Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN MIOMA UTERI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Perioperatif 3
Di RSU KARSA HUSADA BATU

Oleh:
Nama : MOCH. Agiel Devany P.M.
NIM : P17211193117

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I KONSEP MEDIS
A. Definisi
  Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma,
atau fibroid (Mansjoer, 2007). Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak
berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan
neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita
usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma
mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum,
2003).

B. Etiologi
 Etiologi pasti belum diketahui
 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri  mempengarui
pertumbuhan tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Sebagian
ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause jarang
ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
C. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat sering
ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot
subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila
tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi
infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
 Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-faktor
yang menyebabkan perdarahan antara lain:
o Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium
karena pengaruh ovarium
o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara
serabut miometrium
 Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstru
 Pembesaran perut bagian bawah
 Uterus membesar merata
 Infertilitas
 Perdarahan setelah bersenggama
 Dismenore
 Abortus berulang
 Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri ,
sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance
Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b.  Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini
penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan
perjalanan ureter.
c.  Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1)     Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2)      Monitor keadaan Hb
3)      Pemberian zat besi
4)      Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1)      Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2)      Nyeri pelvis yang hebat
3)      Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4)      Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5)      Pertumbuhan mioma setelah menopause
6)      Infertilitas
7)      Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :


a.  Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita
mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita
yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik
atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat
kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2005).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin
imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

BAB II ASKEP (NCP dari NANDA NIC dan NOC)


A. Pengkajian Keperawatan
 Data biografi pasien
 Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus,
lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan
untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
 Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi,
imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
 Riwayat kesehatan keluarga
 Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik,
pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan
ginekologi, meliputi :
o Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama
persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi,
masalah bayi dan keadaan anak saat ini
o Pemeriksaan genetalia
o Pemeriksaan payudara
o Riwayat operasi ginekologi
o Pemeriksaan pap smear
o Usia menarche
o Menopause
o Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
 Kesehatan lingkungan/higiene
 Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
 Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
 Terapi medis yang diberikan
 Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
 Persepsi klien terhadap penyakitnya
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangannutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

