Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas
a. Nama/Jenis kelamin/Umur : An. Z/laki-laki/5 tahun
b. Pendidikan : Pelajar
c. Alamat : RT. 04 Kampung Tengah

II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga


a. Status perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : Anak ke-2 dari 2 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah
Pasien tinggal di sebuah rumah semi permanen dengan beratap
seng. Didalam rumah terdapat 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang
makan, 1 ruang dapur, dan 1 kamar mandi di dalam rumah. Lantai rumah
terbuat dari kayu. Keadaan di dalam rumah cukup rapi dan bersih. Sumber
air yang digunakan untuk mencuci dan mandi berasal dari air sumur,
sedangkan untuk minum menggunakan sumber air galon. Ventilasi udara
dan sirkulasi udara di rumah pasien mengandalkan pintu dan jendela
rumah yang berada di depan, samping dan di belakang rumah. Jendela
pada masing-masing kamar di rumah selalu dibuka setiap harinya begitu
pula pintu depan dan pintu belakang rumah. Pencahayaan rumah cukup
terang pada siang hari dan pada malam hari menggunakan pencahayaan
dari sumber lisrik. Sanitasi di lingkungan sekitar cukup bersih dan tidak
padat penduduk.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga :


Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakak. Pasien
merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Dan dalam kondisi lingkungan
keluarga tidak ada masalah.

1
III. Aspek psikologis di keluarga :
Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik.

IV. Anamnesa
a. Keluhan utama :
Timbul gelembung-gelembung kecil kemerahan berisi cairan yang
muncul di seluruh tubuh sejak 1 hari yang lalu
b. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan timbul gelembung-
gelembung kecil kemerahan berisi cairan yang muncul di wajah, leher,
badan dan punggung sejak 1 hari yang lalu. Berupa bercak merah
seukuran ujung jarum pentul di muka dan leher, disertai gatal hilang
timbul, nyeri pada bercak merah tidak ada. Kurang lebih 1 hari
sebelum timbul gelembung pasien mengeluh demam .Demam
dirasakan tidak terlalu tinggi, demam turun dengan pemberian obat
penurun panas, menggigil (-).

V. Riwayat penyakit dahulu/keluarga :


 Riwayat mengalami penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
 Riwayat kontak dengan penderita cacar (+) tetangga
 Riwayat sakit kullit (-)

VI. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37.0⁰C
BB : 22 kg
TB : 130 cm

Pemeriksaan Organ
Kepala : Normocephal

2
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-).
Telinga: Sekret minimal, otore (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), rinore (-)
Mulut : Tonsil T1-T1, hiperemis (-), lidah bersih
Leher : Pembesaran KGB (-), vesikel (+)
Thorak :
Paru :
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
 Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung:
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra 2
jari medial sela iga V
 Perkusi : batas jantung
- Atas : ICS II kiri
- Kanan : Linea parasternalis dextra
- Kiri : ICS V 2 jari medial linea midclavicula
sinistra
 Auskultasi : S I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
 Inspeksi : datar, venektasi (-), sikatriks (-), vesikel (+)
 Auskultasi : BU (+) normal
 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik, tampak
ada vesikel (+)

Status Dermatologikus:

 Ad regio  Regio facialis et coli et torakalis et abdominalis, et ekstremitas


superior et ekstremitas inferior

3
 Lesi  vesikel, multipel, ukuran miliar - lentikuler, diskret sebagian
konfluen, sebagian terdapat pustul multipel ukuran miliar-lentikuler diskret
sebagian terdapat krusta kehitaman tidak mudah di lepas.

VII. Laboratorium
Usulan pemeriksaan :
Tzanck Test

VIII. Diagnosa Kerja :


Varicella (B.01)

IX. Diagnosa Banding


 Variola (B.03)
 Herpes Zooster (B.02)
 Coxsackie virus (B.97.11)

X. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit varicella
adalah penyakit oleh karena virus yang bersifat menular dan
menjelaskan cara penularan penyakit
 Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakitnya dan cara pengobatannya
 Menjelaskan kepada pasien jika terdapat anggota keluarga lain
mengalami keluhan yang sama untuk segera berobat
b. Preventif
 Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat dahulu selama ± 7 hari
 Mengindari kontak dengan kerabat selama beberapa hari untuk
mencegah penularan.
 Jangan menggaruk dan memencet gelembung berisi cairan atau
melepaskan keropeng karena akan dapat menimbulkan bekas dan
infeksi
 Gunakan pakaian yang ringan dan nyaman seperti bahan kaos untuk
menghindari gesekan ruam dan membuat ruam pecah. Jika pecah
kemungkinan untuk infeksi bakteri lebih besar

4
 Mandi akan membersihkan tubuh dan mencegah infeksi bakteri.
 Jika mengeringkan tubuh setelah mandi jangan menggunakan handuk
yang kasar dan menggosok tubuh secara perlahan.
c. Kuratif
Non Farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan yang bergizi
- Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya
kulit dikompres dingin.
- Mandi dengan menggunakan air yang ditambahkan dengan larutan
antiseptik.
Farmakologi
- Salep Asiklovir 5 %
- Asyclovir tablet 200mg 5 x 1 tablet
- Paracetamol tablet 3x250 mg
- Vitamin C 1 x 50 mg selama 3 hari

d. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi dan selalu menjaga kebersihan tubuh

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman

Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi
36265 36265

dr. Hafizani Rahmah dr. Hafizani Rahmah

SIP. 123456 SIP. 123456

RESEP
STR. 78910 STR. 78910

Tanggal : Tanggal :
Puskesmas Ilmiah

Pro : Pro :

Umur : Umur :
5
BB : BB :

Alamat : Alamat :
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman

Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi
36265 36265

dr. Hafizani Rahmah dr. Hafizani Rahmah

SIP. 123456 SIP. 123456

STR. 78910 STR. 78910

Tanggal : Tanggal :
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pro : Varisela merupakan infeksi akut primer
Pro yang
: sangat menular disebabkan oleh

Umur : virus varicella-zoster (VZV) yang menyerang


Umur : kulit dan mukosa, klinis terdapat

BB :
gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
BB
terutama
:
berlokasi di bagian sentral
tubuh. Varisela biasa dikenal dengan istilah cacar air atau chickenpox.1,2
Alamat : Alamat :

2.2 Epidemiologi
Varisela terdapat di seluruh dunia, namun epidemi tahunan lebih banyak
terjadi pada negara beriklim sedang, terutama saat akhir musim dingin dan musim
semi. Varisela tidak memiliki perbedaan predileksi terhadap ras maupun jenis
kelamin.3-5
Virus varicella-zoster menyebar melalui udara (aerogen). Tingkat serangan
varisela diantara kontak serumah yang terinfeksi adalah sekitar 90%. Paparan

6
yang lebih terbatas, seperti yang terjadi dalam kelas di sekolah, tingkat transmisi
penyebarannya berkisar 10% hingga 35%.3 Periode infeksius varisela berkisar 2
hari sebelum timbul lesi kulit, dan infektivitasnya berlanjut hingga semua vesikel
menjadi krusta, yaitu kurang lebih 5-7 hari setelah timbulnya gejala kulit.4-8
Varisela merupakan penyakit yang umum, terutama terjadi pada populasi
pediatri.6 Di negara beriklim tropis, varisela jarang terjadi. Sedangkan pada negara
dengan iklim sedang, varisela umumnya terjadi pada anak yang berusia 5 hingga
10 tahun. Karena hampir semua anak terinfeksi, kejadian tahunan varisela setara
dengan tingkat kelahiran; sekitar 3.5 juta kasus terjadi setiap tahunnya di Amerika
Serikat.3 Penyakit ini ringan bila terjadi pada anak yang sehat, dan morbiditas
meningkat bila terjadi pada dewasa dan pasien imunokompromise. Sebuah wabah
tercatat pada kelompok pasien limfoma yang diterapi menggunakan rituximab dan
berhubungan dengan adanya paparan terhadap pasien herpes zoster.6 Tingkat
kerentanan diantara individu yang berusia diatas 18 tahun adalah sekitar 5% untuk
negara beriklim sedang, tapi sebanyak 50% orang dewasa muda di daerah tropis
belum mengalami infeksi primer VZV.3
Sejak pengenalan vaksin yang meluas untuk populasi pediatri di Amerika
Serikat pada tahun 1995, insiden varisela telah menurun mencapai 90%, serta
penurunan angka mortalitas penyakit varisela yang mencapai 66%.6

