Anda di halaman 1dari 41

CASE REPORT SESSION (CRS)

ADHF NYHA IV forester B + VES + Hipertensi stage II


Pendahuluan

Gagal jantung secara umum didefenisikan sebagai sindroma klinis kompleks :

Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat
melakukan aktivitas disertai / tidak kelelahan);

Tanda resistensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki);

Adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat


Acute decompensated heart failure (ADHF)
merupakan bentuk dari gagal jantung akut
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. Z
• Umur : 51 tahun
• JK : Laki-laki
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Alamat :RT 28 Perum Puri Palmerah
• Tgl MRS : 01 Januari 2020 (IGD)
Anamnesis
KELUHAN ●
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas
UTAMA yang memberat sejak ± 1 hari SMRS.

Os datang ke RSUD raden mattaher jambi dengan keluhan sesak napas yang
memberat sejak 1 hari SMRS, sesak sudah mulai terasa sejak 1 bulan SMRS, sesak
terasa seperti tercekik, dan terasa terus menerus, sesak dapat teradi saat os istirahat,
dapat memberat dengan aktivitas. Sesak tidak berkurang dengan istirahat. Sesak tidak
terjadi secara tiba-tiba. Os mengatakan membutuhkan 3 bantal untuk tidur, dan pernah
terbangun pada malam hari karena merasa tercekik. Os juga mengeluhkan batuk yang
berlendir putih, kadang batuk muncul sebelum sesak. Nyeri dada (-), berkeringat dingin
(-), keluhan BAB dan BAK (-). Pembengkakan kaki (-/-)
Anamnesis

RPD RPK RSE



Riwayat Diabetes Mellitus (-) ●
Pasien bekerja sebagai


Riwayat Hipertensi (+) 4 tahun SMRS
Riwayat Asma (-)

Riwayat keluhan wiraswasta

Riwayat dirawat dengan penyakit jantung
sebelumnya (+) tahun 2019. 1 tahun yang
yang sama (-) ●
Pasien memiliki kebiasaan
lalu. Os dirawat di RS DKT , kemudian pada
merokok 1 ½ bungkus perhari
bulan Mei 2019 os dirawat di RSUD Raden

Riwayat Diabetes sejak 35 tahun yang lalu 
Mattaher dengan keluhan nyeri dada, indeks brinkman 630 (perokok
direncanakan akan dilakukan PCI namun Mellitus (-) berat)
tidak dilakukan os rawat jalan dengan
terapi : Miriaspi 1x80 mg, CPG 1x75 mg,
Lasix 1x4 mg, Atrovastatin 1x 2gr, Ramipril

Riwayat Hipertensi ●
mengkonsumsi kopi sekali setiap
harinya.
1x2gr, dan concor 1x2 gr ,Dan sudah
berhenti minum obat sejak 2 bulan SMRS.
(-) ●
tinggal dengan istri dan anaknya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tanda Vital
• Tampak sakit sedang • Tanda-tanda vital
• Kesadaran: Compos Mentis • TD : 150/90 mmHg
(GCS 15) • Nadi : 96x/menit
• HR : 83x/menit
• BB : 58 kg
• Nafas : 33 x/menit
• TB : 155 cm
• Suhu : 36.6°C
• IMT : 24,08 • SpO2 : 99% dengan Nasal Canul
(normoweight) 4L/menit
Kulit
PEMERIKSAAN FISIK Sawo matang, pigmentasi (-), bintik
Mata kemerahan (-)
Conjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-),
pupil isokor, Refleks cahaya (+/+), mata Kepala
cekung (-) Normocephal, rambut tdk mudah
dicabut
Hidung
Deviasi septum (-), Telinga
epistaksis (-)
Dbn
Mulut
Leher
Bibir kering (-), atrofi papil (-), gusi
Pembesaran KGB (-),
berdarah(-)
JVP 5+4cmH2O
Jantung
Inspeksi: I: Iktus kordis terlihat ICS VI linea midclavicula
Paru
Simetris, ginekomastia (-), sinistra
spider naevi (-) retraksi (+) P :Iktus kordis teraba di ICS VI linea midclavicula
Palpasi:nyeri tekan (-) Fremitus taktil ka=ki sinistra
Perkusi: sonor P:
Auskultasi: vesikuler (menurun/+) Atas: ICS II Linea parasternal sinistra
menurun, Rhonki (+/+) 70-80% Kiri: ICS VI Linea midclavicula sinistra
permukaan paru, Wh (-/-) Kanan: ICS V Linea parasternal dextra
A : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-/-)
Ekstremitas sup
Abdomen
Akral hangat, pitting
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+) normal edema (-), CRT <2 detik
Palpasi : soepel,nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani

Ekstremitas inf
Akral hangat, edema (-/-),
CRT <2 detik

PEMERIKSAAN FISIK

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH RUTIN ELEKTROLIT DAN FAAL GINJAL DAN FAAL HATI

Jenis Hasil Normal Jenis Hasil Normal


Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 9,07 (4-10,0 103/mm3)
RBC 4,54 (3,5 – 5)
Na 141,24 (135-148 mmol/L)
HGB 13 (11,0-16 g/dl) K 4,65 (3,5-5,3 mmol/L)
PLT 199 (100-300 103/mm3) Cl 115,73 (98-110mmol/L)
HCT 39,7 (35-50) Ca 1,04 (1,19-1,23 mmol/L)

GDS : 109
Biomarka Jantung Faal Ginjal:
CKMB : 4,76 Ur/Cr : 41/1,2
Troponin I : 0,10
EKG
Interpretasi EKG
• Irama : Aritmia
• Regularitas : ireguler
• HR : 100x/menit
• Axis : Normoaxis
• Gel. P : 0,08 s
• PR interval : 0,16 s
• Durasi QRS : 0,08 s, VES, Q
patologi di V4
• ST segmen : Elevasi di V3-V4,
• Gel. T : inverted di V5-V6,
II, III, aVF,
• Kesimpulan : VES, LVH, iskemia
inferior
Foto Thorax
Interpretasi :
Trakea : di tengah
Cor : Batas jantung
Kiri : arkus aorta tampak di kiri jantung (ICS II LPS)
Kanan : RA tampak di linea parastenalis dextra
Pinggang jantung : tidak menonjol
Atrium kanan : batas kanan jantung tidak melebihi 1/3 diafragma,
double contour (-)
Atrium kiri : Auricula kiri tidak menojol, double contur (-)
Ventrikel kanan : Sulit dinilai
Ventrikel Kiri : Apeks jantung tertanam di diafragma
CTR >50 %
Paru : corakan bronkovaskular meningkat terutama di sentral,
infiltrat di kedua paru. Sinus kostofrenicus sinistra tertutup
bayangan jantung.
Kesimpulan : LVH + Efusi pleura dextra + suspek edema paru dan
pneumonia
Echokardiografi
• Fungsi kontraktilitas LV menurun
• RWMA (+)
• Disfungsi diastolik grade II
• Mild MR
• Mild TR
• Fungsi kontraktilitas RV menurun
• Trombus diapikal LV, SEC di LV
Diagnosa

ADHF NYHA IV forester B + VES + Hipertensi stage


II
TATALAKSANA
Non-Farmakologi
• Tirah baring
• Pemasangan Kateter
• Edukasi mengenai penyakit pasien, ketaatan minum obat,
tatalaksana dan kemungkinan resiko selama dirawat di
rumah sakit
• Edukasi tentang keadaan pasien kepada keluarga
Tatalaksana Prognosis
• O2 nasal canul 2 L/mnt Quo ad vitam : dubia ad bonam
• IVFD RL 500 mL/hari Quo ad functionam : dubia ad malam
• Drip Lasix 3 mg/jam (IV) Quo ad sanationam: dubia ad malam
• Inj. Ranitidin 2x50 mg (IV)
• PO. Ramipril 1x2,5 mg
• PO. Atrovastatin 1x 20 mg
• PO. Clopidogrel 1x75 mg
• PO. Concor 1x2,5 mg
• PO. Cartylo 1x80 mg
• Rawat inap di ICCU
FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
Acute Decompensated Heart Failure

