INTUSUSEPSI (INVAGINASI)
Disusun oleh:
NAMA : FATMAWATI
NIM : 2017-84-003
KONSULEN:
dr. Jacky Tuamelly, Sp. B (K)Trauma
AMBON
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2
Diare dan invaginasi dihubungkan dengan infeksi virus, karena pada
pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-
sama invaginasi. Invaginasi pada umur 2 tahun ke atas, biasanya bersama-sama
divertikel Meckel, polip, hemangioma dan limfosarkoma. Infeksi parasit sering
juga menyertai invaginasi anak besar. Sebanyak 75% kasus invaginasi anak
ditemukan pada usia dibawah 3 tahun dimana 40% nya didapatkan pada usia
antara 1 dan 12 bulan. Insiden terjadinya invaginasi diperkirakan mencapai 1
dari 2000 anak, penelitian di Inggris dan Skotlandia menunjukkan insiden yang
lebih tinggi yaitu 4 dari 1000 kelahiran hidup. Jenis kelamin laki-laki lebih
dominan terjadi dibanding dengan perempuan dengan rasio berkisar 3:2 sampai
dengan 2:1.
Hasil laporan WHO yang dikeluarkan pada tahun 2002 di 3 kota besar
Indonesia menunjukkan angka terjadinya invaginasi pada anak yang terjadi di
kota Medan sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan sampai 2 tahun dan
paling banyak ditemukan pada anak usia di bawah 1 tahun sebanyak 95% dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan 2:1.1,2
Gejala klasik yang paling umum (85%) dari intususepsi adalah nyeri perut
yang sifatnya muncul secara tiba‐tiba, kolik, intermiten, berlangsung hanya
selama beberapa menit. Gejala awal lain yang sering dikeluhkan yaitu muntah.
Kerusakan usus berupa nekrosis hingga perforasi usus dapat terjadi antara hari
ke 2-5 dengan puncaknya pada hari ke 3 setelah gejala klinis terjadi. Hal tersebut
akan memperberat gejala obstruksi yang ditimbulkan oleh intususepsi dan akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas.2
Berdasarkan uraian di atas, menjadi suatu keharusan bagi para calon dokter
umum yang nantinya juga akan terjun ke masyarakat untuk memahami dan
mengenali gejala awal dari intususepsi sehingga dapat melakukan tindakan
sesegera mungkin untuk memperbaiki keadaan umum pasien kemudian merujuk
ke spesialis bedah yang tepat sehingga berdampak pada menurunnya angka
morbiditas dan mortalitas dari intususepsi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definsi
2.2 Epidemiologi
4
2.3 Etiologi
1. Idiopatik
2. Kausal
a. Adanya penebalan Plaque Peyer akibat suatu proses dari infeksi virus
pada usus.
Adenovirus ditemukan dari limfonodi mesenterika pada pembedahan dan
juga dari biakan permukaan dengan presentase yang lebih tinggi pada
anak dengan invaginasi daripada control. Invaginasi pada anak biasanya
disebut idiopatik, dimana disebabkan oleh penebalan plaque Peyeri yaitu
suatu jaringan limfoid di dinding ileum bagian distal, yang dapat
merangsang peristaltic usus sebagai upaya untuk mengeluarkan massa
tersebut sehingga menyebabkan invaginasi.
5
b. Adanya perubahan flora usus sehingga timbul peristaltik yang meniggi.
Perubahan flora biasa terjadi pada usia 6-9 bulan sehubungan dengan
perubahan pola makan pada bayi. Pada saat ini peristaltic anak akan
meningkat dan dapat menyebabkan terjadinya invaginasi.
c. Gerakan peristaltic yang berlebihan seperti pada polip usus, divertikel
Meckel, limfoma, hemangioma, leiomioma, leiosarkoma, dan mesenteric
hematom merupakan pencetus pada anak di atas usia 2 tahun atau orang
dewasa.
Sekali usus bagian proximal masuk ke bagian usus distal, oleh adanya
peristaltic, maka bagian usus proximal ini akan tetap ada dan bahkan lebih jauh
masuk dalam usus bagian distal.
6
akibat penyakit berjalan progresif dimana ileum dan mesenterium masuk ke
dalam caecum dan colon, akan dijumpai mukosa intussusseptum menjadi oedem
dan kaku. Mengakibatkan obstruksi yang pada akhirnya akan dijumpai keadaan
strangulasi dan perforasi usus.4
7
Gambar 4: patofisiologi invaginasi8
Invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya yaitu pada bagian usus mana yang
terlibat (Pickering, 2000):1,8,10
8
Pada kolon dikenal dengan jenis colo colica dan sekitar ileo caecal dan ileo
colica, jenis-jenis yang disebutkan di atas dikenal dengan invaginasi tunggal
dimana dindingnya terdiri dari tiga lapisan. Jika dijumpai dinding yang terdiri
dari lima lapisan, hal ini sering pada keadaan yang lebih lanjut disebut jenis
intususepsi ganda, sebagai contoh adalah jenis ileo-ileo-colica atau colo-colica.
Suwandi J.Wijayanto E. di Semarang selama 3 tahun (1981-1983) pada
pengamatannya mendapatkan jenis intususepsi sebagai berikut: Ileo-ileal 25%,
ileo-colica 22,5%, ileo-ileo-colica 50% dan colo-colica 22,5%.3
9
2.6 Gambaran klinis
Secara klasik terdiri atas nyeri perut, gelisa sewaktu serangan kolik, biasanya
keluar ledir bercampur darah (“red current jelly” selai kismis merah) per anum
yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah
mengalami strangulasi, anak biasanya muntah sewaktu serangan dan pada
pemeriksaan perut dapat teraba massa yang biasanya memnjang dengan batas
jelas seperi sosis
BAB darah dan lendir (red currant jelly stool) baru dijumpai sesudah 6-8
jam serangan sakit yang pertama kali, kadang-kadang sesudah 12 jam. BAB
darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus per kasus, ada juga yang
dijumpai hanya pada saat melakukan colok dubur.2,3
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat intususepsi sebagai suatu
massa tumor berbentuk curved sausage di dalam perut di bagian kanan atas,
kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu
terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan bawah teraba kosong
yang disebut “dance’s sign”. Hal ini akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut
10
proses intususepsi. Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang
tadinya tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem
yang semakin bertambah, sehingga pada pasien dijumpai tanda-tanda obstruksi,
seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah
warna hijau dan dehidrasi. 3
2.7 Diagnosis
Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi adalah suatu trias gejala yang terdiri
dari :2,3
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat hilang timbul.
Nyeri menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi serangan
baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk curved sausage pada bagian kanan
atas, kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir yang disebut red currant jelly
stool.
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya
tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada
11
gejala trias intususepsi. Mengingat intususepsi sering terjadi pada anak berumur
di bawah satu tahun, sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anak-
anak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien
datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik sehingga
anak menjadi rewel sepanjang hari/malam, ada muntah, buang air besar campur
darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan intususepsi.13
Kriteria Mayor.3
1. Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat muntah hijau,
diikuti dengan distensi abdomen dan bising usus yang abnormal atau
tidak ada sama sekali.
2. Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya tercakup
hal-hal berikut ini: massa abdomen, massa rectum atau prolaps rectum,
terlihat pada gambaran foto abdomen, USG maupun CT Scan.
3. Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi
perdarahan rectum atau gambaran feses “red currant jelly” pada
pemeriksaan “Rectal Toucher“.
Kriteria Minor.3
12
1. Kriteria Pembedahan – Invaginasi usus yang ditemukan saat pembedahan
2. Kriteria Radiologi-Air enema atau liquid contrast enema menunjukkan
invaginasi dengan manifestasi spesifik yang bisa dibuktikan dapat
direduksi oleh enema tersebut.
3. Kriteria Autopsi – Invagination dari usus
Level 3 – Possible
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos abdomen
Didapatkan distribusi udara di dalam usus tidak merata, usus terdesak ke
kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan
gambaran “air fluid level”. Dapat terlihat “free air” bila terjadi
perforasi.
13
Gambar 8: gambaran radiologi usus terdesak kekiri atas
Literatur lain menyebutkan bahwa foto polos hanya memiliki akurasi diagnostik
45% untuk menegakkan diagnosis intususepsi sehingga penggunaannya tidak
diindikasikan jika ada fasilitas USG.2,3
Gambar 9 : foto polos abdomen anak usia 3 tahun dengan intususepsi pada caecum (a)
posisi supinasi memperlihatkan gambaran gas usus nonobstruktif. Colon ascendens dan
14
caecum sulit diidentifikasi dengan pasti. (b) posisi decubitus memperlihatkan colon
ascendens lebih jelas (tanda panah). Setelah dikonfirmasi dengan barium enema, maka anak
ini diketahui megalami intususepsi caecal.3
b. Barium enema
Dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan
bila gejala-gejala klinik meragukan. Pada barium enema akan tampak
gambaran cupping, coiled spring appearance.3
c. Ultrasonografi Abdomen
Penggunaan USG abdomen untuk evaluasi intususepsi pertama kali
digambarkan pada tahun 1977. Sejak itu, banyak institusi yang
mengadopsi penggunaannya sebagai alat skrining karena tidak adanya
paparan radiasi dan rendah biaya. Intususepsi biasanya ditemukan di sisi
kanan abdomen
Pada tampilan transversal USG, tampak konfigurasi usus berbentuk
‘target’ atau ‘donat’ yang terdiri dari dua cincin echogenisitas rendah
yang dipisahkan oleh cincin hiperekoik, tidak ada gerakan pada donat
tersebut dan ketebalan tepi lebih dari 0,6 cm. Ketebalan tepi luar lebih
dari 1,6 cm menunjukkan perlunya intervensi pembedahan. Pada
tampilan logitudinal tampak pseudokidney sign yang timbul sebagai
tumpukan lapisan hipoekoik dan hiperekoik.2,3,12
15
Pemeriksaan USG selain sebagai diagnostik, juga dapat digunakan
untuk membantu mendiferensiasikan tipe dari intususepsi. Park et al
(2007) melaporkan bahwa intususepsi transien dari usus kecil lebih
sering terlokalisir pada kuadran kanan bawah atau region
periumbilikal, memiliki diameter anteroposterior yang lebih kecil
(1,38 cm vs 2,53 cm), memiliki garis luar yang lebih tipis (0,26 cm vs
0,53 cm), dan tidak memiliki nodus limfatikus, dimana berbanding
terbalik dengan intususepsi ileocolic.3,12
16
d. CT Scan
Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan gambaran klasik
seperti pada USG yaitu target sign. Intususepsi temporer dari usus halus
dapat terlihat pada CT maupun USG, dimana sebagian besar kasus ini
secara klinis tidak signifikan.3
17
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
18
Reposisi pneumostatik dengan tekanan udara makin sering digunakan
karena lebih aman dan hasilnya lebih baik dari pada reposisi dengan
enema barium. Prosedur ini dimonitor secara fluroskopi sejak udara
dimasukkan ke dalam rectum. Tekanan udara maksimum yang aman
adalah 80 mmHg untuk bayi dan 110-120 mmHg untuk anak. Penganut
dari model reduksi ini meyakini bahwa metode ini lebih cepat, lebih
aman dan menurunkan waktu paparan dari radiasi.
19
2. Tindakan Operatif
Jika reposisi konservatif ini tidak berhasil terpaksa diadakan reposisi
operatif maupun pneumatik maka dilakukan sewaktu operasi dengan di
coba reposisi manual dengan mendorong invanginatum dari oral kea rah
sudut ileosekal: dorongan dilakukan dengan hati-hati tanpa tarikan dari
bagian proksimal
20
Gambar 16 : evaluasi ileum terminal dengan seksama untuk menilai viabilitas
usus.3
21
Menutup
o Setelah reduksi dicapai atau reseksi dilakukan (jika diperlukan)
dan hemostasis dipastikan, penutupan fasia perut dilakukan di
lapisan menggunakan benang absorbable 3-0.
o Kulit reapproximated dengan jahitan subcuticular 5-0 yang
diserap.
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
Kematian disebabkan oleh intususepsi idiopatik akut pada bayi dan anak-
anak sekarang jarang di negara maju. Sebaliknya, kematian terkait dengan
22
intususepsi tetap tinggi di beberapa negara berkembang. Pasien di negara
berkembang cenderung untuk datang ke pusat kesehatan terlambat, yaitu lebih
dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi bedah,
reseksi usus dan mortalitas lebih tinggi.3,12
Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat
dalam kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya
gejala daripada bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset pertama.
Angka rekurensi dari intususepsi untuk reduksi nonoperatif dan operatif masing-
masing rata-rata 5% dan 1-4%.3
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Invaginasi yang merupakan suatu kedaruratan medis biasa terjadi pada
anak kecil berusia kurang dari satu tahun,
Diagnosa dapat ditegakkan dengan melihat dari anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa dapat diketahui adanya riwayat
nyeri abdomen yang hilang timbul dan berulang setiap 10 sampai 20 menit. Dari
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya suatu massa pada daerah
hipogastrium kanan, yang berjalan sepanjang kolon transversum, selain itu dapat
juga teraba ‘dance’s sign’ pada daerah invaginasi. Feses penderita cenderung
bercampur dengan darah dan lendir yang jika sudah terjadi obstruksi total akan
kehilangan massa feses.
Dari foto polos abdomen dapat dilihat adanya air fluid level jika terjadi
perforasi akibat invaginasi, dari pemeriksaan barium enema dapat terlihat adanya
cupping pada daerah invaginasi, sedangkan pada pemeriksaan USG dapat dilihat
adanya target sign.
Terapi dapat dilakukan dengan melakukan reduksi hidrostatik yag
menggunakan tekanan hidrostatik untuk melepaskan ikatan yang terbentuk, atau
dengan reduksi secara manual yaitu dengan operasi baik dengan reseksi ataupun
tidak.
24
DAFTAR PUSTAKA blm diatur
25