BAB I
PENDAHULUAN
bidang kedokteran zaman ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. World Health
Organization (WHO) membagi lansia ke dalam tiga kelompok besar yakni middle
age (usia 45-59 tahun), elderly age (usia 60-74 tahun) dan old age (usia 75-90
tahun).
masyarakat dunia pada tahun 2000-2005 adalah 66,4 tahun, dengan persentase
populasi lansia dari seluruh populasi masyarakat dunia adalah sebesar 7,74 %.
Angka ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya dan
Diperkirakan pada tahun 2045-2050, tingkat usia harapan hidup (UHH) populasi
dunia akan mencapai 77,6 tahun, dengan persentase populasi lansia dari seluruh
Tenggara sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total keseluruhan populasi dan pada tahun
populasi lanjut usia akan mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000 melaporkan angka usia harapan
hidup (UHH) di negara Indonesia adalah sebesar 64,5 tahun (dengan persentase
jumlah populasi lansia 7,18 %) dan Pada tahun 2010, dilaporkan terjadi
peningkatan pada angka usia harapan hidup (UHH) menjadi 69,43 tahun (dengan
presentase populasi lanjut usia adalah sebesar 7,56 %), Angka ini terus meningkat.
data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, angka usia harapan
Peningkatan usia harapan hidup (UHH) dan jumlah populasi lansia dapat
dianggap sebagai hal yang positif, namun disisi lain hal ini juga memiliki dampak
Transisi ini berupa peningkatan angka kesakitan akibat keadaan degeneratif yang
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang
difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif
dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga
mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang kesemuanya
merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia sejak lahir. Walau
merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi
dan perubahan emosional. Hal ini menjelaskan secara kolektif untuk sifat tidak
yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu otot, ligamen,
tendo dan bursa. Keluhan yang berasal dari jaringan lunak khususnya otot paling
4
menunjukkan penyebab nyeri yang sering terjadi pada lansia, mulai dari yang
semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
banyaknya proporsi warga lansia di Indonesia, dimana yang sering di alami pada
sendi. Dampak keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
sendi tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan
aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga dapat menimbulkan kegagalan organ dan
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya nyeri pada sendi semakin
meningkat dengan bertambahnya umur, dimana nyeri sendi pada lansia lebih
sering menyerang wanita dibanding pria. Hal ini disebabkan karena adanya
tidak berfungsi lagi, sementara salah satu fungsi hormon ini adalah untuk
Selain itu para pekerja yang biasa dengan beban berat akan mempunyai
risiko terserang gangguan sendi lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang
tidak mengangkat beban berat. Gangguan sendi ini biasanya mengenai sendi
penopang berat badan misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga
mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. Penderita dengan
gangguan nyeri sendi biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas
atau jika ada 3 pembebanan pada sendi yang terkena, selain itu aktivitas fisik
gangguan sendi sehingga mengakibatkan nyeri pada sendi. Penderita nyeri sendi
dengan obesitas lebih sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan
dengan penderita yang tidak obesitas.7,8 Hal ini menunjukkan bahwa berat badan
gangguan sendi terutama lutut, yang mana peningkatan berat badan akan
melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan. Penelitian yang dilakukan oleh
penyakit Osteoarthrirtis yang dapat menimbulkan nyeri pada sendi. Hal ini
tulang rawan.8
6
Untuk mencegah keadaan yang memperburuk dari nyeri sendi tersebut maka
yang berat, serta harus memperhatikan status gizi pada lansia untuk mencegah
obesitas. Selain itu dengan pengawasan gizi yang baik maka nutrisi yang
dibutuhkan oleh lansia akan terpenuhi dengan baik yang selanjutnya akan
berpengaruh pada peningkatan status gizi lansia. Status gizi yang baik dan kondisi
tubuh yang sehat akan meningkatkan fungsi metabolisme tubuh yang berefek pada
penyakit.7,8
Banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (fifth
nadi, dan tekanan darah. Milton mengatakan “Pain is perfect miserie, the worst
/of evil. And excessive, overture/ All patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa
manusia sejak awal berupaya sedemikian untuk mengerti tentang nyeri dan
mencoba mengatasinya.9
lansia cukup banyak di Negeri Hutumuri, namun penelitian seperti ini belum
Peningkatan usia harapan hidup (UHH) dan jumlah populasi lansia dunia,
termasuk di Indonesia, merupakan suatu hal yang positif, namun disisi lain
degeneratif yang sering terjadi pada kelompok lansia, salah satunya adalah nyeri
dengan kemampuan fungsional fisik pada lansia, salah satunya adalah faktor
sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitas fisik, status
sebagai berikut:
nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, jenis nyeri, keadaan yang mengurangi nyeri
Hutumuri.
adanya kejadian nyeri, lamanya nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, jenis nyeri,
jenis kelamin, selain itu juga dapat dijadikan acuan dan referensi untuk
data dasar dan sumber informasi untuk dinas kesehatan dan instansi
terkait lainnya.
10