Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

URETRITIS GONORE

PEMBIMBING
dr. Dody Suhartono, Sp.KK

PENULIS
Flora Ratu Putribunda
030.12.110

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 06 JANUARI 2020 – 08 FEBRUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

i

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul :


“URETRITIS GONORE”

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal
Periode 6 Januari 2020 – 8 Februari 2020

Disusun Oleh
Flora Ratu Putribunda
030.12.110

Tegal, Februari 2020


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Dody Suhartono, Sp.KK

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Uretritis Gonore” dengan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dody
Suhartono, Sp.KK selaku pembimbing, seluruh dokter bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin di RSUD Kardinah kota Tegal, serta rekan-rekan anggota
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberi
dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan,
kritik, maupun saran yang bersifat membangun. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi profesi, pendidikan, dan masyarakat. Akhir kata, penulis mohon
maaf atas segala kekurangan yang ada.

Tegal, Februari 2020

Flora Ratu Putribunda


030.12.110

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….……. ii


KATA PENGANTAR ……………………………………………..………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………...………………..…… iv
BAB I ………………………………………………………………………… 1
PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1
BAB II ………………………………………………………………………… 2
LAPORAN KASUS …………………………………………………………... 2
BAB III …...………………………………………………………………….. 11
PEMBAHASAN ……...……………………………………………………… 11
BAB IV …………………………..…………….…………………………….. 13
TINJAUAN PUSTAKA GONORE ……………………….…………………. 13
I. Definisi …………..……………………………………….…………. 13
II. Epidemiologi ……..……………………………………….………… 13
III. Faktor Resiko ……..………………………………………………… 14
IV. Etiopatogenesis ……..………………………………………………. 15
V. Manifestasi klinis ……..………………………………………..…… 20
VI. Pemeriksaan penunjang ….…………………………………………. 23
VII. Diagnosis ……………………………………………………………. 27
VIII. Diagnosis banding …...……………………………………………… 28
IX. Tatalaksana ………………………………………………………….. 30
X. Komplikasi ………………………………………………………..… 33
XI. Prognosis ……………………………………………...…………….. 36
BAB V ……………..…………………………………………………………. 38
KESIMPULAN ……………………………………………………...……….. 38
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..……… 40

iv

BAB I
PENDAHULUAN

Uretritis gonore (gonorrhea) merupakan salah satu penyakit hubungan


seksual yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae yang menyerang
uretra, paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup tinggi.1
Uretritis gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah dari
OUE (Orifisium Uretra Eksternum) dimana terjadi peradangan uretra oleh
diplokokus Gram negatif yang reservoir alaminya ialah manusia dan ditandai
adanya pus yang keluar dari orifisium uretra eksternum, rasa panas, gatal di
bagian distal uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang
kadang-kadang disertai darah dalam urin, dan disertai rasa nyeri saat ereksi.2
Uretra merupakan tempat masuknya infeksi bakteri pertama yang menyebabkan
uretritis, yaitu uretritis anterior akut dan menyebar ke area proksimal yang
menyebabkan komplikasi lokal.2
Menurut WHO, uretritis gonore merupakan masalah kesehatan lingkungan
yang sangat penting. Penyakit ini ditransmisikan terutama melalui hubungan
seksual dengan partner yang terinfeksi. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang
dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap tahun di seluruh dunia.3
Faktor risiko untuk infeksi Neisseria gonorrhoeaea antara lain adalah status
sosial ekonomi yang rendah, aktivitas seksual yang dini, hidup serumah tanpa
ikatan perkawinan, homoseksual, heteroseksual, biseksual, adanya riwayat infeksi
Neisseria gonorrhoeae sebelumnya, pengobatan gonore dengan antibiotik tidak
adekuat dan seks bebas.1
Infeksi ini menular melalui aktifitas seksual dan umumnya penularan
gonokokus melalui hubungan kelamin yaitu secara genio-genital, oro-genital, dan
ano-genital tetapi juga dapat menular melalui pakaian, handuk dan sebagainya.
Uretritis gonore dan penatalaksanaannya penting diketahui karena gonore
merupakan penyakit yang mempunyai insidensi tinggi di antara penyakit menular
seksual.2

1

BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. MY
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 24 tahun
Alamat : Jalan Blanak, Tegalsari, Jawa Tengal
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelaut
Pendidikan : SMK
Status pernikahan : Belum menikah
Tanggal datang ke poli : 22 Januari 2020
No. RM : 971***
Ruang : Poliklinik Kulit Kelamin

II. RIWAYAT PENYAKIT


A. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari rabu, tanggal 22 Januari 2020
pada pukul 11.00 WIB di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Kardinah Tegal

a. Keluhan Utama :
Keluar nanah dari kemaluan yang tidak terasa nyeri sejak ± 1 hari yang
lalu.

2

b. Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD
Kardinah Tegal dengan keluhan keluar nanah dari alat kelamin sejak 1
hari yang lalu. Pasien mengatakan awalnya ± 3 hari yang lalu nyeri dan
terasa panas pada saat BAK, BAK berwarna kuning, tidak berdarah tidak
berpasir dan tidak berbusa dengan frekuensi normal seperti biasa.
Kemudian keluar cairan kental putih kekuningan dari lubang kemaluan
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Cairan keluar spontan dari
kemaluan dengan jumlah yang lumayan banyak (mengotori pakaian
dalam). Tidak ada nyeri saat keluar cairan, tidak gatal dan tidak berbau.
Sebelumnya pasien mengaku hanya melakukan hubungan seksual satu
kali dengan pacarnya ± 7 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh gatal dibawah pusar dan lipat paha kanan
dan kiri ± 7 hari, dan lebih terasa gatal jika berkeringat, pasien sudah
mempunyai keluhan ini sejak ± 1 tahun yang lalu hilang timbul dan
berlokasi di tempat yang berbeda-beda, namun membaik jika diberi obat
ketokonazol yang dibeli di apotek.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan nyeri saat BAK dan keluar nanah
dari kemaluan sebelumnya, riwayat kutil di kelamin dan anus disangkal,
riwayat ada luka pada penis sebelumnya disangkal.
Pasien pernah mengalami keluhan kulit gatal sebelumnya. Tidak ada
riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan maupun debu. Tidak ada
riwayat penyakit lainnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengaku tidak dijumpai keluhan serupa pada anggota keluarga
pasien. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan maupun
debu. Tidak ada riwayat penyakit lainnya.

3

e. Status Kebiasaan
Pasien berolahraga ± 2x dalam seminggu, pasien merokok ± 5
batang/hari, pasien tidak memiliki kebiasaan meminum jamu atau obat-
obatan selain obat anjuran dokter, maupun obat herbal.

f. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati keluhan ini ke sebelumnya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
BB : 65 kg
TB : 172 cm
IMT : 22,03
Kesan gizi : Normal

Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmhg
Nadi : 84x/menit, reguler
Napas : 20x/menit
Suhu : 36,5˚C (diukur dengan thermometer)
SpO2 : 99%

Status Generalis
Kepala : Normocephali, kelainan pada kepala (-)
Rambut : Hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : Wajah simetris, luka/jaringan parut (-), malar rash (-)
oedem pipi (-)

4

Mata
Oedem palpebra : (-/-) Visus : tidak dilakukan
Ptosis : (-/-) Lagoftalmos : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-) Cekung : (-/-)
Konjungtiva anemis : (-/-) Injeksi : (-/-)
Eksoftalmos : (-/-) Endoftalmos : (-/-)
Strabismus : (-/-) Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
Telinga
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang +/+ Cairan : -/-
Serumen : -/- Ruam merah : -/-
Membran timpani : sulit dinilai
Refleks cahaya : sulit dinilai
Hidung
Bentuk : Simetris, tidak tampak deviasi
Napas cuping hidung : (-/-)
Mukosa hidung : Hiperemis (-/-)
Sekret : (-/-)
Bibir : Mukosa berwarna merah, kering (-), sianosis (-)
Mulut : Trismus (-), halitosis (-), mukosa gusi dan pipi merah
muda, oral hygiene baik
Lidah : Normoglosia, mukosa merah muda, atrofi papil (-),
tremor (-), coated tongue (-)
Tenggorokan : Arkus faring simetris, hiperemis (-), tonsil (T1-T1)
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran
tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak
teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah. Buffalo hump (-) JVP 5+3cm

5

Toraks
Inspeksi : Bentuk dada normal, petechie (-), gerak dinding dada
statis dan dinamis simetris, tipe pernapasan
thorakoabdominal, pulsasi ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Pernapasan simetris, vokal fremitus simetris, ictus cordis
teraba pada ICS V Midclavicularis sinistra.
Perkusi : Hemitoraks kanan dan kiri sonor, batas paru dan hepar
setinggi ICS VI linea midclavicularis dekstra, batas paru
dan lambung setinggi ICS VIII linea axillaris anterior
sinistra.
Batas jantung kanan setinggi ICS VI linea
midclavicularis dekstra, batas jantung kiri setinggi ICS
VII linea axilla anterior, batas atas jantung setinggi ICS
II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi :Perut datar, dijumpai adanya eflorosensi pada kulit (+),
dibawah pusar ,kulit keriput (-), venektasi (-), gerak
dinding perutsaat bernapas simetris
Auskultasi : Bising usung (+)
Perkusi : Shifting dullness (-),
Palpasi : Supel, defense muscular (-), nyeri tekan (-),nyeri lepas (-),
massa(-), Hepar dan lien tidak membesar, ballottement
ginjal (-), undulasi (-), turgor kulit kembali cepat.
Genitalia : Jenis kelamin laki-laki.
Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang,
edema (-/-) pada ekstremitas bawah, sianosis (-), dijumpai
adanya efloresensi pada kedua lipat paha.

6

Palpasi : Capillary filling time < 2 detik, akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema pretibial (-/-), teraba hangat, nyeri
tekan (-).
Status Neurologis : Tidak dilakukan
Status Dermatologis
• Distribusi: Regional
• Ad regio: perut dibawah pusar, lipatan paha kanan dan kiri.
• Lesi: Multipel, ukuran plakat, batas tegas, bentuk lesi tepinya
lebih aktif dibandingkan di tengah lesi.
• Efloresensi: plak, eritema, skuama
Status Venerologikus
1) Inspeksi
• Pubis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)
• Penis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)
• OUE : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-) ,
duh (+)
• Skrotum : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
• Perianal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
• Perineal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
• KGB : Tidak terlihat pembesaran KGB Inguinal medial
2) Palpasi
• KGB : Tidak ada pembesaran KGB Inguinal

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
} Uretritis gonore
} Uretritis Non gonore

7

V. RESUME
Pasien laki-laki usia 24 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 22 Januari 2020 dengan keluhan utama
keluar nanah dari kemaluan dan tidak terasa nyeri ± 1 hari yang lalu, Cairan
keluar spontan dari kemaluan dengan jumlah yang lumayan banyak
(mengotori pakaian dalam), Awalnya ± 3 hari yang lalu pasien mengeluhkan
nyeri dan terasa panas saat BAK setalah ± 7 hari sebelumnya berhubungan
seksual dengan pacarnya. Pasien mengaku hanya melakukan hubungan
seksual sebanyak 1 kali dengan pacarnya tanpa menggunakan kondom, dan
melakukan hubungan seksual secara oro-genital dan genito-genital, pekerjaan
pasien sebagai pelaut untuk perusahaan luar.
Pasien juga mengeluh gatal dibawah pusar dan lipat paha kanan dan kiri ±
7 hari, dan lebih terasa gatal jika berkeringat, pasien sudah mempunyai
keluhan ini sejak ± 1 tahun yang lalu hilang timbul dan berlokasi di tempat
yang berbeda-beda, namun membaik jika diberi obat ketokonazol yang dibeli
di apotek.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan duh mukopurulen dari orifisium
urethra eksterna duh keluar spontan dari kemaluan dengan jumlah yang
lumayan banyak (mengotori pakaian dalam), tidak ada pembesaran KGB,
pubis, penis, perianal dan perineal dalam batas normal.
Pada status dermatologis ditemukan adanya Lesi Multipel, ukuran plakat
dengan batas tegas, bentuk lesi tepinya lebih aktif dibandingkan di tengah
lesi, efloresensinya terdapat plak, eritema, skuama pada perut bagian bawah
(dibawah umbilikal) dan pada liatan paha kanan dan kiri.

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
• Uretritis Gonore
Diagnosis Tambahan
• Tinea Korporis
• Tinea Kruris

8

VII. USULAN PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram
• Kultur
• Tes definitif
• Tes Thomson
• Enzyme Immunoassay
• Polimerase Chain Reaction (PCR)

VIII. TATALAKSANA
Non Farmakologis
• Pemberitahuan tentang bahaya pergaulan bebas akibat, serta pencegahan
penularannya.
• Dilakukan rencana untuk konselling remaja tersebut agar pasien tidak
merasa terpojokkan dalam lingkungan kehidupannya.
• Konselling keluarganya karena masalah seks dan remaja itu juga salah satu
faktornya adalah karena kurangnya hubungan yang harmonis antara anak
dan orang tua. Dan agar orang tua juga menyadari pentingnya pendidikan
seks diberikan pada anak sejak dini.
• Edukasi mengenai kebersihan tubuh pasien dengan mandi dua kali dalam
sehari menggunakan sabun.
• Menganjurkan pasien mengganti pakaian segera apabila telah basah oleh
keringat, menggunakan pakaian berbahan yang menyerap keringat, dan
tidak menggunakan baju berlapis-lapis terutama saat siang hari.
• Menganjurkan pakaian, sprei, handuk, dan linen lainnya yang sudah
digunakan pasien direndam dengan sodium hopklorit 2% untuk
membunuh jamur atau menggunakan disinfektan lain

9

Farmakologis
o Sistemik:
• Cefixime 200mg 2x1
• Azithromisin 500mg 1x1
• Fungasol 100mg 2x1
o Topikal:
Krim Ketokonazole 20mg dioleskan sebanyak 2x1

XI. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

10

BAB III
PEMBAHASAN

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 24 tahun di Poliklinik Kulit


dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal, dengan keluhan utama keluarnya cairan
kental kuning dari kemaluan tidak nyeri, disertai nyeri saat BAK. Dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik pada pasien ini.
Dari anamnesis pasien mengeluhkan nyeri saat BAK disertai keluarnya
cairan kental kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 3 hari yang
lalu. Nyeri saat berkemih bisa disebabkan oleh infeksi maupun noninfeksi. Infeksi
paling banyak disebabkan oleh sistitis, namun juga terdapat penyebab lain seperti
uretritis, penyakit menular seksual dan vaginitis. Sedangkan penyebab noninfeksi
dapat meliputi, adanya benda asing pada saluran kemih yang dapat terjadi pada
pasien dengan batu saluran kemih. Selain itu pada pasien ini juga mengeluhkan
adanya nanah yang keluar dari muara uretra. Adanya discharge pada pasien pada
saluran kemih dipikirkan terjadinya uretritis yang disebabkan oleh infeksi dan
non-infeksi. Ada atau tidaknya infeksi dapat dibedakan dengan adanya discharge
genital atau tidak. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat digunakan, karena
terkadang uretritis akibat infeksi juga dapat ditemukan ketiadaan dari discharge
itu sendiri.
Buang air kecil ada, jumlah sedikit-sedikit dan sering, sehingga pasien
merasa kurang puas, warna buang air kecil kuning biasa. Buang air kecil dengan
jumlah sedikit dapat terjadi dikarenakan adanya disuria, sehingga pasien merasa
tidak nyaman saat berkemih. Dari warna urin juga dapat membedakan dasar
keluhan yang terjadi pada pasien. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
disuria dapat terjadi salah satunya oleh sistitis. Namun, warna urin pada sistitis
dapat berupa berwarna keruh ataupun gelap dan memiliki bau yang kuat,
sedangkan pada pasien ini tidak ditemukan adanya keluhan pada urinnya sehingga
diagnosis sistitis dapat disingkirkan. Keluhan susah menahan buang air kecil tidak
ada, keluhan buang air kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah
tidak ada, keluhan buang air kecil berpasir tidak ada.

11

Riwayat kontak seksual ada. Pasangan kontak seksual terakhir 7 hari yang
lalu dengan Pacarnya sebanyak 1 kali. Riwayat kontak seksual dengan oro-gental
dan genito-genital. Pasien mengaku tidak menggunakan kondom saat
berhubungan seksual. Adanya riwayat unprotected sexual intercourse dapat
mendukung adanya uretritis yang diakibatkan oleh sexual transmitted disease.
Dari pemeriksaan venerologi dalam batas normal, tetapi ditemukan duh
pada orifisium uretra eksterna.
Keluhan bercak kemerahan yang gatal di badan dan sela paha dapat
mengarah kepada berbagai diagnosis penyakit kulit seperti tinea korporis, tinea
kruris, ptiriasis versikolor, erisipelas, dermatitis kontak, dermatitis alergi,
psoriasis vulgaris, dan diagnosis lainnya. Pada infeksi kulit karena
mikroorganisme dapat terjadi perburukan lesi seperti lesi bertambah luas, lesi
bertambah eritema, dan atau lesi bertambah gatal. Hal ini dikarenakan
mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk
bertumbuh dan berkembang. Dermatofitosis (tinea kruris, tinea korporis) memiliki
khas lesi polimorfik berbatas tegas, bentuk bulat atau lonjong, bagian tepi lesi
lebih aktif karena ada tanda-tanda peradangan dibandingkan bagian tengah lesi.
Pasien sering mengalami keluhan serupa dengan tempat yang berbeda-beda,
sudah sekitar 1 tahun yang lalu dan membaik jika diberikan salep ketokonazole
yang dibeli di apotek.

12

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Gonore merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang paling mudah
mengenai daerah mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum
berkembang (immature), yakni pada vagina pada perempuan sebelum
pubertas.1

II. EPIDEMIOLOGI
Gonore terdapat dimana-mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit
kelamin yang terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan maupun
setelah menderita penyakit. Juga tidak ada perbedaan mengenai kekebalan
antara berbagai suku bangsa atau jenis kelamin atau umur.1
WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru
ditemukan setiap tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan
dijumpai 600.000 kasus baru setiap tahunnya menurut Centers for Disease
Control and Prevention (CDC).5
Insiden tertinggi penyakit infeksi gonokokal dilaporkan terjadi pada
dewasa muda dan produktif antara usia 15-24 tahun. Berdasarkan data yang
ada, angka kejadian infeksi gonokokal 20 kali lebih banyak terjadi pada ras
Africans-Americans dan pada ras Hispanics insidennya 2 kali lipat lebih
banyak dibandingkan dengan ras Caucasians. Disparitas rasial tersebut
bersifat multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan perbedaan dalam
akses ke fasilitas kesehatan dan pasangan seks bebas.5 Insidensi gonore
meningkat karena ada N. gonorrhoeae yang resisten terhadap antibiotik, yaitu
Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG). Bakteri ini
meningkat di banyak negeri, termasuk di Indonesia.6
Pada tahun 2008 WHO memperkirakan 106 juta kasus gonore terjadi
secara global pada orang dewasa. Prevalensi infeksi menular seksual di

13

Indonesia sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi
infeksi gonore sebanyak 37,4%, di kota Surabaya prevalensi gonore 19,8%,
sedangkan di Jakarta prevalensi infeksi gonore 29,8%. Kejadian gonore
dilaporkan tiga kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.7
Data dari Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI)
tahun 2012 melaporkan insidens gonokokus di Manado tahun 2007-2011
sebesar 31% menempati urutan ke-2 di Indonesia, Medan (26,3%), Padang
(33,3%), Bandung (28,7%), Semarang (23,8%), Yogyakarta (27,3%), dan
Denpasar (16,3%). Gonore di Manado menempati urutan pertama bersama
dengan Padang dan Surabaya.8
Faktor risiko untuk akuisisi infeksi gonore diantaranya pasangan seks baru
atau bergantian, usia yang lebih muda, status belum menikah, pekerja seks
komersial, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, tingkat sosial-ekonomi
dan pendidikan yang rendah, hubungan seks tanpa kondom, dan riwayat
penyakit menular seksual sebelumnya.5
Beberapa strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin,
quinolone, dan antibiotik lainnya telah ditemukan beberapa tahun yang lalu
dan membawa persoalan dalam pengobatan telah tersebar di beberapa
negara.1

III. FAKTOR RESIKO


Pada umumnya, penularan gonore melalui hubungan kelamin yaitu secara
genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi dapat juga menular melalui
alat-alat, pakaian, handuk, dan sebagainya.2
Beberapa faktor risiko infeksi ini:
ü Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa
pelindung dan partner seksual yang banyak.
ü Pada anak-anak infeksi ini dapat terjadi akibat pelecehan seksual yang
dilakukan oleh orang yang terinfeksi.
ü Pada bayi saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi.

14

IV. ETIOPATOGENESIS
Neisseria gonorrhoeae merupakan kuman kokus gram negatif,
bersifat tahan asam, berukuran 0,6 sampai 1,5 µm, berbentuk diplokokus
seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap-hadapan, tampak di luar
dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam
keadaan kering, dan tidak tahan pada zat desinfektan. Kuman ini tidak
motil dan tidak membentuk spora. Neisseria gonorrhoeae dapat dibiakkan
dalam media Thayer Martin dengan suhu optimal 35-37oC, pH 6,5-7,5
dengan kadar CO2 5%.1,9

Gambar 1. Patogenesis uretritis gonore sumber. Djuanda A, Hamzah M AS. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. 369-79 p.

Secara morfologik, gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2
yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili dan bersifat non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.4,9
Perjalanan penyakit uretritis gonore pada laki-laki dimulai dari
uretritis anterior akut yang menuju ke proksimal kemudian menimbulkan
komplikasi lokal. Setelah itu, naik secara asendens yang akhirnya akan
menyebar secara diseminata.10

15

Kellog membedakan Neisseria gonorrhoeae berdasarkan
1
pertumbuhan koloninya pada media agar, yaitu:
1. T1 bentuk koloninya kecil, cembung dan lebih terang
2. T2 bentuk koloninya kecil, lebih gelap, tepi lebih terang
3. T3 bentuk koloninya besar, datar dan lebih gelap
4. T4 sama dengan T3 tetapi lebih terang
Koloni yang kecil karena mempunyai pili diberi tanda p+, sedangkan
koloni besar tidak berpili diberi tanda p-. Makin kecil Neisseria
gonorrhoeae makin tinggi virulensinya, karena sel bakteri ini memiliki pili
yang memudahkan perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.1
Dengan mikroskop elektron, dinding Neisseria gonorrhoeae terlihat
mempunyai komponen-komponen permukaan yang diduga berperan pada
patogenesis virulensinya. Komponen permukaan tersebut mulai dari lapisan
dalam ke luar dengan susunan sebagai berikut:1
1. Membran sitoplasma
Membran ini menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat
dehidrogenase, laktat dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan ATP-
ase.1
2. Lapisan peptidoglikan
Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti pada kuman
gram negatif lainnya. Lapisan ini mengandung “penicilline binding
component” yang merupakan sasaran antibiotik penisilin dalam proses
kematian kuman. Terjadi hambatan sintesis dinding sel, sehingga kuman
akan mati.6
3. Membran luar (dinding sel)
Membran ini terdiri atas beberapa komponen, yang terpenting adalah:
a. Lapisan polisakarida
Lapisan ini memegang peranan dalam virulensi dan patogenesis
kuman Neisseria gonorrhoeae.1

16

b. Pili
Pili merupakan bagian dinding sel gonokokus yang menyerupai
rambut, berbentuk batang dan terdiri atas sub unit protein sekitar
18.00 dalton. Pili ini dihubungkan dengan patogenitas kuman yang
sangat berperan dalam perlekatan (adhesi) pada sel mukosa dan
penyebaran kuman dalam inang.1
c. Protein
1) Porin protein (Por)
Dengan teknik elektroforesis dapat ditemukan protein pada
lapisan luar dinding sel gonokokus dengan berat sekitar 34-36
kilo dalton yang dikenal dengan porin protein (Por). Fungsi dari
Por ini adalah sebagai penghubung anion spesifik ke dalam
lapisan yang banyak mengandung lemak pada membran luar.1
2) Opacity protein (Opa)
Protein ini banyak ditemukan pada daerah perlekatan sel yang
mempunyai kemampuan menyesuaikan perubahan panas sel,
membantu perlekatan antarsel dalam koloni atau dengan sel
epitel. Protein ini berukuran antara 24-28 kilo dalton.1
3) Reduction Modifable Protein (RMP)
Semua Neisseria yang patogen mempunyai protein RMP dengan
berat molekul 30-31 kilo dalton. Protein memegang peran
penting karena dapat memblokade antibodi yang ada dalam
serum.1
4) H.8 protein
Peranan protein ini sampai sekarang belum diketahui secara
pasti.
5) Lipo Oligosaccharida (LOS)
Semua glukosa mengekspresikan LOS pada permukaan selnya.
Komponen ini berperan dalam menginvasi sel epitel, dengan cara
memproduksi endotoksin yang menyebabkan kematian sel
mukosa.1

17

6) Ig A 1 protease
Komponen ini berperan dalam inaktifasi pertahanan imun
mukosa. Hilangnya Ig A 1 protease akan menyebabkan
hilangnya kemampuan gonokokus untuk tumbuh dalam sel
epitel.1

Gonokokus (Neisseria gonorrhoeae) dapat bertahan di dalam uretra


meskipun proses hidrodinamik akan membilas organisme dari permukaan
mukosa. Oleh karena itu, gonokokus harus dapat melekat dengan efektif
pada permukaan mukosa. Perlekatan gonokokus dengan perantaraan pili,
dan mungkin permukaan epitel lainnya. Hanya mukosa yang berlapis epitel
silindris dan kubis yang peka terhadap infeksi gonokokus.1 Tempat masuk
kuman pada pria di uretra menyebabkan uretritis.9
Gonokokus akan melakukan penetrasi permukaan mukosa dan
berkembang-biak dalam jaringan subepitelial. Gonokokus akan
menghasilkan berbagai produk ekstraseluler seperti fosfolipase, peptidase
yang dapat mengakibatkan kerusakan sel termasuk di antaranya enzim
seperti fosfolipase, peptidase dan lainnya. Kerusakan jaringan ini tampaknya
disebabkan oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS (Lipo
Oligosaccharide, berperan menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi
produksi endotoksin yang menyebabkan kematian sel mukosa) dan
peptidoglikan (mengandung beberapa asam amino dan “penicilin binding
component” yang merupakan sasaran antibiotika penisilin dalam proses
kematian kuman).6
Adanya infeksi gonokokus akan menyebabkan mobilisasi leukosit
PMN (polymorphonuclear), menyebabkan terbentuknya mikro abses
subepitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN dan
gonokokus.1
Kuman ini mempunyai pili dan beberapa protein permukaan
sehingga dapat melekat pada sel epitel kolumner dan menuju ruang
subepitelial. Dengan adanya lipooligosakarida akan menimbulkan invasi dan

18

destruksi sel epitel mukosa dan lapisan submukosa secara progresif, disertai
dengan respons dari leukosit polimorfonuklear yang hebat.1
Peradangan dan destruksi sel epitel tersebut menimbulkan duh tubuh
mukopurulen. Karakteristik host oleh invasi dengan neutrofil, diikuti dengan
pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosal, dan discharge
purulen. Apabila tidak diobati, infiltrasi makrofag dan limfosit akan
digantikan oleh neutrofil. Beberapa strain menyebabkan infeksi
1
asimptomatik.
Patogenesisnya melibatkan perlekatan bakteri pada sel epitel
kolumner melalui pili. Pili membantu perlekatan gonokokus ke permukaan
mukosa dan membantu bakteri terhindar dari fagositosis PMN
(Polimorphonuclear). Membran protein terluar berupa protein Opacity-
associated (Opa) yang meningkatkan kesatuan antar gonokokus
(membentuk koloni opaque pada media kultur) dan juga meningkatkan
kesatuan untuk melekat. Bakteri mensekresikan IgA protease untuk
melindungi diri dari antibodi sel mukosa yang memisahkan dan
menonaktifkan IgA yang terdapat pada sebagian besar selaput lendir
manusia.1,9
Protease, dapat membelah rantai dari imunoglobulin manusia dan
memblok sistem imun terhadap bakteri. RMP (Reduction Modifiable
Protein) yang terdapat pada permukaan sel bakteri berfungsi untuk
melindungi antigen permukaan bakteri seperti POR (Porin Protein) atau
LOS (Lipo-Oligosaccharide) dari antibodi host. Setelah gonokokus melekat
pada mukosa sel inang (dengan bantuan pili dan protein Opa), bakteri masuk
ke dalam sel host melalui endositosis yang diperantarai oleh adhesin dan
sphingomyelinase serta melakukan replikasi intraseluler. Kemudian bakteri
melakukan penetrasi terus-menerus di antara sel-sel ke dalam ruang
subepithelial. LOS dan komponen dinding sel bakteri seperti peptidoglikan
menyebabkan produksi TNF α sehingga mengakibatkan respon inflamasi
yang memberikan simptom lokal invasi neutrofil, diikuti oleh kerusakan
epitel, pembentukan mikroabses submukosa dan discharge purulen.1,6

19

V. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama berhubungan erat dengan infeksi pada organ
genital yang terkena, keluhan pada pria yang tersering adalah kencing
nanah. Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal uretra, disusul
dengan disuria, polakisuria, dan keluarnya nanah dari ujung uretra yang
kadang disertai darah. Selain itu, terdapat perasaan nyeri pada saat terjadi
ereksi. Gejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak seksual. Apabila telah
terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan tidak enak di perineum dan
suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing hingga hematuri, serta retensi
urin, dan obstipasi.11

Gambar 2. Uretritis gonore.


Sumber: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS LD. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. 7th ed. United States of America: McGraw-Hill Co; 2008.

Predileksi pada pria adalah uretra bagian anterior dan ditandai dengan
OUE merah, edema, ektropion ke luar ecoulement. Predileksi pada wanita adalah

20

di serviks uteri dan uretra dan ditandai dengan portio uteri yang merah, edema
dengan sekret mukopurulent.3
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5
hari, kadang-kadang lebih lama. Pada wanita waktu masa tunas sulit ditentukan
karena pada umumnya asimptomatis.12 Yang paling sering adalah uretritis anterior
akuta dan dapat menjalar ke proksimal, dan mengakibatkan komplikasi lokal,
asendens serta diseminata.9
Sesudah lewat masa tunas, penderita mengeluh nyeri dan panas pada
waktu kencing, rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra
eksternum, kemudian keluar nanah yang berwarna putih susu dari uretra yang
kadang disertai darah dan muara uretra membengkak, dapat pula disertai nyeri
pada saat ereksi.3,9,10 Pada wanita bisa timbul flour albus.3 Pada beberapa kasus
uretritis gonore, terjadi inflamasi pada soft tissue di seluruh distal penis sehingga
penis menjadi bengkak dan disebut dengan “bull head clap”.5

Gambar 3. Edema pada distal penis yang merupakan gambaran khas


“Bull Head Clap”, manifestasi dari uretritis gonore.

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria,
hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan
wanita. Pada wanita, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang

21

ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif.13 Pada umumnya
wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita
ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga
berencana.9,12
Infeksi Neisseria gonorrhoeae pada laki-laki bersifat akut yang didahului
rasa panas di bagian distal uretra, diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan berkemih
seperti disuria dan polakisuria.13 Terdapat cairan yang bersifat purulen atau sero-
purulen serta bisa disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal
uni/bilateral.10 Kadang-kadang juga terdapat ektropion.
Pada beberapa keadaan, cairan dari uretra baru keluar bila dilakukan
pemijatan atau pengurutan korpus penis ke arah distal, tetapi pada keadaan
penyakit yang lebih berat nanah tersebut menetes sendiri keluar.1,4

Gambar 4. Uretritis gonore akuta, tampak duh tubuh uretra yang purulen, disertai
tanda-tanda radang pada orifisium uretra eksterna.

Yang paling sering terjadi adalah uretritis akut anterior dengan gejala
keluarnya duh tubuh uretra yang mukoid atau mukopurulen, diikuti kemudian
dengan disuria, frekuensi miksi yang meningkat dan keluarnya tetes darah diakhir
miksi. Meatus uretra eksterna sering mengalami edema dan tampak eritematus.
Sedangkan pada wanita sering kali gejala tidak tampak. Hal ini disebabkan karena
pendeknya uretra wanita dan gonokokus lebih banyak menyerang serviks dengan

22

keluhan yang paling sering adalah adanya duh tubuh serviks yang mukopurulen,
disuria, intermenstrual uterine bleeding, dan menoragia.6

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pasien laki-laki yang datang dengan keluhan duh tubuh uretra dan
atau nyeri pada saat kencing agar diperiksa terlebih dulu ada tidaknya duh
tubuh. Bilamana tidak tampak duh tubuh, agar dilakukan milking, yaitu
pengurutan uretra mulai dari pangkal penis ke arah muara uretra. Bila masih
belum terlihat, dianjurkan untuk tidak kencing sekurang-kurangnya 3 jam
sebelum diperiksa.14
Bila tersedia mikroskop, pemeriksaan terhadap sediaan hapusan
uretra, dapat dilihat peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear dan
dengan pengecatan Gram dapat terlihat kuman gonokokus intrasel.15 Pada
laki-laki, bila ditemukan lebih dari atau sama 5 leukosit polimorfonuklear
per lapangan pandang dengan pembesaran tinggi (X 1000), merupakan
indikasi terdapat uretritis (radang saluran kemih).14
Beberapa macam pemeriksaan penunjang laboratorium untuk deteksi
Neisseria gonorrhoeae.13
1. Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram
Tampak kuman kokus gram negatif berpasang-pasangan terletak di
dalam dan di luar sel darah putih (polimorfonuklear).

23

Gambar 5. Neisseria gonorrhoeae: pewarnaan gram. Multipel,diplococcus gram-negatif
dengan leukosit polimorfonuklear dari swab duh tubuh uretra.

Gambar 6. Pewarnaan gram dari swab duh tubuh uretra pada pasien laki-laki dengan
uretritis gonore akut. Tampak Gonococcus (merah) dengan leukosit polimorfonuklear.
Juga tampak coccus gram positif pada pewarnaan ini (biru tua).
.
Pemeriksaan ini berguna terutama pada kasus gonore yang bersifat
simtomatis.1,3

24

Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis,
sementara pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin dan
endoserviks.4,9
Pemeriksaan ini akan menunjukkan Neisseria gonorrhoeae yang
merupakan bakteri gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam
maupun luar sel leukosit.16
2. Pembiakan dengan pembenihan Thayer Marthin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin
untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolestrimetat untuk
menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk
menekan pertumbuhan jamur.4 Akan tampak koloni berwarna putih
keabuan, mengkilap dan cembung. Pembiakan dengan media kultur ini
sangat perlu terutama pada kasus-kasus yang bersifat asimtomatis.1

Gambar 7. Hasil pembiakan dengan pembenihan Thayer Marthin.

3. Tes Definitif
Tes definitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria
akan mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda hingga merah lembayung apabila memberikan
reaksi positif, dimana reagen oksidasi yang mengandung larutan

25

tetrametil-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni
gonokok tersangka. Sedangkan dengan tes fermentasi memakai glukosa,
maltosa, dan sukrosa dimana dapat dibedakan Neisseria gonorrhoeae
yang hanya dapat meragikan glukosa saja.4,16

Gambar 8. Tes oksidasi dimana ditemukan Neisseria gonorrhoeae


mengoksidasi koloni yang ada.

Gambar 9. Tes fermentasi. C: Control (no carbohydrate), G: Glucose, M: Maltose, L:


Lactose, S: Sucrose. Neisseria gonorrhoeae hanya dapat meragikan glukosa saja.

4. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi
sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu adalah pengobatan setempat. Pada tes ini ada
syarat yang perlu diperhatikan:4
a. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
b. Urin dibagi dalam dua gelas
c. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

26

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling
sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar
dinilai karena baru menguras uretra anterior.4

Hasil pembacaannya:
Tabel 1. Hasil Pembacaan Tes Thomson.
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Sumber: Djuanda A, Hamzah M AS. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta:
Faklutas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.

5. Enzyme Immunoassay
Merupakan cara deteksi antigen gonokokus dan sekret genital, namun
sensitivitasnya masih lebih rendah dari metode kultur.1
6. Polimerase Chain Reaction (PCR)
Identifikasi gonokokus dengan PCR saat ini telah banyak digunakan di
beberapa negara maju, dengan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi,
bahkan dapat digunakan dari sampel urine.1,15

VII. DIAGNOSIS
Uretritis gonore adalah peradangan pada uretra yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini tergolong pada infeksi menular
seksual (IMS) dengan penularan melalui hubungan seksual dan keluhan
berupa nyeri saat berkemih. Diagnosis uretritis gonore ditegakkan
berdasarkan anamnesis (antara lain adanya riwayat keluarnya duh tubuh
uretra, nyeri waktu buang air kecil, berhubungan seksual risiko tinggi),
pemeriksaan klinis (pada laki-laki dapat dijumpai muara saluran kencing
bengkak, merah dan keluarnya nanah kuning kehijauan, sementara pada

27

wanita, karena tidak khas maka biasanya gejala klinis berupa vaginal
discharge atau vaginal bleeding), dan pemeriksaan laboratorium sebagai
penunjang.1,6
Diagnosis pada laki-laki jauh lebih mudah daripada wanita, baik
secara klinis maupun laboratorium. Pada wanita gonore sering kali tidak
memberikan gejala. 1,6
Dari anamnesis, gambaran klinis pada laki-laki yang dominan
nampak adalah uretritis akut dengan tanda terjadinya pengeluaran
discharge uretra (>80%), dan dysuria (>50%), biasanya terjadi 2 – 8 hari
setelah terpapar bakteri N. gonorrhea. Infeksi uretra asimptomatik
biasanya tidak umum terjadi pada laki-laki (<10% dari kejadian infeksi
uretra).7

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Untuk menegakkan diagnosis uretritis gonore akut dan penyulit
lainnya harus disingkirkan diagnosis pembandingnya, yaitu sebagai berikut:1
1. Uretritis Non-Gonore
Uretritis Non-Gonore adalah suatu peradangan pada uretra yang
bukan disebabkan oleh infeksi gonokokus, dapat disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, atau yang lain;
Mycoplasma genitaslium, Trichomonas vaginalis, jamur, dengan gejala
seperti discharge dari penis, rasa terbakar atau sakit saat buang air kecil
dan gatal.1,2
Diagnosis pasti uretritis gonore harus dengan ditemukan kuman
Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebabnya. Secara klinis antara
uretritis gonore dan uretritis non-gonore sangat sulit dibedakan karena
sama-sama memberikan gejala keluarnya cairan dari uretra, disuria, atau
gatal pada uretra, kadang-kadang terdapat hematuria. Pada uretritis
gonore cairan yang keluar dari uretra lebih profuse dan biasanya purulen
sedangkan pada uretritis non-gonore cairan yang keluar dari uretra lebih

28

mukoid, dan mungkin hanya keluar pada pagi hari atau didapatkan pada
celana dalam berupa noda atau krusta pada meatus.1

Gambar 10. Gambaran klinis uretritis non gonore.

Inkubasi pada uretritis gonore juga lebih pendek antara 2-5 hari
setelah terpapar sedangkan pada uretritis non-gonore berkembang antara
1-5 minggu setelah terpapar dengan puncak antara 2-3 minggu. Pada
pengobatan Uretritis Non-Gonore, azitromisin dan doksisiklin
1,2
merupakan terapi lini pertama yang diberikan per oral.

2. Herpes Simplex Virus


Pada uretritis yang disebabkan Herpes simplex virus disuria
biasanya lebih hebat dan cairan yang keluar dari uretra keluar seiring
dengan memberatnya disuria, nyeri pada uretra, luka pada uretra dan
pembesaran kelenjar getah bening serta gejala konstitusional, terutama
pada uretritis herpes simpleks primer. 1,2

Gambar 11. Herpes simplex virus uretritis.

29

IX. PENATALAKSANAAN
Pada penatalaksanaan uretritis gonore, sebelumnya harus
memperhatikan fasilitas laboratorium yang ada untuk menentukan
penyebabnya. Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas,
harga dan sesedikit mungkin efek toksiknya. Penatalaksanaan dibagi dalam
penatalaksanaan medikamentosa dan penatalaksanaan non-medikamentosa
sebagai berikut.
1. Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa pada kasus uretritis gonore
dilakukan dengan pengobatan sistemik menggunakan antibiotik.
Antibiotik terutama yang berspektrum luas memang dapat
menyembuhkan sementara, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
mengira penyakitnya telah sembuh. Secara tidak disadari penyakitnya
akan berjalan terus dan biasanya penderita datang kembali ke dokter
setelah timbul penyulit.1
Pada dasarnya pengobatan uretritis baru diberikan setelah
diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan mahal tanpa didasari
diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin
kesembuhan dan bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam
penggunaannya, misalnya resistensi kuman penyebab. 1
Pengobatan benar meliputi: pemilihan obat yang tepat serta dosis
yang adekuat untuk menghindari resistensi kuman.15 Melakukan tindak
lanjut secara teratur sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum
penyakitnya benar-benar sembuh dianjurkan untuk tidak melakukan
hubungan seksual. Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar
tidak terjadi “fenomena pingpong”. 1
Cefixime dan ceftriaxone ialah sefalosporin generasi ketiga yang
direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk Uretritis Gonore.2
Sesuai panduan dari World Health Organization (WHO) terapi
uretritis gonore adalah sebagai berikut: 1
a. Uretritis gonore tanpa komplikasi mendapat regimen terapi:

30

1) Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal atau
2) Ceftriaxone 125 mg i.m. dosis tunggal atau
3) Ciprofloxacin 500 mg per oral dosis tunggal atau
4) Spectinomycin, 2 g intramuskuler injeksi, dosis tunggal
Ciprofloxacin kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak
dianjurkan untuk anak-anak.
b. Uretritis gonore dengan komplikasi (lokal) dapat diberika regimen
berikut: 1
1) Ciprofloxacin, 500 mg, oral, selama 5 hari, atau
2) Ceftriaxone, 125 mg, i.m., selama 5 hari, atau
3) Cefixime, 400 mg, oral selama 5 hari, atau
4) Spectinomycin, 2 g. i.m., selama 5 hari

31

Gambar 12. Pengobatan uretritis gonore.

2. Non-Medikamentosa (Edukasi)
Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat
berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena
gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak
diobati secar tuntas. Tidak ada cara pencegahan yang terbaik kecuali
menghindari kontak seksual dengan pasangan yang berisiko.
Penggunaan kondom masih dianggap yang paling baik, pendidikan
moral, agama dan seks perlu diperhatikan. 1

32

X. KOMPLIKASI
1. Pada pria3
a. Uretritis
Uretritis yang paling sering dijumpai adalah uretritis
anterior akut, dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya
mengakibatkan komplikasi lokal, ascenden, dan diseminata.
b. Tysonitis
Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma.
Infeksi biasanya terjasdi pada penderita denga preputium yang
sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosa dibuat
berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada
daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul
abses dan merupakan sumber infeksi laten.
c. Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum
terbuka atau hipospadia. Infgeksi pada pus ditandai dengan butir
pus pada kedua muara parauretra.
d. Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan
benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat,
bisa terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
e. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala.
Kalau infeksi terjadi pada kelenjar cowperdapat terjadi abses.
Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perinium
disertai rasa penuh dan penas, nyeri pada waktu defekasi dan
disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum,
uretra, atau rektum, dan mengakibatkan proktitis.
f. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada
daerah perineum dan suprapubis, melese, demam, nyeri kencing

33

sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin,
tenesmus ani, sulit buang airbesar dan obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi bila telah
terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah masuk ke uretra
posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis.
Bila proktitis menjadi kronis, gejalanya ringan dan
intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasda tidak enak
pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu
lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal berbentuk nodus, dan
sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan
prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokokus atau
gonokokus.
g. Vesikulitis
Vesikulitis biasanya radang akut yang mengenai vesikula
seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai
prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subyektif menyerupai
prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal,
nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi dan spasme mengandung
darah.
Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula
seminalis seminali yang bengkak dan mengeras seperti sosis
memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas
kelenjar prostat yang membesar.
h. Vasdeferentitis dan funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
pada sisi yang sama.
i. Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis
biasanya disertai deferentitis. Keadaan yang mempermudah
timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang

34

disebabkan oleh salah penanganan atau kelalain penderita sendiri.
Faktor yang mempengruhi keadaan ini antara lain irigasi yg terlalu
sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas, atau terlalu pekat,
instrumentasi yg terlalu kasar, pengurutan prostat yang berlebihan,
dan aktifitas seksual jasmani yang berlebihan.
Epididimitis dan tali spematika membengkak dan terasa
panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada
penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis
dapat mengkibatkan sterilisasi.
j. Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai
trigonum vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria,
disuria terminal, dan hematuri.
2. Pada wanita4
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda
dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi
alat kelamin pria dan wanita. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik
penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemuka
dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya
wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian penderita
ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan
keluarga berencana.
Pada mulanya hanya servik uteri yang terkena infeksi. Duh
tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokokus
mengalir keluar dan menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar
bartholin, rektum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah
kandung telur.

35

a. Uretritis
Gejala utama ialah disuria kadang-kadang poliuria. Pada
pemeriksaan orifiisum uretra eksternum tampak merah, edematosa,
dan ada sekret mukopurulen.
b. Parauretritis/skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
c. Servisitis
Dapat asimptomatis, kadang-kadang menimbulkan rasa
nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan servik tampak
merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Sekret tubuh akan
terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai
vaginitis. Yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
d. Barthonilitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah
dan nyeritekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri
sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk. Bila
saluran kelenjar tersumbatdapat timbul abses dan dapat pecah
menjadi mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi
rekuren atau kista.
e. Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada
beberapa faktor predisposisi yaitu:
1) Masa puerperium (nifas)
2) Dilatasi setelah kuratese
3) Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim).
Cara infeksi langsung dari servik melalui tuba fallopi sampai
pada daerah salping dan ovarium. Sehingga dapat menimbulkan
penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat
menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10%
wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa

36

nyeri pada daerah abdomen bawah, discharge tubuh vagina,
disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.

XI. PROGNOSIS
Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati
atau mendapat pengobatan yang kurang adekuat. Di samping itu, penyulit
uretritis gonore pada umumnya bersifat lokal sehingga penjalarannya
sangat erat dengan susunan anatomi dan faal alat kelamin. Komplikasi
terjadi bila pengobatan tidak segera dilakukan atau pengobatan
sebelumnya tidak adekuat. Infeksi dapat menjalar ke uretra bagian
belakang secara ascendent.6 Pada pria penyulit lokal yang terjadi dapat
berupa: tysonitis, parauretritis, litritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, epididimitis, cystitis dan praktitis. 1

37

BAB V
KESIMPULAN

Uretritis gonore merupakan penyakit hubungan seksual yang


disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae yang menyerang uretra,
paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup tinggi. WHO
memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap
tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai 600.000
kasus baru setiap tahunnya.
Neisseria gonorrhoeae merupakan kuman kokus gram negatif,
bersifat tahan asam, berukuran 0,6 sampai 1,5 µm, berbentuk diplokokus
seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap-hadapan, tampak di luar
dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam
keadaan kering, dan tidak tahan pada zat desinfektan. Kuman ini tidak motil
dan tidak membentuk spora. Masa tunas gonore sangat singkat, pada waktu
masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya bersifat
asimtomatis.
Keluhan utama berhubungan erat dengan infeksi pada organ genital
yang terkena, keluhan pada pria yang tersering adalah kencing nanah. Gejala
diawali oleh rasa panas dan gatal di distal uretra, disusul dengan disuria,
polakisuria, dan keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang disertai
darah. Selain itu, terdapat perasaan nyeri pada saat terjadi ereksi.
Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati atau
mendapat pengobatan yang kurang adekuat. Di samping penyulit, uretritis
gonore pada umumnya bersifat lokal sehingga penjalarannya sangat erat
dengan susunan anatomi dan faal alat kelamin.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis pada laki-laki jauh lebih mudah daripada wanita,
baik secara klinis maupun laboratorium, karena pada wanita seringkali
asimtomatis. Pada dasarnya pengobatan uretritis baru diberikan setelah
diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan mahal tanpa didasari

38

diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin
kesembuhan dan bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam
penggunaannya, misalnya resistensi kuman penyebab. Pengobatan yang
benar meliputi: pemilihan obat yang tepat serta dosis yang adekuat untuk
menghindari resistensi kuman. Melakukan tindak lanjut secara teratur
sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum penyakitnya benar- benar
sembuh dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual. Pasangan
seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak terjadi fenomena pingpong.

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Murtiastutik D. Infeksi menular seksual. Barakbah J, Lumintang H MS,


editor. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. 109-14 p.
2. Sambonu A, Niode NJ PH. Profil uretritis gonokokus dan non-gonokokus
di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Januari – Desember 2012. J e-Clinic. 2016;4(1):1–6.
3. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. 3rd ed. Jakarta: EGC;
2014. 301-2 p.
4. Djuanda A, Hamzah M AS. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. 369-79 p.
5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS LD.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. United States of
America: McGraw-Hill Co; 2008. 1994-6 p.
6. Jawas FA MD. Penderita gonore di divisi penyakit menular seksual unit
rawat jalan ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya.
BIKKK. 20(3):217–28.
7. Krisnadewi PAD RL. Uretritis gonore pada laki-laki [Internet]. Denpasar:
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana; 2014. 1-4 p. Available from:
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1002006033-1-Uretritis Gonore.pdf
8. Silalahi YDP, Suling PL KM. Profil uretritis gonokokus dan non
gonokokus pada pria di RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou Manado periode
2009-2011. J e-Clinic. 1(1):1–6.
9. Dalli SF, Makes WIB, Zubier F JJ. Infeksi menular seksual. 3rd ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. 65-72 p.
10. Tanto C, Liwang F, Hanifati S PE. Kapita selekta kedokteran. 4th ed.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014. 341-7 p.
11. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer. 1st ed. Jakarta: Bakti Husada; 2013. 556-9 p.

40

12. Bignell C FM. UK national guideline for the management of gonorrhoea
in adults. Int J STD AIDS [Internet]. 2011;22:541–7. Available from:
https://www.bashh.org/documents/3920.pdf
13. Karnath BM. Manifestations of gonorrhea and chlamydial infection.
2009;44–8. Available from: http: //www. turner-white.com/
memberfile.php? PubCode= hp_may09_gonorrhea.pdf
14. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional penanganan
infeksi menular seksual. Jakarta: Bakti Husada; 2011. 2, 24-8 p.
15. CDC. Communicable disease management protocol – gonorrhea
[Internet]. 2015. p. 1–18. Available from: http: //www. gov. mb. ca/
health/ publichealth/ cdc/ protocol/gonorrhea.pdf
16. Silitonga JT. Uretritis [Internet]. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara; 2009. 4-9 p. Available from: http: //repository. usu. ac. id/
bitstream/ 123456789/26065/4/Chapter II.pdf

41

Anda mungkin juga menyukai