C. Tujuan dan Rencana/ Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri akut NOC : Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
pemberian asuhan nyeri secara
keperawatan selama …..x komperhensif (lokasi,
24 jam, diharapkan respon karakteristik, durasi,
nyeri pasien dapat terkontrol frekuensi, kualitas, faktor
dengan kriteria hasil sebagai presipitasi)
berikut : 2. Observasi reaksi non
-  Klien mampu mengenal verbal dari
faktor-faktor penyebab ketidaknyamanan
nyeri, beratnya ringannya (Grimace, lokalisasi nyeri,
nyeri, durasi nyeri, defence mekanism,
frekuensi dan letak bagian menyeringai, gelisah,
tubuh yang nyeri menangis, dll)
-  Klien mampu melakukan 3. Gunakan teknik
tindakan pertolongan non- komunikasi terapiutik
analgetik, seperti napas untuk
dalam, relaksasi dan mengetahui pengalaman
distraksi nyeri pasien
-  Klien melaporkan gejala- 4. Kontrol lingkungan
gejala kepada tim kesehatan yang dapat
-  Klien mampu mengontrol mempengaruhi nyeri
nyeri seperti suhu ruangan,
-  Ekspresi wajah klien pencahayaan dan
rileks kebisingan
-  Klien melaporkan adanya 5. Kurangi faktor
penurunan tingkat nyeri presipitasi
dalam rentang sedang (skala 6. Ajarkan teknik
nyeri: 4 sampai 6) hingga nonfarmakologi (Distraksi,
nyeri ringan (skala nyeri : 1 relaksasi, Guided Imagery,
sampai 3) dll)
-  Klien melaporkan dapat 7. Evaluasi keefektifan
beristirahan dengan nyaman kontrol nyeri
-  Nadi klien dalam batas 8. Tingkatkan istirahat
normal (80-100x/menit) 9. Observasi tanda-tanda
-  Tekanan darah klien vital
dalam batas normal (120/80 10. Kolaborasi penanganan
mmHG) nyeri secara
-  Frekuensi pernafasan farmakologi
klien dalam batas normal
(12 – 20 x/menit)
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
2 KETIDAKSEIMB NOC: Kontrol Cemas
ANGAN Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian
NUTRISI: keperawatann kepada pasien nutrisi secara lengkap
KURANG selama …... x 24 jam, 2. Awasi masukan
DARI diharapkan pasien dapat makanan atau cairan
KEBUTUHAN mengkontrol cemas dengan dan
TUBUH kriteria hasil sebagai hitung masukan kalori
berikut: per hari
-     Perawat memonitor  3. Kolaborasi dengan
tingkat kecemasan pasien ahli gizi untuk
-     Klien mampu menentukan kebutuhan
menurunkan penyebab- kalori dan tipe
penyebab kecemasan nutrisi yang dibutuhkan
-     Perawat dan keluarga pasien
dapat menurunkan stimulus 4. Tentukan pilihan
lingkungan ketika pasien makanan dengan
cemas memperhatikan budaya
-     Klien mampu mencari dan religi pasien
informasi tentang hal-hal 5. Dorong masukan
yang dapat dilakukan untuk makanan tinggi kalsium
menurunkan kecemasan 6. Dorong masukan
-     Klien manpu makanan atau minuman
menggunakan strategi tinggi potasium
koping yang efektif (Kalium)
-     Klien melaporkan 7. Pastikan diet
kepada perawat penurunan mengandung tinggi
kecemasan serat untuk
-     Klien mampu mencegah konstipasi
menggunakan teknik 8. Bantu pasien untuk
relaksasi  untuk memilih makanan yang
menurunkan cemas lunak, lembut dan tidak
-     Klien mampu mengandung asam
mempertahankan hubungan 9. Hentikan penggunaan
social, dan konsentrasi selang nasogastrik
-     Klien melaporkan apabila pasien dapat
kepada perawat tidur cukup, menoleransi masukan
tidak ada keluhan fisik per oral
akibat kecemasan, dan tidak 10. Sajikan makanan
ada perilaku yang secara menarik,
menunjukkan kecemasan pertimbangkan warna,
tekstur dan variasi
11. Bila perlu lakukan
oral higiene sebelum
makan
12. Bantu pasien untuk
duduk sebelum makan
13. Pantau nilai
laboratorium
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI
LAPARATOMI
ATAS INDIKASI MIOMA UTERI
RSUKH BATU

Oleh:
Nama : MOCH. Agiel Devany P.M.
NIM : P17211193117

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

A. DEFINISI
Laparatomy adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen
untuk menguji suatu organ untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita
pasien. (Brunner & Suddarth, 2002).

B. INDIKASI
1. Adanya masa pada rongga peritoneum
2. Adanya perdarahan pada rongga peritoneum

C. TUJUAN
1. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrumen
2. Memperlancar handling instrumen
3. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen selama operasi.

D. PERSIAPAN OPERASI
1. Persiapan Lingkungan
a. Menyiapkan dan mengecek fungsi mesin suction, monopolar, lampu op, meja op,
meja mayo, meja instrument, suhu ruangan dan viewer
b. Memberi perlak dan duk pada meja operasi.
c. Menyiapkan linen dan instrumen yang akan di gunakan
d. Menempatkan tempat sampah agar mudah dijangkau

2. Persiapan Pasien
a. Pasien harus menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu, informed consent
harus terisi/disetujui, dan pasien dipuasakan.
b. Pasien dibaringkan di meja operasi dan dibaringkan dengan posisi supine, dipasang
alat pengukur vital sign dan oksigen.
c. Pasien dipuasakan selama 8 jam
d. Pasien dipasang arde/plat diatermi dibawah pantat, kaki (massa ototnya banyak dan
tidak berambut)

3. Persiapan Alat
a. Alat on steril
1) Meja instrument : 1 buah
2) Meja mayo : 1 buah
3) Meja operasi : 1 buah
4) Mesin couter : 1 buah
5) Mesin suction : 1 buah
6) Lampu operasi : 1 buah
7) Plat diatermi : 1 buah
8) Trolly waskom : 2 buah
9) Viewer Rontgen : 1 buah
10) Tempat sampah : 2 buah

b. Meja mayo
1) Handle mess no.3/4 : 1/1 buah
2) Gunting jaringan kasar : 1 buah
3) Gunting metzemboum : 1 buah
4) Pinset chirurgis : 2 buah
5) Pinset anatomis : 2 buah
6) Desinfeksi klem : 1 buah
7) Doek klem : 5 buah
8) Mosquito klem : 1 buah
9) Klem pean manis : 1 buah
10) Klem pean bengkok : 4 buah
11) Klem kockher : 4 buah
12) Nald voeder : 2 buah
13) Pinset anatomis panjang : 1 buah
14) Canule suction : 1 buah
15) Langenbeck : 2 buah
16) Timan : 2 buah
17) Peritonium klem : 4 buah

c. Meja instrumen
1) Duk Besar : 3 buah
2) Duk Sedang : 4 buah
3) Duk Kecil : 5 buah
4) Baju (Gown Steril) : 4 buah
5) Sarung meja mayo : 1 buah
6) Kom : 1 buah
7) Bengkok : 1 buah
8) Cucing : 1 buah
9) Handuk steril : 5 buah
10) Suction : 1 buah
11) Couter monopolar : 1 buah
d. Bahan habis pakai
1) Hand scoon steril : 6 pasang
2) Mess no. 23 : 1 buah
3) Cairan Nacl 0,9% : 4 x 500 ml
4) Kassa besar steril : 5 buah
5) Kassa kecil steril : 10 buah
6) Spuit 10 cc : 2 buah
7) Cutgut plain Absorble 0-0 : 1 buah
8) Silk 1-0 : 1 buah
9) Polysorb 1-0 : 1 buah
10) Vicryl 2-0 : 1 buah
11) Monofilamen 3-0 : 2 buah
12) Underpad steril : 2 buah
13) Povidon iodine 10% : sesuai kebutuhan
14) Hipafix : sesuai kebutuhan
15) Drain pump no.14 : 1 buah

F. TEKNIK INSTRUMENTASI PEMBEDAHAN


1. Sign In (konfirmasi identitas, informed consent pasien, sign mark area operasi,
kesiapan mesin anastesi dan pulse oksimetri, konfirmasi riwayat alergi pasien, adanya
penyulit airways atau resiko aspirasi).
2. Tim anastesi melakukan induksi.
3. Setelah pasien dibius oleh tim anastesi, selanjutnya perawat sirkuler memasang
kateter. Berikan deppers, povidone iodine, dan desinfeksi klem untuk antisepsis area
pemasangan kateter.
4. Setelah pasien terpasang kateter, atur posisi pasien supine, kemudian letakkan
underpad, pasang arde.
5. Perawat sirkuler mencuci daerah yang akan dioperasi dengan hibiscrub lalu
dikeringkan dengan duk steril.
6. Perawat instrumen: lakukan surgical scrub, gowning dan gloving, kemudian
membantu tim bedah yang lain untuk gowning dan gloving.
7. Berikan desinfeksi klem dan cucing yang berisi deppers dan betadine kepada asisten
untuk melakukan desinfeksi pada daerah, kemudian letakkan underpad untuk dipasang
di bawah daerah simphisis pubis kebawah.
8. Perawat instrument dan asisten melakukan drapping:
a. Doek sedang dibawah area operasi
b. Doek tebal diatas area operasi
c. Doek panjang dibawah area operasi
d. Doek sedang (2) di samping kanan dan kiri area operasi
e. Fiksasi dengan doek klem
9. Pasang kabel couter, selang suction didekat daerah yang akan dioperasi. Ikat dengan
kasa dan difiksasi dengan duk klem. Cek fungsi alat.
10. Time out (konfirmasi nama tim operasi, pemberian antibiotik profilaksis 60 menit
sebelum operasi, tindakan darurat di luar standart operasi, estimasi lama operasi,
antisipasi kehilangan darah, perhatian khusus selama pembiusan, sterilitas instrumen
bedah).
11. Memberikan pinset cirurgis kepada operator dan asisten untuk menandai daerah insisi
(midline).
12. Beri Handvat mess no.23 dan pinset cirurgis kepada operator untuk incici kulit.
13. Mosquito klem dan pinset cirugis + kassa kering kepada asisten lalu mulai dilakukan
insisi, rawat perdarahan dengan coutter dan suction.
14. Incici diperdalam dari fat sampai tampak fasia dengan coutter (mode cut), rawat
perdarahan.
15. Berikan mess no.23 kepada operator untuk membuka fasia (di incisi 1-2 cm).
16. Berikan operator kockher (2) untuk memegang fasia.
17. Berikan gunting kasar dan pinset chirurgis kepada operator untuk memperlebar fasia
dan berikan pinset chirurgis dan langenback kepada asisten untuk memperluas lapang
pandang operasi.
18. Fasia dilebarkan hingga tampak musculus vectus abdominalis, otot displit/dibuka secara
tumpul dengan menggunakan bokong pinset sampai kelihatan peritonium.
19. Berikan double langenback untuk menahan jaringan (memperluas lapang pandang
operasi).
20. Berikan double pinset anatomis untuk memegang peritoneum. Berikan gunting
metzemboum untuk membuka peritoneum.
21. Rawat perdarahan dengan couter monopolar.
22. Berikan double timan untuk memperluas lapang pandang operasi dan operator
23. Operator melakukan explore menyisir dinding miometrium untuk mencari tumor
24. Kemudian operator melakukan pengangkatan tumor dengan insisi daerah sekitar tumor,
operator diberikan handvad mess no.23+klem pean dan instrument stand by dengan
couter.
25. Setelah tumor terangkat, operator membuat lubang di abdomen dextra untuk drainase di
peritoneum, berikan pean manis kepada operator dan drain kateter yang akan dipasang
kedalam abdomen. Fiksasi dengan vicryl 2-0.
26. Keluarkan semua kassa besar, cuci peritoneum dengan menggunakan NS 0.9% hangat,
letakkan bengkok dibawah area operasi, kemudian suction.
27. Sign Out (hitung jumlah kasa, dan jumlah alat), kesesuaian jenis tindakan.
28. Menutup peritoneum, berikan 4 buah klem pean bengkok kepada operator dan asisten
untuk menjepit peritoneum.
29. Menutup fasia, berikan double kocker untuk menjepit bagian distal fasia dan perlebar
lapang pandang dengan langenback, kemudian berikan hecting set (nald voeder + jarum
round) dengan benang vicryl 2-0 dan pinset chirugis.
30. Menutup fat, berikan hecting set (nald voeder + jarum cutting) dengan vicryl 2-0 +
pinset chirugis.
31. Menutup kulit, berikan hecting set (nald voeder + jarum cutting) dengan benang
premiline no. 3.0 + pinset chirugis.
32. Bersihkan luka dengan kassa basah + NS 0.9 % kemudian keringkan dengan kassa
kering, setelah itu berikan betadine dan tutup dengan kassa dan fiksasi menggunakan
hipafix.
33. Bereskan duk dan duk klem dari meja operasi.
34. Semua instrument di dekontaminasi menggunakan larutan Gigazime dalam
2 liter air. Rendam selama 10 - 15 menit lalu cuci bersihkan dan keringkan, kemudian
alat di inventaris dan diset kembali bungkus dengan kain siap untuk di sterilkan.
35. Bersihkan seluruh ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan kembalikan
semua alat - alat yang dipakai pada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai