Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 26 JUNI 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

TUMOR ESOFAGUS

OLEH:
YUDHIE DJUHASTIDAR TANDO
2018-84-089

PEMBIMBING:
dr. HELFI NIKIJULUW, Sp.B-KBD

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU BEDAH RSUD dr. M. HAULUSSY

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Tumor Esofagus”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah RSUD dr. M.
Haulussy.
Penyusunan referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Helfi
Nikijuluw, Sp.B-KBD selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan referat
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan referat ini ke
depannya. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat ilmiah bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Ambon, 26 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...... i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… iii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 2
A. ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOLOGI ESOFAGUS.…….. 2
1. Anatomi Esofagus………………………………………….... 2
2. Fisiologi Esofagus………………………………………….... 6
3. Histologi Esofagus…………………………………………… 7
B. TUMOR ESOFAGUS…………………..……….……………….. 9
1. Definisi……………….……………………………………… 9
2. Epidemiologi………………………….……………………... 9
3. Faktor resiko…………………………..…………………..... 10
4. Klasifikasi…………………………………………………... 12
5. Manifestasi Klinis…………………..………………………. 14
6. Staging dan Stadium Tumor……..………………………..... 17
7. Diagnosis………………………………………...…………. 20
8. Diagnosis Banding………………………………………….. 24
9. Penatalaksanaan…………………………………………….. 24
10. Komplikasi…………………………………………………. 29
11. Prognosis…………………………………………………… 29
BAB III : KESIMPULAN……………………………………………………. 31
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan antara


rongga mulut dan lambung. Dalam dua dekade terakhir ini, keganasan di
esophagus sering dilaporkan, mungkin karena cara diagnostik yang lebih baik. Di
seluruh dunia insidensi kanker esophagus dilaporkan berbeda-beda. Di Amerika
serikat, kanker esophagus relative jarang dijumpai akan tetapi merupakan kondisi
maligna yang sangat letal.. Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang dikenal
dengan julukan Asian esophageal cancer belt yang terbentang dari tepi selatan
laut kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah,
Afganistan, Siberia, dan Mongolia. Selain itu kanker esophagus banyak terdapat
di Finlandia, Islandia, Afrika Tenggara dan Perancis Barat Laut. Karsinoma lebih
banyak diderita pria, tiga kali lebih sering daripada wanita, lebih banyak pada usia
lanjut, dan lebih banyak di daerah atau negara tertentu seperti Cina, Jepang, Rusia
dan Skandinavia.1

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOLOGI ESOFAGUS


1. Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan
anatra rongga mulut dan lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster,
esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen
tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea
dan kolumna vertebralis, dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada
di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang
utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta
thorakalis bawah dan abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui
hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar
2-4 cm. Otot esofagus sepertiga bagian atas merupakan otot serat lintang dan
berhubungan erat dengan otot-otot faring, sedangkan dua pertiga bagian bawah
merupakan otot polos yang terdiri atas otot sirkular dan otot longitudinal seperti
ditemukan pada saluran cerna lainnya. Esofagus menyempit pada tiga tempat,
penyempitan pertama bersifat spingter, terletak setinggi tulang rawan krikoid pada
batas antara faring dan esofagus, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi
otot polos. Penyempitan kedua terletak dirongga dada bagian tengah, akibat
tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak bersifat
spingter. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma, yaitu
tempat esofagus berakhir di kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni
bersifat spingter.1

v
Gambar 1. Esofagus2

Esofagus mendapat suplai darah dari banyak arteri kecil. Bagian atas
esofagus yang berada di leher dan rongga dada mendapat darah dari a.tiroidea
inferior, beberapa cabang arteri bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta.
Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut mendapat suplai darah dari arteri
frenika inferior kiri dan cabang arteri gastrika kiri. Pembuluh vena dimulai
sebagai pleksus di submukosa esofagus. Di esofagus bagian atas dan tengah,
aliran vena dari pleksus esofagus berjalan melalui vena esofagus ke vena azygos
dan hemiazygos untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus
bagian bawah, semua pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu
cabang vena porta sehingga terjadi hubungan langsung antara sirkulasi antara
vena porta dan sirkulasi esofagus bagian bawah melalui vena lambung tersebut.1

vi
Gambar 2. Arteri dan Vena Esofagus2

Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat


saraf parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa
gabungan saraf simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi
oleh n. laringeus rekuren yang berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n.
laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus thorakalis atas. N. vagus kiri dan
kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk pleksus esofagus.
Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis, n.
splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.

vii
Gambar 3. Persarafan Esofagus3

Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus dalam mukosa, submukosa,


lapisan otot, dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga cranial, pembuluh ini
berjalan secara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke
kelenjar di leher, sedangkan dari bagian dua pertiga kaudal dialirkan ke kelenjar
seliakus, seperti pembuluh limfe dari lambung. Metastasis dari keganasan
esofagus dapat dijumpai diantara kelenjar limfe dan kelenjar limfe seliakus di
perut, tergantung pada letak, stadium, dan tingkat keganasan. Duktus torasikus
berjalan di depan tulang belakang toraks di sebelah dorsal kanan esofagus,
kemudian menyilang setinggi vertebra Th.VI atau VII ke sebelah kiri belakang
esofagus untuk turun kembali dan masuk ke dalam vena subklavia kiri.1

viii
Gambar 4. Pembuluh Limfe Esofagus3

2. Fisiologi Esofagus
Fungsi utama esofagus adalah menyalurkan makanan dan minuman dari
mulut ke lambung. Proses ini dimulai dengan pendorongan makanan oleh lidah ke
belakang. Penutupan glottis dan nasofaring, serta relaksasi spingter faring
esofagus. Proses ini diatur oleh otot serat lintang di daerah faring. Di dalam
esofagus, makanan turun oleh peristaltic primer dan gaya gravitasi terutama untuk
makanan padat dan setengah padat, serta peristaltic ringan. Makanan dari esofagus
masuk ke dalam lambung karena relaksasi spingter esofagus kardia. Setelah
makanan masuk ke lambung, tonus spingter ini kembali ke keadaan semula
sehingga mencegah makanan masuk kembali ke esofagus. Proses muntah terjadi
karena tekanan di dalam rongga perut dan lambung meningkat serta terjadi
relaksasi sementara spingter esofagokardia, sehingga secara reflex makanan dan
cairan dari dalam lambung dan esofagus naik ke faring dan dikeluarkan melalui
mulut.1

ix
3. Histologi Esofagus
Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:
a. Mukosa
Mukosa esofagus terdiri atas epitel berlapis gepeng (stratified squamous
epithelium) yang merupakan kelanjutan dari mukosa faring, lamina propria berupa
jaringan ikat longgar yang berada langsung di bawah epitel, dan lamina
muskularis mukosa dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap
isi lambung yang sangat asam. Daerah esophagogastric junction ditandai dengan
perubahan mendadak epitel berlapis gepeng yang berwarna pucat pada esofagus
menjadi epitel torak yang berwarna merah tua pada kardia yang mudah dikenali.
Daerah perbatasan ini tampak sebagai garis yang irregular atau bergerigi, disebut
Zigzag-line atau Z-line yang dalam keadaan normal berada pada lower esophageal
sphincter (LES).6
b. Submukosa
Tunika submukosa esophagus terdiri atas jaringan ikat kolagen yang tidak
beraturan dan diantaranya ada serat elastin. Mengandung sel-sel sekretoris yang
menghasilkan mukus yang dapat mempermudah jalannya makanan sewaktu
menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. 4
c. Muskularis
Otot bagian esophagus terdiri atas otot rangka dan otot polos. Lapisan di
sepertiga bagian atas merupakan otot rangka, yang terdapat di sepertiga bagian
tengah adalah otot skelet dan otot polos, sedangkan otot pada sepertiga bagian
bawah merupakan otot polos. 4
c. Serosa
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan
struktur-struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran
sel-sel tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor
setelah operasi lebih besar. 4

x
Gambar 5. Lapisan dinding Esofagus3

B. TUMOR ESOFAGUS
1. Definisi
Tumor esofagus merupakan benjolan yang terdapat pada esofagus. Tumor
esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas
(kanker).

2. Epidemiologi
Dalam dua decade terakhir ini, keganasan di esophagus sering dilaporkan,
mungkin karena cara diagnostic yang lebih baik. Di Amerika serikat, kanker
esophagus relative jarang dijumpai akan tetapi merupakan kondisi maligna yang
sangat letal. Pada tahun 1993 dari 11.300 kasus kanker esophagus kematian terjadi
pada 10.200 pasien. Di seluruh dunia insidensi kanker esophagus dilaporkan
berbeda-beda. Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang dikenal dengan

xi
julukan Asian esophageal cancer belt yang terbentang dari tepi selatan laut kaspia
di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan,
Siberia, dan Mongolia. Selain itu kanker esophagus banyak terdapat di Finlandia,
Islandia, Afrika Tenggara dan Perancis Barat Laut. Di Amerika Utara dan Eropa
Barat, Penyakit ini lebih sering terdapat pada laki-laki kulit hitam berusia lebih
dari 50 tahun dengan status sosio-ekonomi rendah.5
Keganasan yang paling sering menyerang esophagus ialah jenis karsinoma
epidermoid. Sungguhpun demikian, dibanyak tempat kasus – kasus
adenokarsinoma meningkat jumlahnya. Keganasan di bagian distal esophagus,
terutama di batas esophagus-lambung, sering berupa adenokarsinoma karena
mukosa esophagus berasal dari lambung (Barret). Epitel silinder yang
menunjukan metaplasia ditemukan pada penderita esophagitis refluks dengan atau
tanpa keluhan/gejala. Esophagitis barret ini merupakan faktor resiko utama
karsinoma esophagus. Jenis lain, misalnya leimiosarkoma, fibrosarkoma, atau
melanoma maligna sangat jarang terjadi. Karsinoma lebih banyak diderita pria,
tiga kali lebih sering daripada wanita, lebih banyak pada usia lanjut, dan lebih
banyak di daerah atau negara tertentu seperti Cina, Jepang, Rusia dan
Skandinavia.1

3. Faktor Resiko
Pada tumor esofagus tidak diketahui adanya satu faktor tunggal tertentu
sebagai penyebab terjadinya kanker ini. Aneka ragam faktor etiologic
diperkirakan berperan dalam etiopatogenesis kanker tersebut yaitu faktor
lingkungan, faktor diet, kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol, iritasi kronik
pada mukosa dan kultural.5 Adapun faktor risiko dari tumor esofagus adalah:
a. Umur
Kejadian tumor esofagus cenderung lebih rendah pada usia muda dan
meningkat seiring peningkatan usia. Hanya kurang dari 15% kasus ditemukan
dibawah umur 55 tahun.

xii
b. Jenis kelamin
Dibandingkan dengan perempuan, laki-laki lebih rentan terkena tumor
esofagus 3 kali lipat.
c. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Orang dengan GERD mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
mendapat adenokarsinoma esofagus. Risiko meningkat seiring dengan lamanya
kejadian GERD dan keparahan gejalanya. GERD juga menyebabkan Barret
esofagus yang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.
d. Barret Esofagus
Pasien yang menderita Barret esofagus lebih berisiko untuk mendapatkan
tumor esofagus walaupun tidak semua pasien Barret esofagus menderita tumor
esofagus.
e. Rokok dan Alkohol
f. Akalasia
Pasien dengan kondisi spingter bagian bawah esofagus yang tidak berelaksasi
optimal menyebabkan makanan lama tertahan di esofagus sehingga
menyebabkan iritasi pada esofagus. Hal ini meningkatkan kejadian tumor
esofagus.
g. Paparan zat kimia
h. Trauma pada esofagus
i. Bakteri pada lambung
Tabel 1. Faktor resiko terjadinya karsinoma esofagus5

Lingkungan
Lokasi geografis
Kadar molibdium dalam tanah yang rendah
Kadar garam dalam tanah
Suhu
Diet
Aflatoksin
Asbestos
Defisiensi vit.A, vit.E, dan vit.C, riboflavin, niasin, dan zink
Kebiasaan
Alkohol
Merokok

xiii
Iritasi kronik pada mukosa oleh faktor fisik
Radiasi
Akalasia
Skleroterapi injeksi
Kultural
Status sosio-ekonomi
Ras

4. Klasifikasi
Klasifikasi tumor pada esofagus berdasarkan gambaran histologis (tabel 2):
Tabel 2. Klasifikasi histologi tumor dan lesi mirip tumor pada esofagus 5
Epitel
Jinak Ganas
Papiloma Squamous cell carcinoma
Adenoma Adenokarsinoma
Karsinoma verukosa
Spindle cell carcinoma (karsinokarsinoma)
Adenosquamous cell carcinoma
Karsinoma mukoepidermoid
Small cell carcinoma dan karsinoid
Melanoma maligna
Koriokarsinoma
Karsinoma undifferentiated
Non-Epitel
Jinak Ganas
Leimioma Leimiosarkoma
Lipoma Sarkoma jaringan lunak
Tumor vascular Rabdomiosarkoma
Tumor neurogenic Sarcoma neurogenic
Tumor sel granular Sarcoma Kaposi
Limfoma
Lesi mirip tumor
Polip fibrovaskular
Kista
Polip inflamatori

Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan berkembang
dari lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini biasanya
tanpa gejala dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering tercatat
hanya sebagai temuan insidentil selama radiografi rutin atau endoskopi. Tumor
jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor non epitel yang
xiv
berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Karena tumor berasal
dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh submukosa yang utuh dan
mukosa, sehingga sulit untuk dilakukan biopsi secara endoskopi.5
Tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Kanker
esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yang melapisi
lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan
tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir
95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas. Tumor ganas
epitel yang paling sering terjadi adalah squamous cell carcinoma dan
adenokarsinoma. Squamous Cell Carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus.
Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian kanker esofagus di Amerika Serikat.
Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut adenokarsinoma. Jenis sel ini bukanlah
sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan dalam esofagus. Sebelum
menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan posisi sel squamous, dan
inilah yang sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker tipe ini sering
terjadi di bagian yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat
terbanyak kejadian adenokarsinoma.5

Gambar 6. Makroskopis dan mikroskopis Squamous Cell Carcinoma6

xv
Gambar 7. Makroskopis dan mikroskopis adenokarsinoma esophagus6

5. Manifestasi Klinis
Gejala utama karsinoma esofagus ialah disfagia progresif yang berangsur-
angsur menjadi berat. Keluhan ini dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Mula-mula disfagia timbul bila makan makanan padat, dan
akhirnya makanan cair, atau air liur pun sangat mengganggu. Semua ini
menyebabkan penderita menjadi kurus dengan keadaan gizi yang buruk. Mungkin
penderita juga mengalami regurgitasi atau muntah, dan kadang terjadi aspirasi ke
dalam paru. Kadang timbul anemia karena perdarahan, tetapi sangat jarang sampai
terjadi hematemesis atau melena.1
a. Disfagia
Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering
dirasakan oleh pasien seperti ada makanan yang trsangkut di tenggorokan atau
dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka pasien biasanya mengganti makanan
dan kebiasaan makannya secara tidak sadar, pasien makan dengan jumlah gigitan
yang lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati.
Seiring dengan pertumbuhan kanker yang semakin besar pasien mulai mekan-
makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih mudah
masuk melewati esofagus, hingga akhirnya pasien berhenti mengkonsumsi

xvi
makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker
tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esofagus. Untuk
membantu makanan melewati esofagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan
menghasilkan saliva luarkan. Hal ini juga yang menyebabkan orang yang
menderita kanker esofagus sering mengeluh banyak mengeluarkan mucus atau
saliva.6
b. Nyeri saat menelan
Odinofagia ditemukan lebih jarang dibandingkan dengan disfagia. Nyeri
terasa terus-menerus, tidak bersifat tajam/seperti ditusuk, nyeri menyebar ke
punggung.5
c. Suara serak
Adanya suara serak menandakan invasi ke N. laringeus rekurens atau
aspirasi kronik. Batuk kronik dapat terjadi karena aspirasi kronik atau fistula
trakeoesofageal yang pada gilirannya juga mengakibatkan batuk selagi menelan.5
d. Nyeri pada dada
Nyeri dada sering di deskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbakar di
dada, gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan denngan
organ lain seperti jantung.6
e. Kehilangan berat badan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami
penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga pasien
mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain
dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan meningkatnya proses metabolism
kanker yang diderita oleh pasien.6
f. Perdarahan
Perdarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu
tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada
mukosa dan meghasilkan pendarahan di daerah gastrointestinal, jika pendarahan
terjadi dalam jumlah yang banyak maka feses juga bisa berubah menjadi hitam,
tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.5

xvii
Tabel 3. Keluhan dan gejala tumor esofagus5
Disfagia Nyeri
Berat badan menurun Rasa tidak nyaman di kerongkongan
Odinofagia Singultus
Muntah Sindrom horner
Suara menjadi serak Sindrom vena kava superior
Batuk Efusi pleura maligna
Regurgitasi Asites maligna
Hematemesis/melena Nyeri tulang
Anemia defisiensi besi Pembesaran KGB supraclavikula/servikal

6. Staging dan Stadium Tumor


a. Staging TNM:7
T (Tumor primer)
Tumor esofagus pertama-tama tumbuh melalui empat lapisan dinding
esofagus dan kemudian ke seluruh tubuh. Untuk menggambarkan seberapa jauh
tumor esofagus tumbuh melalui dinding esofagus, menggunakan angka 1 sampai
4. Semakin tinggi angkanya, semakin besar tumornya. Berikut tahapan T untuk
tumor esofagus:7
Tis = Terdapat sel-sel abnormal di bagian dalam esofagus. Kemungkinan
dapat berubah menjadi sel tumor
T1a = Terdapat sekumpulan sel tumor sudah mulai tumbuh di bagian dalam
esofagus. Tumor belum tumbuh jauh melalui dinding esofagus
T1b = Tumor telah tumbuh pada lapisan pertama esofagus dan telah memasuki
lapisan kedua
T2 = Tumor telah tumbuh pada lapisan ketiga dinding esofagus
T3 = Tumor mencapai lapisan keempat/lapisan terluar dari dinding esofagus.
T4a = Tumor mencapai keseluruhan lapisan esofagus dan mencapai lapisan
dari organ tubuh terdekat.
T4b = Tumor mencapai keseluruhan lapisan esofagus dan masuk ke organ
tubuh penting terdekat.
N (Nodul Limfe)
Terdapat ratusan kelenjar getah bening di dalam tubuh. Kelenjar getah
bening berfungsi sebagai filter untuk membantu melawan infeksi dan
xviii
menghilangkan benda asing dari tubuh. Semakin tinggi angkanya, semakin
banyak kelenjar getah bening yang terkena kanker. Jika tidak mengetahui apakah
terdapat kelenjar getah bening yang terkena kanker, tanda X digunakan sebagai
pengganti angka. Berikut jumlah N untuk tumor esofagus:7
Nx = Tidak diketahui apakah kelenjar getah bening terkena kanker
N0 = tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening disekitarnya
N1 = memiliki 1 sampai 2 kelenjar getah bening terkena kanker
N2 = memiliki 3 sampai 6 kelenjar getah bening terkena kanker
N3 = memiliki 7 atau lebih kelenjar getah bening terkena kanker
M (Metasatase)
Kanker dapat menyebar ke area tubuh yang jauh dari tempat asalnya. Proses ini
disebut metastasis. Mengetahui kanker telah menyebar jauh dari esofagus
merupakan bagian penting dalam memilih perawatan yang dapat digunakan.
Untuk menggambarkan apakah kanker telah menyebar jauh (metastasis),
digunakan angka 0 dan 1. Jika tidak diketahui apakah kanker telah menyebar jauh,
digunakan X. Nilai M dijelaskan sebagai berikut:
Mx = tidak diketahui tumor menyebar jauh dari esofagus
M0 = tumor tidak menyebar jauh
M1 = tumor menyebar jauh melalui pembuluh darah dari esofagus menuju ke
bagian tubuh yang lain.

xix
Gambar 8. Staging TNM8
b. Stadium tumor
Secara menyeluruh dibedakan menjadi empat tingkat:1
Stadium 1 : T1, N0, M0
Stadium 2 : T2, N0, M0
Stadium 3 : T3, N0, M0 atau berapa saja T, berapa saja N dan M0
Stadium 4 : berapa sja T, berapa sja N, dan M1

7. Diagnosis
Gambaran klinis
Tumor esofagus merupakan pembunuh terselubung karena pada stadium
awal tidak menimbulkan keluhan sedangkan pada saat ada keluhan umumnya
sudah terjadi metastasis. Harapan terbaik untuk pengelolaannya adalah jika tumor
ditemukan pada seseorang yang asimptomatik yang mengalami evaluasi untuk
suatu sebab. Keluhan pasien yang bersifat samar-samar dan tidak progresif
mengakibatkan diagnosis sering terlambat.5

