Anda di halaman 1dari 17

I.

Bioavailabilitas Antibiotik
Absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi dari sebuah obat, seluruhnya melibatkan
perpindahan substansi obat tersebut dalam melintasi membran sel. Pada mekanisme obat
melintasi membran, komponen psikokimia molekul dan membran yang mempengaruhi
transfer ini penting peranannya untuk dapat membantu memahami disposisi dari obat
tersebut di dalam tubuh manusia.1

Absorpsi adalah perpindahan obat dari tempatnya masuk ke dalam kompartemen


sentral. Pada bentuk dosis solid, absorpsi pertama membutuhkan dissolusi dari tablet atau
kapsul, sehingga membebaskan komponen obat. Para dokter cenderung fokus pada
bioavalabilitas dibanding absorpsi. Hal ini penting untuk membedakan antara laju dan luas
absorpsi obat dan jumlah obat yang sebenarnya mencapai sirkulasi sistemik. Jumlah obat
yang mencapai sirkulasi sistemik bergantung tidak hanya pada intake obat tapi juga pada
fraksi obat yang diserap dan lepas dari first-pass elimination. Fraksi ini disebut
bioavailabilitas obat.1
Bioavailabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan jangkauan fraksi
sebuah obat dalam mencapai tempat kerja atau cairan biologis yang memungkinkan obat
memiliki akses terhadap tempat kerjanya. Sebagai contoh, sebuah obat diberikan secara
oral dan akan diabsorpsi pertama kali oleh perut dan usus, namun hal ini akan membatasi
karakteristik bentuk dosis dan komponen psikokimia dari obat tersebut. Selanjutnya, obat
akan melewati hati, dimana metabolism dan ekskresi bilier mungkin terjadi sebelum obat
memasuki sirkulasi sistemik. Dengan demikian, fraksi dosis masuk dan absorpsi dari obat
akan terinaktivasi dan berubah sebelum obat dapat mencapai sirkulasi umum dann
terdistribusi ke tempat obat tersebut bekerja. Pengurangan ini adalah fungsi anatomi dari
tempat absorpsi itu berlangsung,1
Selain faktor anatomi, fisiologi dan patologi yang dapat memepengaruhi biavalabilitas,
pemilihan rute administrasi obat pun harus didasari pada pemahaman tentang hal ini. Untuk
dosis obat intravena, bioavailabilitas dianggap sama diseluruh kesatuannya.
Bioavailabilitas obat-obatan yang diberikan secara oral mungkin kurang dari 100%. Hal ini
yang disebabkan oleh dua alasan utama, yaitu tingkat absorpsi yang tidak lengkap dan first
phase elimination.1
Berikut pada Tabel 1 merupakan kisaran bioavailabilitas obat berdasarkan rute
pemberian.

Tabel 1. Rute Pemberian, Bioavailabilitas dan sifat-sifat umum2


Rute Biavailabilitas (%) Sifat
Intravena (IV) 100 (dengan ketentuan) Kerja cepat
Intramuskular (IM) 75 sampai ≤100 Membutuhkan volume yang
besar
Subcutan (SC) 75 sampai ≤100 Volume lebih sedikit dibanding
IM
Oral (PO) 5 sampai ≤100 Sebagian besar sesuai; efek first
pass mungkin berarti
Rectal (PR) 30 sampai ≤100 Efek first pass lebih kecil
dibanding PO
Inhalasi 5 sampai ≤100 Mula kerja sering sangat cepat
Transdermal 80 sampai ≤100 Absorpsi lambat, digunakan
untuk yang tidak memiliki first
pass, durasi kerja lama
Sebagaimana obat lainnya, antibiotik pun memiliki variasi bioavalabilitas. Berikut
bioavalabilitas beberapa agen antibiotik pada Tabel 2.

