Anda di halaman 1dari 18

NURSING CARE PLAN (NCP)

PNEUMONIA

Disusun Oleh :
MEI KUMALA WATI
J230215066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
PNEUMONIA KASUS

Seorang laki-laki berusia 65 tahun mengeluh batuk disertai sesak, demam naik
turun dan napsu makan menurun. Batuk berdahak dengan dahak berwarna putih kental,
terdapat adanya suara nafas tambahan yaitu ronchi pada daerah sinistra anterior. Pasien
mengatakan hanya menghabiskan ¼ dari porsi makan yang diberikan. Tekanan darah :
130/70 mmHg, Nadi :62 x/Menit, Suhu : 38,60C, Respirasi rate: 24x/Menit. TB: 165 Cm,
BB :45 Kg, BB ideal : 50-68 kg, Pasien tampak kurus, pucat, akral teraba panas, bagian
ekstermitas kiri atas terpasang infus RL 20 tetes/menit. Bentuk dada normal, irama nafas
teratur, tidak terdapat retraksi otot bantu nafas, perkusi thorax redup pada lobus sinistra
anterior, alat bantu nafas yang digunakan O2 kanul hidung 4 liter/menit, vokal fremitus
antara kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri dada saat bernafas . Abdomen supel,
kebiasaan BAB saat di rumah sehari sekali sedangkan di rumah sakit kurang lebih 6 hari
klien belum BAB. Peristaltik usus 8x/menit. Pada pemeriksaan rontgen thotax terlihat
bercak-bercak pada paru-paru anterior sinistra

Tugas kasus pneumonia:


1. Buatlah mind map berdasarkan penyakit yang diderita pasien sesuai kasus tersebut!
2. Analisislah data pada kasus tersebut, buatlah prioritas diagnosa keperawatan dan
nursing care plan dengan mengkaitkan pada 1 jurnal!
3. Unggah laporan pada open learning !
NURSING CARE PLAN (NCP)
PNEUMONIA

Nama Mahasiswa : Mei Kumala Wati


NIM : J230215066

Pengkajian
A. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. R
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Dx Medis : Pneumonia

B. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama
Klien mengeluh batuk disertai sesak
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan demam naik turun dan napsu makan menurun. Batuk
berdahak dengan dahak berwarna putih kental, terdapat adanya suara nafas
tambahan yaitu ronchi pada daerah sinistra anterior. TD : 130/70 mmHg,
Nadi :62 x/Menit, Suhu : 38,60C, RR: 24x/Menit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menderita sakit yang sama
seperti yang saat ini klien rasakan

C. Pola Fungsional Kesehatan


1. Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan
Ketika pasien sakit, yang dilakukan pasien adalah periksa ke puskesmas
2. Nutrisi / Metabolik
Pada saat dilakukan pengkajian, Pasien mengatakan hanya menghabiskan ¼
dari porsi makan yang diberikan. Pasien tampak kurus, TB: 165 Cm, BB :45
kg, normalnya BB ideal : 50-68 kg. IMT : 16,5.
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan kebiasaan BAB klien saat di rumah sehari sekali
sedangkan di rumah sakit kurang lebih 6 hari klien belum BAB.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
ADL 0 1 2 3 4
Makan / V
minum
Mandi V
Toiletting V
Berpakaian V
Mobilisasi di V
tempat tidur
Berpindah V
0: Mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
5. Pola Tidur dan Istirahat
Tidur klien kurang lebih 7-8 jam perhari
6. Pola Personal Hygiene
Klien mandi 2x sehari.
7. Pola Perseptual
Klien mengatakan ingin segera sembuh dari sakitnya.
8. Pola Persepsi Diri
Tidak terkaji
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki
10. Pola Peran – Hubungan
Tidak terkaji.