• Defi nisi • Epidemiologi

• ADHF  perubahan gejala dan • 700,000 kunjungan IGD

• >1 juta rawat inap per tahunnya.


tanda gagal jantung yang
• insidensi ADHF 11.6 kasus per 1000
realatif cepat dan
pasien/tahun pada pasien >55 tahun.
membutuhkan terapi darurat.
• berdampak pada status ekonomi, total
disertai faktor pencetus
pengeluaran untuk pengobatan
mencapai 30 miliar dolar per tahun.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 24


Faktor pencetus
• Kea d a a n ya n g m enye b a b ka n
• Kead a a n ya n g m e nye b a b ka n ga ga l j a nt u n g ya n g ti d a k ter l a l u
gaga l j a nt u n g s eca ra c ep at ce p at

 Gangguan takiaritmia atau bradikakardia yang berat  Infeksi ( termasuk infektif endocarditis )
 Sindroma koroner akut  Eksaserbasi akut PPOK / asma
 Anemia
 Komplikasi mekanis pada sindroma koroner akut (rupture
septum  Disfungsi ginjal
 Ketidakpatuhan berobat
 intravetrikuler, akut regurgitasi mitral, gagal jantung
kanan)  Penyebab iatrogenik ( obat kortikosteroid, NSAID )
 Aritmia, bradikardia, dan gangguan konduksi yang tidak
 Emboli paru akut
 menyebabkan perubahan mendadak laju nadi
 Krisis hipertensi
 Hipertensi tidak terkontrol
 Diseksi aorta
 Hiper dan hipotiroidisme
 Tamponade jantung  Penggunaan obat terlarang dan alkohol
 Masalah perioperative dan bedah
 Kardiomiopati peripartum The Power of PowerPoint | thepopp.com 25
The Power of PowerPoint | thepopp.com 26
• Penegakan diagnosa

• Sindroma klinis pada pasien ADHF memiliki rentang dari yang mengalami overload
volume sedang hingga yang mengalami syok kardiogenik. Mayoritas pasien akan
mengalami kongesti, namun sisanya akan mengalami kardiak output yang rendah dan
hipoperfusi dengan atau tanpa kongesti

The Power of PowerPoint | thepopp.com 27


TANDA GEJALA
Kongesti pulmoner atau sistemik “wet”
Peningkatan berat badan Dyspnea saat aktivitas
Takipneu Dyspnea saat istirahat
Distensi vena jugular Orthopnea
Gallop S3 / S4 Paroxysmal nocturnal dyspnea
Reflux hepatojugular Batuk
Hepatomegali/ Splenomegali Distensi abdomen
Edem perifer Kembung
Ascites Edema tungkai
Edema anasarka
Saturasi oksigen rendah
Edema paru / efusi pleura pada rontgen thoraks
Peningkatan BNP atau NT-proBNP

The Power of PowerPoint | thepopp.com 28


Kardiak output rendah “cold”
Hipotensi Mudah lelah
Denyut nadi lemah Penurunan urin output
Takikardia Pingsan
Gangguan status mental Mual/muntah
Akral dingin
Fungsi ginjal memburuk

Pemeriksaan penunjang
Kadar
n a t r i u r e ti c
( B N P, N T-
p r o B N P, M R - • Tro p o n i n • e c h o ca rd i o g r • Ro nt ge n
proANP) ka rd i a k • E KG a fi t h o rax

