Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun Oleh : Khabib Mustofa

NIPP : 20184030089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018
A. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006). BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
B. Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah
Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial
ekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan.
BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah
mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi
paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang berulang-
ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan
berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et al., 2015 :
669).
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014:85-
86) mekanisme pajanan asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta
dengan beberapa mekanisme yaitu kandungan tembakau seperti nikotin, CO
dan polysiklik hydrokarbon, diketahui dapat menembus plasenta. Carbonmonoksida
mempunyai afinitas berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin,
yang menurunkan kapasitas darah mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin
menyebabkan vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta.
Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia
intrauterine dan plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini menjadi
penghambat pertumbuhan janin.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu
hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke
jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan
mengganggu pertumbuhan janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya
persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama
untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal
kehamilan (Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal
seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga
akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta
disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga
meningkatkan risiko untuk terjadi perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2008).
Apabila perdarahan banyak dan kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka terminasi
kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan
tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah disertai
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian
BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan
mempunyai intake makan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secra
kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011 :
258). Selain itu, gangguan psikologis selama kehamilan berhubungan dengan
terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan karena
terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran darah ke
uterus menurun dan uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin sehingga
menimbulkan efek vasokonstriksi. Mekanisme inilah yang mengakibatkan
terhambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sehingga
terjadi BBLR (Hapisah, et al., 2010 : 86-87).
Menurut Maryanti et al. (2012:169) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari
faktor janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan
koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari
2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan
28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan
kejadian BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada kehamilan tidak
sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada
plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar distensi (peregangan)
uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan
prematur (Amirudin & Hasmi, 2014 : 110-111). Menurut Saifuddin dalam Amirudin
& Hasmi (2013 : 111-112) kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan
kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat badan
dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan
terkelupas serta tidak adanya jaringan subkutan (Mitayani, 2013 : 176). Karena suplai
lemak subkutan terbatas dan area permukaan kulit yang besar dengan berat badan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan (Sondakh, 2013 :
152). Sehingga bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia (Maryanti, 2012 : 171). Selain itu tipisnya lemak subkutan
menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit yang akan
memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering
tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati, 2010 : 28). Pada bayi prematuritas juga
mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna (Maryanti, 2012 : 172).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan belum
sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat
yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan
menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya,
alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan
berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai
usaha inspirasi yang kuat. Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola
nafas (Pantiawati, 2010 : 24-25).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang (Maryanti et al., 2012 : 171). Selain itu jaringan lemak
subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan
malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak
dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan reflek
menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini menyebabkan
diskontinuitas pemberian ASI (Nurarif & Kusuma, 2015 54-55).
C. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah
Menurut Deslidel et al. (2011: 108) klasifikasi BBLR, yaitu :
a. BBLR prematur atau kurang bulan
1) Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
2) Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi
belum dapat menyusu
3) Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateral
akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
4) Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang
masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk.
Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :
a) Bayi menggigil
b) Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak.
c) Anak terlihat apatis atau diam saja.
d) Gerakan bayi kurang dari normal.
e) Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan
ujung-ujung jarinya. (Walyani, 2015 : 161).
5) Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
b. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
1) Sindrom aspirasi mekonium
2) Hiperbilirubinemia
3) Hipoglikemia
4) Hipotermia

D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Rendah


Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:

a. Faktor Orang Tua


1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. Pathway

F. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-
3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi
dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
3) Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks
menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada
kepala bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi kerutan
pada telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi negative
/ jelek , sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak kaki
bayinya berarti turgor kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya
seperti berjalan.
4) Pengkajian APGAR
a) Penilaian APGAR Score
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan sebanyak 2 kali.
Yaitu 5 menit pertama bayi baru lahir dan 5 menit kedua atau 10
menit pertama bayi baru lahir. Secara garis besar, penilaian APGAR
score ini dapat disimpulkan seperti berikut ini.
b) Appearance atau warna kulit:
Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah
merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru
pucat. Nilai APGAR 2jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda
atau kemerahan
c) Pulse atau denyut jantung:
Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak
terdengar
Nilai APGAR 1 jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari
100 x/menit
Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100
x/menit
Gremace atau kepekaan reflek bayi
Nilai APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 1 jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah
saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
d) Activity atau tonus otot
Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit
Nilai APGAR 2 jika gerakan bayi kuat
e) Respiration atau pernafasan
Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan
Nilai APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak teratur
Nilai APGAR 2 jika pernafasan bayi baik dan teratur
5) Pengkajian Ballard Score

G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan - Observasi pola Nafas.
berhubungan dengan maturitas keperawatan selama 3x24 jam - Observasi frekuensi dan bunyi
pusat pernafasan, keterbatasan diharapkan status pernafasan pasien nafas
teratasi dengan kriteria:
perkembangan otot, penurunan - Observasi adanya sianosis.
- RR 30-60 x/mnt
energi/kelelahan, - Monitor dengan teliti hasil
- Spo2 diatas 93%
ketidakseimbangan metabolik. pemeriksaan gas darah.
- Sianosis (-)
- Tempatkan kepala pada posisi
- Sesak (-)
hiperekstensi.
- Ronchi (-)
- Beri O2 sesuai program dokter
- Whezing (-)
- Observasi respon bayi terhadap
ventilator dan terapi O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat
perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga
medis lainnya

Hipotermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan - Observasi tanda-tanda vital.


kontrol suhu yang imatur dan keperawatan selama 3x24 jam - Tempatkan bayi pada
penurunan lemak tubuh diharapkan termoregulasi: baru incubator.
lahir pasien teratasi dengan kriteria
subkutan. - Awasi dan atur control
hasil:
- Kulit hangat temperature dalam
- Sianosis (-) incubator sesuai kebutuhan.
- Ekstremitas hangat - Monitor tanda-tanda
- Suhu dalam rentang Hipertermi.
normal 36-37C - Hindari bayi dari pengaruh
yang dapat menurunkan
suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda infeksi.
dengan pertahanan imunologis keperawatan selama 3x24 jam - Isolasi bayi dengan bayi lain.
yang kurang diharapkan keparahan infeksi:baru - Cuci tangan sebelum dan
lahir pasien teratasi dengan kriteria:
sesudah kontak dengan bayi.
- Suhu dalam rentang normal
- Gunakan masker setiap kontak
36-37C
dengan bayi.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Cegah kontak dengan orang
(kemerahan/nanah) pada
yang terinfeksi.
umbilikus
- Pastikan semua perawatan
- Leukosit 5.000-10.000
yang kontak dengan bayi
dalam keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai
program.
H. Daftar Pustaka
Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth
Weight. http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NS-
Indicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.
Yogyakarta : AR Group.
Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai