
kemaren, di rumah masih ado bisikan la dak ado lagi jugo.”
keluhan dak?”
“Baik dok.”

“Baiklah Mas, sekarang kita ke


ruangan dokter spesialis ya.”
5

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI


(AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)
KEADAAN UMUM
Kesadaran/Sensorium : Compos Mentis
Perhatian : Adekuat
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Adekuat .
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan) Tidak ada pemeriksaan
Ekspresi Fasial : Wajar
Verbalisasi : Jelas Cara Bicara : Lancar
Kontak Psikis : - Kontak Fisik : Ada
- Kontak Mata : Ada
- Kontak Verbal : Ada

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)


1. Keadaan Afektif (Mood) : Afek : Sesuai ; Mood : appropriate
2. Hidup Emosi
Stabilitas : Stabil Dalam-dangkal : Normal
Pengendalian : Terkendali Adekuat-Inadekuat : Adekuat
Echt-Unecht : Echt Skala Diferensiasi : Normal
Einfuhlung : Bisa dirabarasakan Arus Emosi : Normal
3. Keadaan dan Fungsi Intelek
Daya ingat (amnesia, dsb) : Daya ingat baik; Amnesia tidak ada
Daya Konsentrasi : Baik
Orientasi : Tempat : Baik
Waktu : Baik
Personal : Baik
Luas Pengetahuan umum dan Sekolah :Sesuai taraf pendidikan
Discriminative Judgement : Baik
Discriminative Insight : Baik
Dugaan taraf intelegensi : Sesuai
Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada
4. Kelainan Sensasi dan Persepsi
6

Ilusi : Tidak ada


Halusinasi : Halusinasi auditorik
5. Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas : Baik
Mutu proses berpikir : Baik
Arus Pikiran
Flight of ideas : tidak ada Inkoherensi : tidak ada
Sirkumstansial : tidak ada Tangensial : tidak ada
Terhalang : tidak ada Terhambat : tidak ada
Perseverasi : tidak ada Verbigerasi : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Isi Pikiran
Pola Sentral : tidak ada Rasa permusuhan/dendam : tidak ada
Waham : tidak ada
Fobia : tidak ada Hipokondria : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada Banyak sedikit isi pikiran: Normal
Perasaan inf. : tidak ada Perasaan berdosa/salah : tidak ada
Kecurigaan (belum taraf waham) : tidak ada Lain-lain: tidak ada
Pemilikan Pikiran
Obsesi : tidak ada
Alienasi : tidak ada
Bentuk Pikiran
Autistik/dereistik tidak ada Simbolik tidak ada
Paralogik tidak ada Simetrik tidak ada
Konkritisasi tidak ada Lain-lain tidak ada
Lain-lain : tidak ada
6. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia tidak ada Vagabondage tidak ada
Stupor tidak ada Pyromania tidak ada
Raptus/Impulsivitas tidak ada Mannerisme tidak ada
Kegaduhan Umum tidak ada Autisme tidak ada
Deviasi Seksual tidak ada Logore tidak ada
Ekopraksi tidak ada Mutisme tidak ada
Ekolalia tidak ada Lain-lain tidak ada
7

7. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) (ada, tidak ada) tidak ada
8. Reality Testing Ability tidak terganggu
8

PEMERIKSAAN LAIN-LAIN

1. Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) tanggal : Tidak dilakukan


2. Evaluasi sosial (oleh Ahli Pekerja Sosial) tanggal : Tidak dilakukan
3. Evaluasi lain-lain tanggal : Tidak dilakukan
(Bila ada, hasilnya dilampirkan)
9

RESUME

I. IDENTIFIKASI
Tn. A/ 22 tahun/ Belum Menikah/ Islam/ Warga Negara Indonesia/ Suku Palembang/ SMP/
Tidak bekerja/ Ds. Cinta Jaya, Pedamaran OKI, Sumatera Selatan/ Berobat ke poliklinik
Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang pada tanggal 26 Februari 2019.

II. STATUS INTERNUS


Sensorium : Compos Mentis Berat Badan : 54 kg
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Tinggi Badan : 168 cm
Nadi : 80 kali/menit Gizi : Baik
RR : 22 kali/menit Sistem organ : Tidak ada kelainan
Temp : 36,8oC

III. STATUS NEUROLOGIKUS


Tidak ada kelainan

IV. STATUS PSIKIATRIKUS


Sebab Utama : Ingin kontrol penyakit dan persediaan obat habis
Keluhan Utama : Tidak Ada
Riwayat Perjalanan Penyakit:
+ 4 tahun yang lalu pasien mulai menunjukkan perubahan sikap setelah ayahnya
meninggal, pasien lebih suka menyendiri, melamun dan menjadi mudah tersinggung.
Pasien tidak suka bicara dengan ibunya. Pasien tidak mau berangkat sekolah, pasien
lebih suka berdiam di rumah dibanding melakukan aktifitas diluar rumah.
+ 1 tahun yang lalu, Pasien sering marah-marah kepada ibunya, mulai
mengamuk dan melempar barang-barang di rumahnya. Pasien sering tampak termenung
dan mengoceh banyak hal sendiri. Pasien sering terbangun tengah malam karena gelisah.
Perilaku pasien dirasakan berubah sejak ayah pasien meninggal dunia.
+ 4 bulan yang lalu Pasien mendengar bisikan yang menyuruhnya berhenti
melakukan suatu kegiatan. Sehingga saat disuruh mandi, pasien tidak mau mandi.
Bisikan juga berupa perintah yang mengatakan bahwa pasien tidak pantas untuk hidup
dan akan membunuhnya. Nafsu makan pasien berkurang disertai penurunan berat badan.
Pasien juga kesulitan tidur, sehingga sehari hanya tertidur 2 sampai 3 jam sehari. Pasien
dibawa ke IGD RS Dr Ernaldi Bahar dan dirawat.
2 bulan yang lalu pasien telah selesai perawatan di RS Ernaldi Bahar
Palembang dan pulang ke rumah, di rumah pasien rutin meminum obat yang
10

diberikan dan sudah merasa membaik. Pasien sudah bisa mengontrol emosinya dan
bisikan yang biasanya muncul sudah tidak ada.

Riwayat Premorbid

Bayi : Lahir normal, cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan

Anak : Interaksi sosial baik

Remaja : Interaksi sosial baik, banyak teman

Dewasa : Interaksi sosial baik, banyak teman, cenderung pendiam

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang : tidak ada

Riwayat trauma kepala : tidak ada

Riwayat darah tinggi : tidak ada

Riwayat kencing manis : tidak ada

Riwayat PGK : tidak ada

Riwayat asma : tidak ada


Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat merokok : tidak ada
Riwayat alkohol : tidak ada

Riwayat NAPZA : tidak ada

Riwayat Pendidikan

SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata. Tidak melanjutkan
pendidikan ke SMA

Riwayat Pekerjaan
11

Tidak Bekerja

Riwayat Perkawinan

Belum Menikah

Keadaan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal serumah dengan ibu dan adiknya dengan sosial ekonomi menengah ke
bawah. Tinggal di rumah dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
Riwayat Keluarga

- Pasien merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara

- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa dan keluhan yang sama disangkal

- Hubungan dengan ibu kurang baik, pasien lebih dekat dengan ayahnya daripada
ibunya.
- Hubungan dengan saudaranya baik.
- Pola asuh orang tua: kurang kasih sayang, orang tua pasien menyibukkan diri dengan
bekerja, sehingga pasien kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Pasien jarang
mengobrol dengan keluarganya.

Psikopatologi
Keadaan umum:
Compos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, ekspresi fasial wajar, verbalisasi
jelas, cara bicara lancar, kontak fisik-mata-verbal ada, tingkah laku normoaktif.

Keadaan spesifik:
- Keadaan afektif: sesuai (mood: approrpiate)
12

- Hidup emosi: stabil, terkendali, echt, bisa dirabarasakan, adekuat, skala diferensiasi
normal, arus emosi normal.
- Keadaan dan fungsi intelek: daya ingat baik, daya konsentrasi baik, amnesia tidak ada,
orientasi baik, discriminative judgement baik, discriminative insight baik, taraf
intelegensi sesuai, tidak ada kemunduran intelektual.
- Kelainan sensasi dan persepsi: Halusinasi auditorik sudah tidak ada
- Keadaan proses berpikir: mutu proses berpikir baik, asosiasi longgar. Tidak ada
kelainan pada isi, pemilikan dan bentuk pikiran.
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: tidak ada kelainan
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (covert) tidak ada.
- Reality Testing Ability (RTA) tidak terganggu.

FORMULASI DIAGNOSTIK

Seorang laki-laki, 22 tahun, tidak bekerja, belum menikah, pendidikan SMP, beragama
islam berobat ke Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar dengan sebab utama ingin kontrol
penyakit setelah pulang dari perawatan di RS Dr. Ernaldi Bahar 2 bulan yang lalu dan
persediaan obat habis. Dari autoanamnesis pasien mengatakan bahwa 4 bulan yang lalu pasien
dirawat di RS Ernaldi Bahar karena sering mengamuk di rumah, dikarenakan sering teringat
dengan almarhum ayahnya. Selain itu pasien juga suka menghancurkan barang-barang di
rumah, pasien merasa bahwa dirinya sedang berada di lapangan futsal dan sedang bermain
futsal. Pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya berhenti untuk melakukan
aktifitas, bisikan bahwa dirinya tidak pantas hidup dan akan di bunuh. Setelah perawatan dan
pulang ke rumah selama 2 bulan ini, pasien teratur meminum obat dan keluhan sudah membaik.
Dari anamnesis juga tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan obat-obatan terlarang,
konsumsi alkohol maupun rokok.
Dari anamnesis dan observasi didapatkan pasien ini memenuhi kriteria skizofrenia
paranoid berdasarkan DSM IV, yaitu ditandai oleh keasyikan atau preokupasi pada waham atau
halusinasi auditorik yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lainnya yang mengarah ke tipe
terdisorganisasi (heberprenik) atau katatonik. Oleh karena itu, untuk diagnosis multiaksial
Aksis I didiagnosis dengan F20.0 Skizofrenia Paranoid. Gejala pasien berupa halusinasi pada
pasien lebih menonjol dibandingkan gejala afektif sehingga menyingkirkan diagnosis
gangguan skizoafektif.
13

Pada aksis II, sebelumnya didiagnosis sebagai F.60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid.
Hal ini dari alloanamnesis dengan ibu kandung pasien dimana kepribadian pasien 4 tahun yang
lalu sebelum sakit adalah ramah, mudah bergaul, dan banyak teman dan saat sakit pasien lebih
suka menyendiri, melamun dan mudah tersinggung. Pasien juga tidak suka melakukan aktifitas
di luar rumah. Dengan demikian ditemukannya gangguan kepribadian paranoid. Namun pada
kontrol terakhir sudah tidak terdapat gejala-gejala gangguan kepribadian sebelumnya, sehingga
diagnosis saat ini tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian. Aksis III Tidak ada diagnosis.
Pada pasien tidak ada diagnosis aksis III karena tidak ditemukan kondisi medik umum pada
kondisi sekarang maupun riwayat sebelumnya. Aksis IV didiagnosis dengan kurangnya kasih
saying dari orang tua dan kematian ayahnya, dikarenakan pasien mulai berubah setelah
kematian ayahnya dan pasien menyebutkan sering teringat dengan ayahnya.
Aksis V merupakan penilaian fungsi secara global yang dinilai dengan GAF Scale
dimana dokter mempertimbangkan keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode
waktu tertentu. Fungsional dimengerti sebagai kesatuan dari tiga bidang utama, yaitu fungsi
sosial, fungsi pekerjaan, dan fungsi psikologis. GAF scale pasien saat ini adalah 70-61, karena
pasien bisa kembali makan dan minum sendiri, namun belum bisa kembali ke pekerjaannya
dan fungsi sosial sudah sedikit membaik dari sebelumnya.
14

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AKSIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid


AKSIS II : Tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada diagnosis
AKSIS IV : Masalah kurang kasih sayang dan kematian ayah
AKSIS V : GAF Scale 70-61

DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F20.0 Skizofrenia Paranoid
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

TERAPI
Psikofarmaka:
Clozapin 1 x 25mg
Risperidone 1 x 2 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg

Psikoterapi:
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.
Kognitif
- Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir
yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.
- Mengedukasi pasien untuk hindari minum alcohol serta merokok.
- Menyibukan Pasien dengan bekerja dan bersosialisasi semampunya agar tidak
sering melamun
15

Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien sehingga
diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.
Religius
- Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran
agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu, menegakkan
amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

PROGNOSIS
Quo ad vitam: Dubia ad bonam
Quo ad functinam: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam: Dubia ad bonam