ICON ICON ICON ICON ICON

• akurasi tinggi • menyingkirkan • identifikasi • dipertimbangkan • membantu menilai


membedakan gagal
sindrom koroner kemungkinan pada pasien gagal adanya edema
jantung akut sebab
non-kardiak . Kadar
akut sebagai faktor faktor pencetus jantung akut paru interstitial.
Natriuretic yang pencetus gagal pada gagal jantung dengan syok • menyingkirkan
rendah (BNP <100 jantung akut. akut. Beberapa kardiogenik penyebab dyspneu
pg/ml, NT-proBNP kelainan yang ataupun terdapat non kardiak
<300 pg/ml, MR-
dapat ditemukan kecurigaan pada (pneumothoraks,
proANP <120 pmol/L)
menyingkirkan kondisi berupa aritmia, kelainan struktural pneumonia)
dyspneu akut yang sindrom koroner jantung.
disebabkan oleh gagal akut.
jantung akut.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 30
• Ta t a l a k s a n a
• Tujuan umum : identifikasi faktor pencetus, menghilangkan gejala, memperbaiki outcome
jangka pendek dan jangka panjang, dan memulai serta mengoptimalkan terapi jangka
panjang.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 31


The Power of PowerPoint | thepopp.com 32
Tatalaksana Gagal Jantung selama Dekompensasi Akut

• Jika inisiasi atau peningkatan dosis betablocker adalah


penyebab dekompensasi, syok kardiogenik (-) 
tingkatkan dosis diuretik, hentikan beta-blocker.
• Penghentian sementara ACE inhibitor / angiotensin
receptor blocker (ARB) / beta-blocker  jika syok
kardiogenik.
• Euvolemik  mulai pemberian dosis rendah betabloker
sebelum memulangkan pasien
The Power of PowerPoint | thepopp.com 33
Optimalisasi Status Volume untuk Meredakan Kongesti
• Kongesti  volume yang berlebihan &/ redistribusi vaskular
• Tujuan terapi  mengurangi tekanan pengisian dan menghilangkan gejala melalui
diuresis, vasodilatasi ataupun keduanya.
Diuretik
• diuretik IV lini pertama untuk overload volume . Loop diuretik, furosemide, bumetanide,
dan torsemide, pilihan pertama dalam ADHF.
Ultrafiltrasi
• Ultrafiltrasi mengurangi tekanan arteri pulmonalis dan meningkatkan diuresis.
Vasodilator
• perbaikan gejala yang cepat,
• terutama pada pasien dengan edema paru akut atau hipertensi berat.
• pertimbangkan jika diuretik agresif tidak respon.
• hindari jika tekanan pengisian kurang atau hipotensi simptomatik. 34
Tatalaksana Hipoperfusi untuk Meningkatkan Output yang
Rendah

The Power of PowerPoint | thepopp.com 35


ANALISA KASUS
Anamnesis

 Riwayat penyakit jantung dan putus


 PND obat
 Riwayat hipertensi
 Ortopnea  Indewks brinkman 630 (perokok berat)
Pemeriksaan Fisik

 Hipertensi
 Takipnea
 Peningkatan JVP
 Kardiomegali
 Ronkhi pada 70-80%
permukaan paru
 Penurunan vesikuler di
hemitoraks kanan
Pemeriksaan penunjang

VES, LVH, iskemia inferior Fungsi kontraktilitas LV menurun


,RWMA (+),Disfungsi diastolik grade
LVH + Efusi pleura dextra II, Mild MR, Mild TR, Fungsi
+ suspek edema paru kontraktilitas RV menurun, Trombus
dan pneumonia diapikal LV, SEC di LV
ADHF NYHA IV
Pemeriksaaan Pemeriksaan forester B + VES
Anamnesis
Fisik penunjang + Hipertensi
stage II
Kesimpulan
• ADHF (Acute Decompensated Heart Failure) perubahan gejala dan tanda
gagal jantung yang realatif cepat dan membutuhkan terapi darurat. disertai
faktor pencetus
• Sehingga dari anamnesis hingga pemeriksaan fisik serta penunjang
didapatkan diagnosis ADHF NYHA IV killip II-III forester B + VES + Hipertensi
stage II + Efusi pleura dextra.
• Pada terapi awal pasien diberikan terapi gagal jantung akut berupa oksigen,
serta diberikan diuretik yaitu furosemid untuk mengeluarkan cairan yang
menumpuk pada paru-paru pasien, hal ini menyebabkan keluhan sesak
pada pasien berkurang dan terapi dinyatakan telah berhasil.

Anda mungkin juga menyukai