INTUSUSEPSI (INVAGINASI)
Disusun oleh:
NAMA : FATMAWATI
NIM : 2017-84-003
KONSULEN:
dr. Jacky Tuamelly, Sp. B (K)Trauma
AMBON
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2
Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileoileocolica 15%,
lain-lain 10%, paling jarang tipe appendicalcolica. Invaginasi sering dijumpai
pada umur 3 bulan - 2 tahun, paling banyak 5-9 bulan. Prevalensi penyakit
diperkirakan 1-2 penderita di antara 1000 kelahiran hidup. Anak lelaki lebih
banyak daripada perempuan, 3 : 1. Pada umur 5-9 bulan sebagian besar belum
diketahui penyebabnya. Penderita biasanya bayi sehat, menyusui, gizi baik dan
dalam pertumbuhan optimal. Ada yang menghubungkan terjadinya invaginasi
karena gangguan peristaltik, 10% didahului oleh pemberian makanan padat dan
diare.5
Diare dan invaginasi dihubungkan dengan infeksi virus, karena pada
pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-
sama invaginasi. Invaginasi pada umur 2 tahun ke atas, biasanya bersama-sama
divertikel Meckel, polip, hemangioma dan limfosarkoma. Infeksi parasit sering
juga menyertai invaginasi anak besar. Sebanyak 75% kasus invaginasi anak
ditemukan pada usia dibawah 3 tahun dimana 40% nya didapatkan pada usia
antara 1 dan 12 bulan. Insiden terjadinya invaginasi diperkirakan mencapai 1
dari 2000 anak, penelitian di Inggris dan Skotlandia menunjukkan insiden yang
lebih tinggi yaitu 4 dari 1000 kelahiran hidup. Jenis kelamin laki-laki lebih
dominan terjadi dibanding dengan perempuan dengan rasio berkisar 3:2 sampai
dengan 2:1.
Hasil laporan WHO yang dikeluarkan pada tahun 2002 di 3 kota besar
Indonesia menunjukkan angka terjadinya invaginasi pada anak yang terjadi di
kota Medan sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan sampai 2 tahun dan
paling banyak ditemukan pada anak usia di bawah 1 tahun sebanyak 95% dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan 2:1.1,2
Gejala klasik yang paling umum (85%) dari intususepsi adalah nyeri perut
yang sifatnya muncul secara tiba‐tiba, kolik, intermiten, berlangsung hanya
selama beberapa menit. Gejala awal lain yang sering dikeluhkan yaitu muntah.
Kerusakan usus berupa nekrosis hingga perforasi usus dapat terjadi antara hari
ke 2-5 dengan puncaknya pada hari ke 3 setelah gejala klinis terjadi. Hal tersebut
3
akan memperberat gejala obstruksi yang ditimbulkan oleh intususepsi dan akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas.2
Di negara maju, outcome dari pasien dengan intususepsi memiliki
prognosis yang lebih baik karena diagnosis yang tegak secara dini diikuti dengan
prosedur terapi yang kurang invasif seperti reduksi barium enema. Sebaliknya,
di negara berkembang, banyak anak dengan intususepsi dilaporkan mengalami
keterlambatan untuk mendapatkan terapi definitif. Tertundanya diagnosis yang
berlanjut menjadi nekrosis usus, diikuti dengan terapi reduksi operasi, memiliki
angka fatalitas yang tinggi, misalnya 18% di Nigeria, 20% di Indonesia dan
hingga 54% di Ethiopia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh van Heek
et al (1996) angka kematian anak-anak dengan intususepsi di pedesaan Indonesia
jauh lebih tinggi daripada di perkotaan di Indonesia atau di Belanda, mungkin
karena pengobatan yang terlambat, yang menghasilkan lebih banyak pasien yang
menjalani operasi dalam kondisi fisik yang buruk. Mortalitas intususepsi
meningkat secara signifikan (lebih dari 10 kali) pada pasien intususepsi yang
baru datang berobat setelah 48 jam sejak onset gejala dibandingkan dengan
pasien intususepsi yang datang berobat sejak 24 jam onset gejala.1,5
Berdasarkan uraian di atas, menjadi suatu keharusan bagi para calon dokter
umum yang nantinya juga akan terjun ke masyarakat untuk memahami dan
mengenali gejala awal dari intususepsi sehingga dapat melakukan tindakan
sesegera mungkin untuk memperbaiki keadaan umum pasien kemudian merujuk
ke spesialis bedah yang tepat sehingga berdampak pada menurunnya angka
morbiditas dan mortalitas dari intususepsi.2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definsi
5
Gambar 2 : ilustrasi intususepsis ileo-ileocolic, ileocolic dan ileoileal dengan tumor
pedunculate.3
2.2 Epidemiologi
6
Intususepsi umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun dan
frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak. Di Afrika, insiden
puncak intususepsi muncul antara usia 3-8 bulan. Di Asia, insiden puncak antara
usia 4-8 bulan. Umumnya intususepsi ditemukan lebih sering pada anak laki-laki.