TUGAS
16

1. Apa saja unsur-unsur pokok dalam membentuk kepribadian?


Jawab :
Menurut Freud suatu gangguan jiwa muncul akibat terjadinya konflik internal
pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar. Sebagaimana
diketahui bahwa pada setiap diri terdapat 3 unsur psikologik yaitu yang dinamakan Id,
Ego dan Super Ego. Id merupakan jiwa seseorang berupa dorongan atau nafsu yang
sudah ada sejak manusia lahir, Id sifatnya vital sebagai suatu mekanisme pertahanan
diri, cintoh: nafsu makan, minum, seksual, agresivitas, dan sejenisnya. Unsur Super Ego
sifatnya sebagai”badan penyensor”, memiliki nilai-nilai moral etika yang membedakan
mana yang boleh mana yang tidak, mana yang baik, mana yang buruk, mana yang halal
mana yang haram dan sejenisnya. Dengan kata lain merupakan “hati nurani” manusia.
Sedangkan Ego merupakan ”badan pelaksana” yang menjalankan kebutuhan Id setelah
“disensor ” dahulu oleh Super-Ego.

2. Siapa contoh orang dengan jenis kepribadian cluster B dengan ciri dramatic,
emosional dan tidak menentu dalam masyarakat ?
Jawab :
Untuk kepribadian antisosial dengan gambaran umum sosiopatik dimana tidak
terlalu memaka empati dalam kehidupan masyarakat cocok dengan pekerjaan sebagai
hakim. Untuk kepribadian ambang dengan gambaran umum ketidakstabilan emosi, citra
diri, dan hubungan social cocok dengan pekerjaan yang tidak berhubungan langsung
dengan orang lain seperti contohnya penulis.
Untuk individu dengan kepribadian histrionik dengan gambaran umum sensitive
terhadap kurangnya perhatian, senang diperhatikan, ekspresi mendalam pada perilaku
dan perasaan, di dalam masyarakat cocok dengan pekerjaan sebagai artis. Untuk
kepribadian narsisistik dengan gambaran umum merasa ingin lebih dari orang lain,
sensitive terhadap kritikan dari orang lain dalam kehidupan sehari-hari cocok sebagai
pejabat.

3. Psikotik yang terjadi akibat dari adanya suatu bencana besar, seperti gempabumi
atau tanah longsor, disebut sebagai jenis psikotik ?
Jawab :
17

Musibah besar dapat menyebabkan gangguan mental psikotik seperti


skizofrenia tipe paranoid, dan gangguan afektif ( contohnya skizoafektif tipe depresif).
Penelitian mengenai kejadian tsunami di Aceh, Sumatera, Indonesia pada tahun 2004
menunjukkan gangguan jiwa yang paling sering dialami korban tsunami adalah fobia
spesifik (30,2%), agorafobia (17,5%), gangguan anxietas sosial (11,1%), gangguan
stres pasca-trauma (11,1%), gangguan depresif mayor (11,1%), dan distimia (11,1%).
Insidensi 2,5 tahun dari gangguan stres pasca-trauma dan gangguan depresif mayor
secara berturut-turut adalah 36,5% dan 28,6%.

4. Apa istilah lain dari mudah tersinggung dalam ilmu kedokteran jiwa?
Jawab :
Istilah lain dari mudah tersinggung adalah perilaku sensitive. Salah satu ciri
kepribadian yang dekat dengan sifat mduah tersinggung adalah kepribadian ambang
dimana kepribadian tersebut tidak dapat mengatur emosinya.
Selain itu terdapat juga istilah kolaris yang merupakan lawan kata dari
melankolis, orang dengan tipe ini suka mengatur dan memerintah orang lain, suka
berpetualang dan tegas namun sisi negatif dari individu dengan tipe ini adalah tidak
sabar, gampang marah dan suka berlaku kasar.

5. Jelaskan mengenai cara kerja risperidone pada jaras apa saja?


Jawab :
Mekanisme kerja obat antipsikotik tipikal adalah memblokade dopamin pada
reseptor pasca-sinaptik neuron di otak khusunya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejala
positif.
Mekanisme kerja obat golongan antipsikotik dapat mengurangi gejala depresi
atau mania (gangguan mood) yaitu dengan mempengaruhi serotonin di otak dan
dopamine. Risperidone juga memblokade reseptor 5-HT2 serotogenik pada saluran
mesokortikal yang menyebabkan kelebihan dopamin dan meningkatkan transmisi
dopamin sehingga dapat mengurangi gejala negatif seperti menarik diri dari
lingkungannya.
Dopamin merupakan neurotransmitter yang disekresikan oleh neuron- neuron
yang berasal dari substansia nigra di batang otak. Neuron-neuron ini terutama berakhir
pada region striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya bersifat inhibisi.
18

