Oleh:
Nama : MOCH. Agiel Devany P.M.
NIM : P17211193117
B. Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui
Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri mempengarui
pertumbuhan tumor
Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Sebagian
ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause jarang
ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
C. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat sering
ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot
subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila
tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi
infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-faktor
yang menyebabkan perdarahan antara lain:
o Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium
karena pengaruh ovarium
o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara
serabut miometrium
Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstru
Pembesaran perut bagian bawah
Uterus membesar merata
Infertilitas
Perdarahan setelah bersenggama
Dismenore
Abortus berulang
Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri ,
sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance
Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini
penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan
perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangannutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Oleh:
Nama : MOCH. Agiel Devany P.M.
NIM : P17211193117
A. DEFINISI
Laparatomy adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen
untuk menguji suatu organ untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita
pasien. (Brunner & Suddarth, 2002).
B. INDIKASI
1. Adanya masa pada rongga peritoneum
2. Adanya perdarahan pada rongga peritoneum
C. TUJUAN
1. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrumen
2. Memperlancar handling instrumen
3. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen selama operasi.
D. PERSIAPAN OPERASI
1. Persiapan Lingkungan
a. Menyiapkan dan mengecek fungsi mesin suction, monopolar, lampu op, meja op,
meja mayo, meja instrument, suhu ruangan dan viewer
b. Memberi perlak dan duk pada meja operasi.
c. Menyiapkan linen dan instrumen yang akan di gunakan
d. Menempatkan tempat sampah agar mudah dijangkau
2. Persiapan Pasien
a. Pasien harus menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu, informed consent
harus terisi/disetujui, dan pasien dipuasakan.
b. Pasien dibaringkan di meja operasi dan dibaringkan dengan posisi supine, dipasang
alat pengukur vital sign dan oksigen.
c. Pasien dipuasakan selama 8 jam
d. Pasien dipasang arde/plat diatermi dibawah pantat, kaki (massa ototnya banyak dan
tidak berambut)
3. Persiapan Alat
a. Alat on steril
1) Meja instrument : 1 buah
2) Meja mayo : 1 buah
3) Meja operasi : 1 buah
4) Mesin couter : 1 buah
5) Mesin suction : 1 buah
6) Lampu operasi : 1 buah
7) Plat diatermi : 1 buah
8) Trolly waskom : 2 buah
9) Viewer Rontgen : 1 buah
10) Tempat sampah : 2 buah
b. Meja mayo
1) Handle mess no.3/4 : 1/1 buah
2) Gunting jaringan kasar : 1 buah
3) Gunting metzemboum : 1 buah
4) Pinset chirurgis : 2 buah
5) Pinset anatomis : 2 buah
6) Desinfeksi klem : 1 buah
7) Doek klem : 5 buah
8) Mosquito klem : 1 buah
9) Klem pean manis : 1 buah
10) Klem pean bengkok : 4 buah
11) Klem kockher : 4 buah
12) Nald voeder : 2 buah
13) Pinset anatomis panjang : 1 buah
14) Canule suction : 1 buah
15) Langenbeck : 2 buah
16) Timan : 2 buah
17) Peritonium klem : 4 buah
c. Meja instrumen
1) Duk Besar : 3 buah
2) Duk Sedang : 4 buah
3) Duk Kecil : 5 buah
4) Baju (Gown Steril) : 4 buah
5) Sarung meja mayo : 1 buah
6) Kom : 1 buah
7) Bengkok : 1 buah
8) Cucing : 1 buah
9) Handuk steril : 5 buah
10) Suction : 1 buah
11) Couter monopolar : 1 buah
d. Bahan habis pakai
1) Hand scoon steril : 6 pasang
2) Mess no. 23 : 1 buah
3) Cairan Nacl 0,9% : 4 x 500 ml
4) Kassa besar steril : 5 buah
5) Kassa kecil steril : 10 buah
6) Spuit 10 cc : 2 buah
7) Cutgut plain Absorble 0-0 : 1 buah
8) Silk 1-0 : 1 buah
9) Polysorb 1-0 : 1 buah
10) Vicryl 2-0 : 1 buah
11) Monofilamen 3-0 : 2 buah
12) Underpad steril : 2 buah
13) Povidon iodine 10% : sesuai kebutuhan
14) Hipafix : sesuai kebutuhan
15) Drain pump no.14 : 1 buah