Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dona Lesiasel

NPM : 12113201180062

PERMASALAH GIZI PADA REMAJA

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada remaja adalah masalah yang penting karena tak
hanya mempunyai risiko penyakit tertentu, tapi juga dapat memengaruhi kebugaran dan daya
konsentrasi.Oleh sebab itu, sejumlah masalah gizi pada remaja perlu diwaspadai.

Melansir Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang diterbitkan
Kemenkes RI, setidaknya ada tiga masalah gizi pada remaja yang paling sering dijumpai,
yakni anemia, kurang energi kronik (KEK), dan gizi lebih (obesitas).

1. Anemia

Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Anemia di masyarakat dikenal juga dengan sebutan kurang darah. Anemia berbeda
dengan tekanan darah rendah.

Batas anaemia, apabila Hb:

- Anak usia sekolah < 12 gram perse

- Wanita dewasa < 12 gram persen

- Laki-laki dewasa < 13 gram persen

- Ibu hamil < 11 gram persen

- Ibu menyusui < 12 gram persen

Penyebab anemia pada dasarnya adalah ketidakseimbangan antara konsumsi bahan makanan
sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat besi.

Selain asupan zat besi yang kurang dari kebutuhan, anemia juga dapat disebabkan oleh faktor
risiko tertentu, misalnya:

- Ibu hamil
- Masa tumbuh kembang remaja

- Akibat penyakit kronis seperti TBC

- Infeksi dan lain-lain

Gejala anemia

Gejala anemia pada remaja dapat dikenali dengan 5 L, yakni letih, lemah, lesu, lelah, dan
lalai. Selain itu, sering juga disertai dengan keluhan pusing dan mata berkunang-kunang. Jika
dibiarkan tanpa penanganan, anemia pada remaja dapat mengakibatkan sejumlah masalah,
seperti:

- Menurunnya kemampuan tubuh

- Menurunnya konsentrasi belajar

- Menurunnya kebugaran tubuh

- Menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit

- Menghambat tumbuh kembang

Karena penyebab anemia pada remaja sebagian besar karena kekurangan konsumsi zat besi
dalam makanan sehari-hari, maka yang perlu dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan
menambah asupan nutrisi tersebut.

Anemia gizi dalam jangka pendek dapat ditanggulangi dengan pemberian tablet tambah darah
(TTD) sesuai jumlah dan takarannya.

Sedangkan penanganan anemia gizi jangka panjang, remaja dianjurkan untuk mengonsumsi
bahan makanan sehari-hari yang mengandung zat besi tinggi.

2. Kurangnya Energi Kronik

Kurangnya konsumsi zat gizi khususnya kurang energi (sumber karbohidrat) yang terus
menerus, dapat mengakibatkan remaja menderita kekurangan energi kronik (KEK).
Untuk menanggulangi masalah KEK pada remaja, terutama remaja putri, perilaku gizi yang
tidak tepat perlu diubah, melalui peningkatan pengetahuan tentang gizi lewat pedoman umum
gizi seimbang (PUGS).

Pedoman tersebut memuat pesan-pesan dasar, sebagai berikut:

- Makanlah aneka ragam makanan

- Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

- Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

- Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi

- Gunakan garam beryodium

- Makanlah makanan sumber zat besi

- Biasakan makan atau sarapan pagi

- Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya

- Lakukanlah kegiatan fisik dan olahraga secara rutin

- Hindari minuman beralkohol

3. Obesitas

Gizi lebih merupakan suatu kondisi yang diakibatkan oleh asupan energi yang melebihi
kebutuhan.

Kelebihan energi tersebut akan disimpan tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak,
sehingga mengakibatkan seseorang menjadi gemuk.

Akibat buruk dari gizi lebih adalah berisiko untuk mengalami penyakit degenerative seperti
penyakit jantung, diabetes, dan darah tinggi (hipertensi).

Berikut ini adalah perilaku remaja yang salah tentang gizi:

- Remaja lebih suka makan jajanan yang kurang bergizi, seperti gorengan, cokelat
manis, permen, dan es manis, sehingga konsumsi makanan mereka kurang beraneka
ragam
- Remaja sering makan di luar rumah bersama teman-teman, sehingga waktu makan
tidak teratur yang berakibat terganggunya sistem pencernaan (gangguan maag atau
nyeri lambung)

- Remaja sering tidak makan pagi karena tergesa-gesa ke sekolah,s ehingga akan
mengalami lapar dan lemas (kemampuan menangkap pelajaran menurun, semangat
belajar menurun, keluar keringat dingin, kesadaran menurun dan bahkan bisa pingsan)

- Remaja putri sering kali menghindari beberapa jenis bahan makanan seperti telur dan
susu karena dianggap bisa menimbulkan masalah kulit dan kegemukan. Alhasil,
mereka bisa mengalami kekurangan asupan protein hewani, sehingga tidak dapat
tumbuh atau mencapai tinggi yang optimal

- Standar “langsing” tidak jelas untuk remaja. Di mana, banyak remaja putri
menganggap dirinya kelebihan berat badan atau mudah menjadi gemuk, sehingga
sering melakukan diet dengan cara yang kurang benar, seperti membatasi atau
mengurangi mkan dan jumlah makan secara drastis, sehingga mengakibatkan pusing,
lemas, keringat dingin, termasuk menggunakan obat-obatan atau bahan penurun berat
badan tanpa pengawasan dokter

Untuk mengatasi masalah obesitas, para remaja disarankan untuk menurunkan berat badan
secara sehat dengan pengawasan dokter.

Anda mungkin juga menyukai