Neuron-neuron ini menghasilkan system dopaminergik mesolimbik yang menjulurkan


serabut-serabut saraf dan sekresi dopamine ke bagian medial dan anterior dari sistem
limbik, khususnya ke dalam hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior dan
sebagian lobus prefrontalis. Semua ini merupakan pusat-pusat pengatur tingkah laku
yang sangat berpengaruh. Dengan menggunakan antipsikotik tipikal dianggap mampu
mengurangi efek produksi dopamin yang berlebihan. Potensi antipsikotik untuk
menurunkan gejala psikotik sangat berhubungan dengan afinitas obat tersebut dengan
reseptor D2. Antipsikotik tipikal bekerja mengurangi produksi dopamine yang
berlebihan dengan cara menghambat atau mencegah dopamine endogen untuk
mengaktivasi reseptor.
Antipsikotik tipikal mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2
khususnya di mesolimbic dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga
dengan antagonis reseptor dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional. Kerja dari
antipsikotik ini menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik sehingga
menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata tidak hanya memblok reseptor D2
di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan
tuberoinfundibular.
Apabila antipsikotik tipikal memblok reseptor D2 dijalur
mesokortikal, dapat memperberat gejala negatif dan gejala kognitif disebabkan
penurunan dopamin di jalur tersebut. Jika hal ini terjadi, maka merupakan sebuah
tantangan terapi, karena blokade reseptor dopamin di jalur ini secara teoritis akan
menyebabkan memburuknya gejala negatif dan kognitif.
Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh antipsikotik tipikal
menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan
peningkat berat badan. Fungsi normal jalur dopamin tuberoinfundibular menghambat
pelepasan prolaktin. Pada wanita postpartum, aktivitas di jalur ini menurun, sehingga
memungkinkan laktasi.
Antipsikotik selain menyebabkan terjadinya blokade reseptor D2 pada keempat
jalur dopamine, juga menyebabkan terjadinya blokade reseptor kolinergik muskarinik
sehingga timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur,
konstipasi dan kognitif tumpul. Reseptor histamin (H1) juga terblok sehingga timbul
efek samping mengantuk dan meningkatkan berat badan. Selain itu antipsikotik juga
memblok reseptor alfa1 adrenergik sehingga dapat menimbulkan efek samping pada
kardiovaskuler berupa hipotensi ortostatic, mengantuk, pusing, dan tekanan darah
19

menurun.
Blokade reseptor D2 di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya gangguan
dalam mobilitas seperti pada parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat
menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Jalur
nigrostriatal dopamin, sebagai bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal, mengontrol
pergerakan/movement. Pemberian antipsikotik yang memblokade reseptor D2 di jaras
nigrostriatal, menyebabkan dopamin tidak bisa berikatan dengan reseptornya dan
mengakibatkan efek samping pada motorik yaitu gejala ekstrapiramidal
(extrapyramidal symptoms/EPS).
Dopamin dan asetilkolin memiliki hubungan resiprokal satu sama lain pada
jaras nigrostriatal (Gambar 1.). Neuron dopamin membentuk koneksi post-sinaps
dengan dendrit neuron kolinergik. Pada keadaan normal, dopamin akan mensupresi
aktivitas asetilkolin yang menyebabkan tidak adanya pelepasan asetilkolin dari akson.
Sehingga ketika reseptor dopamin diblok, terjadi peningkatan aktivitas asetilkolin pada
akson kolinergik (Gambar 2.). Hal ini menyebabkan terjadinya EPS.

Gambar 1. Hubungan antara dopamin dan asetilkolin


20

Gambar 2. Hubungan antara dopamin, asetilkolin, dan antagonis D2


21

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, S. D. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2.FKUI. Depok. Indonesia.


2. Hussain, A., Weisaeth, L., dan Heir, T. 2010. Psychiatric disorders and funvtional
impairment among disaster victims after exposure to a natural disaster: A population
based study. J of Affective Dis. 128:135-141.
3. Maslim, R. 2013. Buku Saku: Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-V. PT. Nuh Jaya,Jakarta.
4. Sadock, B.J.; Sadock, V. A. 2015. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry:
behavioral sciences psychiatry. Philadelphia: Wolters Kluwer.

Anda mungkin juga menyukai