2.3 Etiologi
Varisela disebabkan karena infeksi primer oleh virus varicella-zoster. Virus
varicella-zoster merupakan famili human (alpha) herpesvirus, dan seperti
herpesvirus lainnya, virus ini memiliki kemampuan untuk bertahan di dalam
tubuh manusia setelah infeksi primer, disebut sebagai periode laten. Virus akan
bertahan di dalam sel akar ganglia dorsalis, dan bila terjadi reaktivasi dari virus
varicella-zoster yang dorman, maka penyakitnya disebut sebagai herpes zoster,
dimana lesi muncul dalam pola dermatomal (Gambar 2.1).2,3,4

7
Gambar 2.1 Varisela dan herpes zoster

Virus varicella-zoster terdiri atas genome DNA double-stranded tertutup inti


yang mengandung protein dan dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini memiliki
ukuran yang paling kecil dari antara semua famili herpesvirus, yaitu 140-200 nm.
DNA virus varicella-zoster mengandung sekitar 125.000 bp dan sedikitnya 69
daerah yang mengkodekan gen-gen tertentu (open reading frame/ORF).3,5,9
Replikasi virus ini berkaitan dengan ekspresi protein virus dalam 4 hingga 10
jam dan pembentukan multinucleated giant cells. VZV sangat sensitf terhadap
temperatur, inaktivasi terjadi pada suhu 56-60oC, dan menjadi tidak infeksius bila
selubung virion mengalami degradasi.3

2.4 Patofisiologi
Masa inkubasi varisela adalah 10-21 hari pada anak imunokompeten (rata-
rata 14-21 hari) dan pada anak yang imunokompromise biasanya lebih singkat
yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi
airborne droplet dari host yang terinfeksi. Selain melalui droplet, dapat menular
juga melalui kontak langsung dengan vesikel penderita, atau secara tak langsung
melalui pakaian/linen penderita yang terkontaminasi cairan vesikel. Droplet
infeksi dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi kulit.5,8

8
Gambar 2.2 Patogenesis infeksi primer virus varicella-zoster

Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernapasan


bagian atas, orofaring ataupun konjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi
pada hari ke 2-4 yang berlokasi di nodus limfa regional kemudian diikuti
penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang
mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4-6
setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi
virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum
matang sehingga akan berlanjut dengan replikasi virus kedua yang terjadi di hepar
dan limpa, mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel
virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16
yang mengakibatkan timbulnya lesi di kulit yang khas (Gambar 2.2). Lokalisasi
VZV di stratum basal epidermis ini diikuti dengan replikasi virus,
penggelembungan degenerasi sel epitel, dan akumulasi cairan edem dengan
vesikulasi.2,5

2.5 Gambaran Klinis


Varisela pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya
didahului dengan gejala prodromal yaitu demam (<38,9 oC), malaise, nyeri kepala,
mual dan anoreksia, yang terjadi 1-2 hari sebelum timbulnya lesi di kulit,
sedangkan pada anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompeten, gejala
prodromal jarang dijumpai, hanya demam dan malaise ringan yang timbul
bersamaan dengan munculnya lesi di kulit.1,5,10

9
Lesi pada varisela, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke
dada, lalu ke ekstremitas;2 konsentrasi lesi paling banyak adalah di badan. 4 Lesi
juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital, berupa ulkus dangkal dan
seringkali terasa nyeri.10 Lesi pada varisela biasanya sangat gatal dan mempunyai
gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada
suatu saat. Hal ini khas pada varisela, yaitu lesi polimorfik (Gambar 2.3), ditandai
dengan makula eritemosa kemudian fase makulopapular lalu menjadi vesikular,
vesikel baru akan tetap terbentuk sementara vesikel terdahulu pecah, mengering,
dan akhirnya menjadi krusta.1,5

Gambar 2.3 Lesi polimorfik

Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan dada,
dan kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12-24 jam menjadi papul dan
kemudian berkembang menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih
dengan dasar eritematosa. Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematosa
mempunyai gambaran klasik yaitu letaknya superfisial dan memiliki dinding yang
tipis sehingga terlihat seperti kumpulan tetesan air di atas kulit (tear drop),
berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan
lipatan kulit atau tampak vesikel seperti titik-titik embun di atas daun bunga
mawar (dew drop on a rose petal)(Gambar 2.4).5

10
Gambar 2.4 Dew drop on rose petal appearance

Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan karena masuknya sel radang
sehingga pada hari kedua akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan
mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle)
dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari,
kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1-3 minggu. Pada fase penyembuhan
varisela jarang terbentuk parut (scar)(Gambar 2.5), apabila tidak disertai dengan
infeksi sekunder bakterial.5

Gambar 2.5 Post-Varisela scars

Varisela yang terjadi pada masa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya varisela
intrauterin ataupun varisela neonatal. Varisela intrauterine terjadi pada 20 minggu
pertama kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti kedua
lengan dan tungkai mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular dan
mental retardation. Sedangkan varisela neonatal terjadi apabila seorang ibu
mendapat varisela (varisela maternal) kurang dari 5 hari sebelum atau sesudah

11
melahirkan. Bayi akan terpapar viremia sekunder dari ibunya yang didapat dengan
cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat perlindungan antibodi
disebabkan tidak cukupnya untuk terbentuknya antibodi pada tubuh si ibu yang
disebut transplasenta antibodi. Sebelum penggunaan varicella-zoster
immunoglobulin (VZIG), angka kematian varisela neonatal sekitar 30%, hal ini
disebabkan terjadinya pneumonia yang berat dan hepatitis yang fulminan. Tetapi
jika si ibu mendapat varisela dalam waktu 5 hari atau lebih sebelum melahirkan,
maka si ibu mempunyai waktu yang cukup untuk membentuk dan mengedarkan
antibodi yang terbentuk (transplasental antibodi) sehingga neonatal jarang
menderita varisela yang berat.

2.6 Komplikasi
Varisela akut secara umum merupakan penyakit yang ringan dan self-limited,
namun pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi. Adapun kelompok yang
rentan terhadap risiko komplikasi adalah: individu berusia lebih dari 15 tahun,
bayi yang berumur kurang dari 1 tahun, individu immunokompromise, dan bayi
baru lahir dari ibu yang memiliki rash onset 5 hari sebelum atau 2 hari setelah
melahirkan.4
Komplikasi yang dapat dijumpai pada varisela, berupa:5
a. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak (<5 tahun)
yang berkisar antara 5-10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat
masuk organisme yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat
menimbulkan impetigo, furunkel, cellulitis, dan erysipelas. Organisme
infeksius yang sering menjadi penyebabnya adalah Streptococcus grup A
dan Staphylococcus aureus.
b. Pneumonia
Dapat timbul pada anak-anak yang lebih tua dan pada orang dewasa, yang
dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varisela
pneumonia sekitar 1:400 kasus.
c. Neurologik
 Akut postinfeksius cerebelar ataxia

12
Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2-3 minggu setelah
timbulnya varisela. Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan.
Manifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi berdiri
hingga tidak mampu untuk berdiri, tidak adanya koordinasi dan
dysarthria. Insiden berkisar 1:4000 kasus varisela.
 Encephalitis
Merupakan komplikasi yang serius, dimana angka kematian
berkisar 5-20%. Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut
varisela, yaitu beberapa hari setelah timbulnya ruam. Gejala yang
sering dijumpai berupa letargi, drowsiness dan confusion. Beberapa
anak mengalami kejang dan perkembangan encephalitis yang cepat
dapat menimbulkan koma yang mendalam. Insiden berkisar
1,7/100.000 penderita.

d. Herpes zoster
Merupakan reaktivasi dari virus varicella-zoster yang dorman di ganglion
sensoris, timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi
primer.
e. Reye’s syndrome
Ditandai dengan fatty liver dan encepalopathy. Keadaan ini berhubungan
dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah digunakan acetaminophen
(antipiretik) secara luas, kasus reye syndrome mulai jarang ditemukan.

2.7 Diagnosis
Diagnosis varisela biasanya dibuat menggunakan tanda dan gejala klinis yang
ditemukan pada pasien. Dalam anamnesis perlu ditentukan apakah pasien pernah
terpapar dengan penderita varisela, identifikasi pasien immunokompromise yang
merupakan risiko tinggi varisela yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas,
penggunaan kortikosteroid juga dapat meningkatkan morbiditas. Selain itu, perlu
didapatkan gambaran diagnostik lesi varisela, yang diawali dengan papul kecil,
berkembang menjadi vesikel jernih yang kemudian menjadi pustul lalu kering dan

13
menjadi krusta. Awalnya lesi akan muncul pada wajah lalu kemudian menyebar ke
leher, badan dan ekstremitas.8,10
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dipakai untuk pemeriksaan virus
varicella-zoster adalah:5
a. Tzanck smear
 Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolau’s. Dengan
menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated
giant cells (Gambar 2.6).
 Pemeriksaan ini sensitiftasnya sekitar 84%.
 Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella-zoster
dengan herpes simplex virus.

Gambar 2.6 Multinucleated giant-cell


b. Direct fluorescent assay (DFA)
 Preparat diambil dari scraping dasar vesikel, tetapi apabila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif
 Hasil pemeriksaan cepat
 Membutuhkan mikroskop fluorescence
 Test ini dapat menemukan antigen virus varicella-zoster
 Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
c. Polymerase chain reaction (PCR)
 Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif
 Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat
juga digunakan sebagai preparat, dan CSF.
 Sensitifitasnya berkisar 97-100%
 Test ini dapat menemukan nucleic acid dan virus varicella-zoster
d. Biopsi kulit

14
 Hasil pemeriksaan histopatologis: tampak vesikel intraepidermal
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis
bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate.

2.8 Penatalaksanaan
a. Non-medikamentosa10
 Edukasi Pasien
- Edukasi pasien tentang perjalanan alamiah penyakit dan mode
transmisi penyakit
- Menasihati pasien tentang pentingnya pengobatan awal dan
pengontrolan tanda dan gejala terhadap komplikasi yang
mungkin terjadi
- Hindari pengobatan sendiri menggunakan aspirin karena dapat
menyebabkan reye’s syndrome
- Istirahat pada masa aktif, sampai semua lesi mencapai stadium
krustasi
 Perawatan kulit/luka
- Jaga lesi kulit tetap bersih dan kering untuk mencegah infeksi
bakteri, minta pasien agar tetap mandi dua kali sehari
menggunakan sabun dan air.
- Kuku harus selalu dipotong pendek dan dijaga kebersihannya
- Hindari menggaruk dan jaga vesikel agar tidak pecah, biarkan
lesi terkelupas secara sendirinya
- Diet lunak atau cair mungkin diperlukan untuk pasien dengan
lesi disekitar mulut
b. Medikamentosa
 Topikal
Lesi vesikular: diberi bedak agar vesikel tidak pecah 1, dapat
ditambahkan menthol 2% atau antipruritus lain seperti calamin
lotion, gel paramoxine.6
Apabila lesi sudah pecah atau menjadi krusta: diberi antibiotik
topikal untuk mencegah infeksi sekunder.5
 Sistemik
- Simtomatik1
Antipiretik diberikan bila demam, hindari menggunakan aspirin
karena dapat menimbulkan reye’s syndrome.
Antipruritus: antihistamin yang memilliki efek sedatif

15
- Antivirus2
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan
dan waktu penyembuhan akan lebih singkat. Pemberian
antivirus sebaiknya dalam 24 jam sejak timbulnya gejala.
Golongan antivirus yang dapat diberikan adalah acyclovir,
valacyclovir, dan famciclovir.
Dosis antivirus:
o Neonatus : Acyclovir 10mg/kgBB tiap 8 jam selama 10
hari
o Anak-anak (2 hingga 18 tahun) : Valacyclovir
20mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari atau Acyclovir
20mg/kgBB tiap 6 jam selama 5 hari
o Dewasa : Valacyclovir 1 gram per oral tiap 8 jam
selama 7 hari.
o Dewasa (immunocompromised): Valacyclovir 1 gram
per oral selama 7 hingga 10 hari atau Acyclovir 800 mg
per oral 5 kali sehari atau Famciclovir 500 mg per oral
tiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari.
o Dewasa (severely immunocompromised): acyclovir
10mg/kg IV tiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari
o Resisten acyclovir: Foscarnet 40 mg/kg IV tiap 8 jam
sampai resolusi.

2.9 Pencegahan
Pada anak imunokompeten yang telah menderita varisela tidak diperlukan
tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok yang
berisiko tinggi untuk menderita varisela yang fatal seperti neonatus, pubertas
ataupun orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala
varisela.5
Tindakan pencegahan yang dapat diberikan yaitu:5
a. Imunisasi pasif
 Menggunakan VZIG (Varicella-zoster immunoglobulin)
 Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah
terpajan VZV, pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah

16
varisela sedangkan pada anak imunokompromise pemberian VZIG
dapat meringankan gejala varisela
 VZIG dapat diberikan pada:
o Anak-anak yang berusia <15 tahun yang belum pernah
menderita varisela atau herpes zoster
o Usia pubertas >15 tahun yang belum pernah menderita
varisela atau herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi
terhadap VZV
o Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varisela
dalam kurun waktu 5 hari sebelum atau 48 jam setelah
melahirkan
o Bayi prematur dan bayi usia ≤14 hari yang ibunya belum
pernah menderita varisela atau herpes zoster
o Anak-anak yang menderita leukemia atau linfoma yang
berlum pernah menderita varisela
 Dosis: 125 U per 10 kgBB
Dosis minimal 125 U dan dosis maksimal 625 U
 Pemberian secara IM
 Perlindungan yang didapat bersifat sementara
b. Imunisasi aktif
 Vaksinasi menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan
kekebalan yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun
 Digunakan di Amerika sejak tahun 1995
 Daya proteksi melawan varisela berkisar 71-100%
 Vaksin efektif jika diberikan pada umur ≥1 tahun dan
direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
 Anak yang berusia ≤13 tahun yang tidak menderiita varisela
direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua
diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu
 Pemberian secara subkutan
 Efek samping: kadang-kadang dapat timbul demam ataupun reaksi
okal seperti ruam makulopapular atau vesikel terjadi pada 3-5%
anak-anak dan timbul 10-21 hari setelah pemberian pada lokasi
penyuntikan
 Vaksin varisela: Varivax
 Tidak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena dapat
menyebabkan terjadinya kongenital varisela

17
2.10Prognosis
Varisela yang menyerang anak sehat biasanya dapat sembuh sendiri. Dengan
perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit. Peningkatan morbiditas terjadi pada
populasi dewasa dan imunokompromise.6,9,10

BAB III
ANALISIS KASUS

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien tinggal di sebuah rumah semi permanen dengan beratap seng.
Keadaan di dalam rumah cukup rapi dan bersih. Sumber air yang digunakan
untuk mencuci dan mandi berasal dari air sumur, sedangkan untuk minum
menggunakan sumber air galon. Ventilasi udara dan sirkulasi udara, serta
pencahayaan rumah pasien cukup baik. Sanitasi di lingkungan sekitar cukup
bersih dan tidak padat penduduk.

