Anda di halaman 1dari 3

NAMA: Moch. Agiel devany putro M.

/55

NIM: P17211193117

D4 Keperawatan Malang

 Mekanisme kerja obat pada sistem pencernaan

Para ahli telah memberikan nama untuk empat tahap dasar perjalanan obat dalam tubuh:
penyerapan/absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Seluruh proses ini disingkat ADME. Ahli
farmasi lainnya juga membagi kedalam 4 fase yakni farmasetika (pra-formulasi dan formulasi obat),
biofarmasetika (ketika obat masuk dalam tubuh hingga obat terlepas dari pembawanya hingga akan
diabsorbsi), farmakokinetika (Obat diabsorbsi ke dalam darah, yang akan segera didistribusikan
melalui tiap-tiap jaringan dalam tubuh), farmakodinamika (interaksi obat-reseptor obat, fase
metabolisme dan eksresi obat).

Absorbsi

Tahap pertama adalah penyerapan. Obat-obatan bisa masuk ke dalam tubuh dalam berbagai cara,
dan mereka diserap ketika mereka melakukan perjalanan dari berbagai rute
pemberian/administrasi ke dalam sirkulasi tubuh.

Beberapa cara yang paling umums seperti melalui mulut/oral (menelan tablet aspirin), intramuskular
(mendapatkan vaksinasi flu dalam otot lengan), subkutan (suntik insulin tepat di bawah kulit),
intravena (menerima kemoterapi melalui pembuluh darah), atau transdermal (memakai patch kulit).
Obat menghadapi rintangan terbesarnya selama penyerapan. Ketika obat diminum, maka akan
diantarkan melalui saluran pencernaan dan diabsorbsi melalui pembuluh darah khusus menuju ke
hati, di mana sejumlah besar obat dapat dihancurkan oleh enzim metabolik pada apa yang disebut
“lintas pertama obat/first fast effect.” Rute lain dari pemberian obat yang melewati hati dengan
memasuki aliran darah secara langsung atau melalui kulit atau paru-paru.

Distribusi

Setelah obat diserap, tahap berikutnya adalah distribusi. Pada umumnya aliran darah akan
membawa obat-obatan ke seluruh tubuh. Selama langkah ini, efek samping dapat terjadi ketika obat
memiliki efek dalam organ selain organ target. Untuk pereda nyeri, organ sasaran mungkin otot sakit
di kaki; iritasi lambung bisa menjadi efek samping. Banyak faktor yang mempengaruhi distribusi,
seperti kehadiran molekul protein dan lemak dalam darah yang dapat menempatkan molekul obat
terikat untuk membawa ketempat yang dituju.
Obat yang ditargetkan menuju sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) akan
menghadapi rintangan besar yakni barikade yang hampir tak tertembus disebut penghalang darah-
otak/blood brain barrier. Blokade ini dibangun khusus berbentuk kapiler berlapis yang bersama-
sama untuk melindungi otak dari zat-zat yang berbahaya seperti racun atau virus. Namun ahli
farmasi telah merancang berbagai cara untuk menyelinap beberapa obat melewati penghalang ini.

Metabolisme

Setelah obat telah didistribusikan ke seluruh tubuh dan telah melakukan tugasnya, obat akan pecah,
atau dimetabolisme. Penguraian dari molekul obat biasanya melibatkan dua langkah yang terjadi
sebagian besar di pabrik pengolahan kimia tubuh, yakni hati.

Hati adalah organ penting yang bekerja terus menerus. Semua yang memasuki aliran darah baik itu
melalui jalur oral, injeksi, inhalasi, kulit atau yang diproduksi oleh tubuh secara alami akan
dimetabolisme di hati.

Proses biotransformasi yang terjadi di hati dilakukan oleh protein dan enzim. Setiap satu sel
manusia memiliki berbagai enzim, yang diambil dari ratusan ribu repertoar. Masing-masing enzim
mengkhususkan diri dalam pekerjaan tertentu. Beberapa mampu memecah molekul obat,
sementara yang lain menghubungkan molekul kecil menjadi rantai panjang. Reaksi dengan obat
membuat suatu substansi yang lebih mudah untuk dibuang melalui urin. Tidak heran minum obat
tertentu maka warna urin akan berubah.

Eksresi

Banyak produk dari hasil pemecahan enzimatik yang biasa disebut metabolit, biasanya merupakan
senyawa yang kurang aktif dari molekul asli obatnya. Untuk alasan ini, para ilmuwan menyebut hati
sebagai organ “detoksifikasi”.

Kadang-kadang metabolit obat yang dihasilkan dapat memiliki kegiatan kimia mereka sendiri,
bahkan memiliki kekuatan serupa dari obat aslinya. Ketika meresepkan obat-obatan tertentu, dokter
harus memperhitungkan efek samping ini.

Setelah enzim hati menyelesaikan pekerjaannya dalam membuat metabolit obat, selanjutnya akan
mengalami tahap akhir waktu dalam tubuh, yakni ekskresi dimana akan keluar melalui urine atau
feses, terkadang melalui keringat.
 Macam obat yang berhubungan dengan infeksi sistem pencernaan

Beberapa obat yang dapat diresepkan dokter untuk menangani gangguan pencernaan adalah:

 Obat maag, misalnya antasida, penghambat histamin-2 (H2 blockers), dan jenis penghambat
pompa proton (proton pump inhibitor).
 Paracetamol.
 Probiotik.
 Obat pencahar.
 Antibiotik.
 Obat yang menurunkan sistem kekebalan tubuh untuk penyakit autoimun (obat
imunosupresif).
 Obat yang melemaskan otot anus, misalnya nifedipine atau nitrogliserin.
 Suntik botox.

 Tindakan pengobatan sesuai peran mandiri dan kolabortif perawat

Pengkajian

a. Ingat bahwa obat-obat dalam bentuk cair (sirup) diabsorbsi lebih cepat daripada

bentuk padat.

b. Kaji tanda-tanda toksisitas obat jika memberikan dua obat yang berikatan tinggi

dengan protein.

c. Kaji efek samping obat yang non spesifik dan non selektif

2. Intervensi Keperawatan

a. Anjurkan klien tidak makan makanan berlemak sebelum minum obat tablet enteric

coated karena akan menurunkan kecepatan absorbsi

b. Periksa literature obat untuk presentase pengikatan dengan protein.

c. Laporkan kepada perawat atau dokter jaga bila obat dengan waktu paruh yang panjang

(lebih dari 24 jam) diberikan lebih dari satu kali dalam sehari.

d. Pantau batas terapetik obat-obat yang bersifat lebih toksik atau yang mempunyai

batas terapetik sempit seperti digoksin.

Anda mungkin juga menyukai