Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TRIKOMONIASIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas II


Dosen Pengampu : Ns. Nur Rakhmawati, S.Kep, MPH

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Noari Ramadhany La Ade ST182028


2. Novi Kusumaningrum ST182029
3. Noviana Nur Zaidah ST182030
4. Nur Arifin ST182031
5. Nur Istiqomah F ST182032
6. Pradjnya Paramita P N ST182033
7. Pungky Ade ST182034

PROGRAM TRANSFER PRODI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat
rahmat dan karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Trikomoniasis” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas II. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa
dalam menyusunnya, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Nur Rakhmawati, S.Kep, MPH, selaku dosen mata Keperawatan
Maternitas II yang telah memberikan tugas makalah ini dan memberi
pengarahan kepada kami.
2. Teman-teman kelas transfer sarjana Keperawatan angkatan XI Stikes Kusuma
Husada Surakarta telah membantu dan memberikan dorongan untuk
menyusun makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
tersusunnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan
saran ataupun masukan dari para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih.
Surakarta, September 2019
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Trikomoniasis ................................................................ 4
B. Etiologi ........................................................................................ 4
C. Manifestasi Klinis ........................................................................ 5
D. Patofisiologi ................................................................................. 5
E. Penatalaksanaan medis ................................................................ 7
F. Diagnosa Keperawatan Sesuai NANDA ..................................... 11
G. Intervensi Keperawatan Sesuai NIC ............................................ 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 21
B. Saran ............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan
oleh protozoa parasit motil Trichomonas vaginalis. Ini adalah salah satu
IMS yang paling umum, baik di Amerika Serikat maupun negara di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.
Tingginya prevalensi infeksi T vaginalis di seluruh dunia dan frekuensi
koinfeksi dengan IMS lain membuat trikomoniasis menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang menarik. Khususnya, penelitian telah
menunjukkan bahwa infeksi dengan T vaginalis meningkatkan risiko
penularan HIV pada pria dan wanita. Trikomoniasis juga dikaitkan dengan
hasil kehamilan yang merugikan, infertilitas, infeksi pasca operasi, dan
neoplasia serviks.
Manusia adalah satu-satunya inang T vaginalis yang diketahui.
Penularan terjadi terutama melalui hubungan seksual. Organisme ini paling
sering diisolasi dari sekresi vagina pada wanita dan sekresi uretra pada pria.
Itu belum diisolasi dari situs oral, dan prevalensi dubur tampaknya rendah
pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Wanita dengan trikomoniasis mungkin asimptomatik atau mungkin
mengalami berbagai gejala, termasuk keputihan kuning-hijau berbusa dan
iritasi vulva. Pria dengan trikomoniasis dapat mengalami uretritis
nongonococcal tetapi sering tanpa gejala.
Trikomoniasis dianggap kurang terdiagnosis karena berbagai faktor,
termasuk kurangnya pengujian rutin, sensitivitas rendah dari teknik
diagnostik yang umum digunakan (mikroskopi basah) dan simptomatologi
nonspesifik. Diagnosis sendiri dan pengobatan sendiri atau diagnosis oleh
praktisi tanpa pengujian laboratorium yang memadai juga dapat
berkontribusi pada kesalahan diagnosis (Smith, 2018).

1
2

Trikomoniasis memiliki gejala yang kurang diketahui sehingga terkadang


orang yang terkena protozoa ini tidak menyadari bahwa dirinya telah
terinfeksi pada tahap awal, cara penularan penyakit ini juga sangat gampang
melalui lingkungan disekitar kita tanpa kita sadari. Pengetahuan perawat
mengenai trikomonisis dirasa penting sehingga dapat menentukan intervensi
keperawatan yang benar dan tepat untuk pasien dengan trikomonisis.
Berdasarkan permasalahan di atas kami tertarik untuk menulis makalah
tentang ”Trikomoniasis”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah definisi trikomoniasis?
2. Apakah etiologi trikomoniasis?
3. Apa saja manifestasi klinis trikomoniasis?
4. Bagaimana patofisiologi trikomoniasis?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis trikomoniasis?
6. Bagaimana diagnosa keperawatan sesuai NANDA pada
trikomoniasis?
7. Bagaimana intervensi keperawatan sesuai NIC pada trikomoniasis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui trikomoniasis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi trikomoniasis.
b. Untuk mengetahui etiologi trikomoniasis.
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis trikomoniasis.
d. Untuk mengetahui patofisiologi trikomoniasis.
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis trikomoniasis.
f. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan sesuai NANDA pada
trikomoniasis.
3

g. Untuk mengetahui intervensi keperawatan sesuai NIC pada


trikomoniasis.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan tentang trikomoniasis.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang trikomoniasis, serta sebagai bahan refrensi
dalam pemenuhan tugas tugas yang terkait dengan trikomoniasis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi protozoa yang disebabkan oleh T.
vaginalis dan biasanya ditularkan melalui hubungan kontak seksual dan
dapat menyerang traktus urogenitalis bagian bawah baik pada wanita
maupun pria. Keluhan paling sering dijumpai berupa duh tubuh pada
vagina, gatal, vaginitis, disuria, polakisuria dan dispareuni. Meskipun
banyak juga dijumpai tanpa adanya gejala (Korenek et all, 2003).

B. Etiologi
Organisme penyebab trikomoniasis adalah T. vaginalis. Merupakan
protozoa flagellata yang mempunyai 4 flagella di bagian anterior yang
panjangnya hampir sama dengan panjang tubuhnya. Trichomonas
mempunyai bentuk yang bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungan.
Dalam biakan in-vitro organisme memiliki panjang 10μm (5-20 μm) dan
lebar 7μm dan cenderung berbentuk elips atau ovoid, sedangkan pada
vagina bentuknya sangat bervariasi dan sering mengalami elongasi. Gerakan
membran undulasi sangat kuat dikendalikan oleh flagella posterior.
Organisme ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat
hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50°C akan mati dalam beberapa
menit, tetapi pada suhu 0°C dapat bertahan sampai 5 hari.
Dua spesies lain dari trichomonas yang menginfeksi manusia, yaitu
Trichomons tenax dan Trichomonas hominis. Trichomonas tenax dapat
dijumpai di daerah buccal, dan umumnya berhubungan dengan kondisi
higienis oral yang buruk. Trichomonas hominis dapat dijumpai ditraktus
intestinalis, yaitu bagian colon dan caecum manusia (Arthur, 2002).

4
5

C. Manifestasi Klinis

Kebanyakan penderita trikomoniasis tidak merasakan gejala apapun.


Meski begitu, penderita tetap bisa menularkan trikomoniasis ke orang lain. Bila
terdapat gejala, biasanya keluhan akan muncul 5-28 hari setelah terinfeksi.

Pada wanita, trikomoniasis dapat ditandai dengan gejala berikut:


1. Keputihan yang banyak dan berbau amis.
2. Keputihan berwarna kuning kehijauan, bisa kental atau encer, serta berbusa.
3. Gatal yang disertai rasa terbakar dan kemerahan di area vagina.
4. Nyeri saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil.
Pada pria, gejala trikomoniasis yang muncul dapat berupa:
1. Sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis.
2. Keluar cairan putih dari penis.
3. Nyeri saat buang air kecil atau setelah ejakulasi.
4. Lebih sering buang air kecil dari biasanya (Willy, 2019).

D. Patofisiologi
T vaginalis kira-kira seukuran sel darah putih (WBC) dengan ukuran
sekitar panjang 10-20 μm dan lebar 2-14 μm, meskipun ukurannya mungkin
berbeda dengan kondisi fisik (lihat gambar di bawah). Ia memiliki 4 flagel
yang diproyeksikan dari bagian anterior sel dan 1 flagel memanjang ke
belakang ke tengah organisme, membentuk membran bergelombang.
Axostyle, struktur kaku, memanjang dari aspek posterior organisme.

Gamba 2.1 Trichomonas vaginalis


6

Trichomonas vaginalis. (A) Dua trofozoit dari T vaginalis diperoleh


dari kultur in vitro, diwarnai dengan Giemsa. (B) Trofozoit T vaginalis
pada apusan vagina, diwarnai dengan Giemsa.
Pada wanita, T vaginalis diisolasi dari vagina, serviks, uretra,
kandung kemih, dan kelenjar Bartholin dan Skene. Pada pria, organisme ini
ditemukan di uretra anterior, genitalia eksterna, prostat, epididimis, dan
semen (lihat gambar di bawah). Ia berada di lumen dan di permukaan
mukosa saluran urogenital. Flagela memungkinkan trofozoit bergerak di
sekitar jaringan vagina dan uretra.

Gambar 2.2 Siklus Hidup Trichomonas vaginalis

Siklus hidup Trichomonas vaginalis. Trofozoit vaginalis berada di


saluran genital perempuan bagian bawah dan di uretra pria dan prostat (1),
di mana ia bereplikasi dengan pembelahan biner (2). Parasit tampaknya
tidak memiliki bentuk kista dan tidak bertahan dengan baik di lingkungan
7

eksternal. T vaginalis ditularkan di antara manusia, satu-satunya inang yang


diketahui, terutama melalui hubungan seksual (3).
Selama infeksi dengan T vaginalis, trichomonads dendeng motil
dapat diamati pada mikroskop pemasangan basah. T vaginalis
menghancurkan sel-sel epitel dengan kontak sel langsung dan dengan
melepaskan zat sitotoksik. Ini juga mengikat protein inang plasma,
sehingga mencegah pengenalan oleh jalur komplemen alternatif dan oleh
proteinase inang. Selama infeksi, pH vagina meningkat, seperti halnya
jumlah leukosit polimorfonuklear (PMN). PMN, sejenis sel darah putih,
adalah mekanisme pertahanan pejamu yang dominan. Sel-sel ini merespons
zat kemotaksis yang dilepaskan oleh trichomonad. Ada juga bukti bahwa
priming limfosit terjadi, seperti yang ditunjukkan oleh adanya sel
mononuklear darah perifigen spesifik antigen. Respons antibodi telah
terdeteksi baik secara lokal maupun dalam serum. Namun, infeksi
menghasilkan kekebalan yang hanya melindungi sebagian.
Meskipun interaksi sistem kekebalan manusia dengan T vaginalis,
ada sedikit bukti bahwa sistem kekebalan yang sehat mencegah infeksi.
Satu penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara trikomoniasis dan
penggunaan protease inhibitor atau status kekebalan pada perempuan yang
terinfeksi HIV. Penelitian lain menunjukkan bahwa seropositif HIV tidak
mengubah tingkat infeksi pada laki-laki.
Gejala trikomoniasis biasanya terjadi setelah masa inkubasi 4-28 hari.
Infeksi dapat bertahan lama pada wanita tetapi umumnya berlangsung
kurang dari 10 hari pada pria. Bukti anekdotal menunjukkan bahwa infeksi
asimptomatik dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun pada wanita (Smith, 2018).

E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Farmakologis
Obat 5-Nitroimidazole digunakan untuk pengobatan trikomoniasis.
Di Amerika Serikat, metronidazole dan tinidazole disetujui oleh FDA.
8

Dalam ulasan Cochrane, metronidazole dan nitroimidazole lain memiliki


kemanjuran yang sebanding dalam mengobati trikomoniasis. Uji klinis
acak yang membandingkan dosis tunggal 2-g juga menunjukkan
metronidazol dan tinidazol sama efektifnya. Dengan dosis yang
disarankan, tingkat kesembuhan trikomoniasis yang diharapkan adalah
95%. Memperlakukan pasangan seksual pasien untuk mencegah infeksi
ulang semakin meningkatkan tingkat penyembuhan.
Mekanisme tindakan tidak dipahami dengan baik. Organisme
target secara istimewa mengurangi kelompok 5-nitro, dan metabolit aktif
kemungkinan mengganggu struktur heliks DNA di dalamnya, mencegah
sintesis asam nukleat dan akhirnya menyebabkan kematian sel.
Keuntungan dari terapi dosis tunggal metronidazole atau tinidazole untuk
trikomoniasis adalah kepatuhan pasien yang lebih baik, dosis total yang
lebih rendah, dan, mungkin, penurunan vaginitis candidal selanjutnya.
Untuk metronidazole dan tinidazole, pasien tidak boleh
mengonsumsi alkohol selama pengobatan. Bagi mereka yang
menggunakan terapi metronidazole, pantang harus dilanjutkan selama 24
jam setelah dosis terakhir. Bagi mereka yang menggunakan terapi
tinidazole, pantang harus dilanjutkan selama 72 jam setelah pengobatan
selesai.
Meskipun penggunaan nitroimidazole yang meluas dalam
pengobatan trikomoniasis, resistensi terhadap obat ini jarang terjadi dan
biasanya diselesaikan dengan meningkatkan dosis atau beralih ke
nitroimidazole lain. CDC telah melaporkan insiden trikomoniasis yang
resisten terhadap metronidazol yang rentan terhadap tinidazole. Ketika
rejimen pengobatan standar gagal, rejimen 2 g metronidazole oral atau
tinidazole selama 5 hari dapat dipertimbangkan. Terapi intravena rawat
inap (IV) dapat diindikasikan bila terdapat resistensi.
Untuk pasien yang pengobatannya gagal dan yang infeksi ulangnya
dikesampingkan, konsultasi dengan para ahli dari CDC mungkin
9

disarankan. Konsultasi dengan spesialis penyakit menular, ginekolog,


atau keduanya mungkin bermanfaat.
Karena trikomoniasis adalah infeksi pada banyak tempat,
perawatan sistemik (oral) diperlukan. Obat topikal seharusnya tidak
direkomendasikan oleh CDC, karena mereka tidak mungkin mencapai
tingkat terapeutik. Metronidazole topikal dan antimikroba lainnya
menghasilkan tingkat kesembuhan yang rendah (di bawah 50%).
Pasien yang alergi terhadap obat golongan ini harus dirujuk ke ahli
alergi untuk desensitisasi.
a. Metronidazole
Metronidazole adalah pengobatan pilihan untuk trikomoniasis.
Terapi dosis tunggal dengan 2 g oral sama efektifnya dengan terapi
berkepanjangan dengan 500 mg dua kali sehari selama 7 hari. Terapi
dosis tunggal meningkatkan kepatuhan obat.
Kegagalan pengobatan dengan metronidazole meningkat dari
0,4% menjadi 3,5% antara 1999 dan 2002. Laporan sekarang
menggambarkan resistensi terhadap metronidazole mendekati 5-10%.
Jika pengobatan standar dengan terapi dosis tunggal atau multidosis
gagal, rejimen 2 g metronidazole oral atau tinidazole selama 5 hari
dapat dipertimbangkan.
Gel metronidazol efektif pada kurang dari 50% kasus
trikomoniasis dan tidak direkomendasikan untuk mengobati
trikomoniasis. Pasien tidak boleh mengkonsumsi alkohol selama
pengobatan atau selama 24 jam setelah pengobatan selesai.
Metronidazole melintasi plasenta pada kehamilan dan merupakan
agen Kelas B kehamilan. Sejumlah uji klinis dan meta-analisis belum
menunjukkan efek teratogenik. Namun, ini dapat mencegah penularan
T vaginalis ke bayi baru lahir. CDC saat ini merekomendasikan
bahwa wanita hamil simptomatik yang terinfeksi diobati dengan 2 g
metronidazole dalam dosis tunggal. Wanita hamil tanpa gejala yang
10

terinfeksi mungkin ingin menunda perawatan setelah usia kehamilan


37 minggu.
Pada wanita menyusui, CDC merekomendasikan agar menyusui
dihentikan selama pengobatan dan sampai 12-24 jam setelah dosis
terakhir untuk mengurangi pajanan pada bayi. Institut Nasional
Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia Jaringan Unit Obat
Janin Ibu mempresentasikan data yang menunjukkan bahwa
pengobatan metronidazol dari pembawa asimtomatik T vaginalis
meningkatkan risiko kelahiran prematur. Ini adalah kesimpulan yang
kontroversial karena para peneliti mengobati infeksi T vaginalis
dengan 4 dosis metronidazol 2 g, yang secara signifikan lebih dari apa
yang praktik standar. Para wanita yang termasuk dalam penelitian ini
berusia antara 16 dan 23 minggu, menunjukkan penundaan yang
signifikan dalam perawatan. Sebuah studi selanjutnya oleh Mann et al
menunjukkan tidak ada peningkatan risiko kelahiran prematur dengan
penggunaan metronidazole untuk pengobatan trikomoniasis.
b. Tinidazole
Tinidazole memiliki waktu paruh lebih lama (12-14 jam)
daripada metronidazole (6-7 jam). Terapi dosis tunggal terdiri dari 2 g
yang diminum bersama makanan. Tingkat penyembuhan berkisar
antara 86-100%. Uji klinis acak yang membandingkan dosis tunggal
2-g menunjukkan metronidazol dan tinidazol sama efektifnya. Untuk
infeksi yang kebal, beberapa orang merekomendasikan penggunaan 2
g dua kali sehari selama 14 hari. Dalam seri kasus oleh Hager et al,
ketiga pasien yang gagal 3 rejimen terapi metronidazole disembuhkan
dengan tinidazole.
Pasien yang menggunakan terapi tinidazole tidak boleh
mengonsumsi alkohol selama terapi atau selama 72 jam setelah
pengobatan selesai. Tinidazole adalah agen kelas C kehamilan;
Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada
perkembangan janin. Penggunaannya tidak dianjurkan pada wanita
11

hamil. Pada wanita menyusui, dianjurkan menyusui ditahan selama


pengobatan dan selama 3 hari setelah dosis terakhir.
c. Klotrimazol
CDC saat ini tidak merekomendasikan penggunaan
clotrimazole untuk pengobatan trikomoniasis. Tablet vagina
clotrimazole telah digunakan di masa lalu. Dalam sebuah studi oleh
duBouchet et al, angka kesembuhan hanya 11% dengan mode terapi
ini.
Beberapa praktisi medis mempertimbangkan supositoria
clotrimazole untuk pasien dengan trikomoniasis yang berada pada
trimester pertama kehamilan. Klotrimazol terutama menawarkan
pengobatan simtomatik tetapi dapat menyembuhkan sebanyak 50%
infeksi. Jika pengobatan awal ini gagal, dosis tunggal metronidazole 2
g dapat diberikan selama trimester kedua atau ketiga kehamilan.
2. Diet dan Aktivitas
Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari alkohol saat
menggunakan metronidazole, tinidazole, atau obat nitroimidazole
lainnya. Interaksi obat-obatan ini dengan alkohol dapat menyebabkan
reaksi seperti disulfiram.
Memodifikasi perilaku seksual membantu mengurangi kejadian
infeksi. Pasien harus menghindari seks sampai terapi obat selesai dan
semua gejala telah hilang. Perawatan pasangan pasien sangat penting
untuk meminimalkan infeksi ulang. Setelah itu, penggunaan kondom
secara konsisten dan kontrasepsi penghalang lainnya mengurangi
kemungkinan infeksi (Smith, 2018).

F. Diagnosis Keperawatan Sesuai NANDA


Pada pasien dengan trikomoniasis dignosis keperawatan yang akan muncul
sebagai berikut.
1. Hipertermia b.d infasi kuman.
2. Nyeri akut b.d proses peradangan.
12

3. Kerusakan integritas kulit b.d diagnosa trikomoniasis.


4. Disfungsi seksual b.d anomaly proses penyakit (ulkus pada genital).
5. Resiko infeksi b.d pemajanan kulit terhadap kuman, respon inflamasi
terhadap kuman T. Vaginalis (Herdman, 2018).
13

G. Intervensi Keperawatan sesuai NIC

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan


Hipertermia NOC NIC
Definisi : Peningkatan suhu Thermoregulation Fever treatment
tubuh diatas kisaran normal Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering mungkin
Batasan Karakteristik :  Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor IWL
 Konvulsi  Nadi dan RR dalam rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Kulit kemerahan  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 Peningkatan suhu tubuh ada pusing  Monitor penurunan tingkat kesadaran
diatas kisaran normal  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Kejang  Monitor intake dan output
 Takikardi  Berikan anti piretik
 Takipnea  Berikan pengobatan untuk mengatasi
 Kulit terasa hangat penyebab demam
 Selimuti pasien
Faktor Yang Berhubungan :  Lakukan tapid sponge
 Anastesia  Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Penurunan respirasi  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 Dehidrasi  Tingkatkan sirkulasi udara
 Pemajanan lingkungan  Berikan pengobatan untuk mencegah
yang panas terjadinya menggigil
 Penyakit  Temperature regulation
 Pemakaian pakaian yang  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
tidak sesuai dengan suhu  Rencanakan monitoring suhu secara
lingkungan kontinyu
 Peningkatan laju  Monitor warna dan suhu kulit
14

metabolisme  Monitor tanda-tanda hipertermi dan


 Medikasi hipotermi
 Trauma  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Aktivitas berlebihan  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dan
kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dan hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
15

 Monitor pola pernapasan abnormal


 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan Vital
sign
Nyeri akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman  Pain Level, Pain Management
sensori dan emosional yang  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara
tidak menyenangkan yang  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil : karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan
jaringan yang aktual atau  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
potensial atau digambarkan nyeri, mampu menggunakan tehnik  Observasi reaksi nonverbal dan
dalam hal kerusakan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
sedemikian rupa mencari bantuan)  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
(International Association for  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
the study of Pain): awitan menggunakan manajemen nyeri  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
yang tiba-tiba atau lambat dan  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, nyeri
intensitas ringan hingga berat frekuensi dan tanda nyeri)  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dengan akhir yang dapat  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
diantisipasi atau diprediksi berkurang lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
dan berlangsung <6 bulan. masa Iampau
Batasan Karakteristik :  Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari
 Perubahan selera makan dan menemukan dukungan
 Perubahan tekanan darah Pain Management
 Perubahan frekwensi  Lakukan pengkajian nyeri secara
16

jantung komprehensif termasuk lokasi,


 Perubahan frekwensi karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan
pernapasan faktor presipitasi
 Laporan isyarat  Observasi reaksi nonverbal dan
 Diaforesis ketidaknyamanan
 Perilaku distraksi  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
(mis,berjaIan mondar- untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
mandir mencari orang lain  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
dan atau aktivitas lain, nyeri
aktivitas yang berulang)  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Mengekspresikan perilaku  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
(mis, gelisah, merengek, lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
menangis) masa Iampau
 Masker wajah (mis, mata  Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari
kurang bercahaya, tampak dan menemukan dukungan
kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada
satu fokus meringis)
 Sikap melindungi area
nyeri
 Fokus menyempit (mis,
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
 Indikasi nyeri yang dapat
diamati
17

 Perubahan posisi untuk


menghindari nyeri
 Sikap tubuh melindungi
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri secara
verbal
 Gangguan tidur
Faktor Yang Berhubungan :
Agen cedera (mis, biologis,
zat kimia, fisik, psikologis)
Kerusakan integritas NOC NIC
Definisi : Perubahan/  Tissue Integrity : Skin and Mucous Pressure Management
gangguan epidermis dan / atau Membranes  Anjurkan pasien untuk menggunakan
dermis  Hemodyalis akses pakaian yang longgar
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil :  Hindari kerutan pada tempat tidur
 Kerusakan lapisan kulit  Integritas kulit yang baik bisa  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
(dermis) dipertahankan (sensasi, elastisitas, kering
 Gangguan permukaan temperatur, hidrasi, pigmentasi)  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
kulit (epidermis)  Tidak ada luka/lesi pada kulit dua jam sekali
 Invasi struktur tubuh  Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan adanya kemerahan
Faktor Yang Berhubungan :  Menunjukkan pemahaman dalam proses  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
Eksternal : perbaikan kulit dan mencegah terjadinya daerah yang tertekan
 Zat kimia, Radiasi cedera berulang  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 Usia yang ekstrim  Mampu melindungi kulit dan  Monitor status nutrisi pasien
 Kelembapan mempertahankan kelembaban kulit dan  Memandikan pasien dengan sabun dan air
 Hipertermia, Hipotermia perawatan alami hangat
 Faktor mekanik Insision site care
(mis..gaya gunting  Membersihkan, memantau dan
18

[shearing forces]) meningkatkan proses penyembuhan pada


 Medikasi luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau
 Lembab straples
 Imobilitasi fisik  Monitor proses kesembuhan area insisi
Internal:  Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
 Perubahan status cairan insisi
 Perubahan pigmentasi  Bersihkan area sekitar jahitan atau staples,
 Perubahan turgor menggunakan lidi kapas steril
 Faktor perkembangan  Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
 Kondisi  Ganti balutan pada interval waktu yang
ketidakseimbangan sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak
nutrisi (mis.obesitas, dibalut) sesuai program
emasiasi)
 Penurunan imunologi
 Penurunan sirkulasi
 Kondisi gangguan
metabolik
 Gangguan sensasi
Tonjolan tulang

Disfungsi seksual NOC NIC


Definisi : Kondisi yang Fungsi Seksual Konseling seksual
ditandai dengan individu Kriteria Hasil :  Bangun hubungan terapeutik, didasarkan
mengalami perubahan fungsi  Mencapai gairah seksual pada kepercayaan dan rasa hormat
seksual selam fase respon  Menahan penis/ ereksi klitoris melalui  Tetapkan lamanya hubungan konseling
seksual hasrat, berangsang, orgasme  Berikan privasi dan jaminan kerahasiaan
dan/ atau organisme, yng  Mengalami gairah melalui orgasme  Dorong pasien untuk mengungkapkan
dipandang tidak memuaskan,  Menggunakan alat bantu seks sesuai ketakutan dan untuk bertanya mengenai
19

tidak berharga, atau tidak kebutuhan fungsi seksual


adekuat.  Beradaptasi dalam teknik seks sesuai  Dahului pertanyaan mengenai seksualitas
Faktor Yang Berhubungan : kebutuhan dengan mengatakan bahwa banyak orang
Anomaly proses penyakit yang mengalami kesulitan seksualitas
 Diskusikan efek kesehatan dan penyakit
seksualitas
Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
peningkatan resiko terserang  Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
organisme patogenik  Risk control lain
Faktor Yang Berhubungan : Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik isolasi
Penyakit kronis.  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Batasi pengunjung bila perlu
 Diabetes melitus  Mendeskripsikan proses penularan  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Obesitas penyakit, faktor yang mempengaruhi mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
Pengetahuan yang tidak penularan serta penatalaksanaannya berkunjung meninggalkan pasien
cukup untuk  Menunjukkan kemampuan untuk  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
menghindari pemanjanan mencegah timbulnya infeksi tangan
patogen.  Jumlah leukosit dalam batas normal  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Pertahanan tubuh primer  Menunjukkan perilaku hidup sehat tindakan keperawatan
yang tidak adekuat.  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
 Gangguan peritalsis pelindung
 Kerusakan integritas kulit  Pertahankan lingkungan aseptik selama
(pemasangan kateter pemasangan alat
intravena, prosedur invasif)  Ganti letak IV perifer dan line central dan
 Perubahan sekresi pH dressing sesuai dengan petunjuk umum
 Penurunan kerja siliaris  Gunakan kateter intermiten untuk
 Pecah ketuban dini menurunkan infeksi kandung kencing
 Pecah ketuban lama  Tingktkan intake nutrisi
20

