Malcom M Fisher
Anafilaksis merupakan suatu masalah berupa gejala yang menyertai reaksi
akut terhadap bahan kimia yang dianggap berbahaya.Pada reaksi yang klasik
(yang khas) pasien telah disensitisasi sebelumnya (immediate hypersensitivity
atau hipersensitifitas tipe 1), meskipun zat yang mensensitisasi tidak
diketahui.Istilah reaksi anafilaktoid digunakan untuk mendeskripsikan reaksi
secara klinis sulit dibedakan dengan reaksi anafilaksis, dimana mekanismenya
bukan imunologis, atau tidak diketahui. Pertemuan konsensus terkini mencetuskan
pengehntian penggunaan istilah anafilaktoid dan menggunakan istilah anafilaksis
untuk mendeskripsikan masalah gejala yang mungkin akibat reaksi bukan imun
atau reaksi imun1, tapi istilah baru ini belum diterima secara umum. Gejala klinis
anafilaksis dapat diakibatkan oleh efek langsung obat, faktor fisik atau aktifitas,
dan bahan penyebabnya tidak selalu dapat diketahui. Mediator yang terlibat sama
dengan kondisi radang akut seperti sepsis, tapi kecepatan pelepasan mediatornya
lebih cepat dan durasinya lebih singkat.
ETIOLOGI
Reaksi anafilaksis di rumah sakit biasanya terjadi setelah pemberian
injeksi obat, bahan daraha, substitusi plasma, bahan kontras, atau terpajan bahan
lateks atau chlorhexidine. Di luar rumah sakit, anafilaksis yang terjadi karena
makan makanan atau bahan tambahan (khususnya bahan berasal dari kacangkacangan) atau sengatan serangga lebih sering terjadi dibandingkan penyebab
obat.
Neugut et al2 memperkirakan sebanyak 14001500 kematian per tahun di
Amerika dan antara 3.3 dan 40.9 juta pasien berisiko. Mereka memperkirakan
bahan radio kontras dan penisilin sebagai penyebab terbanyak kematian, dan
selanjutnya akibat makanan dan sengatan.Sebaliknya dalam sebuah studi
pada beberapa pasien dapat terjadi manifestasi yang berat, khususnya pada
penggunaan Haemaccel dan vancomycin.
Reaksi anafilaktik biasanya terlihat pada pasien yang sehat. Sepertinya
respon adrenal terhadap stress akan menjadi pengobatan pendahuluan bagi pasien,
dan menghambat pelepasan dan efek dari mediator anafilaktik. Pengecualian pada
pasien yang mengalami asma, dimana dapat terjadi reaksi terhadap bahan
tambahan dalam steroid dan aminofilin, dan hal ini dapat berkaitan dengan
respons penurunan kadar katekolamin pada pasien asma6. Pasien yang
mengonsumsi beta blocker dan dengan blokade epidurale sepertinya lebih besar
kemungkinannya mengalami respons yang berlawanan akibat pelepasan
histamine, dan hal ini juga dapat berkaitan dengan menurunnya respon
katekolamin.Reaksi yang terjadi dalam kelompok ini lebih sulit untuk ditangani.
GEJALA KLINIS
Periode laten antara terpajan dan munculnya gejala bervariasi, namun
biasanya terjadi dalam 5 menit apabila bahan pencetus diberikan secara parenteral.
Reaksinya dapat bersifat sementara atau berlanjut (hingga beberapa hari), dan
dapat bervariasi tingkat keparahannya dari ringan hingga sangat berat.Anafilaksis
rekuren dideskripsikan, dengan manifestasi kulit, kardiovaskular, respirasi atau
gastrointestinal yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Gejala
kulit termasuk piloereksi, eritematosa flush, urtikaria generalisata atau terlokalisir,
edema angioneurotik, injeksi konjungtiva, pucat dan sianosis. Pasien yang sadar
dapat mengalami aura, sebagai peringatan akan terjadinya reaksi. Keterlibatan
sistem kardiovaskular merupakan yang paling umum terjadi dan dapat terjadi
sebagai manifestasi klinis tunggal7.Ditandai dengan bradikardi diawal kemudian
menjadi sinus takikardi, hipotensi dan perkembangan menjadi syok.
Pada pasien yang mengalami reaksi akibat desensitisasi bisa, dapat terjadi
bradikardi yang berat dan memerlukan penanganan8.Manifestasi respirasi
termasuk rhinitis, bronkospasmdan obstruksi laring.Gejala gastrointestinal dapat
berupa mual, muntah, nyeri perut dan diare.Gejala lainnya termasuk, kecemasan,
mengeluh rasa logam (metallic taste), sensasi tersedak, batuk, parestesi, artralgia,
proteksi
dari
respon
adrenal
terhadap
stres.Meskipun
demikian,
EPINEFRIN (ADRENALIN)
Secara universal, epinefrin direkomendasikan sebagai obat pilihan bagi
beberapa reaksi yang berat.Di dalam komunitas, epinefrin dapat diberikan via
intramuskuler
dengan
dosis
0.3-1.0mg
pada
awal
reaksi
anafilaksis
efektivitas
epinefrin
intramuskuler
ketika
diberikan
lebih
kasus
bronkospasme,
epinefrin
harus
diberikan.Nebulisasi
salbutamol harus diberikan pada kasus asthma berat.Aminofilin 5-6 mg/kg via
intravena dapat diberikan lebih dari 30 menit,jika bronkospasme tidak
memberikan respon terhadap pemberian epinefrin secara tunggal.Aminofilin
meningkatkan cAMP intraseluler dengan cara menghambat fosfodiesterase, dan
efeknya dalam menghambat pelepasan histamin dan interleukin secara teoretis
bersifat tambahan bagi efek yang sama oleh epinefrin. Kami belum pernah
menemukan adanya respon yang buruk, namun suatu tinjauan komprehensif
terbaru14mengungkapkan bahwa pemberian obat-obatan yang lebih aman dengan
harus dipertimbangkan dalam kasus alergi makanan, serbuk sari bunga, dan racun
lebah.Gelang kewaspadaan medis harus dikenakan dan pasien harus mendapatkan
dokumen yang menyatakan sifat reaksi terhadap agen kausatif tertentu.Jika
paparan ulang cenderung terjadi di rumah,pasien atau sanak keluarganya harus
diinstruksikan
untuk
menggunakan
epinefrin,
inhalasi
salbutamol,
dan