Anda di halaman 1dari 10

-BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siklus kehidupan perempuan diwarnai oleh berbagai peristiwa, yang
melibatkan aspek fisik maupun psikologis. Aspek fisik dapat dipengaruhi oleh
berbagai system dalam tubuhnya, termasuk system hormone yang memegang
peranan penting dalam proses reproduksi, sementara aspek psikologispun tidak
terlepas dari pengaruh hormone yang timbal balik.
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.
Seperti perubahan pada masa remaja, mulai memasuki masa akil balig, terjadi
menstruasi, hamil, maka pada saat ini terhadi perubahan hormon yang sangat
drastis. Demikian juga pada masa premenopause, yang akibat dari pengaruh
hormon yang besar tersebut, mempengaruhi kesehatan perempuan. Pada tahapan
lain seperti masa hamil, bersalin, nifas dan masa antara juga terhadi perubahan
hormon seiring dengan proses reproduksi yang terjadi dalam tubuhnya.
Perubahan ini bisa juga disebabkan oleh sebab trauma setelah melahirkan, yang
terjadi memang secara Fisiologis.
Perubahan-perubahan yang dialami pada saat nifas diperlukannya perawatan
saat masa nifas yang meliputi kebutuhan pada masa nifas, agar masa nifas yang
dialalui oleh ibu akan terlewati dengan baik dan ibu akan kembali pada keadaan
sehat seperti sebelum hamil.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan pada sistem Resproduksi dan kebutuhan dasar masa
nifas?
2. Apa saja perubahan pada sistem Pencernaan dan kebutuhan dasar masa nifas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perubahan pada sistem Resproduksi dan
kebutuhan dasar masa nifas
2. Untuk mengetahui dan memahami perubahan pada sistem pernapasan dan
kebutuhan dasar masa nifas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Bobak,
2009).
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas
ini dengan baik. Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan
setelah melahirkan antara lain:
A. Perubahan Sistem Reproduksi pada Masa Nifas
1. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil.Perubahan ini dapatdiketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).
Tabel.2 Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari
Kondisi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-sympisis 500 gr
2 minggu Tak teraba di atas sympisis 350 gr

3
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber: Widyasih, Hesty,dkk.2012. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta
2. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses
involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya:
a. Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan mekonium.
b. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke-14.
d. Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh

4
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang
berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar
cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”.
Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
3. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
4. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal
hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
5. Payudara
Suplai darah ke payudara akan meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vaskuler sementara, air susu saat di produksi disimpan di
alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif denga cara diisap oleh bayi.
Produksi asi masih dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ada 2 refleks yang
sangat dipengauhi oleh keadaan jiwa ibu yaitu;
a. Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima ransangan
neurohormonal pada putting dan aerola, ransangan ini melalui nervus
vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan
mengeluarkan hormon prolactin yang masuk melalui peredaran darah

5
sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang
memproduksi ASI.
b. Refleks Let down adalah refleks keluarnya ASI dari payudara. Refleks ini
terjadi ketika saraf dalam payudara terstimulasi (baik oleh hisapan bayi
maupun pompa ASI) dan memberi sinyal untuk mengeluarkan hormon
oksitosin.

B. Perubahan Fisiologis dalam masa nifas Pada system Pernapasan


Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
adagangguan khusus pada saluran napas. Contohnya penyakit asma, Bila
pernapasan pada masa nifas menjadi lebih cepat, kemungkinan tanda-tanda syok.

C. Kebutuhan dasar masa nifas


1. Kebersihan diri/perineum
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa infeksi merupakan salah
satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu nifas. Oleh karena itu
kebersihan diri terutama pada daerah perineum perlu diperhatikan dengan
serius. Kebersihan merupakan salah satu tanda hygiene yang baik. Karena
kita hidup di daerah tropis, ibu nifas juga perlu mandi 2 kali sehari agar
bersih dan segar.
Beberapa alasan perlu memperhatikan kebersihan pada daerah privat ibu
(vagina) pada masa nifas adalah:
a. Adalanya discharge vagina selama masa nifas
b. Secara anatomis, letak vagina berdekatan dengan saluran kemih,
demikian juga saluran pencernaan (rectum), sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi lebih besar.
c. Adanya luka pada perineum sebagai dampak dari proses persalinan, yang
memungkinan terjadinya infeksi.

6
d. Vagina merupakan organ terbuka, dan mudah dimasuki kuman penyakit
sehingga menjadi port de entryterhadap kuman-kuman pathogen.

Kebersihan pada daerah vagina dapat diperlihara dengan cara sebagai berikut:
a. Setiap kali BAK/BAB basuhlah mulut vagina dengan air bersih dari arah
depan ke belakang agar kotoran yang menempel disekitar vagina baik
urine maupun lokia atau faeces yang mengandung kuman penyakit dapat
dibersihkan.
b. Bila keadaan vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau cairan
antiseptic yang berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang
terlanjur berkembang biak di daerah tersebut.
c. Pada ibu nifas yang dilakukan episiotomy, dapat duduk berendam dengan
cairan antiseptic, atau herbal lain yang terbukti bermanfaat dan tidak
merusak jahitan luka episiotomy ibu. Berendam dengan herbal dapat
dilakukan selama 10 menit setelah, dapat membantu sirkulasi darah dan
mengurangi nyeri.
d. Mengganti pembalut sesering mungkin, setiap kali BAK/BAB agar tidak
lembab yang memungkinkan bertumbuhnya mikroorganisme. Minimal
pembalut diganti 3-4 jam sekali, meskipun tidak BAk/BAB.
e. Keringkan vagina dengan lembut dengan tisu atau handuk bersih setiap
kali selesai membasuh, agar tetap kering, kemudian ganti dengan
pembalut yang baru.
f. Bila ibu membutuhkan salep antibiotic, dapat dioleskan sebelum
memakai pembalut yang baru
g. Jangan duduk terlalu lama agar menghindari tekanan yang lama di daerah
perineum. Sarankan ibu duduk di atas bantal untuk mendukung otot-otot
di sekitar perineum dan berbaring miring saat tidur.

7
h. Rasa gatal menunjukan luka perineum hampir pulih. Ibu dapat
mengurangi rasa gatal dengan berendam air hangat atau kompres hangat
tetapi jangan terlalu panas, sehingga tidak merusak benang jahit luka
episiotomy yang digunakan.
i. Sarankan untuk melakukan latihan kegel untuk merangsang peredaran
darah di perineum agar cepat pulih.
2. Kebutuhan Seksual
Dinding vagina akan kembali pulih dalam waktu 6-8 minggu. Pada
saat lokia sudah berhenti keluar, ibu sudah aman untuk melakukan aktivitas
seksual dengan pasangannya kembali. Ibu juga dapat memeriksa apakah
terasa nyeri atau tidak saat berhubungan, dengan memasukan satu jari ke
liang sanggama. Jika tidak terasa nyeri, maka biasanya tidak terjadi
dyspareunia saat berhubungan seks.
Sesuai dengan ajaran Islam, hubungan seksual pada periode
postpartum dilarang/forbiddenselama ibu nifas masih mengeluarkan lokia.
Waktu terhentinya pengeluaran lochia tidak sama pada semua perempuan,
namun biasanya memakan waktu 30-40 hari.
Pada umumnya wanita Arab Saudi memilih menunggu hingga 40 hari
postpartum untuk memulai aktivitas seksual kembali. Mereka menunggu
sampai Taharah(bersih dan murni) untuk melakukan hubungan seksual,
karena ditakutkan akan terjadi prolaps uteri. Tetapi ada juga dari mereka
yang lebih modern dan tidak mempercayai hal tersebut. Bahkan sebaliknya
jika sudah taharah pada hari ke-20 postpartum, dan sudah melakukan
Gusol(mencuci area vagina secara bersih dari dischargepostpartum), maka
sudah bisa melakukan hubungan seksual.
3. Istirahat
Kebutuhan istirahat bagi ibu nifas perlu dipenuhi terutama beberapa
jam setelah melahirkan bayinya. Hal ini dapat membantu mencegah ibu
mengalami komplikasi psikologis seperti baby bluedan komplikasi lainnya.

8
Masa nifas erat kaitannya dengan gangguan pola tidur, tidak hanya pada ibu,
tetapi juga pada pasangannya atau keluarga yang membantu merawat
bayinya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu nifas lebih sedikit waktu
tidurnya dibanding pasangannya. Ibu akan lebih banyak tidur pada siang hari
dibandingkan pada malam hari. Hal ini juga dipengaruhi oleh status
pekerjaan, dimana sang ayah harus bekerja pada keesokan harinya.Secara
teoritis, pola tidur ibu akan kembali normal setelah 2-3 minggu postpartum.
Gangguan waktu tidur ini berdampak terhadap kelelahan bagi orang tua si
bayi

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan perubahan pada masa nifas meliputi perubahan fisik pada sistem
repsroduksi yang mana perubahn tersebut diakibatkan oleh perubahan hormone
dan perubahan akibat melahirkan, perubahan fisiologis ini akan dialami oleh ibu
nifas sampai massa nifasnya berakhir yaitu 42 hari atau sampai keadaan ibu pulih
seperti semula.
Selama masa nifas perubahan fisiologis pada sistem reproduksi ibu nifas
tidak akan berjalan lancar tanpa di dipenuhi oleh kebutuhan dasar selama masa
nifas, karena pada dasarnya kebutuhan dasar ini memenuhi kebutuhan ibu ketika
perubahan fisiologis ini berjalan.
Maka dari itu perlunya pengetahuan untuk ibu nifas dan pendampingan oleh
keluarga dan tenaga kesehatan yang dimana berperan cukup besar selama masa
nifas berlangsung.

B. Saran
Diharapkan bidan dapat mengetahu dan memahami perubahan- perubahan
sistem reproduksi pada masa nifas serta kebutuhan dasarnya, karena pada
dasarnya bidan berperan penting saat melakukan asuhan pada ibu nifas sehingga
ibu nifas mampu memahami perubahan perubahan yang dialaminya dan kembali
sehat.

10

Anda mungkin juga menyukai