18
Dari kondisi rumah disini tidak ada hubungan antara kondisi rumah
dengan keadaan pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakak. Pasien merupakan
anak kedua dari 2 bersaudara. Dan dalam kondisi lingkungan keluarga tidak
ada masalah.
Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis disini tidak ada
hubungan yang memperberat penyakit akibat dari faktor psikologi pasien.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien dan keluarga pada kasus ini cukup baik. Bisa
di lihat dari keadaan rumah yang cukup bersih dan rapi, pasien dan anggota
keluarga lainnya mandi 2 kali sehari, setiap mandi pasien mengganti semua
pakaiannya, baju di cuci setiap hari dan disetrika.
Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi pada
penyakit ini
Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit varicella pada
pasien ini adalah riwayat kontak dengan penderita varicella yaitu tetangga
pasien.
d. Analisis untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan dengan
faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk menghindari faktor memperberat dan penularan terjadinya
penyakit varicella adalah dengan cara :
 Menghindari kontak dengan penderita varicella
 Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan risiko infeksi
 Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat yang cukup.
 Makan makanan yang bergizi untuk memperkuat daya tahan tubuh,
menghindari komplikasi yang mungkin dapat terjadi.

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA


PASIEN DAN KEPADA KELUARGA

19
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa varicella adalah penyakit menular dan
menjelaskan cara penularannya
b. Menerangkan bahwa pentingnya menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan tempat tinggal.
c. Menjelaskan kepada pasien jika terdapat anggota keluarga lain mengalami
keluhan yang sama untuk segera berobat

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA


KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus yaitu Varicella Zoster Virus (VZV). VZV ini
dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Pada kontak
pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, sedangkan
bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi
serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT


MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA
PASIEN :
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella berupa gelembung
berisi cairan, sebaiknya tidak menggaruk atau memecahkan gelembung
tersebut, jika dipecahkan akan terbentuk krusta yang lebih dalam sehingga
akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi
pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa
atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
b. Menjelaskan bahwa varisela dapat menyebabkan kerusakan langsung pada
pembuluh darah dan dapat menyebabkan komplikasi seperti Infeksi sekunder
dengan bakteri, varisela Pneumonia, Reye sindrom, Ensefalitis.

20
.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suriadi R, dkk. Panduan layanan klinis dokter spesialis dermatologi dan


venerology. 2014. Jakarta: Perhimpunan dokter spesialis kulit dan kelamin
(PERDOSKI).
2. Wolff K, Goldsmith LA, Freedberg IM, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffel DJ, editor. Dalam: Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi
ke-7. 2014. New York: Mc Graw-Hill.
3. Arvin AM. Varicella-zoster virus. Department of Pediatrics and
Microbiology/Immunology, Stanford University School of Medicine,
Stanford, California. 1996;9(3):361-81
4. Anonim. Varicella In Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable
Diseases. 13th Ed. April 2015. p353-74
5. Lubis RD. Varicella dan herpes zoster. 2008. FK Universitas Sumatera Utara.
6. Papsdopoulos AJ. Chickenpox: clinical presentation, history, physical
examination. Diakses tanggal: 20 Maret 2018. Diunduh dari: URL:
https://emedicine.medscape.com/article/1131785-clinical#showall
7. Handoko RP. Varisela dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6.
2010. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8. Cork, Kerry. Varicella (chickenpox and shingles) dalam Guidelines on
Infection Prevention and Control. 2012.

21
9. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi 3. 2013. Jakarta:
EGC.
10. Hidayat S, dkk. Varicella-zoster virus infection dalam MIMS Dermatology-
Disease management guidelines. Edisi ke-2. 2015

22

Anda mungkin juga menyukai