11. Pola Manajemen Koping Stress


Tidak terkaji
12. Sistem Nilai dan Keyakinan
Klien sebelum sakit sholat tepat waktu dimasjid, selama sakit klien hanya
sholat dengan kondisi berbaring ditempat tidur.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : Composmetis
GCS : 15 (E4 E6 V5)
b. Tanda-Tanda Vital
- TekananDarah : 130/70 mmHg
- Nadi : 62x/menit
- RR : 24x/menit
- Suhu : 38,60C
2. Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala mesochepal, rambut sudah beruban, tidak
terdapat jejas maupun pitak
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Simetris, pupil isokhor miosis 3/3 mm, reflek cahaya
+/+, konjungtiva anemis, sclera putih, pasien tidak buta warna
c. Hidung
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada polip
d. Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak terdapat jejas maupun benjolan
pada daun telinga
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : Simetris, tidak ada sianosis ataupun lesi, bibir lembab.
f. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tirroid
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan , tidak terdapat bunyi bruit
g. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, irama nafas teratur, tidak terdapat
retraksi otot bantu nafas, alat bantu nafas yang digunakan O2 kanul
hidung 4 liter/menit, RR : 24x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri dada saat bernafas.
Perkusi : Thorax redup pada lobus sinistra anterior
Auskultasi : Vokal fremitus antara kanan dan kiri sama
h. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada intercosta ke5
Palpasi : Teraba Ictus cordis pada Intercosta ke5
Perkusi : Redup pada lobus sinistra anterior
Auskultasi : BJU/BJI reguler, S1 dan S2 terdengar Lub Dub tidak ada
bunyi jantung tambahan pada S3 dan S4.
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tampak bulat, supel.
Auskultasi : Peristaltik usus 8x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada pusar
Perkusi : Timpani
j. Genitalia
Pasien laki-laki, tidak terdapat kelainan genital
k. Ekstremitas
Inspeksi : Tidak terdapat jejas maupun kelainan, bagian
ekstermitas kiri atas terpasang infus RL 20 tetes/menit.
Palpasi : Kulit teraba panas
Tonus Otot : +/+
Kekuatan Otot : 5 5
5 5
l. Kulit
Inspeksi : Kuku bersih, tidak terdapat luka
Palpasi : Klien tampak pucat, akral teraba panas, S: 38,60C

E. Data Pemeriksaan Penunjang dan Terapi Medis


Pada pemeriksaan rontgen thotax terlihat bercak-bercak pada paru-paru anterior
sinistra

F. Data Fokus
Data subjektif Data objektif
a. Klien mengeluh batuk dan sesak a. Batuk berdahak dengan dahak berwarna putih
b. Klien mengatakan demam naik kental
turun dan napsu makan menurun. b. Terdapat adanya suara nafas tambahan yaitu
c. Pada saat dilakukan pengkajian, ronchi pada daerah sinistra anterior.
Pasien mengatakan hanya c. TD : 130/70 mmHg
menghabiskan ¼ dari porsi makan N : 62x/menit
yang diberikan RR : 24 x/menit
d. Klien mengatakan kebiasaan BAB Suhu : 38,60C
klien saat di rumah sehari sekali d. Pasien tampak kurus, TB: 165 Cm, BB :45 kg,
sedangkan di rumah sakit kurang normalnya BB ideal : 50-68 kg. IMT : 16,5.
lebih 6 hari klien belum BAB. e. Pemeriksaan fisik
- Paru-paru
I : Bentuk dada normal, irama nafas teratur,
tidak terdapat retraksi otot bantu nafas, alat
bantu nafas yang digunakan O2 kanul hidung
4 liter/menit, RR : 24x/menit
P : Tidak ada nyeri dada saat bernafas.
P : Thorax redup pada lobus sinistra anterior
A : Vokal fremitus antara kanan dan kiri sama
- Abdomen
I : Simetris, tampak bulat, supel.
A : Peristaltik usus 8x/menit
P :Tidak terdapat nyeri tekan pada pusar
P : Timpani
- Kulit
Inspeksi : Kuku bersih, tidak terdapat luka
Palpasi : Klien tampak pucat, akral teraba
panas, S: 38,60C
f. Pada pemeriksaan rontgen thotax terlihat bercak-
bercak pada paru-paru anterior sinistra

G. Analisis Data
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. Data Subjektif (DS) Hipersekresi jalan nafas Bersihan jalan
a. Klien mengeluh batuk dan nafas tidak efektif
sesak (D.0001)
Data objektif (DO)
a. Batuk berdahak dengan dahak
berwarna putih kental
b. Terdapat adanya suara nafas
tambahan yaitu ronchi pada
daerah sinistra anterior
c. Paru-paru
d. I : Bentuk dada normal, irama
nafas teratur, tidak terdapat
retraksi otot bantu nafas, alat
bantu nafas yang digunakan
O2 kanul hidung 4 liter/menit,
RR : 24x/menit
P : Tidak ada nyeri dada saat
bernafas.
P : Thorax redup pada lobus
sinistra anterior
A : Vokal fremitus antara
kanan dan kiri sama
e. Pada pemeriksaan rontgen
thotax terlihat bercak-bercak
pada paru-paru anterior sinistra
2. Data subjektif (DS) Proses penyakit Hipertermi
a. Klien mengatakan demam naik (pneumonia) (D.0130)
turun
Data Objektif (DO)
a. Kulit
Palpasi : Klien tampak
pucat, akral teraba panas
b. Hasil TTV :
- TD : 130/70 mmHg
- N : 62x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 38,60C

3 Data Subjektif (DS): Faktor psikologis Defisit Nutrisi


a. Klien mengatakan napsu (keengganan klien untuk (D.0019)
makan menurun. makan)
b. Pada saat dilakukan
pengkajian, Pasien
mengatakan hanya
menghabiskan ¼ dari porsi
makan yang diberikan

Data Objektif :
a. Klien tampak kurus, TB: 165
cm, BB :45 kg, normalnya BB
ideal : 50-68 kg. IMT : 16,5

4. Data Subjektif (DS): Perubahan lingkungan Konstipasi


a. Klien mengatakan BAB klien (D.0049)
saat di rumah sehari sekali
sedangkan di rumah sakit
kurang lebih 6 hari klien
belum BAB.

Data Objektif :
a. Abdomen
I : Simetris, tampak bulat,
supel.
A : Peristaltik usus 8x/menit
P :Tidak terdapat nyeri tekan
pada pusar
P : Timpani

H. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d Hipersekresi jalan nafas
b. Hipertermi (D.0130) b.d Proses penyakit (pneumonia)
c. Defisit nutrisi (D.0019) b.d Faktor psikologis (keengganan klien untuk
makan)
d. Konstipasi (D.0049) b.d Perubahan lingkungan

I. Perencanaan Keperawatan
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL ( NOC ) INTERVENSI ( NIC )
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk efektif (I.01006)
tidak efektif (D.0001) b.d keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
Hipersekresi jalan nafas diharapkan diagnosa Bersihan a. Identifikasi kemampuan batuk
jalan nafas tidak efektif teratasi b. Monitor tanda gejala infeksi
dengan kriteria hasil : saluran nafas
c. Monitor input dan output cairan
Bersihan Jalan Nafas (L.01001) (jumlah dan karakteristik)
a. Batuk efektif cukup membaik Terapeutik
b. Produksi sputum menurun a. Atur posisi semi-fowler/ fowler
c. Dispnea menurun b. Pasang perlak dan bengkok
d. Frekuensi nafas cukup dipangkuan pasien
membaik c. Buang sekret pada tempat
sputum
Kontrol Gejala (L.14127) Edukasi
a. Memonitor munculnya gejala a. Jelaskan tujuan dan prosedur
secara mandiri batuk efektif
b. Memonitor keparahan gejala b. Anjurkan tarik nafas dalam
c. Memonitor frekuensi gejala melalui hidung selama 4detik,
ditahan selama 2detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8detik.
c. Anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3kali.
d. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke 3.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran.

Manajemen Jalan Nafas (I.01011)


Observasi
a. Monitor pola nafas
b. Monitor bunyi nafas tambahan
(gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
c. Monitor sputum
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan
nafas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga trauma
servikal)
b. Posisikan semi-fowler / fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan caiiran
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Hipertermi (D.0130) b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia (I.15506)
Proses penyakit keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
(pneumonia) diharapkan diagnosa hipertermia a. Identifikasi penyebab hipertermia
teratasi dengan kriteria hasil : (mis; dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan
Termoregulasi L14134 inkubator)
a. Menggigil menurun b. Monitor suhu tubuh
b. Kulit merah menurun c. Monitor kadar elektrolit
c. Kejang menurun d. Monitor haluaran urine
d. Pucat menurun e. Monitor komplikasi akibat
a. takikardi dan takinpnea hipertermia
menurun Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
d. Lakukan tepid sponge
e. Selimuti pasien
a. Berikan cairan oral
f. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
g. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

Regulasi Temperature (I.14578)


Observasi
a. Monitor suhu bayi sampai stabil
b. Monitor suhu tubuh anak setiap
2jam
c. Monitor TD, frekuensi nafas, dan
nadi
d. Monitor warna dan suhu kulit
e. Monitor tanda hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
a. Pasang alat pemantau suhu
kontinu
b. Tingkat asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
c. Tempatkan bayi baru lahir dii
bawah radiant warmer
d. Pertahankan kelembapan
unkubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas
karena proses evaporasi
e. Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan
f. Hindari meletakkan bayi didekat
jendela terbuka atau diarea aliran
pendingin ruangan atau kipas
angin
Edukasi
a. Jelaskan cara pencegahan heat
exhausted dan heat stroke
b. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
c. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhna pasien
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antipiretik
3. Defisit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (I.03119)
b.d Faktor psikologis keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
(keengganan klien untuk diharapkan diagnosa Defisit a. Identifikasi status nutrisi
makan) Nutrisi dapat teratasi dengan b. Identifikasi kebutuhan kalori dan
kriteria hasil : jenis nutrien
c. Monitor asupan makanan
Status Nutrisi (L.03030) d. Monitor hasil pemeriksaan
a. Porsi makanan yang laboratorium
dihabiskan cukup meningkat Terapeutik
b. Meningkatkan keinginan untuk a. Sajikan makanan secara menarik
makan cukup meningkat dan suhu yang sesuai
c. Nyeri abdomen cukup b. Berikan makanan tinggi serat
menurun untuk mencegah konstipasi
d. Nafsu makan cukup membaik c. Berikan makanan tinggi kalori
e. Membran mukosa cukup dan protein
membaik d. Berikan suplemen makanan jika
perlu
Nafsu Makan (L.03024)
Edukasi
a. Keinginan untuk makan cukup
a. Ajarkan diet yang diprogramkan
meningkat
Kolaborasi
b. Asupan makanan cukup
a. Kolaborasi pemberian medikasi
meningkat
sebelum makan (mis pereda
nyeri, antiemetik) jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.
Promosi Berat Badan (I.03136)
Observasi
a. Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
b. Monitor adanya mual dan
muntah
c. Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
d. Monitor berat badan
e. Monitor albumin, limfosit dan
elektrolit, serum
Terapeutik
a. Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan, jika
perlu
b. Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien (mis;
makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau gastrostomi,
total parenteral nutrition sesuai
indikasi).
c. Hidangkan makanan secara
menarik
d. Berikan suplemen, jika perlu.
Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
4. Konstipasi (D.0049) b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi Fekal
Perubahan lingkungan keperawatan selama 3 x 24 jam I.04151
diharapkan diagnosa Konstipasi Observasi
dapat teratasi dengan kriteria hasil : a. Identifikasi masalah usus dan
penggunaan obat pencahar
Eliminasi Fekal (L.04033) b. Identifikasi pengobatan yang
a. Kontrol pengeluaran feses berefek pada kondisi
meningkat gastrointestinal
c. Monitor buang air besar (mis.
b. Frekuensi defekasi membaik Warna, frekuensi, konsistensi,
c. Peristaltik usus membaik volume)
d. Monitor tanda dan gejala diare,
konstipasi, atau impaksi
Terapeutik
a. Terapeutik air hangat setelah
makan
b. Jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien
c. Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang
mebantu meningkatkan
keteraturan peristaltic usus
b. Anjurkan mencatat warna,
frekuensi, konsistensi, volume
feses
c. Anjurkan meningkatkan aktifitas
fisik, sesuai toleransi
d. Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
e. Anjurkan konsumsi makanan
yang mengandung tinggi serat
f. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
supositoriaanal, jika perlu