Di Afrika, tepatnya di Tunisia, rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah
8:1. Di Asia, rasio perbandingannya adalah 9:1. Di Timur Tengah, perbandingan
antara laki-laki dan perempuan berkisar antara 1,4:1 sampai 4:1.3,8,9
2.3 Etiologi
Etiologi dari intususepsi terbagi menjadi 2, yaitu idiopatik dan kausal. 3,7,8
1. Idiopatik
Menurut kepustakaan, 90-95 % intususepsi pada anak di bawah umur satu tahun
tidak dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai “infantile
idiophatic intussusceptions”.Kepustakaan lain menyebutkan di Asia, etiologi
7
idiopatik dari intususepsi berkisar antara 42-100%. Definisi dari istilah
intususepsi ‘idiopatik’ bervariasi di antara penelitian terkait intususepsi.
Sebagian besar peneliti menggunakan istilah ‘idiopatik’ untuk menggambarkan
kasus dimana tidak ada abnormalitas spesifik dari usus yang diketahui dapat
menyebabkan intususepsi seperti diverticulum meckel atau polip yang dapat
diidentifikasi saat pembedaha. Dalam kasus idiopatik, pemeriksaan yang teliti
dapat mengungkapkan hipertrofi jaringan limfoid mural (Peyer patch), yang
disebabkan oleh infeksi adenovirus atau rotavirus.
Intususepsi idiopatik memiliki etiologi yang tidak jelas. Salah satu teori untuk
menjelaskan kemungkinan etiologi intususepsi idiopatik adalah bahwa hal itu
terjadi karena Peyer patch yang membesar; hipotesis ini berasal dari 3
pengamatan: (1) penyakit ini sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan
atas, (2) wilayah ileokolika memiliki konsentrasi tertinggi dari kelenjar getah
bening di mesenterium, dan (3) pembesaran kelenjar getah bening sering
dijumpai pada pasien yang memerlukan operasi. Apakah Peyer patch yang
membesar adalah reaksi terhadap intususepsi atau sebagai penyebab intususepsi,
masih tidak jelas.3
2. Kausal
a. Adanya penebalan Plaque Peyer akibat suatu proses dari infeksi virus
pada usus.
Adenovirus ditemukan dari limfonodi mesenterika pada pembedahan
dan juga dari biakan permukaan dengan presentase yang lebih tinggi
pada anak dengan invaginasi daripada control. Invaginasi pada anak
biasanya disebut idiopatik, dimana disebabkan oleh penebalan plaque
Peyeri yaitu suatu jaringan limfoid di dinding ileum bagian distal,
yang dapat merangsang peristaltic usus sebagai upaya untuk
8
mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan invaginasi.
b. Adanya perubahan flora usus sehingga timbul peristaltik yang
meniggi.
Perubahan flora biasa terjadi pada usia 6-9 bulan sehubungan
dengan perubahan pola makan pada bayi. Pada saat ini peristaltic anak
akan meningkat dan dapat menyebabkan terjadinya invaginasi.
c. Gerakan peristaltic yang berlebihan seperti pada polip usus, divertikel
Meckel, limfoma, hemangioma, leiomioma, leiosarkoma, dan
mesenteric hematom merupakan pencetus pada anak di atas usia 2
tahun atau orang dewasa.
Sekali usus bagian proximal masuk ke bagian usus distal, oleh adanya
peristaltic, maka bagian usus proximal ini akan tetap ada dan bahkan lebih jauh
masuk dalam usus bagian distal.
9
intestinal, dan mengakibatkan intususeptum berproses sepanjang lumen dari
intususipiens. Apabila terjadi obstruksi sistem limfatik dan vena mesenterial,
akibat penyakit berjalan progresif dimana ileum dan mesenterium masuk ke
dalam caecum dan colon, akan dijumpai mukosa intussusseptum menjadi oedem
dan kaku. Mengakibatkan obstruksi yang pada akhirnya akan dijumpai keadaan
strangulasi dan perforasi usus.4
10
Gambar 3: Pathogenesis invaginasi2,3
11
3. Akut super exposed on cronik
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3-12 bulan, dimana pada saat itu
terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian
makanan ini dicurigai sebagai penyebab terjadi intususepsi. Intususepsi kadang-
kadang terjadi setelah/selama enteritis akut, sehingga dicurigai akibat
peningkatan peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi,
ternyata ditemukan kuman rotavirus menjadi agen penyebabnya, dimana
pengamatan 30 kasus intususepsi bayi ditemukan virus ini dalam feses sebanyak
12
37%. Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati peninggian insidens
adenovirus dalam feses penderita intususepsi.11
Invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya yaitu pada bagian usus mana yang
terlibat (Pickering, 2000):1,8,10
Pada kolon dikenal dengan jenis colo colica dan sekitar ileo caecal dan ileo
colica, jenis-jenis yang disebutkan di atas dikenal dengan invaginasi tunggal
dimana dindingnya terdiri dari tiga lapisan. Jika dijumpai dinding yang terdiri
dari lima lapisan, hal ini sering pada keadaan yang lebih lanjut disebut jenis
intususepsi ganda, sebagai contoh adalah jenis ileo-ileo-colica atau colo-colica.
Suwandi J.Wijayanto E. di Semarang selama 3 tahun (1981-1983) pada
pengamatannya mendapatkan jenis intususepsi sebagai berikut: Ileo-ileal 25%,
ileo-colica 22,5%, ileo-ileo-colica 50% dan colo-colica 22,5%.3
13
Gambar 5: intraoperatif intususepsi ileocolica3
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang
baik, tiba-tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas,
penderita tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut
seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Di luar serangan, anak/bayi
kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses intususepsi.
14
Serangan nyeri perut datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu 15-20 menit
dengan lama serangan 2-3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu
diikuti dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung.3
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat intususepsi sebagai suatu
massa tumor berbentuk curved sausage di dalam perut di bagian kanan atas,
kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu
terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan bawah teraba kosong
15
yang disebut “dance’s sign”. Hal ini akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut
proses intususepsi. Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang
tadinya tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem
yang semakin bertambah, sehingga pada pasien dijumpai tanda-tanda obstruksi,
seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah
warna hijau dan dehidrasi. 3
Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan
defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan
dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya
aliran pembuluh darah arteri. Pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis
usus, gangren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
Selain yang telah disebutkan di atas, dikenal juga suatu keadaan yang disebut
dengan intususepsi atipikal yaitu bila dalam kasus tersebut gagal dibuat diagnosis
yang tepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan terjadi
karena ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim pada
penderita.14,15
16
2.7 Diagnosis
Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi adalah suatu trias gejala yang terdiri
dari :2,3
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat hilang timbul.
Nyeri menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi serangan
baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk curved sausage pada bagian kanan
atas, kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir yang disebut red currant jelly
stool.
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya
tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada
gejala trias intususepsi. Mengingat intususepsi sering terjadi pada anak berumur
di bawah satu tahun, sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anak-
anak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien
datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik sehingga
anak menjadi rewel sepanjang hari/malam, ada muntah, buang air besar campur
darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan intususepsi.13
17
Kriteria Mayor.3
1. Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat muntah hijau,
diikuti dengan distensi abdomen dan bising usus yang abnormal atau
tidak ada sama sekali.
2. Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya tercakup
hal-hal berikut ini: massa abdomen, massa rectum atau prolaps rectum,
terlihat pada gambaran foto abdomen, USG maupun CT Scan.
3. Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi
perdarahan rectum atau gambaran feses “red currant jelly” pada
pemeriksaan “Rectal Toucher“.
Kriteria Minor.3
18
Level 2 - Probable (salah satu kriteria di bawah)
Level 3 – Possible
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium3,9
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos abdomen
Didapatkan distribusi udara di dalam usus tidak merata, usus terdesak ke
kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan
gambaran “air fluid level”. Dapat terlihat “free air” bila terjadi
perforasi.
19
Gambar 8: gambaran radiologi usus terdesak kekiri atas3
Literatur lain menyebutkan bahwa foto polos hanya memiliki akurasi diagnostik
45% untuk menegakkan diagnosis intususepsi sehingga penggunaannya tidak
diindikasikan jika ada fasilitas USG.2,3
20
Gambar 9 : foto polos abdomen anak usia 3 tahun dengan intususepsi pada caecum (a)
posisi supinasi memperlihatkan gambaran gas usus nonobstruktif. Colon ascendens dan
caecum sulit diidentifikasi dengan pasti. (b) posisi decubitus memperlihatkan colon
ascendens lebih jelas (tanda panah). Setelah dikonfirmasi dengan barium enema, maka anak
ini diketahui megalami intususepsi caecal.3
b. Barium enema
Dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila
gejala-gejala klinik meragukan. Pada barium enema akan tampak
gambaran cupping, coiled spring appearance.3
21
Gambar 10 : gambran radiologi coiled spring appearance pada intususepsi3
c. Ultrasonografi Abdomen
Penggunaan USG abdomen untuk evaluasi intususepsi pertama kali
digambarkan pada tahun 1977. Sejak itu, banyak institusi yang
mengadopsi penggunaannya sebagai alat skrining karena tidak adanya
paparan radiasi dan rendah biaya. Intususepsi biasanya ditemukan di sisi
kanan abdomen
Pada tampilan transversal USG, tampak konfigurasi usus berbentuk
‘target’ atau ‘donat’ yang terdiri dari dua cincin echogenisitas rendah
yang dipisahkan oleh cincin hiperekoik, tidak ada gerakan pada donat
tersebut dan ketebalan tepi lebih dari 0,6 cm. Ketebalan tepi luar lebih
dari 1,6 cm menunjukkan perlunya intervensi pembedahan. Pada
tampilan logitudinal tampak pseudokidney sign yang timbul sebagai
tumpukan lapisan hipoekoik dan hiperekoik.2,3,12
22
Pemeriksaan USG selain sebagai diagnostik, juga dapat digunakan
untuk membantu mendiferensiasikan tipe dari intususepsi. Park et al
(2007) melaporkan bahwa intususepsi transien dari usus kecil lebih
sering terlokalisir pada kuadran kanan bawah atau region
periumbilikal, memiliki diameter anteroposterior yang lebih kecil
(1,38 cm vs 2,53 cm), memiliki garis luar yang lebih tipis (0,26 cm vs
0,53 cm), dan tidak memiliki nodus limfatikus, dimana berbanding
terbalik dengan intususepsi ileocolic.3,12
23
Gambar 12 : pseudokidney sign USG3
d. CT Scan
Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan gambaran klasik
seperti pada USG yaitu target sign. Intususepsi temporer dari usus halus
dapat terlihat pada CT maupun USG, dimana sebagian besar kasus ini
secara klinis tidak signifikan.3
24
2.7 Diagnosis Banding
2.8 Penatalaksanaan
25
lama riwayat perjalanan penyakitnya, semakin besar kemungkinan kegagalan
dari terapi reduksi tersebut.15
Hydrostatic Reduction
26
Selain penggunaan fluoroskopi sebagai pemandu, saat ini juga dikenal reduksi
menggunakan air (dilusi antara air dan kontras soluble dengan perbandingan 9:1)
dengan panduan USG. Keberhasilannya mencapai 90%, namun sangat
tergantung pada kemampuan expertise USG dari pelakunya
1. Pneumatic Reduction
27
o Jika tidak terdapat intususepsi atau reduksinya berhasil, udara
akan teramati melewati usus kecil dengan cepat. Foto lain
selanjutnya dibuat pada sesi ini, dan udara akan dikeluarkan
duluan sebelum kateter dilepas.
o Untuk melengkapi prosedur ini, foto post reduksi (supine
dan decubitus/upright views) harus dilakukan untuk
mengkonfirmasi ketiadaan udara bebas.
o Reduksi yang sulit membutuhkan beberapa usaha lebih.
Penggunaan glucagon (0.5 mg/kg) untuk memfasilitasi relaksasi
dari usus memiliki hasil yang beragam dan tidak rutin
dikerjakan.
2. Tindakan Operatif
Prosedur operatif:
Insisi
o Antibiotik intravena preoperatif profilaksis harus diberikan 30
menit sebelum insisi kulit.
o Pasien diposisikan terlentang dan sayatan kulit sisi kanan perut
melintang dibuat sedikit lebih rendah daripada umbilikus
(Gambar 14). Sayatan bisa dibuat sejajar, di bawah atau di atas
umbilikus, tergantung pada derajat intususepsi.