xx
Oleh karena keluhan pada stadium awal seringkali masih dapat ditoleransi
dan mudah diatasi biasanya pasien akan menangguhkan beberapa bulan sebelum
datang berobat.5
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik jarang dapat membantu menegakkan diagnosis kanker
esofagus, tetapi kelainan fisik akan bermanfaat dalam menentukan prognosis.
Pemeriksaan fisik biasanya tidak menunjukan kelainan kecuali akibat sumbatan
esofagus atau infiltrasi ke nervus laringeus rekurens yang menyebabkan suara
serak dan metastasis ke kelenjar limfe leher dan hepar. Pada kanker esofagus
adanya limfadenopati, hepatomegaly, pneumonia dan sindrom Horner
menunjukan bahwa kankernya sudah stadium lanjut. Limfadenopati dijumpai di
daerah servikal, supraklavikular dan aksila.1,5
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan anemia dan hipoalbunemia. Pada
pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat
gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin
yang mengalami peningkatan.1
Esofagografi memakai barium sering merupakan prosedur pertama dan
penting dalam diagnosis dan penentuan stadium tumor. Diagnosis ditegakkan
dengan esofagogastrografi, yang memperlihatkan gambaran mukosa yang tidak
teratur dengan permukaan kasar yang ulseratif atau polipoid serta penyempitan
lumen di daerah tumor. Pada ultrasonografi endoskopi berguna untuk menentukan
kemungkinan operasi dan prognosisnya dengan melihat derajat invasi dan adanya
metastasis ke kelenjar paraesofagus. Lokasi tumor, ukuran tumor dan kelainan
jaringan sekitar tumor dapat dinilai melalui pemeriksan esofagus dengan
menggunakan suspense barium. CT-scan memperlihatkan stadium, resektabilitas
dan perencanaan terapi endoskopik paliatif. Pada pemeriksaan foto dada, air fluid
level di daerah mediastinum menunjukan adanya cairan yang tertahan di dalam
lumen esofagus yang berdilatasi. Mungkin terdapat kelainan lain berupa

xxi
metastasis tumor di paru, tulang, pneumonia, pneumokardium, deviasi trakea,
efusi pleura dan limfadenopati.1,5
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis tumor esofagus:
a. Imaging Studies
1) Barrium Swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi
dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan
membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah
ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium biasanya menjadi
pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor,
dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan
untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.
2) CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus,
tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker
esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan
dapat membantu dalam menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana
terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk
minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat terlihat jelas
sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
3) Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis
kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui
selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang
ada di sekitar kanker yang tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah
diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat
ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas
(kanker). Jika kanker esofagus menutupi lumen esofagus, maka lumen tersebut

xxii
dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan
dapat melaluinya.

Gambar 9. Upper endoscopy7

4) Endoscopic Ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk
melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk
menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah
menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman
untuk digunakan
5) Bronkoskopi dan Mediastinoskopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga
tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan
untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan
mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke
nodus dan struktur mediastinal lain.
b. Pemeriksaan histopatologi
Dilakukan ntuk menentukan jenis sel yang mengalami dysplasia, dapat berupa
squamus sel karsinoma ataupun adenokarsinoma.

xxiii
8. Diagnosis Banding
Esofagografi serta endoskopi sangat diperlukan untuk menentukan
penyebab kelainan esofagus. Kelainan yang paling sering diperlukan ialah
akalasia esofagus dan striktur esofagus. Akalsia biasanya ditemukan pada pria
dewasa muda dan proses tersebut telah berjalan bertahun-tahun sehingga terjadi
distensi esofagus proksimal mulai dengan bentuk fusiform sampai dengan bentuk
S.1
Striktur esofagus sangat jarang terjadi dan kalau ada, biasanya karena
esofagistis refluks yang lama atau bekas korosi. Hernia hiatus esofagus atau
paraesofagus sering menyebabkan refluks ini.1

9. Penatalaksanaan
Pemilihan cara penanganan karsinoma esofagus sangat tergantung pada
stadium dan letak tumor. Stadium I, II, dan III dari kanker esofagus semua
berpotensi dilakukan operasi, berikut penanganannya:5
a. Stadium 0 sampai stadium I
Pembedahan terutama diindikasikan untuk stadium awal kanker esofagus
b. Stadium II
Pembedahan, terapi kemoradiasi definitif, atau kemoradioterapi neoadjuvant
diikuti dengan pembedahan adalah pilihan yang sesuai
c. Stadium III
Kemoradioterapi dengan atau tanpa operasi dianjurkan
d. Stadium IV
Kemoterapi, pengobatan simptomatik/perawatan suportif
Untuk tumor yang belum menembus lapisan mukosa (in situ), dapat
dilakukan reseksi mukosa secara endoskopik. Untuk tumor esofagus yang sudah
menembus lapisan mukosa atau lapisan lain yang lebih dalam tetapi belum
mengenai organ sekitar, pembedahan merupakan terapi pilihan.1 Adapun
modalitas terapi dan tujuan terapi adalah sebagai berikut:

xxiv
Gambar 10. Endoscopic resection7

a. Terapi Kuratif
1) Pembedahan (esofagotomi)
Reseksi merupakan pendekatan terbaik untuk karsinoma esofagus pada
pasien muda tanpa ditemukan penyebaran jauh. Pembedahan paling sering
dilakukan melalui insisi laparatomi dan torakotomi kanan. Esofagotomi dapat
dikerjakan tanpa torakotomi secara buta melalui sayatan leher dan laparatomi.
Bila tumor sudah tidak bisa direseksi kembali, dipasangkan tabung secara
endoskopik, menembus tumor, agar penderita bisa minum dan makan.
Gastrostomi dilakukan bila pemasangan tabung tidak bisa dilakukan.1 Tindakan
pembedahan bila dikombinasikan dengan kemoterapi preoperatif dengan
cisplatin–5-fluorouracil (5-FU) dapat meningkatkan 2-year survival rate 10%
dibandingkan dengan pembedahan saja. Beberapa metode esofagektomi:
a) McKeown’s Operation
Pendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan Insisi
servikal, dibuat anastomosis antara lambung keesofagus di servikal.
b) Ivor Lewis Operation
Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi,
dilakukan anastomosis antara lambung dengan oesofagus di thoraks.
c) Thoracoabdominal Approach

xxv
Dengan insisi tunggal melewati abdomen kiri atas, diaphragma dan thoraks
kemudian dilakukan anastomosis lambung dengan esofagus di thoraks.
d) Transhiatal approach
Meliputi laparotomidan insisi servikal dilanjutkan dengan diseksi tumpul dari
thoracic oesofagus, mengangkat gastric pedicle ke servikal untuk servikal
anastomosis.
e) Laparoscopy-assistedesophagectomy
Hampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan laparoscopic
instruments untuk mobilisasi esofagus intra thoracic.
Reseksi karsinoma esophagus selalu harus diikuti dengan rekonstruksi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan mengadakan anastomosis antara esophagus
proksimal dan pipa yang dibuat dari lambung. Rekonstruksi yang paling sering
dibuat ialah rekonstruksi lambung-pipa.1 Beberapa pilihan metode rekonstruksi
esofagus post esofagektomi meliputi penggantian dengan lambung, jejunum atau
colon.

Gambar 11. Esophagotomy7

2) Radioterapi
Radioterapi atau kombinasi kemo-radiaterapi merupakan terapi pilihan
untuk sebagian besar skuamous sel karsinoma esofagus 1/3 tengah dan atas,
karena dari penelitian ditemukan penurunan resiko mortalitas operasi dan
meningkatkan survival. Preoperatif radiotherapy telah diteliti dengan randomized
xxvi
trial dan tidak ditemukan peningkatan survival. Adjuvant radiotherapy
diindikasikan hanya jika resection margins masih mengandung tumor.
3) Chemotherapy
Efektif untuk skuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma.Untuk skuamus
sel karsinoma kombinasi chemotherapy–radiation terbukti memberi manfaat
daripada radioterapi atau khemoterapi saja dan memberikan 3-year survival rate
sama dengan tindakan pembedahan.
b. Terapi Paliatif
Penatalaksanaan terapi paliatif disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
gejala yang predominan dan kemampuan untuk melakukan tindakan terapi
paliatif. Tindakan paliatif pada penderita tumor stadium lanjut agar penderita
dapat makan dan minum selama sisa hidupnya dilakukan dengan pemberian
kombinasi radiasi dan kemoterapi.1 Termasuk dalam terapi paliatif:
1. Radiotherapi eksterna atau intracavitary technique.
Baik untuk skuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma
2. Intubation
Dengan endoscopically placed stent – terutama berguna untuk mengatasi
tracheo-oesophageal fistula
3. Laser therapy
Terapi paliatif untuk dysphagia yang disebabkan oleh exophytic tumours
4. Ethanol injection
Secara endoskopi dapat memberikan terapi dysphagia jangka pendek untuk
pasien yang kurang fit untuk menjalani pembedahan.
5. By-pass procedure.
Kanker esofagus yang unresectable dapat dilakukan prosedur bypass dengan
menggunakan jejunum atau colon sebagai conduit.

10. Komplikasi
Terjadi akibat invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor. Selain itu,
komplikasi dapat timbul karena terapi terhadap tumor. Invasi oleh tumor sering

xxvii
terjadi ke struktur di sekitar mediastinum. Invasi ke aorta mengakibatkan
perdarahan masif, ke pericardium terjadi tamponade jantung, atau sindrom vena
kava superior. Invasi ke serabut saraf menyebabkan suara serak atau disfagia.
Invasi ke saluran napas mengakibatkan fistula trakeoesofagal dan
esofagopulmonal, yang merupakan komplikasi serius dan progresif mempercepat
kematian. Sering terjadi obstruksi esofagus dan menimbulkan komplikasi yang
paling sering terjadi yaitu pneumonia aspirasi yang pada gilirannya menyebabkan
abses paru dan empyema. Selain itu, juga dapat terjadi gagal napas yang
disebabkan oleh obstruksi mekanik atau perdarahan.5
Perdarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi sampai perdarahan akut masif. Pasien sering tampak malnutrisi,
lemah, emasiasi, dan gangguan system imun yang kemudian akan menyulitkan
terapi.5

11. Prognosis
Lama hidup rata-rata setelah diagnosis ditetapkan kurang dari 3 bulan untuk
pasien yang tidak diterapi. Kelangsungan hidup tergantung atas luas penyakit pada
waktu reseksi. Keterlibatan kelenjar limfe dan perluasan ekstraesofagus membawa
prognosis buruk dengan sedikit yang bertahan hidup selama 5 tahun. Lesi stadium
1 tanpa keterlibatan kelenjar limfe membawa kelangsungan hidup 5 tahun sekitar
20%.9

xxviii
BAB III
KESIMPULAN

Tumor esofagus merupakan benjolan yang terdapat pada esofagus. Tumor


esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan ganas (kanker). Pada tumor
esofagus tidak diketahui adanya satu faktor tunggal tertentu sebagai penyebab
terjadinya kanker ini. Aneka ragam faktor etiologi diperkirakan berperan dalam
etiopatogenesis kanker tersebut yaitu faktor lingkungan, faktor diet, kebiasaan
merokok dan konsumsi alkohol, iritasi kronik pada mukosa dan kultural.
Tumor esofagus merupakan pembunuh terselubung karena pada stadium
awal tidak menimbulkan keluhan sedangkan pada saat ada keluhan umumnya
sudah terjadi metastasis. Gejala utama karsinoma esofagus ialah disfagia
progresif yang berangsur-angsur menjadi berat. Pemeriksaan fisik jarang dapat
membantu menegakkan diagnosis kanker esofagus, tetapi kelainan fisik akan
bermanfaat dalam menentukan prognosis. Esofagografi memakai barium sering
merupakan prosedur pertama dan penting dalam diagnosis dan penentuan stadium
tumor.
Pemilihan cara penanganan karsinoma esofagus sangat tergantung pada
stadium dan letak tumor. Stadium I, II, dan III dari kanker esofagus semua
berpotensi dilakukan operasi (esofagotomi). Komplikasi terjadi akibat invasi
jaringan dan efek kompresi oleh tumor dan dapat timbul karena terapi terhadap
tumor. Kelangsungan hidup tergantung atas luas penyakit pada waktu reseksi.
Keterlibatan kelenjar limfe dan perluasan ekstraesofagus membawa prognosis
buruk dengan sedikit yang bertahan hidup selama 5 tahun.

xxix
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Editors.


Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. 3. Jakarta: EGC; 2010.
2. Pabst R, Putz R. Sobotta: Atlas anatomi manusia. Edisi 22. Jilid 22. Jakarta:
EGC; 2006
3. Netter FH, ed. Atlas of Human Anatomy, 4th Edition. New York: Elsevier;
2006.
4. Eroschenko VP. Atlas histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2010
5. Abdurachman SA. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta:
InternaPublishing; 2009.p.497-500.
6. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi robbins. Edisi 9. Singapura:
Elsevier; 2013.
7. Network Comprehensive Cancer Network (NCCN). Esophageal Cancer:
Guidelines for Patient. 2018.
8. Rice TW, Ishwaran H, Ferguson MK, Blackstone EH, Goldstraw P. Cancer of
the esophagus and esophagogastric junction: An eighth edition staging primer,
Journal of Thoracic Oncology, 2016. 12 (1): 36-42
9. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Cetakan ke-II, Bagian 1. Jakarta: EGC; 1995.

xxx

Anda mungkin juga menyukai