Manajemen Konstipasi (I.04155)


Observasi
a. Periksa tanda dan gejala
konstipasi
b. Periksa pergerakan usus,
karakteristik feses (konsistensi,
bentuk, volume dan warna)
c. Identifikasi faktor risiko
konstipasi (mis; obat-obatan,
tirah baring, dan diet rendah
serat)
d. Monitor tanda dan gejala ruptur
usus dan/peritonitis
Terapeutik
a. Anjurkan diet tinggi serat
b. Lakukan masasse abdomen, jika
perlu
c. Lakukan evakuasi feses secara
manual jika perlu
d. Berikan enema atau irigasi jika
perlu
Edukasi
a. Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
b. Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
c. Latih buang air besar secara
teratur
d. Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Kolaborasi
a. Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
b. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu

Evidence Base terkait Nurse Care Plan (NCP) Prioritas Utama


Evidance based nursing yang diambil yaitu dari intervensi latihan batuk efektif
pada diagnosa utama bersihan jalan nafas tidak efektif. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Widiastuti & Siagian (2019) berjudul Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis
Tanjungpinang, hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi latihan batuk efektif
terhadap pengeluaran sputum pada pasien TB di Puskesmas Kampung Bugis hampir
seluruhnya dapat mengeluarkan sputum.
Latihan batuk efektif merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi
pada jalan nafas klien. Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi
dan mencegah resiko tinggi retensi sekret. Pemberian batuk efektif dilaksanakan
terutama pada klien dengan masalah keperawatan ketidak efektifan jalan nafas dan
masalah resiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan
dengan akumulasi sekret pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh kemampuan
batuk yang menurun atau adanya nyeri setelah pembedahan thoraks atau pembedahan
abdomen bagian atas sehingga klien merasa malas untuk melakukan batuk. Hal
tersebut merupakan masalah yang sering di temukan perawat praktisi diklinik
keperawatan. Melakukan batuk yang benar bukan saja dapat mengeluarkan sputum
secara maksimal tetapi juga dapat menghemat energi. Batuk efektif memberikan
kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume sputum (Widiastuti & Siagian,
2019)
Batuk yang benar cara pertama yang dilakukan adalah duduk agak condong
kedepan kemudian tarik nafas dalam dua kali lewat hidung keluarkan lewat mulut
kemudian nafas yang ketiga ditahan 3 detik dan batukan 2 sampai 3 kali batukkan dan
sebelum batuk efektif dianjurkan minum air hangat dan minum air sebanyak 2 liter 1
hari sebelumnya dengan tujuan dahak menjadi encer dan mempermudah pengeluaran
sputum supaya dapat maksimal (Nizar, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Nizar, Muhammad. (2011). Pemberantasan dan Penanggualangan Tuberkulosis.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.
SDKI, DPD & PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: definisi dan
indicator diagnostic . (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.
SLKI, DPD & PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan
kriteria hasil keperawatan . (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.
SIKI, DPD & PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan
tindakan keperawatan . (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.
Widiastuti, L., Siagian, Y. (2019). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis Tanjungpinang.
Jurnal Keperawatan. 9(1), 1069-1076.

Anda mungkin juga menyukai