28
Gambar 14 : sayatan di inferior umbilikus3
Diseksi
o Teknik pemisahan otot dimulai dari eksternal, obliqus internus,
dan fascia transversalis.
o Usus yang mengalami intususepsi secara hati-hati dijangkau dari
luka operasi dan reduksi dilakukan dengan lembut, meremas usus
distal ke apex bersamaan dengan tarikan lembut dari usus
proksimal untuk membantu reduksi (Gambar 15). Traksi yang
kuat atau menarik usus intususeptum dari intususipien harus
dihindari, karena ini dapat dengan mudah mengakibatkan cedera
lebih lanjut pada usus besar.3,5
29
Gambar 15 : teknik reduksi manual “milking”3
30
o Kadang-kadang, reseksi usus segmental diperlukan jika reduksi
tidak dapat dicapai atau usus nekrotik diidentifikasi setelah
reduksi. Umumnya, ileum terminal yang direduksi muncul
kehitaman dan menebal pada palpasi. Penempatan spons yang
hangat dan lembab selama beberapa menit dapat meningkatkan
perfusi jaringan lokal, sehingga, berpotensi menghindari reseksi
bedah yang tidak perlu.
o Appendektomi standar dilakukan jika dinding cecal berdekatan
adalah normal (Gambar 17).
31
Menutup
o Setelah reduksi dicapai atau reseksi dilakukan (jika diperlukan)
dan hemostasis dipastikan, penutupan fasia perut dilakukan di
lapisan menggunakan benang absorbable 3-0.
o Kulit reapproximated dengan jahitan subcuticular 5-0 yang
diserap.
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
Kematian disebabkan oleh intususepsi idiopatik akut pada bayi dan anak-
anak sekarang jarang di negara maju. Sebaliknya, kematian terkait dengan
32
intususepsi tetap tinggi di beberapa negara berkembang. Pasien di negara
berkembang cenderung untuk datang ke pusat kesehatan terlambat, yaitu lebih
dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi bedah,
reseksi usus dan mortalitas lebih tinggi.3,12
Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat
dalam kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya
gejala daripada bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset pertama.
Angka rekurensi dari intususepsi untuk reduksi nonoperatif dan operatif masing-
masing rata-rata 5% dan 1-4%.3
33
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Invaginasi yang merupakan suatu kedaruratan medis biasa terjadi pada
anak kecil berusia kurang dari satu tahun, yang biasanya belum diketahui
penyebabnya, namun pada orang dewasa biasanya merupakan akibat dari suatu
penyakit tertentu.
Diagnosa dapat ditegakkan dengan melihat dari anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa dapat diketahui adanya riwayat
nyeri abdomen yang hilang timbul dan berulang setiap 10 sampai 20 menit. Dari
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya suatu massa pada daerah
hipogastrium kanan, yang berjalan sepanjang kolon transversum, selain itu dapat
juga teraba ‘dance’s sign’ pada daerah invaginasi. Feses penderita cenderung
bercampur dengan darah dan lendir yang jika sudah terjadi obstruksi total akan
kehilangan massa feses.
Dari foto polos abdomen dapat dilihat adanya air fluid level jika terjadi
perforasi akibat invaginasi, dari pemeriksaan barium enema dapat terlihat adanya
cupping pada daerah invaginasi, sedangkan pada pemeriksaan USG dapat dilihat
adanya target sign.
Terapi dapat dilakukan dengan melakukan reduksi hidrostatik yag
menggunakan tekanan hidrostatik untuk melepaskan ikatan yang terbentuk, atau
dengan reduksi secara manual yaitu dengan operasi baik dengan reseksi ataupun
tidak.
Intususepsi merupakan salah satu kegawatdaruratan yang harus dikenali
dengan cepat dan tepat serta penanganan segera karena misdiagnosis atau
keterlambatan diagnosis akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Oleh sebab itu, para calon dokter umum diharapkan bisa mempersiapkan diri
minimal mengetahui teori terkait intususepsi mulai dari definisi sampai pada
34
penatalaksanaan awal sebagai bekal jika suatu waktu menghadapi kasus ini di
lapangan.
35
DAFTAR PUSTAKA
37