Tabel 2. Bioavailabilitas Beberapa Jenis Antibiotik1,2


Antibiotik Bioavalabilitas (%)
Oral IM Lain-lain
Penicillin
Penicillin VK 60-73
Penicillin Antistafilokokus
Dicloxacillin 50–85
Penicillin Spektrum Luas
Amoxicillin 93±10
Ampisilin 62
Sefalosporin Generasi I
Cephalexin 90 ± 9
Cefazolin >90
Sefalosporin Generasi II
Cefuroxime 32
Sefalosporin Generasi III & IV
Cefixime 47 ± 15
Ceftazidime 91
Cefdinir 16-25
Tetrasiklin
Tetrasiklin 77
Doksisiklin 93
Makrolide
Eritromisin 35 ± 25
Klaritromisin 55 ± 8
Azitromisin 34 ± 19
Telithromycin 57
Linkomisin
Klindamisin 87
Kloramfenikol
Kloramfenikol 80
Oksazolidinon
Linezolid 100
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin 87 ±13
Sulfonamida
Sulfisoxazole 28-35
Sulfamethoxazole 100
Trimethoprim
Trimethoprim >63
Quinolon & Fluoroquinolon
Ciprofloxacin 60 ±12
Gatifloxacin 98
Gemifloxacin 70
Levofloxacin 99 ±10
Lomefloxacin 95
Moxifloxacin 86
Norfloxacin 80
Ofloxacin 95
Antimikobakterium
Ethambutol 77 ± 8
Dapson 93 ± 8

II. MIC (Minimal Inhibitory Concentration)


Untuk menilai efisiensi dari antibiotik, terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kegunaan potensial dari sebuah antibiotik pada situasi klinis yang spesifik. Pertama ukur
potensi antibiotik terhadap pathogen dalam Minimal Inhibitory Concentration (MIC)
dan Minimal Bactericidal Concentration (MBC). Lalu yang kedua adalah mengukur
hubungan antara profil dan potensi waktu konsentrasi dari antibiotik.3
MIC adalah alat ukur potensi dari sebuah obat antimikroba. MIC didefinisikan
sebagai konsentrasi minimal antibiotik yang mencegah suspensi jernih dari 105 CFU
bakteri/mL menjadi keruh setelah inkubasi dalam waktu semalam. Suspensi bakteri yang
jernih diperkirakan memiliki kepadatan bakteri 105 CFU/mL atau kurang. Kekeruhan
biasanya menandakan setidaknya terdapat peningkatan 10 kali lipat kepadatan bakteri.4
MIC dianggap sebagai standar baku dalam penentuan kepekaan organisme
terhadap antimikroba dan sehingga digunakan untuk menilai performa seluruh metode
uji kepekaan lain. MIC digunakan di laboratorium diagnostik untuk mengkonfirmasi
resistensi yang tidak biasa, untuk memberikan jawaban pasti ketika hasil akhir yang
kurang jelas didapatkan dari metode uji lain.4 MIC telah ditetapkan sebagai pengukuran
laboratorium dasasr dari aktivitas agen antimikroba terhadap berbagai mikroorganisme
dan kemajuan yang cepat dalam mikrobiologi telah menghasilkan peningkatan yang
signifikan pada jumlah komponen kimia poten yang disintesis untuk dijadikan sebagai
agen antimikroba.5
Pada Tabel 3 hingga tabel 7 berikut merupakan contoh dari kadar MIC beberapa
agen antibiotic
Tabel 3. Suggested Range of Minimum Inhibitory Concentration (mg/L) 6
Tabel 4 Suggested Range of Minimum Inhibitory Concentration (mg/L) 6
Tabel 5. Appropriate controls, depending on genera, that must be included with every
batch of MIC determinations (strain number listed in the NCTC catalogue) 6

Tabel 6. Target MICs (mg/L) for reference strains 6


Tabel 7. Target MICs (mg/L) for reference strains 6
Andrews MJ. Determinations of Minimum Inhibitory Concentration. Department of Microbiology, City Hospital.
Birmingham. 2006.
III. DOSIS DAN RUTE PEMBERIAN ANTIBIOTIK 1,7

Antibiotik Rute Dosis


Dewasa Anak Neonatus
Penicillin
Penicillin G. IV 1-4 mU q4-6h 25.000-400.000 75.000-
unit/kg/hari dalam 150.000
4-6 dosis unit/kg/hari
dalam 2 atau 3
dosis
Penicillin VK PO 0.25-0.5g qid 25-50 mg/kg/hari
dalam 4 dosis
Penicillin Antistafilokokus
Cloxacillin PO 0.25-0.5g qid 25-50 mg/kg/hari
Dicloxacillin dalam 4 dosis
Nafcillin IV 1-2g q4-6h 50-100 mg/kg/hari 50-75
dalam 4-6 dosis mg/kg/hari
dalam 2 atau 3
dosis
Oxacillin PO
IV 1-2g q4-6h 50-100 mg/kg/hari 50-75
dalam 4-6 dosis mg/kg/hari
dalam 2 atau 3
dosis
Penicillin Spektrum Luas
Amoxicillin PO 0.25-0.5 g t.i.d 20-40 mg/kg/hari
dalam 3 dosis
Amoxicillin/Kaliu PO 500/125 mg t.i.d 20-40 mg/kg/hari
m Clavulanate 875/125 mg b.i.d dalam 3 dosis
Ampisillin PO 50-100mg/kg/hari
IV 4-12g/hari 100-400mg/kg/hari
Piperacillin IV 3-4g q4-6h 300 mg/kg/hari 150
dalam 3 dosis mg/kg/hari
dalam 2 dosis
Ticarcillin IV 3g q4-6h 200-300 150-200
mg/kg/hari dalam mg/kg/hari
4-6 dosis dalam 2-3
dosis
Sefalosporin Generasi I
Cefadroxil PO 0.5g q.d-b.i.d 30 mg/kg/hari dalam 2 dosis
Cephalexin, PO 0.25-0.5g q.i.d 25-50 mg/kg/hari
Cephradine (max. 4g/hari) dalam 4 dosis
Cefazolin IV/IM 0.5-2g q8h 25-100 mg/kg/hari dalam 3 atau 4
(max:12g/hari) dosis
Sefalosporin Generasi II
Cefoxitin IV/IM 1-2g q6-8h 75-150 mg/kg/hari
(max. 12g/hari) dalam 3 atau 4
dosis
Cefotetan IV/IM 1-2g q12h 40-80mg/kg/hari
(max. 6g/hari)
Cefuroxime IV/IM 0.75-1.5g q8h 50-100 mg/kg/hari
dalam 3 atau 4
dosis
Cefuroxime Asetil PO 0.25-0.5g b.i.d 0.125-0.25g b.i.d
Cefaclor, PO 10-15 mg/kg/hari 20-40 mg/kg/hari
Cefprozil, diberikan dalam 2-4 hingga dosis
Lorakarbef, dosis terbagi maksimum 1g/hari
Sefalosporin Generasi III
Cefotaxime IV 1-2g q6-12h 50-200 mg/kg/hari 100
dalam 4-6 dosis mg/kg/hari
dalam 2 dosis
Ceftazidime IV 1-2g q8-12h 75-150 mg/kg/hari 100-150
dalam 3 dosis mg/kg/hari
dalam 2 atau
3 dosis
Ceftriaxone IV 1-4g q24h 50-100 mg/kg/hari 50 mg/kg/hari
Dalam 1 atau 2 sekali sehari
dosis
Cefdinir PO 300mg q12h 14mg/kg/hari
600mg q24h
Cefditoren PO 200-400mg q12h 200-400 mg q12h
Cefpodoxime PO 100-400mg q12h 10mg/kg/hari
Ceftibuten PO 400mg q24h 9mg/kg/hari
Cefoperazone IV/IM 1.5-4 g q6-8h
Cefixime PO 400mg/hari q12-24h 8mg/kg/hari
Sefalosporin Generasi IV
Cefepime IV 0.5-2g q12h 75-120 mg/kg/hari
dalam 2 atau 3
dosis terbagi
Sefalosporin Generasi V
Ceftaroline IV 600mg q12h
Monobaktam
Aztreonam IM/IV 1-2g q8h 30mg/kg q8h
(max. 8g/hari)
Karbapenem
Ertapenem IM/IV 1g 30mg/kg/hari
Imipenem IM/IV 0.25-0.5g q6-8h 60-100mg/kg/hari
Meropenem IV 1g q8h (2g q8h untuk 60-120 mg/kg/hari
meningitis) dalam 3 dosis
(maksimum 2g
q8h)
Doripenem IV 0.5g q8h
Glikopeptida
Vankomisin PO 0.5-2g/hari q6-8h
IV 30 mg/kg/hari dalam 40 mg/kg/hari 15 mg/kg
2-3 dosis dalam 3atau 4 bolus,
dosis kemudian 20
mg/kg/hari
dalam 2 dosis
Telavancin IV 10mg/kg q24h
Daptomisin IV 4-6 mg/kg q24h
Fosfomisin PO 2-4 g/hari
Basitrasin Topikal 500 u/g
Tetrasiklin
Tetrasiklin PO 0.25-0.5g q.i.d 20-40 mg/kg/hari
IV 0.1-0.5g q6-12h
Demeklosiklin, PO 600mg/hari
Metasiklin
Doksisiklin PO/IV 100-200mg/hari 2.2-4.4mg/kg/hari
Minosiklin PO 100 -200mg/hari 4mg/kg/hari
Tigesiklin IV 100mg awal, 50mg
q12h
Makrolide
Eritromisin PO 0.25-0.5g q6h 40 mg/kg/hari
IV 0.5-1g q6h 20-40 mg/kg/hari
Klaritromisin PO 250-500mg q12h 15mg/kg/hari
1000mg (sediaan lepas
lambat) sekali sehari
Azitromisin PO 500 mg dosis awal 10mg/kg/hari
hari 1, lalu
250mg/hari, hari 2-5
IV 500mg q24h
Ketolida PO 800mg/hari
(Telithromycin)
Linkomisin
Klindamisin PO 0.15-0.3g q8h (max. 10-20mg/kg/hari
1.8/hari)
IV/IM 0.6-2.7g q6-12h
Kloramfenikol
Kloramfenikol PO/IM 50-100mg/kg/hari 50-100mg/kg/hari
(max.4g/hari)
Streptogramin
Quinupristin& IV 7.5mg/kg q8-12h
dalfopristin
Oksazolidinon
Linezolid PO 600mg/hari q12h 30mg/kg/hari
IV 600mg/hari q12h
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin PO 50-100 mg q6h 100mg q12h
Aminoglikosida
Amikasin IM/IV 7.5-15mg/kg/hari 15-22.5mg/kg/hari
dalam 1-3 dosis
terbagi
Gentamisin IM/IV 4-7mg/kg/hari dlm 3 7.5mg/kg/hari
dosis terbagi
Kanamisin PO 4-6 g/day
Neomisin IM 4-12g/hari
IV
Netilmisin IM 5-7mg/kg/hari dlm 3
IV dosis terbagi
Paromomisin Topikal 15mg/kg/hari
PO 1g q6-8h
Spektinomisin IM 40mg/kg-2g
Strepstomisin IM/IV 0.5-1g/hari 7.5-15mg/kg/hari
Tobramisin IM/IV 5-6mg/kg/hari dlm 3 6-7.5mg/kg/hari
dosis terbagi
Inhalasi 300mg/hari dlm 2dosis
terbagi
Sulfonamida
Sulfadiazine PO 1g q.i.d 150mg/kg/hari
Sulfamethoxazole PO 1g b.i.d/t.i.d 40mg/kg q12h
Sulfisoxazole PO 1g q.i.d 120-150mg/kg/hari
Trimethoprim-Sulfamethoxazole
PO 1 DS tablet q12h
Quinolon & Fluoroquinolon
Ciprofloxacin PO 500mg/hari
IV 200-400mg q12-24h
Gatifloxacin PO 400mg/hari
Gemifloxacin PO 320mg/hari
Levofloxacin PO/IV 250-750mg/hari
Lomefloxacin PO 400mg/hari
Moxifloxacin PO/IV 400mg/hari
Norfloxacin PO 400mg/hari
Ofloxacin PO 200-400mg/hari
Antimikobakterium
Aminosalicylate PO 8-12g/hari
Natrium
Capreomycin IM 15mg/kg/hari
Cycloserine PO 500-1000mg/hari
dosis terbagi
Ethambutol PO 15-25mg/kg/hari
Ethionamide PO 500-750 mg/hari
Isoniazid PO/IM 300mg/hari 10-15 mg/kg/hari (max.300mg/hari)
Pyrazinamide PO 25mg/kg/hari 15-30mg/kg/hari (max. 2g/hari)
Rifabutin PO 300mg/hari
Rifampin PO/IV 10mg/kg/hari 10-20mg/kg/hari
Rifapentine PO 600mg 1-2kali/minggu
Clofazimine PO 200mg/hari
Dapson PO 50-100mg/hari 1-2mg/kg/hari
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunton LL. Lazo JS. Parker KL. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of
Therapeutic. New York: McGraw & Hill. 2006 hal 1-4 & 1794-1888
2. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology 10th Ed. San Fransisco:Mcgraw-Hill. 2007.
hal. 36-41 & 748-96
3. Kowser MM, Fatema N. Determination of MIC and MBC of selected azithromycin capsule
commercially available in Bangladesh. The ORION Medical Journal 2009 Jan;32(1):619-
620
4. Levison ME. Levison JH. Phil M. Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of
Antibacterial Agents. Infect Dis Clin North Am. 2009; 23(4): 1-29
5. Babu PA, Kumar PS, Padmaja P, Rao1 TK, Chitti S. MIC database: A collection of
antimicrobial compounds. Bioinformation. 2009 4(2): 75-7
6. Andrews MJ. Determinations of Minimum Inhibitory Concentration. Birmingham:
Department of Microbiology, City Hospital. 2006. hal 11-8
7. Hauser AN. Antibiotic Basics for Clinicians 2nd Ed. Philadelpia:Lippincot Willliam
&Willkins. 2013. hal 253-70

Anda mungkin juga menyukai