 Merokok  Berikan terapi antibiotik bila perlu


 Stasis cairan tubuh  Infection Protection (proteksi terhadap
 Trauma jaringan (mis, infeksi)
trauma destruksi jaringan)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
Ketidakadekuatan dan lokal
pertahanan sekunder  Monitor hitung granulosit, WBC
 Penurunan hemoglobin  Monitor kerentangan terhadap infeksi
 Imunosupresi (mis,  Batasi pengunjung
imunitas didapat tidak  Sering pengunjung terhadap penyakit
adekuat, agen menular
farmaseutikal termasuk  Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang
imunosupresan, steroid, beresiko
antibodi monoklonal,  Pertahankan teknik isolasi k/p
imunomudulator)  Berikan perawatan kulit pada area epidema
 Supresi respon inflamasi  Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

(Sumber : Bulechek, dkk, 2017; Moorhead, dkk, 2017).


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Trikomoniasis adalah infeksi protozoa yang disebabkan oleh T. vaginalis
dan biasanya ditularkan melalui hubungan kontak seksual dan dapat
menyerang traktus urogenitalis bagian bawah baik pada wanita maupun
pria.
2. Etiologi dari trikomoniasis adalah T. Vaginalis.
3. Pada wanita, trikomoniasis dapat ditandai dengan gejala berikut:
keputihan yang banyak dan berbau amis, keputihan berwarna kuning
kehijauan, bisa kental atau encer, serta berbusa, gatal yang disertai rasa
terbakar dan kemerahan di area vagina, nyeri saat berhubungan
seksual atau saat buang air kecil. Sedangkan pada pria, gejala
trikomoniasis yang muncul dapat berupa: sakit, bengkak, dan kemerahan
di area ujung penis, keluar cairan putih dari penis, nyeri saat buang air
kecil atau setelah ejakulasi dan lebih sering buang air kecil dari biasanya.
4. Gejala trikomoniasis biasanya terjadi setelah masa inkubasi 4-28 hari.
Infeksi dapat bertahan lama pada wanita tetapi umumnya berlangsung
kurang dari 10 hari pada pria.
5. Penatalaksanaan medis trikomoniasis dapat dilakukan melalui terapi
farmakologis, diet dan aktivitas

B. Saran
1. Sebagai seorang perawat kita harus memberikan edukasi yang jelas
kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah penularan dan
mempercepat penyembuhan trikomoniasis.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi dari
trikomoniasis.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Arthur G J, Richard J Z, Omelan A L, Lovise B H. (2002). Microbiology and


Imunnologi, Ed ke-4. Philladhelpia : Lippincott William s & Wilkins.

Bulechek, M.G dkk. (2017). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definsi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.

Korenek et all. (2003). Differentiation of The Vaginoses-Bacterial Vaginosis,


Lactobacillos, And Cytolytic Vaginosis : The Internet Journal of
Advanced Nursing Practice.Vol 6.

Moorhead Sue, dkk. (2017). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Smith. (6 Desember 2018). Trichomoniasis. Dikutip 22 September 2019 dari


Medscape : https://emedicine.medscape.com/article/230617-questions-and-
answers
Willy, Tjin. (28 Juni 2019). Trikomoniasis. Dikutip 22 September 2019 dari
Alodokter : https://www.alodokter.com/trikomoniasis

Anda mungkin juga menyukai